NovelToon NovelToon

Berkah Cinta

Awal Drama

Nampak di sebuah rumah mewah pesta ulang tahun tengah berlansung dengan meriah, anak perempuan berusia

6 tahun itu nampak begitu antusias ketika menipu lilin dan setelah ia meniup lilin itu semua orang yang ada di sana langsung bertepuk tangan dengan meriah.

“Selamat ulang tahun, sayang.”

Sang mama memeluk dan mencium putrinya dengan penuh kasih sayang, sang anak nampak membalas pelukan

sang mama dengan erat, kini giliran sang papa yang memeluk putrinya dengan erat.

“Selamat ulang tahun, sayang.”

“Terima kasih.”

Kedua orang tua anak itu memberikan sebuah hadiah spesial untuk putri kesayangan mereka itu, setelahnya

nampak tamu undangan memberikan kado ulang tahun untuk anak itu.

“Selamat ulang tahun,

ya.”

Anak itu nampak takut ketika seorang wanita memberikan kado untuknya, sang mama yang melihat itu nampak menenangkan anaknya yang nampak begitu ketakutan ketika melihat wanita ini.

“Tania, ayo bilang terima kasih pada Tante Ester.”

“Terima kasih,” ujar gadis itu pelan dan kemudian bersembunyi di balik tubuh sang mama.

“Maafkan Tania, ya?”

“Tidak masalah, namanya juga anak-anak.”

Wanita yang bernama Ester itu nampak tersenyum pada mamanya Tania dan sesekali ia juga nampak tersenyum

pada Tania yang diam-diam melihat ke arahnya dari belakang tubuh sang mama.

“Maaf aku dan suamiku tidak bisa lama-lama, kami masih ada urusan,” ujar Ester.

“Tidak masalah, aku berterima kasih karena kalian berdua sudah mau datang ke acara pesta ulang tahun Tania.”

“Kak, aku minta maaf karena aku harus segera pulang.”

“Tidak apa, kalian berdua pulanglah, kami berterima kasih karena kalian sudah mau datang ke acara pesta

ulang tahun Tania.”

“Tidak masalah, kami berdua pamit dulu, ya?”

“Mari, Tania, ayo beri salam pada Om dan Tante.”

Tania nampak ragu namun karena itu adalah perintah dari kedua orang tuanya, maka Tania pun harus melakukan itu, nampak gadis itu tidak nyaman ketika bertatapan dengan Ester dan kemudian ia kembali berlari ke belakang tubuh sang mama.

“Kami permisi dulu.”

“Silakan, hati-hati di jalan, ya?”

*****

Saat semua tamu undangan sudah bubar, kini Tania sedang sibuk membuka satu persatu kado yang diberikan

oleh tamu yang datang ke acara pesta ulang tahunnya, nampak ketika ia sedang sibuk membuka kado, sang mama berjalan menghampiri anaknya itu untuk mengajaknya bicara.

“Tania, suka dengan kadonya?”

“Iya, aku suka.”

Sang mama nampak tersenyum dan kemudian mengusap kepala Tania dengan lembut, setelah menghela

napasnya berat akhirnya sang mama pun bertanya pada Tania kenapa sikap Tania begitu berbeda pada Ester dan seketika itu pula Tania terdiam dan menundukan kepalanya.

“Nak, ada apa memangnya? Memangnya Tante Ester kenapa?”

“Dia jahat, Ma.”

“Apa maksud kamu jahat, Nak? Tante Ester itu baik, dia selalu memberikan kamu hadiah bahkan walau bukan

hari ulang tahunmu.”

“Tidak Ma, Tante Ester jahat, dia dan Jihan jahat.”

“Nak, jangan bicara begitu, tidak baik.”

“Ada apa ini?” tanya sang papa yang melihat pertengkaran antara istrinya dan Tania.

“Tante Ester jahat! Aku tidak suka dia!” seru Tania kemudian ia berlari pergi masuk ke dalam kamarnya.

“Apa yang terjadi padanya?”

“Aku juga tidak tahu, namun dia selalu mengatakan begitu, dia bilang Ester itu jahat namun dia itu sebenarnya orang yang baik.”

*****

Keesokan paginya Tania diberitahu oleh sang mama bahwa nanti ketika pulang sekolah dia akan pulang ke

rumah Ester terlebih dahulu karena mamanya ada urusan yang tidak dapat ditinggalkan.

“Tidak mau, aku tidak mau ke sana.”

“Tania, Mama tidak ada di rumah dan tidak mungkin Mama membiarkan kamu sendirian di rumah.”

“Ada Bi Siti dan Bi Asih.”

“Tania, tolong dengarkan kata-kata Mama, kamu jangan membantah kali ini, ya?”

“Tidak mau, aku tidak mau pergi ke rumah Tante Ester.”

“Ya ampun, ada apa lagi ini?”

“Aku baru saja memberitahu Tania bahwa dia harus pulang nanti ke rumah Ester namun dia menolaknya.”

“Tania sayang, dengarkan kata mama, ya? Tante Ester itu orang yang baik,” ujar sang papa memberikan

pengertian pada Tania.

“Tidak, Tante Ester orang yang jahat, Pa, dia jahat,” ujar Tania.

“Tania, tolong jangan keterlaluan begitu, tidak baik kalau kamu mengatakan bahwa Tante Ester itu

adalah orang yang jahat.”

“Tapi kan memang kenyataannya begitu.”

“Sudah-sudah, sekarang sudah saatnya berangkat sekolah, ayo kita berangkat,” ujar sang papa menengahi.

