Suara dentuman musik di dalam sebuah ruangan untuk pesta itu terdengar sangat keras, semua orang pada berjoget ria, tidak satu pun wajah mereka yang bisa dikenali karena semua mengunakan topeng, ini adalah pesta topeng perayaan ulang tahun primadona di kampus, yang bernama Maharani jelita.
Terlihat seorang wanita berambut keriting berkulit sawo matang sedang duduk, ia kelelahan karena habis berjoget, tidak lama kemudian temannya mendekat, merasa lelah juga.
"Zelea, pestanya asyik banget ya. Orang kaya sih, aku kalau jadi anak orang kaya juga mau bikin pesta seperti ini, pesta topeng membuat semua orang jadi penasaran," ucap Retno sembari mengambil gelas isi minuman.
Zelea hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Retno sang sahabat, hatinya sedih karena kekasihnya tidak ikut hadir, seketika merasa iri saat melihat teman-teman yang datang bersama pacar mereka.
Zelea merasa haus juga, kemudian mengambil gelas minuman tanpa sengaja kepalanya menoleh, entah benar atau salah Zelea seperti melihat pria yang mirip kekasihnya, kebetulan sekali pria itu melepas topeng, dan untuk memastikannya Zelea mendekati dan benar saja dia adalah Nofal kekasih Zelea.
Zelea senang saat melihat Nofal datang, Zelea mendekat memeluk mesra tangan Nofal. "Sayang, kamu ternyata datang ke sini, terimakasih ya mau datang jadi aku tidak sendirian." Senyumnya begitu ceria.
Namun senyum itu seketika lenyap berubah kebingungan saat tiba-tiba Nofal menghempaskan tangan Zelea.
"Hei gadis kampung aku tidak kenal sama kamu ya! Jangan ngarang kamu jadi pacar aku, salah orang kamu ya!" ucap kasar Nofal yang membuat Zelea tidak percaya.
Tiba-tiba suara musik berhenti, kini Zelea jadi pusat perhatian semua teman-teman kampus karena suara Nofal yang tinggi mampu didengar mereka semua.
Maharani datang kemudian berdiri di sebelah Nofal, dan seketika pria itu mencium bibir Maharani yang merah terasa manis itu.
Tanpa dijelaskan saat ini juga Zelea tahu bahwa Nofal telah berkhianat.
"Yang ini baru benar pacar aku. Cantik dan berkelas. Sedangkan kamu itu hanya mengada-ada!" ucap Nofal dengan suara tinggi disertai tatapan yang begitu tajam.
"Huuuu!" teriak semua orang mengejek Zelea. Bahkan ada yang mendorong-dorong bahu Zelea.
Sungguh saat ini Zelea tidak bisa menahan air mata, saat ini juga Zelea menangis setelah menerima penghianatan juga dipermalukan. Zelea langsung berlari keluar dari rumah Maharani.
Tidak peduli saat ini diluar sedang hujan deras, Zelea tetap nekat keluar dari rumah itu, Zelea berlari menuju jalanan berjalan di pinggiran.
Aaaaaaa! Zelea berteriak seolah ingin mengeluarkan sesak di dalam dada, Zelea menangis tergugu hatinya sangat hancur bercampur kecewa dan penyesalan.
"Kamu baji*ngan kamu bren*gsek Nofal!" makinya dengan lantang sembari tubuhnya meluruh ke bawah, kakinya terasa lemas seketika tidak sanggup untuk berjalan, sebegitu rapuhnya Zelea malam ini dikhianati kekasihnya.
Ingatan Zelea kembali pada suatu malam Nofal membisikkan kata cinta disertai rayuannya yang manis, Nofal meminta Zelea untuk menemani malamnya, Zelea yang polos mengikuti saja hanya bermodal cinta, Zelea takluk tanpa mikirin akibat nantinya, dan malam itu Zelea ahirnya kehilangan kesuciannya.
Zelea semkin hancur teringat malam itu, guyuran deras air hujan membasahi tubuhnya semkin terlihat nasib Zelea yang begitu malang.
