"Mas... apa nggak bisa untuk malam ini saja, menginap di sini. Lagian ini sudah larut malam hujan lagi" kata Saskia terhadap suaminya dengan nada bicara yang lembut.
"Nggak bisa, hujan seperti ini pasti Sarmila merasa ketakutan sendirian di Rumah" jawab Yoga sambil memakai sepatu untuk segera pulang ke rumah istri pertama. Ia memang selalu mengutamakan istri pertama tidak pernah berfikir bahwa Saskia juga takut akan hujan dan petir, ia tidak pernah mau tahu tetang istri kedua nya.
"Aku ini istri kamu juga, Mas... tidak sepantasnya pilih kasih seperti ini. Seharusnya bisa adil terhadap kedua istri. Bukan hanya mbak Mila yang di perhatikan" kata Saskia dengan nada bicara yang kesel.
"Kamu ini bicara apa sih, bukan nya tidak ada masalah selama ini. Kenapa tiba-tiba seperti ini " kata Yoga sambil menatap lekat wajah Saskia yang terlihat kesal.
"Selama ini aku diam, bukan berarti suka dengan semua perlakuan mu. Ku kira kamu akan berfikir bahwa aku juga istri mu seperti Mbak Mila, ternyata aku salah. Di hidupmu hanya ada dia dan dia nggak perduli dengan ku, mau sakit mau apa" kata Saskia sambil pergi berlalu meninggalkan suaminya yang hendak pergi ke rumah istri pertama.
Wajar jika Saskia menuntut, sebab selama ini Yoga selalu memperlakukan nya tidak adil bahkan terkadang di kunjungi saja hanya saat pulang kerja dan setelah itu akan pulang lagi ke rumah istri pertama.
Selama ini Saskia selalu diam, tetapi bukan berarti suka terhadap semua perlakuan dari suaminya. Ia berharap suatu saat akan berubah dan bisa berlaku adil tapi nyatanya tidak.
Yoga pun pergi begitu saja tanpa menghiraukan Saskia yang merasa di perlakuan tidak adil. Padahal diluar hujan sangat deras begitu juga dengan suara petir, Yoga sangat mengkhawatirkan Sarmila tetapi tidak perduli dengan Saskia. Padahal istri kedua nya juga sama-sama takut akan hujan. Akan tetapi lelaki itu lebih memilih pulang ke rumah istri pertama.
Memang benar kata orang, yang pertama akan selalu menjadi yang utama. Ia tidak mungkin menyakiti hati istri pertama dan tidak perduli dengan perasaan istri ke dua.
Keesokan harinya, seperti biasa Saskia akan bermalas-malasan untuk bangun sebab tidak akan ada yang meminta sarapan. Ia masik asik berada di bawah selimut, tetapi pendengaran nya terganggu dengan suara bel yang berbunyi.
"Astaga siapa sih... ganggu orang tidur saja" Saskia menyibak selimut lalu turun dari atas tempat tidur, dan berjalan perlahan keluar dari kamar tanpa mencuci wajah terlebih dahulu, ia langsung membuka pintu tanpa melihat ke arah yang berdiri di depan pintu.
"Ada apa sih... pagi-pagi sudah datang ke rumah orang ganggu saja" kata Saskia dengan nada bicara yang judes.
"Ini rumah ku juga" jawab Yoga dengan nada bicara penuh penekan.
"Mas,Maaf... kenapa datang pagi seperti ini, lagian nggak ngabarin kalau mau ke sini! " kata Saskia yang masih berdiri di depan pintu.
"Kamu tuh yang mengabaikan panggilan dari suami, punya ponsel tuh di pergunakan dengan baik bukan hanya untuk membaca novel online. Suami mau datang saja sampai nggak tahu" ucap Yoga sambil melewati sang istri yang masih kaget akan kehadiran dirinya.
"Tunggu sebentar aku mandi dulu! " kata Saskia.
"Nggak perlu, cepat siapkan sarapan untuk ku nanti telat kalau harus mandi terlebih dahulu"
"Kenapa sarapan? memang nya di sana nggak ada yang masak bukan nya banyak pelayanan di sana? " tanya Saskia sambil menatap suaminya heran. Setiap kali menginap di rumah istri pertama pasti sarapan di rumah istri ke dua.
