NB: Berisi beberapa adegan menegangkan dan berbahaya. Novel tidak diperuntukkan bagi pembaca di bawah 21 tahun. Harap bijak dalam memilih bacaan..!!
🥀🥀🥀
Dentuman musik DJ menggema memekakkan telinga. Riuh suara sorak sorai pengunjung terdengar saling bersahutan. Tarian tarian erotis wanita wanita mabuk dengan busana serba mini menjadi pemandangan yang lumrah, berbaur dengan para laki laki mabuk yang begitu santai meraba, menyentuh, memeluk, hingga mencumbu pengunjung lain yang mungkin tidak semua adalah pasangan masing masing.
Seorang gadis cantik berkacamata nampak berjalan menaiki sebuah tangga bangunan berlantai tiga itu. Dengan nampan di tangan berisi beberapa botol alkohol, gadis muda berkemeja pink press bodi dan rok mini hitam berbalut stoking jala itu nampak berjalan menuju sebuah ruangan khusus di lantai dua yang dihuni oleh para orang orang berkantong tebal di sana.
Seorang pria berbadan algojo nampak membukakan pintu ruangan itu untuk sang gadis. Wanita yang merupakan pelayan disalah satu tempat hiburan malam itu lantas masuk ke dalam ruangan tersebut. Dilihatnya di sana, alunan musik menggema, dinikmati oleh segelintir pria pria mapan yang nampak duduk di sebuah sofa panjang, ditemani beberapa wanita malam yang terlihat begitu menggila di antara para laki laki berdompet tebal itu.
Jangan ditanya aktivitas apa yang terjadi di dalam sana. Sekumpulan pria yang katanya adalah satu komplotan sebuah gangster itu kini nampak menikmati sebuah tarian stri**is dari tiga orang wanita yang bahkan sudah tak berbusana di atas panggung sana. Bergerak begitu bringas seolah ingin menggoda bir*hi manusia manusia pemuja maksiat itu.
Gadis pelayan bernama Saras itu nampak berjalan dengan tenang. Sedikit membungkuk, lalu meletakkan botol botol yang dibawanya itu ke atas meja di mana beberapa bungkus rokok, gelas sloki, serta beberapa kertas klip dan bubuk bubuk putih di atas sebuah kertas nampak berserakan di sana. Tepat di hadapan seorang pria dewasa, ketua gangster yang nampak tengah menikmati pelayanan khusus dari seorang wanita malam yang dipesannya.
"sssshh...oohh..." suara itu lolos dari bibir pria berjambang dan berkumis cukup lebat itu.
Seorang wanita yang sudah hampir tak berbusana itu nampak menggerakkan kepalanya naik turun, memberi kenikmatan pada seonggok benda yang sudah berdiri tegak menantang di sana.
Keduanya bahkan tak peduli dengan kondisi ruangan yang tak hanya ada mereka berdua.
Saras tetap tenang. Hal hal semacam itu sudah sangat sering ia saksikan. Toh para wanita wanita itu juga sangat Saras kenal. Mencari uang di tempat yang sama meskipun dengan cara yang berbeda.
Semua botol sudah berpindah dari nampan ke atas meja. Gadis itu kemudian menegakkan posisi tubuhnya lalu bergegas pergi dari tempat itu. Melangkah hendak menuju tangga untuk turun ke lantai bawah. Namun tiba tiba....
seeeeetttt....
Saras berbalik badan dengan cepat. Sebuah tangan nakal dengan lancangnya menarik tangan wanita itu saat Saras sudah berada di ujung tangga.
Dilihatnya di sana, seorang pria dewasa berkulit gelap dengan perut buncit sudah berdiri di belakang nya. Menatapnya dengan tatapan lapar. Bau alkohol tercium jelas dari tubuhnya. Ia bahkan sudah tak bisa berdiri dengan benar. Sempoyongan...!
Saras mencoba tersenyum di tengah rasa kagetnya. Sepertinya pria itu adalah anggota dari komplotan gangster yang menyewa ruangan khusus itu. Ia pasti mengikuti Saras dari dalam..!
Tangan pria itu kembali bergerak, mencoba menyentuh paha mulus itu namun Saras buru buru mengelak.
"Jangan ya, om..." ucap wanita itu manis seolah tak mau menyinggung perasaan pria hidung belang itu.