Zelea tak henti-henti terus menangis sampai ahirnya Zelea pulang tiba di kostan kecil dengan keadaan yang begitu berantakan.
Zelea menghancurkan fotonya bersama Nofal yang terbingkai indah, membuat kaca bingkai berserakan di lantai. Saat telapak kakinya menginjak kaca dan menusuk dalam, Zelea tidak merintih kesakitan, karena hatinya lebih sakit dari pada fisiknya.
Zelea terus terpuruk sampai tidak terasa lima hari berlalu, dan selama itu Zelea mengurung diri di kostan, tidak keluar juga tidak berangkat kuliah, Zelea ingin mengakhiri hidupnya, berpikir untuk apa hidup pasti tidak akan ada laki-laki yang mau menerima kekurangannya.
Sepulang dari kampus, Retno mendatangi kostan Zelea, merasa khawatir dengan sahabatnya itu sudah lima hari tidak bertemu setelah kejadian malam pesta itu.
Retno mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak di buka, saat mencoba membuka handle pintu ternyata tidak kunci, Retno segera membukanya, setelah melangkah masuk ke dalam. Sepi yang Retno dapatkan, kemudian berjalan menuju kamar dilihatnya di sana tidak ada Zelea, Retno kembali berjalan ke dapur dan alangkah terkejutnya saat melihat Zelea tergeletak tak sadarkan diri di sana.
"Ze ..." teriak Retno seraya mendekati Zelea dan berusaha membangunkan gadis itu, namun Zelea tetap saja tidak bangun.
Dengan meminta bantuan tetangga kost, Zelea kini dipindah ke kamarnya, setelah gadis itu bangun dari pingsan, Retno langsung memeluk Zelea membiarkan Zelea menangis dalam pelukan.
"Ze ... Kita perempuan kita tidak boleh lemah Ze hanya karena laki-laki yang buruk akhlak, ketika laki-laki menyakiti kita dengan satu cara, ingat Ze kita perempuan bisa membalas dengan sepuluh cara."
Retno menasehati Zelea tidak mau Zelea terpuruk terus menerus, dan ucapan Retno barusan dibenarkan oleh Zelea, gadis itu kini menghapus air matanya, sudah tahu apa yang akan dilakukannya.
Hari berlalu setelah pertemuannya dengan Retno, Zelea tidak lagi sedih, gadis itu sudah tahu apa yang harus dirinya lakukan, dalam menjalani hari-hari sudah biasa bahkan setiap harinya berangkat kuliah juga biasa seolah tidak pernah merasakan hari terpuruk.
Sekalipun bertemu dengan Nofal, Zelea tidak lagi hiraukan pria itu. Zelea akan buktikan bahwa Nofal telah salah membuangnya dan akan membuat Nofal menyesal karena sudah menyia-nyiakan. Di hati Zelea saat ini tidak ada belas kasih.
Dua Minggu lagi adalah sidang skripsi, hari-hari Zelea manfaatkan untuk belajar demi mendapatkan nilai terbaik.
Zelea sudah mencari informasi tentang keluarga Nofal, ternyata orang tua Nofal memiliki perusahaan besar. Zelea semangat untuk mengejar nilai terbaik supaya bisa diterima kerja di sana. Untuk Zelea jadikan langkah awal balas dendam.
Dua Minggu berlalu sekarang tibalah waktu yang telah ditunggu-tunggu, hari ini adalah hari sidang skripsi. Zelea berangkat tepat waktu untuk tiba di kampus.
Pukul delapan sidang skripsi dimulai, Zelea harus menunggu gantian, naman Zelea dipanggil tepat pukul sembilan pagi. Untunglah Zelea selama ini belajar keras dan hari ini apa yang menjadi keinginannya telah tercapai, Zelea dinyatakan lulus dengan nilai terbaik.
Keluar dari ruang sidang skripsi, tidak ada satu pun teman kuliah yang menyambut Zelea, gadis itu begitu malang tidak ada teman yang mau mendekatinya, hanya Retno yang selama ini mau berteman dengan Zelea. Bagi mereka Zelea kampungan cupu dan tidak level.