"Istri aku itu kamu bukan para pelayanan jadi wajar jika aku minta di masakin sama kamu" kata Yoga dengan nada bicara penuh penekanan.
"Kan mbak Sarmila juga istri kamu kenapa nggak minta dia! "
"Sudah jangan banyak protes, mana ada waktu untuk masak. Seperti baru kenal saja, paling yang di masak telor ceplok. Bosen tahu... "
"Iya, tunggu... sebentar, mau sarapan apa? "
"Serah deh, yang penting jangan telor ceplok,
bisa-bisa bisulan nanti"
"Lagian aneh, banyak pelayanan makan harus istri yang masak" gerutu Saskia sambil pergi melangkah kan kaki untuk segera pergi ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk suaminya.
Setalah sampai di dapur, Saskia mengambil bahan masakan untuk segera di masak. Dengan telaten tangan mulai memasak, Yoga duduk di kursi yang ada di dapur sambil memperhatikan sang istri memasak. Rasa kagum untuk Saskia mulai hadir di hati Yoga, ternyata istrinya sangat pandai menggunakan peralatan masak.
Setelah cukup lama bergulat dengan perabotan di dapur akhirnya selesai juga.
Masakan sudah di hidangkan dan siap di nikmati.
"Sudah siap... silakan semoga suka! " kata Saskia sambil mengisi piring sang suami dengan menu sarapan pagi ini.
"Apapun yang kamu masak pasti aku suka, entah kenapa rasanya itu beda bahkan rasa seperti ini tidak pernah menemukan nya" Yoga memuji sang Istri sambil mengunyah makanan di mulut nya, memang benar istrinya itu sangat pandai memasak.
"Kenapa nggak makan? ayok sarapan bareng! " ajak Yoga.
"Nanti saja, kan belum mandi juga"
"Ayok sini buka mulutnya" kata Yoga sambil mendekat kan sendok untuk menyuapi sang istri.
Sarapan pagi mereka lalui dengan penuh kehangatan, hal seperti ini yang tidak pernah di rasakan oleh Yoga ketika berada di rumah istri pertama. Beda lagi saat bersama Saskia perempuan ini selalu melayani suaminya dengan sepenuh hati, meskipun statusnya hanya sebagai istri ke dua. Tetapi tidak mengurangi rasa cinta Saskia untuk sang suami, terkadang ketidak adilan kerap sekali Saskia dapatkan. Akan tetapi ia sadar diri bahwa ini konsekuensi nya menjadi yang ke dua, ia ikhlas menerima semua ini. Tidak memiliki dendam sedikit pun terhadap sang suami, meski hatinya kesal tetapi saat Yoga datang maka akan di sambut dengan senyum. Dan hal itu yang membuat Yoga jatuh cinta terhadap Saskia perempuan sederhana dan keibuan, pandai memasak dan membeli hati suami dengan menu masakan yang di ciptakan nya.
Sarapan pun sudah selesai, Saskia merapikan piring dan sisa makanan.
"Nanti sore mampir dulu ke sini nggak? nanti aku masakin kesukaan kamu, mas.." tanya Saskia terhadap sang suami.
"Nanti malam kan ada acara di rumah Mama, oh iya aku lupa belum ngasih tahu ya! " kata Yoga.
"Acara apa, tumben Mama nggak ngasih tahu aku biasanya kan minta pendapat soal makanan" kata Saskia heran, sambil menatap lekat sang suami.
"Mungkin Mama nggak mau ngerepotin kamu, jangan berprasangka buruk lah" kata Yoga sambil mengelus rambut sang istri.
"Iya" jawab Saskia dengan singkat.
"Ya sudah aku berangkat dulu, jaga diri baik-baik. Jangan lupa kunci pintu dan satu hal lagi, nanti sore aku jemput kita berangkat bareng ke rumah Mama"
Saskia pun mengangguk, dan Yoga pergi berlalu setelah berpamitan.
Setelah sang suami pergi ia langsung masuk kembali ke dalam rumah.
