Aisyah, gadis yatim piatu umur 22 tahun yang di asuh oleh paman dan bibinya, dia berprofesi sebagai pemilik toko kue sederhana yang tidak jauh dari rumah sakit purnama. Sejak umur 5 tahun paman Adrian yang merawat dan menyekolahkan dirinya, menganggap dia seperti anak kandungnya sendiri, Adrian tidak pernah membedakan kasih sayang antara dirinya dan putri kandungmya sendiri.
Sampai suatu malam, rumah Adrian mendapatkan seorang tamu, teman baik dia sedari sekolah dulu. Arman datang kerumah bersama istri dan anaknya. mereka menagih janji Adrian yang dulu akan menikahkan anaknya dengan anak Arman.
" Adrian, ingatkah kau perjanjian kita dulu, kalau kita akan menikahkan anak anak kita setelah dewasa." Kata Arman.
Arman yakin kalau anak dari sahabatnya ini bisa membahagiakan putranya dan menjadi istri yang baik untuk Dirga. Adrian kaget dengan permintaan sahabatnya itu, pasalnya selama ini Arman belum pernah menyinggung soal perjodohan yang dulu mereka rencanakan, Demikian juga dengan Dirga anak dari Arman, karena selama ini dia memiliki pacar yang sangat dia cintai, bahkan tanpa sepengetahuan Papanya Dirga sudah tinggal bersama.
" Pa, papakan tahu kalau aku sudah punya Oliv yang sangat Dirga cintai pa." protes Dirga pada ayahnya.
" Oliv, itu bukan wanita baik baik, percaya pada papa, dan papa yakin kalau putri om Adrian adalah wanita yang tepat untuk menjadi istrimu, keluarganya jelas dan mereka adalah keluarga yang taat agama, papa mau kamu berubah menjadi yang kebih baik, tapi tidak dengan Olive." Jawab Arman.
" Man, pernikahan itu tidak bisa di putuskan dengan tergesa dan buru buru, ini adalah hubungan yang sakral, sekali seumur hidup, dan maaf Man, putri anak gadisku jug sudah bertunangan, bulan depan dia akan menikah dengan Darius, teman seprofesi dia." Jawab Adrian perlahan, takut menyinggung perasaan Arman.
" Apa, kau sudah menghianati janji yang sudah kita ucapkan dulu, Rian janji adalah hutang." Jawab Arman.
" Selama ini kita tidak pernah menyinggung perjodohan itu, aku fikir kau sudah melupakannya, dan sekarang ini jaman modern, mereka pasti sudah punya pilihan masing masing untuk masa depan mereka, dan sepertinya, bak Dirga juga sudah memiliki tambatan hatinya, apa kita sebagai orang tua akan egois pada mereka demi rencana konyol kita dulu." Jawab Adrian.
" Om Riyan benar pa, aku sudah punya Oliv dan anak om Adrian juga sudah punya tunangan, jadi papa jangan konyol begitu." Jawab Dirga.
" Diam kamu, Riyan, aku perlu bicara empat mata denganmu." Pinta Arman pada Adrian.
Kedua lelaki tersebut berjalan keluar rumah, menuju ke halaman samping.
Dona ibu dari Dirga berbisik pada anaknya.
" mama juga tidak sudi punya menantu dari keluarga miskin, lihat saja rumah mereka , tidak sebesar ruang tamu kita, mau di taruh mana muka mama di depan teman teman mama."Bisik Dona.
Sementara Putri, Aisyah dan Leni Istri dari Adrian juga saling menggenggam tangan putri, berharap kalau perjodohan bakal gagal, karena tanggal pernikahan putri dan Darius sudah di tentukan, bahkan sudah di sebar.
" Bu bagaimana ini, putri akan menikah dengan mas Darius, kami saling mencintai bu." Ucap Putri lirih, dia menitikkan air matanya, tidak mau pernikahan dia dan Darius batal karena janji ayahnya pada sahabat baiknya itu.
" Kamu jangan khawatir, ayah pasti bisa mengatasinya." Jawab Leni.
" Iya mbak, ayah pasti punya jalan keluarnya, mbak tenang dulu ya." Aisyah ikut menguatkan hati Kakaknya tersebut.