"Ze selamat," ucap Retno saat melihat Zelea keluar dari ruang sidang skripsi.
Zelea tersenyum. "Terimakasih Retno."
Mereka kembali terpisah, karena Retno harus gantian masuk ke dalam sana, sedangkan Zelea milih pulang.
Awal mula aku akan membalas dendam pada kamu Nofal batin Zelea sembari berjalan menjauh dari kampus.
Hari terus berganti dan begitu cepat berlalu, hari ini Zelea sudah menerima ijazah, Zelea siap akan melamar kerja.
Zelea saat ini duduk sendiri di kost nya, tangannya sibuk memainkan laptop, Zelea membuka akun perusahaan milik orang tua Nofal, untuk mencari tahu apa kah ada lowongan kerja atau tidak.
Bibir Zelea seketika tersenyum saat membaca bahwa Perusahaan tersebut membutuhkan pekerja baru dibagian sekertaris Presdir.
"Aku harus segera mengirim surat lamaran kerja ke sana."
Zelea tidak mau kehilangan kesempatan ini, dan segera mengirim lamaran kerja melalui email. Zelea berharap dirinya bisa diterima.
Zelea beristirahat, menutup laptopnya. Dengan mata terpejam tanpa tidur Zelea mengepalkan tangan, Zelea akan berusaha merubah diri supaya tidak selamanya ditindas dan dihina.
Malam harinya Zelea membuka laptopnya lagi, dan alangkah bahagianya Zelea mendapati email nya mendapat balasan. Disitu dijelaskan bahwa Zelea diterima dan besok pagi ditunggu kedatangannya di perusahaan.
"Aku diterima ye ..." Teriak Zelea seraya melompat-lompat kegirangan.
Zelea begitu bahagia mendapat kabar ini, dan malam ini Zelea tidur cepat supaya besok pagi tidak kesiangan.
Malam panjang terlewati kini tiba pagi hari, pagi yang cerah ini disambut dengan senyum cerah oleh Zelea, gadis itu begitu semangat karena pagi ini akan mendatangi perusahaan yang telah menjadi impiannya.
Zelea menggunakan seragam putih dan hitam, pukul delapan pagi Zelea berangkat, dan pukul delapan tiga puluh menit Zelea sudah sampai di perusahaan.
Di ruang HRD, Zelea mengikuti serangkaian tes untuk bisa diterima kerja di perusahaan ini.
Dan hari itu setelah selesai wawancara Zelea diminta menunggu, setelah setengah jam. Zelea dipanggil kembali.
"Nona, Anda diterima kerja. Dan selamat sudah bergabung dengan perusahaan kami, semoga saja betah," ucap wanita cantik di ruang HRD, menjabat tangan Zelea.
Karena Presdir ingin bertemu sekertaris barunya, Zelea segera diantar ke ruang Presdir.
Sampainya di depan pintu lift, Zelea melihat karyawan wanita itu menekan tombol sembilan belas, kemudian mereka masuk ke dalam sana, beberapa saat lift sudah sampai setelah pintu terbuka mereka keluar dari sana.
Wanita itu mengetuk pintu Presdir, setelah mendapat jawaban dari dalam langsung membuka pintu itu.
klek.
"Silahkan Mbak masuk." Wanita itu mempersilahkan Zelea untuk masuk.
Setelah itu wanita tadi pergi meninggalkan Zelea di ruangan ini, di dalam ruang ini Zelea melihat ada dua orang pria, tapi mereka terlihat seumuran, sudah tidak lagi muda.
"Tuan," sapa Zelea seraya memberi hormat.
"Perkenalkan nama kamu," perintah pria yang duduk di kursi kerja, Zelea menduga pria itu adalah Tuan Radit, karena wajahnya sangat mirip dengan Nofal. Mengingat nama Nofal, Zelea mengepalkan tangan.