Sore hari telah tiba, Saskia sudah dandan rapi. Mereka akan makan malam di rumah keluarga Yoga, sebentar lagi sang suami akan menjemput nya. Tetapi waktu sudah menunjukkan jam 6 sore sang suami belum kunjung datang, di telepon juga tidak di jawab. Entah apa yang terjadi dengan sang suami, Saskia mondar-mandir nggak tenang. Setelah cukup lama menunggu akhirnya terdengar suara kendaraan berhenti di depan rumah nya.
"Akhirnya pulang juga" kata Saskia sambil membuka pintu dan menyambut kedatangan suaminya.
"Maaf ya, telat... jalan macet" jawab Yoga sambil melonggarkan dasi nya, ia merasa sangat lelah sekali.
"Kenapa di telepon nggak di jawab, bikin khawatir saja, Segitu nggak ada waktunya sampai menjawab telepon saja nggak bisa" ucap Saskia sambil cemberut.
"Ya bukan seperti itu, ponsel nya ketinggalan di kantor pas ingat sudah jauh. Jika putar arah lagi pasti lebih telat... "
"Mau mandi dulu atau apa? aku sudah selesai bersiap tinggal berangkat"
"Tunggu sebentar yah, mandi dulu... rasanya nggak enak banget "
Saskia mengangguk dan mengikuti langkah kaki suaminya untuk pergi ke kamar dan mempersiapkan baju ganti.
Setelah beberapa saat Yoga pun sudah selesai dengan kegiatan nya di kamar mandi, dan langsung memakai pakaian yang sudah di siapkan oleh sang istri. Tidak butuh waktu lama bagi Yoga untuk bersiap dan akhirnya siap untuk berangkat.
Yoga dan Saskia mengenakan pakaian senada, terlihat sekali pasangan yang serasi. Yoga terbiasa menyetir sendiri jika hendak pulang ke rumah Saskia, entah kenapa pria ini selalu ingin melakukan apapun sendiri tanpa bantuan orang lain jika itu berhubungan dengan istri ke duanya.
Bahkan pekerjaan rumah dan yang lainnya Saskia mengerjakan sendiri, beda lagi dengan Sarmila semua serba di layani. Ada beberapa sopir juga yang stay di sana, jika mau pergi ke manapun tidak susah dan menunggu suami pulang. Tetapi Saskia jika ingin pergi harus menunggu Yoga pulang kantor, jika itu sangat mendadak pasti Saskia menggunakan jasa angkutan umum.
"Ayok berangkat! " ajak Yoga terhadap sang istri.
Akhirnya mereka berdua akan segera berangkat ke rumah orang tuanya, entah ada acara apa. Sarmila dan Saskia di undang untuk makan makan malam bersama.
Yoga melajukan kendaraan nya dengan kecepatan sedang, selama perjalanan tidak ada hal yang mereka bicarakan. Hanya sesekali Saskia bertanya kepada suaminya dan itu juga di jawab desa singkat. Perjalanan yang mereka lalui sedikit lama sebab jarak nya lumayan jauh.
Waktu bergulir begitu cepat, akhirnya mereka sampai di rumah orang tua Yoga.
Saskia dan Yoga langsung turun dan berjalan perlahan untuk segera masuk, sebab mereka sudah di tunggu oleh keluarga besar.
Kedatangan mereka di sambut hangat oleh keluarga kecuali bibir dari Yoga, ia tidak pernah suka terhadap Saskia. Dia kalau bicara selalu saja sinis terhadap Saskia dan berkata pelakor. Bagi dia mau bagaimana baik nya, Saskia tetaplah pelakor yang merebut kebahagiaan wanita lain untuk kebahagiaan dirinya.
"Eh kalian kenapa lama sekali datangnya! " kata sang Mama dengan senyuman mengembang di bibirnya.
"Iya, Ma... tadi aku telat pulang, jadi terlambat deh datang nya. Maafin aku... " kata Yoga sambil tersenyum tipis menatap ke arah sang Mama lalu bergantian ke Papa nya.
"Silakan duduk! "
"Sini kia dekat Mama! " kata sang mertua sambil menunjuk kursi kosong yang berada di dekat nya.
Sedangkan Yoga duduk di samping Sarmila dan sang Bibi.