"Ayolah, sayang. Kita bersenang senang dulu. Om punya banyak uang untuk kamu. Temani om malam ini.." ucap pria itu.
Saras tersenyum lagi.
"Aku lagi nggak bisa, om. Kalau om mau, aku cariin temen aku ya dibawah.." ucap Saras memberi solusi.
"Ayolah, om mau kamu..! Om sudah sering memperhatikan kamu..! Om pengen menghabiskan malam ini sama kamu. Yuk, ikut Om yuk..! Om akan kasih apapun yang kamu minta..." ucap laki laki mabuk itu setengah memaksa. Ia bahkan mulai berani menarik lengan gadis cantik berkacamata tersebut.
"Sorry om, aku cuma pelayan disini..." ucap Saras sambil mengelak lagi. Mencoba menepis genggaman tangan yang mulai brutal seolah ingin memaksa gadis manis itu ikut dengannya.
"Alah, apa bedanya dengan mereka yang ada di dalam...?! Ayolah, sayang..! Ikut, om..!" ucap pria itu.
"Maaf, om, aku nggak bisa...!"
"Alaaahh...! Ayolah..."
"Nggak, om..!"
"Ayo...!!" ucap pria itu kini mulai memaksa. Suaranya mulai meninggi dan gerakannya makin brutal.
Saras mulai kesal. Ia terus berontak. Laki laki itu terus menarik tangan itu agar ikut dengannya. Hingga....
buughh......
Hantaman lutut dengan sekuat tenaga mendarat dengan sempurna di salah satu bagian tubuh di bawah perut pria dewasa itu. Laki laki itu ambruk. Ia merintih memegangi salah satu organ terpenting kaum Adam itu. Saras mengangkat dagunya.
"Mampus lo..!" ucap gadis itu. Ia lantas berlalu. Menuruni tangga dengan cepat dan pergi meninggalkan pria dewasa yang kini nampak tak sadarkan diri itu.
Saras berjalan menuju meja bartender. Di mana seorang pria nampak sibuk melayani para tamu. Menyediakan berbagai jenis alkohol pesanan para pengunjung yang makin malam justru makin ramai itu.
Ya, namanya adalah Anggita Pricilia Sarasvati. Dia seorang gadis muda berusia dua puluh tahun. Saras, biasa ia dipanggil. Bekerja sebagai seorang pelayan pengantar alkohol di sebuah tempat hiburan malam di kota itu selama kurang lebih satu tahun terakhir.
Wajahnya manis, berambut sebahu, berkacamata lensa bening, bertubuh ramping dan berkulit putih. Pekerjaan nya di tempat itu adalah sebagai pengantar minuman minuman beralkohol bagi para pengunjung disana.
Bekerja di tempat yang identik dengan dunia malam, pergaulan bebas, minuman keras, narkoba, bahkan prostitusi, tentu membuatnya harus lebih ekstra berhati-hati dalam menjalankan pekerjaannya.
Tak jarang ia mendapatkan perlakuan tidak sopan dari para pengunjung. Seperti yang baru saja terjadi tadi. Ditawar secara terang-terangan bak sebuah barang dagangan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi seorang Saras. Meskipun demikian, rupanya wanita itu juga tak begitu mudah tergoda.
Ia selalu punya alasan untuk menolak ajakan para pria-pria hidung belang itu. Walaupun ia bukanlah wanita yang yang sepenuhnya baik, alim, ataupun polos, namun dalam dirinya ia mempunyai komitmen yang cukup kuat.
Tugasnya hanya sebagai pelayan. Ia bekerja mencari uang untuk dirinya sendiri dan keluarga nya. Ia hanya pelayan, tidak lebih..!
Saras adalah seorang gadis yang pekerja keras, cuek dan juga sedikit tomboy. Ajaran agama cukup jauh dari kehidupan nya. Ia adalah wanita baik baik. Namun karena terlahir dari keluarga dengan bibit, bebet, dan bobot yang kurang baik, iapun terpaksa bekerja di tempat yang tidak baik.
Saras adalah anak kedua dari sebuah pernikahan yang terjadi antara ibu kandungnya dengan seorang pria yang bahkan ia tak tahu nama dan wujudnya. Ibunya bercerai dengan ayah kandungnya saat usianya masih lima bulan.