"Zelea Angraeni." Zelea memperkenalkan diri, semua Zelea sebutkan, sementara pria yang duduk di kursi kerja seperti sedang mencocokkan dengan data diri Zelea di surat lamaran kerja, hanya antisipasi takutnya yang datang bukan Zelea orang yang asli.
Setelah semua data sama, pria itu manggut-manggut. "Baik kamu saya terima bekerja di perusahaan saya sebagai sekertaris saya."
Zelea senang mendengar kalimat yang pria itu ucapkan. "Terimakasih Tuan."
Pria itu tersenyum. "Nama saya Radit." Pria itu menoleh pria yang berdiri di sebelahnya. "Dia adalah Asisten saya yang bernama Mip."
Zelea mengangguk mengerti.
"Mip kamu antar Zelea ke ruang kerjanya."
"Baik Tuan," jawab Asisten Mip.
Zelea mengikuti langkah pria itu, ternyata ruang kerja Zelea masih satu ruangan dengan Radit, hanya ada dinding kaca sebagai pembatas, sengaja dibuat seperti ini supaya di saat Radit butuh apa-apa mudah memanggil Zelea.
Mulai hari ini Zelea sudah bisa bekerja, Zelea yang sebenarnya anak pintar berhasil sukses membuat Radit senang dengan kerja kerasnya.
Zelea senang bisa membuat Radit puas dengan hasil pekerjaan, dengan seperti ini Zelea mudah untuk mendekati pria itu, tetap pada tujuan awal bahwa Zelea bekerja di perusahaan ini hanya untuk balas dendam.
Dan hari semkin berlalu, Zelea sudah bekerja selama satu bulan, dan selama satu bulan ini Zelea sudah banyak tahu tentang Radit, dan selama Zelea bekerja di perusahaan ini tidak pernah melihat Nofal berkunjung, padahal Zelea ingin melihat reaksi Nofal saat melihat dirinya bekerja di perusahaan ayahnya.
Namun hal itu tidak membuat Zelea melemah, malah membuat Zelea semakin bersemangat, kini Zelea dan Radit sudah sangat dekat, apa lagi Zelea pintar dan pekerjaannya bagus, tidak sulit untuk Radit bisa dekat dengan Zelea.
Tapi bagi Radit hanya sebatas dekat antara atasan juga bawahan, tidak lebih dari itu, dan Zelea senang sudah mendapat kepercayaan dari Radit.
Sore hari Radit bersama Asisten Mip, keluar dari restoran, pertemuannya dengan klien sudah selesai dan sekarang saatnya pulang ke rumah.
Sekarang mereka sudah masuk ke dalam mobil, dan mobil sedang berjalan, Asisten Mip menjalankan mobil dengan kecepatan biasa, karena saat ini jalanan sedang padat kendaraan bertepatan orang-orang yang pulang kerja.
Saat sudah melewati jalanan yang tampak sepi, Asisten Mip menambah kecepatan mobilnya, laju begitu cepat apa lagi saat ini jalanan temurunan dan di depan sana jalan belokan. Sebelum berbelok laju mobil harus dikurangi namun tiba-tiba rem tidak berfungsi, Asisten Mip panik dan belum sempat bicara dengan Radit, lebih dulu sampai jalan berbelok dan mobil tidak bisa dikendalikan tetap terus melaju cepat.
Aaaaa!
Brukk!
Bersamaan teriakan mereka di dalam mobil, mobil mereka menabrak pembatas jalan dan berhenti menabrak pohon. Dan seketika keluar asap dari mesin mobil.
Zelea langsung datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar Radit kecelakaan. Setelah keluar dari dalam mobil, Zelea langsung berlari cepat masuk ke dalam rumah sakit menuju ruang IGD, tempat saat ini Radit ditangani.
sampai di sana, Zelea meneteskan air mata.
Semoga Tuan Radit selamat, doa Zelea dalam hati. Perasaan khawatir tentang Radit yang tidak bisa diselamatkan dan malah mati tentu itu ada, karena mengingat mobil Radit yang membuat pria itu kecelakaan sampai meledak.