"Nah kalau begitu baru kalian pasangan serasi, bukan sama pelakor itu. Yang rela menghancurkan mimpi orang lain demi terwujudnya mimpi dia sendiri" kata sang Bibi sambil menatap tajam ke arah Saskia.
"Bibi, kenapa bicara seperti itu" kata Sarmila, seolah ia prihatin terhadap Saskia di perlakuan seperti itu.
"Bi... bisa nggak jangan membuat keributan kita ini mau makan loh, jangan bikin nafsu makan jadi hilang" kata Yoga, ia tidak suka istrinya di sebut pelakor.
Saskia menunduk ia tidak berkata apapun, jika orang menganggap istri ke dua itu sebagai pelakor maka ia terima dengan ikhlas perkataan semua orang.
"Kalian ini kenapa sih, mau makan malah adu otot. Sudah nikmati tuh makanannya" kata sang Mama.
"Tuh, adik Mama... kapan dia mau nerima kehadiran Saskia di rumah ini, dia nggak salah. Aku yang sudah membawa nya kerumah ini, sudah sepantasnya dia di anggap dan di hargai" kata Yoga kesal.
"Sudah, kalian seperti anak kecil saja"sela Ayah Yoga.
Akhirnya mereka semua diam, dan mulai menikmati makan malam. Mood Yoga sudah hilang begitu juga dengan Saskia, akan tetapi Saskia berusaha untuk tetap tenang.
" Mas... kenapa makanannya hanya aduk-aduk saja sih? "tanya Sarmila terhadap sang suami.
" Nggak enak makanan nya, lagi pula selera makan ku sudah hilang "
"Mas, mau makan apa biar aku masakin? " tanya Saskia.
"Nggak usah, biarkan dia makan makanan yang sudah tersedia nggak baik menyia-nyiakan makanan" kata Mama mertua menyela ucapan Saskia.
Dan perempuan itu langsung terdiam dan menunduk.
"Sok perhatian" gerutu sang Bibi, terlihat dengan jelas bahwa ia tidak suka dengan kehadiran Saskia di rumah ini.
Waktu bergulir begitu cepat acara makan malam sudah hampir selesai, mereka masih berada di ruang makan tiba Ayunda Mamah dari Yoga berkata " Mil... kapan kamu hamil? kalian menikah sudah dua tahun loh, coba periksa apa baik-baik saja atau tidak jika Saskia belum hamil ya wajar dia baru beberapa bulan menikah tapi kamu! "
Seketika Sarmila tersedak air yang sedang di minum, entah kenapa jika membahas soal anak ia merasa tidak bersemangat. Ia belum ingin memiliki anak, sebab bagi Sarmila mempunyai anak itu sangat merepotkan dan melelahkan.
"Iya, Ma... jika ada waktu nanti aku periksa" kata Sarmila dengan raut wajah yang malas.
"Mama sama Papa sudah tidak lagi muda, ingin sekali melihat anak dari kalian. Kami ingin menghabiskan sisa usia kami dengan cucu-cucu" kata Ayunda dengan raut wajah yang sedih.
"Jangan sedih seperti itu, Ma... nanti juga aku punya banyak anak. Mama mau berapa cucunya? " kata Yoga, ia berusaha menghibur sang Mama agar tidak bersedih lagi soal keinginan nya memiliki cucu.
"Iya, Ma... pasti sebentar lagi rumah ini akan ramai dengan tangisan bayi" kata Saskia sambil menggenggam tangan sang Mertua.
"Mama tunggu kehadiran Yoga junior di rumah ini secepatnya"
"Iya Ma, iya... " jawab Yoga.
Akhirnya makan malam sudah selesai, selama makan malam berlangsung sang bibi terus terdiam. Di dalam hatinya ia mengutuk Saskia agar tidak memiliki anak, entah apa masalah nya sehingga ia sangat membenci Saskia. Padahal sebenarnya juga mereka tidak pernah saling kenal.
Usai makan malam, tidak ada percakapan yang lebih serius selain ingin segera memiliki cucu dari anak semata wayang mereka. Tetapi Sarmila kurang menanggapi permintaan sang Mertua, sedangkan Saskia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sadar betul posisinya hanya sebagai istri kedua bahkan di kunjungi saja sebatas di siang hari atau pulang bekerja, setelah itu di rumah Sarmila sepenuhnya. Ia tidak berhak menuntut dari suaminya.