Di luar sana Arman memohon pada Adrian untuk mengijinkan Putrinya menjadi istri Dirga.
" Rian, maafkan aku kalau aku ini egois, tapi aku juga memikirkan masa depan putraku yan, aku yakin kalau aku menikahkan Dirga dengan putrimu, dia akan menjadu lebih baik, aku tahu betul, seperti apa perempuan yang saat ini menjadi pacarnya, dia tidak tulus me cintai putraku, ada maksud lain dari hubungan mereka, dan dia juga berasal dari keluarga yang tidak baik, kamu kan punya 2 putri, siapa saja aku mau." Pinta Arman pada Adrian.
" putriku ad satu man, yaitu putri, kalau Aisyah, dia adalah putri dari almarhum adikku sulaiman, ibunya meninggal saat melahirkannya, dan Sulaiman menyusul saat Aisyah, berumur 5 tahun, aku mendapatkan amanah untuk merawat dqn menjaganya." Jawab Adrian.
" Tapi dia kan juga keluargamu, anak yatim piatu akan membawa berkah dalam keluargaku, dan sepertinya dia adalah anak yang baik." Arman masih belum juga menyerah.
" Mendapatkan amanah menjaga anak yatim itu berat man, kalau kita mampu menjanya, menyayangi dia dengan baik, maka Allah akan melimpahkan banyak rahmat bagi rumah dan keluarga kita, tapi kalau kita menzolimi dia maka laknat Allah bagi rumah dan keluarga itu."Jawab Adrian.
" Aku akan menyayangi dia seperti kau menyayanginya, dan aku yakin pelan pelan, putraku Dirga juga pasti akan menerima dan mencintai dia, dengab kebaikan yang Aisyah miliki." Jawab Arman dengan mantab.
"Aku tidak bisa memutuskannya sekarang, beri aku waktu untuk membicarakan dengan Aisyah, dan ingat, kalau kalian sampai menyakiti dia, maka aku juga akan merasa sakit, dan kalian akan mendapatkan murka Allah." Jawab Adrian.
"Kami akan menyayangi dia sebagaiman kau menyayanginya, meski sekarang putraku belum mencintai dia." Jawab Arman.
"Aku akan bicara dulu dengan Aisyah, semua keputusan ada di tangannya bukan aku." Akhirnya Adrian setuju dan akan bicara dulu dengan Aisyah.
" Oke, besok malam kami akan kembali lagi kemari.
Setelah selesai berbincangan dua sahabat karib itu, alhirnya mereka kembali masuk ke dalam.
" Bagaimana pa?" tanya Dona pada suaminya.
" Keputusannya adalah besok malam, dan sekarang kita pulang dulu." Jawab Armand.
"Aku tidak akan biarkan, niat papa berhasil, apapun itu caranya, lihat saja para perempuan di rumah ini, tidak tahu fashion, gaya pakaian mereka nggak banget." Batin Dirga.
Arman dan keluarganya undur diri dari rumah Adrian dan mereka kembali ke rumah mewah mereka.
"Pa, pokoknya Dirga tidak mau menikah dengan anak om Rian, lihat tampangnya pa, kucel, kusam, dan memakai pakaian kebesaran seperti itu, Dirga hanya mau menikah dengan Oliv, lihat Olive pa, dia cantik, gaul, modis, pantas menjadi nyonya Dirgantara, lha itu tadi, ya Tuhan, cocoknya jadi pembantu." Ucap Dirga.
" Iya pa, Dirga benar, papa dapat darimana keluarga miskin itu, ini malah harus bersanding dengan kita yang statusnya berneda jauh dengan Mereka." Sinis Dona.
"Mama, jangan pernah memandang seseorang dari kekayaan dan status sosialnya, karena yang mama anggap miskin itu belum tentu hina, dan yang kaya juga belum tentu baik, bisa juga mereka pura pura kaya supaya bisa berteman dengan orang kaya." Jawab Arman.
"Pa apa istimewanya sahabat papa itu sehingga papa getol banget menjodohkan Dirga pada anaknya?" Heran Dona kenapa suaminya ngotot banget menjodohkan Dirga dengan anak Adrian.