Diantara sedang banyak pikiran, Zelea mendengar pintu terbuka, Zelea menoleh ternyata dokter dari ruang IGD yang menangani Radit itu keluar. Zelea bangkit dan mendekati dokter tersebut.
"Saya keluarganya," ucap Zelea supaya dokter tersebut mau menjelaskan segala informasi tentang Radit di dalam sana.
Radit memang seorang duda, istrinya sudah meninggal, dan Nofal saat ini berada di negara z. Tentu Zelea mengambil alih sebagai perwakilan keluarga Radit.
"Pasien di dalam saat ini sedang kritis."
Jantung Zelea langsung berdetak cepat, sampai menutup mulutnya karena terkejut dan air mata tidak bisa Zelea bendung, wanita itu seketika menangis mendengar ucapan dokter. Perasaan takut seketika menyerang.
"Pasien terluka cukup parah, untung saja tidak ada tulang yang patah, hanya saja pasien membutuhkan donor darah golongan darah ab. Sementara stok golongan darah ab di rumah sakit ini kurang. Pasien butuh dua kantong darah lagi."
"Ambil darah saya, kebetulan golongan darah saya ab. Ambil semua darah saya!" Zelea menjawab cepat ucapan dokter tersebut. Dengan nada suara tinggi karena saat ini pikirannya tentang bagaimana caranya Radit bisa selamat.
Setelah mendengar ucapan dokter yang mengatakan golongan darah Radit ab, Zelea seperti mendapatkan cara untuk bisa masuk ke dalam keluarga Nofal.
Tidak lama kemudian ada perawat yang menghampiri Zelea dan mengajak Zelea ke suatu ruangan, di sana Zelea diminta untuk berbaring, kemudian perawat itu mengecek kesehatan Zelea juga mengecek golongan darah Zelea yang ternyata sama dengan pasien yang membutuhkan.
Perawat itu segera mengambil darah Zelea sebanyak dua kantong, setelah selesai pengambilan darah itu, seketika Zelea merasa lemas tubuhnya.
"Nona Anda harus istirahat setelah ini." Tidak lama perawat berkata, Zelea sudah terlelap. Dua kantong darah bukan sedikit tentu tubuh Zelea butuh istirahat cukup saat ini.
Setelah mendapatkan golongan darah yang sama, para tim medis segera melakukan operasi untuk Radit, operasi berjalan cukup lama, lima jam baru Opera itu selesai.
Radit segera dipindahkan ke ruang rawat, setelah operasi selesai keadaan Radit mulai membaik.
Sementara asisten Mip kini sudah sadar, ia juga begitu parah lukanya, namun tidak sampai harus operasi, dan saat ini sedang berada di ruang rawat.
Keesokan harinya.
Keadaan Zelea sudah kembali pulih tidak merasa lemas lagi, Zelea segera mendatangi ruang rawat Radit.
Sampai di sana, ternyata ada dokter yang saat ini sedang memeriksa keadaan Radit. Zelea mendekat ingin melihat keadaan Radit.
Zelea bisa bernafas lega setelah tahu keadaan Radit saat ini cukup membaik.
Setelah dokter pergi, Zelea duduk di kursi tepat samping ranjang pasien, Zelea menunggu Radit seorang diri, tanpa rasa lelah sedikitpun, yang dilakukannya ini sebagian rasa tanggung jawabnya.
Hingga seharian ini Zelea terus menjaga Radit, dan tiba sore hari pria itu baru siuman. Zelea memanggil dokter lagi untuk memeriksa Radit, setelah dokter memeriksanya dan mengatakan keadaan Radit saat ini jauh lebih baik.
Setelah dokter pergi, di ruangan ini kembali hanya Zelea dan Radit saja.
"Aku masih selamat, Ze." Radit bicara lirih, ia teringat kecelakaan itu tidak percaya apa bila saat ini mendapati dirinya masih hidup.
"Benar, Tuan. Dan kemarin saya mendonorkan darah untuk Tuan. Karena Tuan kehabisan banyak darah." Zelea menjelaskan, karena ini saatnya Zelea akan bersandiwara.