"Sudah lah, Ma...jangan bahas soal cucu terus, nanti juga Sarmila hamil kalau sudah waktunya" kata Yoga sambil menatap Sarmila, bahkan ia tidak menatap kepada istri keduanya. Saskia sadar diri ia hanya diam.
Flasback on
Satu tahun yang lalu, saat itu Yoga dan Sarmila sudah melakukan hubungan suami istri dan. Pada saat itu Sarmila masih bekerja sebagai pramugari di salah satu maskapai penerbangan, jam terbang nga lumayan bagus wajahnya yang cantik tubuhnya yang semampai menunjang kariernya. Ia juga di kenal sebagai wanita yang sangat pintar, mereka berpacaran dengan Yoga cukup lama hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan akhirnya menikah dengan satu syarat, bahwa Yoga tidak akan melarang Sarmila untuk bekerja dan itu diterima oleh Yoga.
"Sayang...apa ini? " saat Yoga ingin mengambil sesuatu ke dalam laci dan ternyata dia menemukan pil alat kontrasepsi.
Sarmila gugup saat itu, ia berusaha mencari alasan yang tepat agar diterima oleh sang suami.
"I-itu... "
"Jangan bilang kamu nggak mau mempunyai anak dari ku, sehingga menggunakan pil ini agar kamu tidak hamil, ayo jawab jangan diam saja! " teriak Yoga dengan penuh amarah, dia tidak menyangka jika sang istri melakukan ini.
"Sayang aku bisa jelaskan, ini tidak seperti yang kamu kira" kata Sarmila sambil mendekat ke arah sang suami lalu memeluk nya dari belakang.
"Apalagi yang perlu di jelaskan, sudah tidak ada lagi"
"Bukan tidak mau hamil, tetapi aku masih mau bekerja tetapi bagaimana kalau aku hamil nanti nggak bisa bekerja lagi! " kata Sarmila dengan raut wajah yang sangat sedih.
"Meskipun kamu tidak bekerja, aku masih mampu memberimu nafkah... bahkan perusahaan tempat kamu bekerja saja mampu ku beli, aku kecewa sama kamu.. "
"Maafkan aku, sayang... " kata Sarmila, dengan raut wajah yang sedih. Ia terus melingkar kan tangan nya di pinggang sang suami.
Dan Yoga menyingkirkan tangan Sarmila dari pinggang nya, lalu dia menuju lemari dan berganti pakaian.
"Aku pergi dulu... " kata Yoga sambil keluar dari kamar, sejujurnya ia sangat kecewa pada sang istri.
"Mas, mau pergi ke mana? jangan tinggalin aku" kata Sarmila, tetapi lelaki itu terus pergi tanpa menghiraukan teriakan Sarmila.
Yoga pergi dari rumah tanpa tujuan yang jelas, setelah cukup lama muter-muter dan ia ingat terhadap sahabatnya yang mempunyai kafe. Mungkin ia bisa minum kopi di sana sekaligus curhat. Akhirnya Yoga segera pergi ke kafe milik sahabat nya, tidak perlu waktu yang lama. Yoga sudah sampai dan di sambut hangat oleh pemilik kafe dan itu sebagai sahabat Yoga.
"Eh kenapa wajah elu kusut macam kanebo kering begitu" tanya Ali sahabat Yoga.
"Gua lagi mumet bener hari ini, coba minta kopinya! yang bisa menghilangkan rasa kecewa" kata Yoga asal ngomong.
"Ngomong itu yang benar jangan asal jeplak saja, mana ada kopi rasa itu, eh tunggu mungkin yang membuat kopi bisa membuat mood elu lebih baik"
"Coba mana cepetan, kepala gua sudah hampir pecah ini! " kata Yoga yang sudah tidak sabar ingin minum kopi.
"Emangnya kepala elu itu balon bisa pecah dengan mudah" kata Yoga sambil meminta pelayan untuk segera membuatkan kopi untuk tamu terkutuk nya sang bos. Sekali nya datang ke tempat ini permintaan nya aneh-aneh.