" Adrian adalah sahabat papa sejak SMA, dia adalah yang sering membantu papa, baik dari keuangan maupun, pekerjaan sekolah, bahkan dia juga mengijinkan papa tinggal gratis di rumah mereka, walau keadaan keluarga Rian bukan termasuk orang kaya, dan makan saja harus di bagi, tapi mereka mau membagi dengan ikhlas pada papa yang bukan siapa siapa mereka, yang hanya anak Rantauan."Jawab Arman.
Dona hanya diam saja mendengarkan cerita dari Arman, Dona tahu kalau Arman bukan berasal dari keluarga kaya, tapi berkat kerja kerasnya, dia bisa mengembangkan dalah satu perusahaan kecil yang di berikan papa Dona padanya, hingga menjadi besar seperti sekarang ini, jadi Dona tidak membantahnya.
Kalau Dirga pergi begitu saja entah kemana, tanpa mau mendengarkan apa yang Arman bicarakan dengan Istrinya. Dirga menuju ke apartemen mewahnya menemui Oliv.
Di rumah sederhana Adrian. Leni mulai obrolannya dengan istri dan kedua putrinya.
"Yah bagaimana, keputusan obrolan ayah tadi?" Tanya Leni.
" Hah." Adrian menghela nafasnya dan menyandarkan punggungnya di sandaran Sofa ruang tengah.
" Arman berserikeras untuk tetap menikahkan Dirga putranya pada anak kita bun, dia tidak mau Dirga terjerumus oleh wanita yang bernama Oliv, yang hanya menginginkan harta mereka saja, Arman menginginkan menantu yang baik, dan istri yang baik untuk Dirga putranya."Jawab Adrian.
" Tapikan putri akan menikah dengan Darius mas, undangan juga sudah di sebar, kita tidak mungkin kan membatalkan pernikahan mereka, karena permintaan teman ayah itu." Jawab Leni.
" Ayah juga sudah mengatakan semuanya, tapi Arman tetap pada pendiriannya, katanya kalau Putri tidak bisa maka, Aisyah juga boleh, dia sangat yakin kalau putrikulah yang pantas untuk putranya." Jawab Adrian.
"Masyaallah aatagfirullah." Leni mengucap Istigfar pada Allah.
Putri memeluk erat Aisyah yang sudah seperti adik kandungnya sendiri itu, dia merasa berat untuk mengininkan Aisyah menikah dengan Dirga.
" Putri tidak setuju yah, ayah lihat sendiri tadi si Dirga itu, dia pria yang sombong dan angkuh, apalagi ibunya, putri tidak mau terjadi apa apa pada adikku nantinya."Jawab Putri.
" Ibu juga kurang sreg dengan keluarga itu pa, kita merawat dia,menyayanginya dengan segenap jiwa kita ibu, takut kalau Aisyah tidak bahagia, biarlah Aisyah memilih jodohnya sendiri, mendingan kita jodohkan saja dengan ustad Yusuf."Jawab Leni.
" Nduk Aisyah, ayah tidak akan memaksa kamu untuk setuju menikah dengan putra dari sahabat Ayah, tapi kamu dengar sendiri kan apa alasan Om Arman memilihmu untuk menjadi Istri Dirga, kalau kau berhasil nantinya, ini akan menjadi ladang pahala untuk kamu, tapi kalau kamu tidak setuju atau memiliki pilihan lain ayah tidak akan memaksa, semua ada di tangan kamu nak." ucap Adrian dengan menahan sesak di dadanya, sebenarnya dia juga tidak tega, kalau Aisyah masuk ke keluarga itu, tpi bagaimana lagi, dulu dia terlanjur mengucapkan sebuah janji pada sahabatnya tersebut.mau tidak mau Adrian harus rela melepas Aisyah.
"Yah." Ucap Leni dan Putri bersamaan.