Sang ayah pergi membawa kakaknya yang terpaut usia tiga tahun lebih tua darinya. Sedangkan ibunya sudah menikah lagi dua bulan setelah perceraian nya dengan mantan suaminya terdahulu. Ia menikah dengan seorang laki laki bernama Burhan yang kini menjadi ayah tiri Saras.
Kehidupan keluarganya jauh dari kata harmonis. Ayah tirinya adalah seorang penjudi sekaligus bandar togel. Memiliki sifat dan tabiat yang keras, arogan, suka main tangan, dan mata duitan.
Sedangkan ibunya, ia hanya seorang ibu rumah tangga pemilik sebuah warung kelontong yang diam diam juga menjadi tempat penyedia aneka minuman keras ilegal atas perintah suaminya.
Saras memiliki seorang adik laki laki hasil pernikahan ibunya dengan Burhan. Namanya Adit. Dia baru berusia enam belas tahun. Adit masih duduk di bangku kelas sepuluh Sekolah Menengah Atas.
Adit adalah remaja putra yang tak begitu berprestasi. Hidup dan tinggal bersama ayah seorang penjudi dan didikan keluarga yang tak terlalu baik, membuatnya dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya.
Lagi lagi, ajaran agama begitu jauh dari kehidupan nya. Adit dikenal sebagai remaja yang suka balap liar untuk mencari uang. Selain itu, ia juga nyambi bekerja sebagai montir di sebuah bengkel motor di kota itu.
Keluarga mereka adalah keluarga yang bisa dikatakan hidup di lingkup kriminal dan lembah hitam. Roda kehidupan keluarga mereka di kendalikan oleh sang ayah yang memiliki sifat dan tabiat keras dan arogan. Bahkan, terjunnya Saras bekerja di tempat maksiat ini, tak lain dan tak bukan juga karena paksaan dari sang ayah yang selalu menuntut uang, uang, dan uang.
Istrinya di paksa berjualan minuman keras. Anak perempuan nya diperas keringatnya, dan sang anak laki laki pun tak pernah dinafkahinya.
Laki laki pemabuk itu sibuk dengan kehidupan pribadi nya. Ia tak peduli dengan kebahagiaan anak anak dan istrinya.
.
.
Visual...!
Hanya imajinasi author, kalau nggak sesuai dengan bayangan kalian, bisa di skip aja😁
👇👇
Anggita Pricilia Sarasvati👇
Dionyz Aldari Miguel👇
Giovani Reksa👇
Arkana Pasha Ghifari 👇
Malvino Andreas Miguel 👇
Bharata Wijaya👇
Jason Smith 👇
Aditya Pratama 👇
...----------------...
Selamat pagi....
Ada yang baru..kembali ke zona mafia mafia an.
Yuk, di favoritkan...
Seperti biasa, ini akan jadi novel sampingan sambil nunggu yang masih on going tamat ya ..
jangan lupa kasih dukungan dulu 🥰😘🥰😘
Pagi menjelang...
Saat jam menunjukkan pukul lima pagi. Dimana sebagian masyarakat baru saja pulang dari masjid tempat mereka beribadah...
Sebuah motor matic berhenti di depan sebuah rumah sederhana di tengah tengah pemukiman padat penduduk itu.
Seorang wanita cantik berkulit putih nampak melepas helm bogo coklatnya. Ia kemudian turun dari kendaraan roda dua nya itu, lalu masuk ke dalam rumah sederhana yang berdampingan dengan toko kelontong kecil milik ibunya. Tak lupa, motor matic yang menjadi alat transportasi nya itupun ia dorong masuk ke dalam rumah.
Saras diam sejenak. Dilihatnya disana beberapa pria dewasa nampak duduk membentuk lingkaran di atas sebuah tikar yang tergelar di lantai. Aktifitas perjudian kembali terjadi di rumah tak terlalu luas itu. Hal yang sudah sangat biasa ia lihat di setiap harinya.
Beberapa botol alkohol, gelas sloki, uang tunai, serta kartu remi nampak berserakan disana. Saras melangkah dengan tenang. Meletakkan helm bogo coklatnya disalah satu meja di samping pintu kamarnya lalu masuk ke dalam kamar itu dan mengunci pintunya dari dalam.
Dilemparnya tas ransel hitam itu asal. Wanita yang kini mengenakan legging hitam dan jaket putih sebagai penutup tubuh berbalut seragam kerja itu nampak menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.
"hhhmmmmhh..."
Saras membuang nafas panjang sembari menatap langit langit kamar nya.