"Kamu mendonorkan darah untuk aku," ulang Radit begitu terkejut.
Zelea mengangguk.
"Terimakasih Ze, aku akan menaikan gajih kamu karena kamu sudah menolong nyawa saya," ucap Radit tulus sekaligus serius, baginya Zelea adalah malaikat penyelamatnya.
Tapi sayangnya mendengar kalimat yang baru saja Radit ucapkan, Zelea menggelengkan kepala, dan kini wajahnya menunduk tidak menatap mata Radit.
Radit yang bingung melihat reaksi Zelea, milih kembali bertanya.
"Kenapa Ze? Apa kamu mau meminta yang lain, katakan lah. Hartaku banyak kau bisa menyebutkan apa yang kau mau," ucap Radit lagi, dan kali ini Zelea menjawab dengan bicara bukan gelengan kepala.
"Saya mau Tuan menikah dengan saya." Saat bicara Zelea menunduk tidak berani menatap wajah Radit.
Sementara itu Radit langsung terkejut mendengar kalimat permintaan Zelea.
"Ze, aku tidak bisa menikah dengan kamu, kau masih muda. Dan aku sudah tua. Kita tidak pantas."
Namun lagi-lagi Radit terkejut melihat reaksi Zelea yang kini langsung berlutut di samping ranjang memohon sembari menangis.
"Tuan, hanya Anda yang bisa menolong saya dari keluarga tiri saya yang mau menjual saya pada pria hidung belang untuk melunasi hutang mereka. Apa bila bukan dengan Anda kepada siapa lagi saya minta perlindungan." Disetiap bicara Zelea menangis, menjual kesedihannya padahal ini hanya sandiwara belaka.
Radit hatinya langsung teriris mendengar ucapan Zelea barusan. Tapi mau bagaimana ia benar-benar tidak bisa menikahi Zelea.
"Ze-."
"Mohon Tuan ... Tiga bulan saja, tolong ijinkan saya menjadi istri Anda Tuan. Dalam tiga bulan saja," jawab cepat Zelea memotong ucapan Radit.
Setelah pembicaraan ini, Zelea membiarkan Radit sendirian di dalam ruangan, untuk membuat pria itu berpikir. Sedangkan Zelea menunggu di kursi tunggu.
Di sana Zelea kembali menangis, nyatanya ingin berbalas dendam itu tidak mudah, banyak hal yang harus Zelea lakukan dan korbankan termasuk harga dirinya dipertaruhkan. Dan bahkan sudah melakukan itu semua belum pasti rencana akan terwujud sesuai keinginan.
Hari berlalu, keadaan Radit semakin membaik, asisten Mip juga sudah sembuh bahkan sudah bisa menjenguk Radit yang sama-sama sedang sakit.
Asisten Mip sehat lebih dulu, diijinkan pulang lebih dulu oleh dokter, sementara Radit baru mendapat ijin besok untuk pulang.
Saat ini Zelea duduk di kursi sebelah ranjang pasien, Radit yang meminta Zelea duduk di sana. Setelah tiga hari tidak berbicara dengan wanita itu.
Radit menghela nafas panjang, menatap lekat wajah Zelea. "Baiklah aku akan menikahi kamu."
"Sungguh Tuan," ucap Zelea dengan bola mata membulat begitu bahagia.
Radit mengangguk.
Tidak lama kemudian Asisten Mip datang, memberikan kotak cincin pada sang Tuan.
Radit menerima kotak cincin itu, matanya beralih menatap Zelea. "Kemarikan tanganmu," titahnya lembut.
Zelea menurut membiarkan tangannya dipegang Radit, pria itu memasukkan cincin di jari manis Zelea. Begitu juga Zelea memasukkan cincin di jari manis Radit.
"Sekarang kita sudah menikah," ucap Radit tersenyum kecil melihat Zelea.
...****************...
Note: di Nofel ini author tidak menyebutkan nama agama. Cukup pertukaran cincin dianggap sudah menikah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!