" Yah, bun, mbak Putri, janji adalah hutang yang harus kita tepati, ayah sudah berhutang di hadapan Allah juga, jadi kita harus menepatinya, dengan mengucap Bismillah Ais akan menerima pinangan om Arman, dan akan berusaha menjadi istri yang baik bagi kak Dirga, semuanya kita akan kembalikan pada Allah, kalau kak Dirga memang jodoh Aisyah maka Allah akan melancarka hubungan kami, jika dia memang bukan jodoh Aisyah, maka Allah pasti akan memilihkan jalan terbaik untuk Aisyah." Jawab Aisyah yang pasrah dan menyerahkan semua pada Allah.
" Masyaallah nak, mulia sekali jalan fikiranmu, ayah tidak tahu harus berkata apa nak, semoga saja ini adalah jalan menuju kebahagiaan kamu anakku." Adrian memeluk tubuh Aisyah dan menangis terharu, dia tidak tahu harus berkata apa lagi, selain haru.
" Ais, hik hik, jangan kau korbankan dirimu, demi janji konyol ayahmu itu nak, ibu tidak mau kau menderita di sana, hik hik." tangis Leni pecah, diikuti oleh Putri juga yang ikut nangis.
" Bun, kak putri, kita pasrahkan saja pada Yang punya hidup kita, Allah yang akan memberi petunjuk dan pertolongan pada Ais nantinya." Jawab Aisyah.
Malam itu memang firasat Leni sudah tidak baik, dia yang sedari bayi membantu merawat Aisyah, jadi nalurinya sebagai ibu terasa kuat
Keesokan harinya, seperti janjinya Arman dan keluarga datang kembali ke rumah Adrian untuk menagih janji Adrian.
" Bagaimana yan? sudah ada keputusannya kan?" Tanya Arman penuh dengan harap.
"Sabar dulu sahabatku, janji yang sudah kita ucapkan di hadapan Allah, selalu aku ingat dan ini seperti hutang yang harus di perzanggung jawabkan, aku setuju menikahkan salah satu putriku kepada putramu Dirga. Karena Putri pertamaku sudah mendapatkan jodohnya, putri keduaku yang akan menikah dengan nak Dirga, meski Aisyah bukanlah putri kandungku sendiri melainkan putri adikku, tapi kami sudah menganggapnya sebagai anak kandung sendiri." Jawab Adrian sambil berkaca kaca.
" Terima kasih yan, aku yakin aisyah adalah jodoh yang tepat untuk Dirga, dan mereka akan hidup bahagia." Jawab Arman dengan mantab.
Sementara Dirga tersenyum miring melihat calon istrinya yang menurut dia enggak banget itu.
" Cantik sih cantik, tapi kampungan sekali, awas lihat saja, aku akan menciptakan neraka di rumahku nanti, sehingga dia sendiri yang memutuskan untuk pergi, dengan begitu papa akan menyalahkan kamu. " batin Dirga.
Dona juga menatap sinis ke arah Aisyah.
"Pa, pa, lihat menantu pilihan kamu, dekil, kucel, ih amit amit punya menantu kampungan seperti ini, mama juga tidak suka dengan Olive, tapi kalau gantinya si miskin ini, lebih baik Olive saja yang jadi menantuku." Batin Dona.
Lena yang melihat gelagat Dirga serta ibunya, merasa dadanya sesak sekali, dia tidak rela kalau keponakan yang sangat dia sayangi itu masuk ke keluarga seperti ini, tapi dia hanya bisa berdoa kalau itu cuma perasaan dia saja, semoga keluarga baru Aisyah baik dan menyayangi dia seperti mereka menyayangi Aisyah.
" Dan satu yang aku mohon pada kalian, sayangi dia seperti kami menyayanginya!" Pesan Adrian pada keluarga sahabatnya itu.
" Tentu saja, putrimu juga putri kami, iya kan ma, dan untuk Dirga aku yakin lambat laun mereka akan saling menyayangi, memang sekarang belum saling mengenal saja." Jawab Arman.
Kedua sahabat itu memutuskan untuk menikahkan Dirga dengan Aisyah minggu depan, berbarengan pernikahan Putri dan Darius.
💖💖💖
Hari ini kedua mempelai sudah di dandani dengan cantik, yang pertama Darius sudah melafalkan ijab khabul dengan lancar, giliran Dirga.
" Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah rannan til jannah, binti almarhum Firmansyah dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Dirga dengan fasih dan dalam sekali tarikan nafas mengucapkan ijab dan kabulnya.
" Bagaimana saksi?" penghulu menanyakan kepada para saksi keabsahannya.
" Sah sah."
Suara sah terdengar dari kamar di mana Asisyah berada, lalu di di jemput oleh Lena dan diantarkan ke samping suaminya yaitu Dirgantara prayoga dan menyandang status baru yaitu nyonya Dirga.
Aisyah di dudukkan di samping Dirga, wajahnya menunduk dan tangannya gemetar menahan tangis, dia juga teringat kedua orang tuanya yang sudah berada di akhirat sana.
Penghulu juga meminta sepasang pengantin baru untuk melaksanakan ritualnya kemudian dilanjutkan dengan Doa, Dirga enggan melihat wajah istrinya, bahkan saat mencium keningnya Dirga tidak memperhatikannya dengan jelas, kecantikan alami dan natural yang terpancar di wajah Aisyah.
Setalah semua rangkaian acara selesai tiba tiba sakit jantung Arman kambuh.
"Tolong Dirga, penyakit jantung papa kamu kambuh nak!" Dona minta Dirga membantunya.
Beberapa orang mengangkat tubuh Arman dan di bawa ke mobil Dirga, sementara Dirga, Aisyah dan ibunya langsung membawa Arman ke rumah sakit tanpa mempedulikan pakaian mereka yang masih memakai oakaian pengantin.
" Pa, bertahan sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit."Kata Dona yang terus memeluk tubuh suaminya itu.
Adrian dan Lena juga mengikuti mobil Dirga dari belakang, mereka menuju ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
Dokter segera melakukan tugas mereka masih masing untuk menyelamatkan pasien, tapi Allah berkehendak lain, Arman menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Mitra keluarga.
" Maaf nyonya, tuan, kami sudah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan beliau, tapi Allah lebih menyayangi tuan Arman." kata Dokter dengan pasrah.
" Papa, jangan tinggalkan mama, hik hik."Dona istri Arman pura pura bersedih, sebenarnya dia tidak begitu sedih, karena saat ini Dona punya PIL alias pria idaman lain.
"Tolong di urus pemulangan Jenazahnya dan selesaikan semua administrasinya tuan." ucap Dokter berikutnya, lalu pergi meninggalkan mereka yang masih berduka.
Lena mencoba mendekati Dona dan memberi dia dukungan tapi tangan Lena di tepis dengan kasar oleh Dona.
" Lepaskan tangan kotormu itu, ini semua gara gara kalian, Arman tidak mungkin meninggal kalau tidak ke tempat kalian yang kotor dan kumuh itu, udaranya saja sudah lenuh penyakit." Jawab Dona deengan sinis.
Lena segera mundur dua langkah dan mendekati Aisyah yang masih duduk lemas di kursi tunggu ruang Icu tersebut.
Dirga segera mengurus jenazah Arman dan membawanya ke rumah Duka, dia dan ibunya tidak mengijinkan Aisyah ikur masuk ke mobil mereka.
" Keluar lo, najis mobil gue di dusuki perempuan kucel seperti lo." Dirga menarik tangan Aisyah dari dekat mobilnya seperti memegang barang najis saja, Dirga bahkan mengelap Tangannya dengan sapu tangan dan langsung membuang sapu tangan tersebut di jalanan. Lalu dia pergi mengikuti mobil Jenazah menuju ke rumah duka.
" Astaqfirull yah, lihat kelakuan suami Ais, belum satu hari saja sudah seperti, lalu bagaimana keadaan dia di sana." Kata Lena sambil menahan sesam di dada.
" maafkan Ayah Ais, bu ayo kita hampiri dia, kalau memang suaminya tidak menerima dia, lebih baik di kembalikan saja pada kita bun, tapi hari ini adalah hari meninggalnya Arman, kita semua harus kesana, baru mencari jawaban atas apa yang kita lihat barusan." Jawab Adrian menenangkan istinya, walau dia juga merasa sesak di dada.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!