Lelah sekali rasanya. Bekerja dari malam hingga pagi...! Ia butuh istirahat. Ia butuh tidur untuk mengganti istirahat malam yang tak pernah ia dapatkan.
Wanita itu kemudian bangkit, mendudukkan tubuhnya di sana. Ia diam sejenak. Suara seorang pria tertawa tergelak terdengar dari ruang tengah rumahnya.
Sepertinya pria itu memenangkan perjudian malam ini. Tapi yang jelas itu bukan ayahnya. Saras hafal betul suara pria yang suka main tangan pada ibunya itu.
Saras membuang nafas panjang. Mencoba tak menggubris hal tersebut. Ia meraih sebuah handuk yang tergantung di dinding kemudian berjalan menuju kamar mandi. Bersiap untuk membersihkan diri sebelum mulai tidur.
...****************...
11:00 siang
praaaaaaaannnngggggg..........
daaaaaaaggggggghhhhh.....
praaaaaaaannnngggggg.........
Suara gaduh itu terdengar menggema di seluruh ruangan rumah sederhana tersebut.
Saras yang masih asyik tidur tengkurap memeluk guling nya itu nampak mengerjab ngerjabkan matanya. Tidurnya terganggu. Suara itu terlalu berisik untuknya.
Wanita dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka itu lantas bangkit. Mendudukkan tubuhnya di atas ranjang sambil mengucek matanya.
"ck...! apasih itu...?! nggak tau orang lagi tidur apa?" umpat gadis muda tersebut. Saras menyingkap selimut nya dengan kesal. Ia lantas turun dari ranjangnya. Meraih kacamata dan ikat rambut yang berada di atas nakas lalu berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.
plaaaaaakkk....!!
Tamparan keras mendarat sempurna di pipi seorang wanita paruh baya. Membuatnya jatuh terpelanting ke sofa ruang tengah itu.
"perempuan sial*n..! nggak ada gunanya lu hidup..!" umpat pria dewasa disana, Burhan, ayah tiri Saras, pada sang istri, Ratih, yang kini nampak terduduk di atas sofa ruang tengah rumah itu.
Laki laki itu butuh uang. Tapi Ratih tak memberikannya. Membuat pria dengan rambut dan jenggot yang sebagian mulai memutih itupun gelap mata dan akhirnya main tangan. Hal yang sudah sangat sering terjadi di keluarga yang jauh dari kata harmonis itu.
Ratih yang baru saja mendapatkan tamparan dari sang suami itu kini nampak bangkit. Berdiri dengan kepala terangkat menatap penuh emosi ke arah pria yang dinikahinya kurang lebih dua puluh tahun yang lalu itu.
"udah...! cukup...! gue capek tiap hari berantem ama lu..! gue nggak punya duit..! harusnya sebagai laki laki, elu yang kerja..! bukannya malah minta minta sama istri...!" bentak Ratih tak kalah keras. Ia muak dengan suami keduanya yang selalu main fisik jika tak diberi uang itu.
Pertengkaran antara sepasang suami istri itu pun kembali terjadi.
"heh?! lu udah mulai berani itung itungan ama gue?!! berani lu?!! gue suami lu...!!" ucap Burhan dengan mata melotot. Meraih kerah daster istrinha lalu menempelkan dadanya pada wanita itu seolah ingin mengajaknya itu untuk duel satu lawan satu.
"suami yang nggak bertanggung jawab...! kalau gue tau nikah ama lu cuma bikin hidup gue menderita, mending gue nggak cerein laki gue dulu...!! nyesel gue nikah ama beban hidup kayak lu...!!" ucap Ratih menghina dina suaminya sendiri
"banyak bac*t lu.....!!!!!!” teriak laki laki itu sembari mengangkat tangannya hendak memberikan tamparan pada istri yang dinikahinya dua puluh tahun lalu itu. Tangan besar itu sudah terangkat ke udara. Siap mendarat di pipi tak terlalu mulus milik Ratih. Namun tiba tiba...
"stoop..!!!"
sebuah tangan ramping menampik lengan itu. Menghalangi pergerakan Burhan yang hendak memukul istri nya, entah untuk yang keberapa kalinya.
Sepasang suami istri itu menoleh. Dilihatnya di sana, Saras yang baru bangun tidur nampak berdiri di samping sang ibu. Menatap tajam ke arah laki laki ayah tirinya itu sembari menggerakkan tangannya berusaha melindungi sang ibu.