Setelah beberapa saat pelayanan datang dengan membawa secangkir kopi.
"Nah ini dia pelayanan baru di sini, mungkin jika lu melihat wajahnya bisa jadi mood elu jadi membaik dan bisa hilang itu rasa kecewa " kata Ali.
"Siapa dia? "
"Namanya Saskia, dia baru beberapa hari bekerja di sini tetapi dia sangat rajin dan pandai meracik kopi. Aku suka dengan cara kerja nya" kata Yoga.
"Tapi elu bukan suka sama orangnya kan? " kata Yoga sambil menatap saatnya itu.
"Ya enggak lah tidak lebih dari antara bos dan karyawan"
"Yakin elu nggak naksir sama dia, kalau begitu boleh lah buat gua saja? " kata Yoga asal bicara
"Ngomong apa elu, Sarmila mau di simpan di mana? jangan aneh-aneh"
"Gua lagi punya masalah dengan dia, pokoknya rumit kalau di ceritakan" Yoga berkata sambil menatap lurus kedepan.
Waktu bergulir begitu cepat cafe sudah mau tutup tetap Yoga enggan untuk segera pulang, dia masih betah berada di sini dan cerita panjang lebar terhadap sahabatnya itu.
"Elu kapan pulang nya, kita mau tutup ini! mereka sudah lelah seharian bekerja" kata Ali.
"Ngusir gua elu? "
"Ya kagak, cuma mereka tuh sudah pada capek ingin istirahat" Ali berkata sambil menunjuk ke arah karyawan nya yang sudah terlihat lelah ingin segera pulang.
"Tapi bagaimana jika gua belum mau pulang! "
"Pindah ke cafe lain saja yang buka 24 jam, biar elu bisa nongkrong sampai pagi " kata Ali kesal.
"Bisa nggak gua pinjem karyawan elu yang namanya Saskia, gua bayar lebih mahal dari gaji sebulan dia di sini! " kata Yoga dia memberi penawaran terhadap Ali.
"Yang benar saja elu kalau ngomong! "
"Iya, gua serius"
"Nanti elu apa-apain lagi itu anak orang, bisa berabe urusan nya"
"Nggak cuma nemenin gua minum kopi dan mendengarkan cerita gua, soalnya elu nggak mau lagi mendengarkan cerita dari gua"
"Kalau gua terus di sini dan mendengarkan cerita elu, yang ada pas pulang istri gua ceramah 30 juz mending cari aman lah"
Setelah pembicaraan cukup lama, dan Ali memohon terhadap Saskia agar menemani sahabatnya yang sedang galau itu. Dan kesepakatan pun terjadi di antara mereka, Saskia ikut bersama Yoga. Dan perempuan itu hanya menjadi pendengar setia, Yoga menceritakan semua kejanggalan yang ada di harinya. Hingga pada akhirnya, Saskia merasa pusing hanya di bawa muter-muter saja tanpa ada tujuan yang jelas.
"Pak... mau aku tunjukkan tempat yang bagus tidak, di sana bisa menikmati indahnya kota di malam hari, di jamin pasti suka. Dan udara nya sangat sejuk sekali" kata Saskia, sebab ia sudah pusing hanya di bawa muter-muter saja.
"Saya bukan Bapak mu, jadi jangan panggil seperti itu cukup nama saja" kata Yoga.
"I-iya... " jawab Saskia ragu.
Akhirnya Yoga segera melajukan kendaraan nya, untuk segera menuju tempat yang di rekomendasikan oleh Saskia, setelah cukup lama di dalam perjalanan akhirnya berhenti di sebuah tempat di mana seperti tempat parkir umum. "Sudah sampai! " kata Saskia.
"Mana tempat yang bagus itu? " tanya Yoga.
"Turun dulu, kita perlu berjalan ke atas sebab tidak bisa di akses oleh kendaraan" kata Saskia.
Akhirnya Yoga pun pasrah dan mengikuti Saskia, mereka berdua berjalan nanjak untuk menuju bukit yang bisa menikmati keindahan kota di malam hari.
Setelah cukup lama akhirnya mereka sampai di bukit dan ternyata sangat indah sekali, seketika Yoga lupa dengan masalah rumah tangga nya bersama Sarmila.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!