"heh, anak sialan...! minggir lu...!!" ucap Burhan keras.
Saras makin melotot.
"berhenti mukulin ibu gua...!!!" bentak gadis cantik itu tanpa beralih dari posisinya. Ia tak terima ibunya terus terusan diperlakukan kasar oleh pria pemabuk itu
"ini bukan urusan lo...!" ucap Burhan keras sembari menghempaskan tangan Saras.
"yang lu pukulin tiap hari itu ibu gue..! jelas ini jadi urusan gue...!!!!" bentak Saras tak kalah keras. Matanya melotot. Dadanya naik turun. Menatap tajam ke arah pria yang bukan ayah kandungnya itu dengan penuh kebencian.
"itu karena ibu lo nggak becus jadi istri...!!" bentak Burhan.
"lu pikir lu siapa?! lu pikir lu becus jadi suami?! lu cuma bisa nuntut tapi lu sendiri seenaknya...!!" ucap Saras tak kalah membentak.
Burhan mendorong tubuh Ratih. Ia lantas beralih menarik kerah kaos Saras seolah mengajak putri sambungnya itu untuk duel satu lawan satu.
"anj*nk lu ya...! anak sial*n...! berani lu ama bapak lu..?!!" tanya Burhan sembari mendekatkan tubuhnya pada Saras.
Saras tak menjawab. Namun ia juga tak gentar. Wanita itu terlihat begitu emosi. Matanya melotot menatap ke arah pria itu tanpa rasa takut. Ia membusungkan dadanya, mengangkat kepalanya, kedua mata pria dan wanita itu saling pandang dengan sorot tajam membunuh.
Ratih yang melihat gelagat anak dan suaminya tersebut pun nampak panik. Ia tak mau Burhan sampai tersulut emosi lagi dan berbuat macam macam pada Saras.
Wanita itu kemudian bergerak. Merogoh saku celananya lalu mendekati kedua manusia itu. Ia menerobos di antara dada anak dan suaminya, seolah ingin memisahkan keduanya.
"udah, udah...! jangan diterusin...! jangan berantem di sini...!" ucap Ratih melerai.
Ia kemudian meraih telapak tangan suami nya. Lalu menyerahkan sejumlah uang kepada pria berewokan itu.
"ini..! ambil..! sekarang lu pergi dari sini...!" ucap Ratih sembari mengusir suami nya itu.
Burhan menerima uang tersebut. Sebuah senyuman kemenangan tersungging dari bibirnya.
"nah, gitu dong..! kalau punya duit, jangan pelit pelit ama suami...! rejeki lu bisa seret..!!" ucap pria itu sambil tersenyum ke arah Ratih dan Saras. Sebuah senyuman yang terlihat menyebalkan dimata kedua wanita itu. Terutama Saras.
Burhan menatap ke arah Saras.
"untung emak lu ada duit..! kalau nggak, udah gue gue jual lo ke bos rentenir kenalan gue...!" ucap pria itu yang kemudian memukul kepala Saras menggunakan lembaran lembaran uang pemberian istrinya.
Saras mengelak. Laki laki itu tertawa menang. Ia kemudian berlalu pergi sembari bersenandung. Meninggalkan rumah itu untuk bersenang senang entah dengan cara apa dan dengan siapa...!
Ya, begitulah ayah tiri Saras. Laki-laki itu sibuk dengan dirinya sendiri. Ia tak pernah peduli dengan keluarganya.
Ratih dan Burhan menikah setelah perceraian Ratih dengan mantan suaminya terdahulu. Hubungan mereka memang bermula dari sebuah perselingkuhan. Ratih diam-diam sudah menjalin asmara dengan Burhan saat masih menjadi istri suami terdahulunya.
Memang, di pernikahan pertamanya, Ratih tidak begitu mencintai mantan suaminya. Pernikahan keduanya terjadi karena sebuah perjodohan antara kedua orang tua mereka. Hal itu membuat Ratih pun hanya setengah hati menerima pernikahan nya dengan mantan suaminya itu.
Hingga singkatnya, pada suatu ketika wanita itupun tergoda oleh pria bernama Burhan. Burhan adalah seorang buruh panggul di pasar tempat Ratih biasa berbelanja barang barang untuk toko kelontong nya.
Awalnya Burhan adalah seorang pria yang romantis, royal, dan terlihat begitu menyayangi wanita yang sudah bersuami itu. Hingga membuat Ratih pun gelap mata, tergoda dan kemudian mengambil keputusan untuk bercerai dengan mantan suaminya demi seorang Burhan.
Namun rupanya ia salah..! Semuanya berubah ketika Burhan sudah mendapatkan Ratih. Kehidupan Ratih yang dulu baik-baik saja bersama mantan suaminya yang cukup religius, seketika berubah setelah menikah dengan Burhan. Laki laki itu rupanya adalah seorang penjudi, pemabuk, dan bertabiat kasar.
Burhan sering main tangan. Ia adalah laki laki yang mencintai dunia kriminal. Judi, mabuk-mabukan, main perempuan, sering laki-laki itu lakukan.
Jujur, penyesalan sempat Ratih rasakan karena memilih Burhan dan meninggalkan suami terdahulunya. Namun semua sia sia. Mantan suami dan anak pertama nya kini sudah pergi entah kemana. Kabar terakhir yang ia dengar, laki laki itu sudah menikah lagi. Namun dengan siapa dan dimana, ia tidak tahu.
...----------------...
Selamat pagi,
up 06:44
yuk, dukungan dulu 🥰🥰🥰
Ratih👇
Seperginya Burhan....
Saras masih menatap tajam ke arah pintu utama rumah itu dengan dada naik turun. Tempat dimana pria yang bukan ayah kandungnya itu baru saja pergi meninggalkan kediaman mereka.
Ratih berjalan menuju meja makan. Menuangkan segelas air putih ke dalam gelas lalu memberikannya pada sang putri.
"nih, minum dulu..!" ucap Ratih.
Saras yang masih nampak kesal itupun meraih gelas itu lalu menenggak isinya hingga tandas.
"lain kali lu jangan ngelawan bapak lu..! gue nggak mau kalau dia ampe gelap mata dan ngelakuin hal yang enggak enggak ke elu..!" ucap Ratih sembari mendudukkan tubuhnya. Membuka buku berisi daftar catatan hutang para pelanggan toko kelontong nya.
"baru aja dapet bayaran utang..! udah di rampok ama tuh laki...!!" gerutu Ratih.
Saras tak menjawab. Ia lantas berjalan menuju sofa panjang disana. Mendudukkan tubuhnya dengan satu kaki terangkat ke atas sofa. Wanita itu kemudian meraih remote televisi, menyalakan kotak bergambar dan bersuara itu kemudian meraih sebungkus rokok. Mengambil sebatang lalu menyalakan nya dan menikmatinya.
"jangan kebanyakan ngerokok..! lu tuh perempuan...!!" ucap Ratih setengah membentak.
Saras tak menjawab.
"ibuk kenapa nggak cerai aja sih dari laki laki itu?!" tanya Saras kesal tanpa menoleh ke arah sang ibu.
Ratih diam. Ada gurat kesedihan yang coba ia sembunyikan.
"ibuk nggak mungkin kan masih suka sama dia setelah semua kekerasan yang ibuk terima dari dia?" tanya Saras lagi masih dengan suara yang sedikit tinggi.
Ratih menghela nafas panjang.
"rumah ini udah atas nama bapak lu..! kalau gue cerai, kita bisa jadi gembel..!" ucap Ratih.
Saras diam. Dihisapnya kembali rokok itu.
"kecintaan sih ibuk ama dia...!" ucap gadis itu kemudian sembari memencet tombol dalam remote tv di tangannya itu.
Ratih tak menjawab. Suasana nampak hening sejenak.
Saras kemudian mengedarkan pandangannya ke segala arah.
"Adit belum pulang, buk?" tanya Saras yang tak mendapati keberadaan adik laki lakinya itu.
"katanya nginep di rumah temennya..!" ucap Ratih sembari menutup buku hutang di tangannya.
Wanita itu kemudian bangkit.
"mandi lu..! makanan udah gue siapin di meja..! lo makan deh, tapi mandi dulu...!" ucap Ratih sembari berlalu menuju toko kelontong nya.
Saras tak menjawab lagi. Ia sibuk dengan rokok dan tv nya.
Ratih berjalan menuju meja kasir tokonya. Wanita paruh baya itu lantas membuka laci kasir tersebut. Diraihnya sebuah foto usang dengan gambar seorang bayi laki-laki dalam gendongan seorang wanita. Diusapnya lembut foto tersebut. Tanpa terasa setitik air mata menetes di pipi ibu tiga anak itu.
"lu di mana sekarang?" gumamnya lirih...
..........
Sementara itu di ruang tengah rumah itu. Saras masih asyik dengan tv nya.
Sebuah acara televisi kini nampak menayangkan sebuah berita tentang insiden perampokan di sebuah toko emas yang cukup besar di kota itu.
Semua perhiasan raib digondol tersangka. Tak ada yang tersisa. Semua habis. Kerugian pun ditafsir hingga triliunan rupiah.
Saras menggelengkan kepalanya.
"kasihan banget pemiliknya..! bisa bisa gila tuh pasti. Banda nya ilang semua..!" ucap Saras sambil kembali menghisap benda bernikotin nya.
Gadis cantik itu masih fokus dengan layar televisi nya. Tiba tiba ...
breeeemmm.... breeeeeemmmm....
Sebuah motor berhenti di depan rumah sederhana itu. Membuat Saras kini nampak melongok menatap ke pintu utama rumah itu guna melihat siapa yang datang.
Dilihatnya disana, seorang remaja dengan celana pendek hitam serta sebuah jaket hitam menutupi tubuh bagian atasnya, kini nampak turun dari motor itu. Di bonceng seorang remaja lain yang kemudian berlalu pergi tanpa permisi.
Dengan menenteng helm hijau kombinasi hitam, remaja putra yang ternyata adalah Adit, adik Saras itu, lantas berjalan memasuki rumah sederhana tersebut dengan langkah sedikit pincang.
Saras menyipitkan matanya. Dilihatnya disana, kaki sang adik nampak lecet lecet. Jalannya juga tak baik. Kenapa tuh anak? trus kenapa pulang di bonceng temannya? mana motornya? bukankah Adit selalu berangkat sekolah naik motor..? pikir Saras.
Dengan segera wanita berkacamata itupun bangkit dari duduknya lalu mendekati sang adik.
"Adit...!!" ucap Saras.
Adit menghentikan langkahnya.
"lu kenapa..?!!" tanya Saras dengan sorot mata menyelidik.
Remaja itu diam tak menjawab. Saras menggerak kan tangannya meraih pundak remaja putra itu.
"lu kenapa?!" tanya Saras.
"kenapa?!!!" tanya Saras lagi dengan suara lebih keras.
Adit mendongak menatap sang kakak.
"bagi duit dong, kak..!" ucap Adit sembari menengadahkan tangannya.
Saras melepaskan tubuh pemuda itu.
"apaan lo? pulang pulang minta duit? lu kenapa dulu ini? kenapa kaki lu beset semua..?!!" tanya Saras tak mengerti.
"gue jatuh dari motor pas balapan..!! motor gue ancur..! masih untung gue nggak mati..!" ucap Adit.
Saras terdiam. Lalu menggelengkan kepalanya samar.
"lu balapan lagi?!" tanya Saras.
"gue butuh duit buat bayar SPP..! duit yang dikasih ibuk kemarin di ambil ama bapak...!" ucap Adit.
Saras berdecak kesal.
"kak....! beliin motor dong...!!" ucap Adit lagi.
Saras menoleh. Matanya melotot.
"lu kira cari duit gampang?! seenak jidat lu minta dibeliin motor?!! gue nggak ada duit?! lagian gimana ceritanya lu bisa jatuh gini?!" tanya Saras.
"ck...! namanya juga musibah..!" ucap Adit membela diri.
"ck...! ada ada aja lo..!" ucap Saras sembari berdecak kesal.
"udah, sekarang lu masuk...! besok berangkat sekolah gue anterin..! SPP lo gue bayarin..!" ucap Saras.
"motornya?" tanya Adit.
"kapan kapan..!" jawab Saras seraya mengayunkan kakinya. Kembali ke sofa untuk melanjutkan nonton TV nya.
"ah, kakak...!! nggak asik...!!" ucap remaja itu kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya.
Saras meraih gelas air putih yang tadi di minumnya. Lalu menenggaknya.
"gue aja bokek, lu seenak jidat minta dibeliin motor...!" gumam Saras sembari mendudukan tubuh nya di atas sofa panjang itu.
...----------------...
Selamat pagi,
up 09:34
yuk, dukungan dulu 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!