“Tidak mau, aku tidak mau pergi ke sekolah kalau begitu.”

“Tania, jangan membuat Mama kesal ya.”

“Aku tidak peduli, aku tidak mau pergi ke rumah Tante Ester!”

“Sayang, sabar dulu, jangan marah dulu pada Tania.”

*****

Siang harinya Ester sudah menjemput Tania dan Jihan di sekolah, wanita itu sudah menunggu di samping mobilnya dan ketika Jihan sudah keluar dari gerbang sekolah, anak itu langsung menghampirinya.

“Di mana Tania?”

“Aku tidak tahu, Ma.”

Tidak lama kemudian seorang guru membawa Tania menghampiri Ester, Tania nampak menolak ketika gurunya itu hendak membawa Tania kepadanya namun Ester nampak tidak mempedulikan itu, dia malah berterima kasih pada gurunya Tania yang mau repot-repot mengantarkan Tania sampai ke sini.

“Aduh, saya jadi tidak enak karena sudah merepotkan Ibu.”

“Tidak apa-apa, sebelumnya saya sudah diberikan pesan oleh Pak Bima untuk menjaga Tania sampai Bu Ester datang, ternyata Ibu sudah datang.”

“Iya Bu, kalau begitu kami permisi dulu, ya?”

“Iya Bu, hati-hati di jalan.”

Ester nampak menggenggam erat tangan Tania sambil tersenyum pada wali kelas Tania itu, ia menggiring

Tania dan Jihan masuk ke dalam mobilnya, Tania duduk di kursi belakang sementara Jihan duduk di kursi depan.

“Kamu memang sengaja ingin mempermalukanku tadi, ya?!” seru Ester ketika mereka bertiga sudah masuk

ke dalam mobil.

“Aku mau pulang! Aku mau pulang!” seru Tania.

“Kamu ini berisik sekali, sih! Ini juga kita akan pulang,” ujar Ester kesal saat ia mencoba menghidupkan mesin mobilnya.

“Aku tidak mau pulang ke rumah Tante, aku mau pulang ke rumahku,” seru Tania.

*****

Tentu saja permintaan Tania tidak terpenuhi oleh Ester, dia tetap membawa Tania ke rumahnya dan saat

tiba di rumahnya maka Tania bersiap mendapatkan sesuatu hal yang tidak menyenangkan dari wanita ini.

“Kamu kenapa diam saja sekarang? Mana teriakan kamu yang tadi ingin pulang ingin pulang?!”

Tania hanya diam dan menundukan kepalanya, ia tak berani menatap Ester yang tengah berkacak pinggang

dengan angkuhnya menatap anak ini, Ester memegang kendali di sini, ia dapat melakukan apa pun yang ia mau pada anak ini.

“Kamu tidak lupa kan apa tugasmu kalau kamu datang ke sini?” tanya wanita itu dengan suara rendahnya.

Namun Tania hanya diam saja, Ester pun berang ia meraih dagu Tania dan tersenyum terpaksa pada gadis

kecil ini, ia kembali bertanya pada Tania untuk memaksa gadis kecil ini mengatakan sesuatu padanya.

“Kamu mengerti apa yang aku katakan, bukan? Kenapa tidak menjawabnya, hum?”

“Aku mengerti.”

“Apa? Aku tidak dengar, coba katakan sekali lagi dan panggil aku Nyonya.”

“Aku mengerti, Nyonya.”

“Bagus sekali, maka dari itu jangan banyak tingkah dan lakukan tugasmu dengan baik,” ujar Ester kemudian

melepaskan Tania sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan anak itu sendirian di ruang tamu.

Letupan Senjata Api

Tania merasa tersiksa ketika berada di rumah Ester, bagaimana tidak wanita itu selalu memperlakukannya dengan buruk, tidak jauh berbeda dengan perlakuan Jihan padanya yang juga buruk, mereka berdua akan menjadikan Tania sebagai seorang pembantu di rumah ini. Tania sering disuruh mengerjakan PR milik Jihan selain itu ia juga dilarang sembarangan makan di rumah ini, semua harus seizin dari Ester karena kalau Tania sampai berani melakukan sesuatu yang tidak Ester minta maka wanita itu akan berlaku kasar padanya.

“Apakah kamu sudah selesai mengerjakan PR nya?”

Tania hanya diam saja ketika Jihan bertanya padanya, Jihan pun kesal dengan sikap diam Tania, ia mengadu pada sang mama dan benar saja Ester langsung datang dan menarik tangan Tania kasar.

“Anakku bilang kalau kamu sudah bersikap kurang ajar, apakah itu benar?”

“Aku mau pulang.”

“Pulang? Kamu bilang mau pulang, hah?!”

Tania hanya dapat menundukan kepalanya dan terisak pelan, Ester mengatakan bahwa Tania tidak akan pulang ke rumahnya karena Ester akan pastikan bahwa Tania selama-lamanya akan tinggal di rumah ini bersama mereka.

“Aku akan pastikan kalau kamu akan selama-lamanya tinggal di rumah ini.”

“Tidak, aku tidak mau tinggal dengan Tante, aku mau pulang.”

“Jangan berisik, kamu!”

Namun Tania terus saja berisik dan mengatakan kalau dia ingin pulang, Ester tak mempedulikan anak itu dan membawa Jihan pergi bersamanya keluar dari kamar anak itu.

“Tante, aku mau pulang.”

*****

Rupanya suara Tania dari dalam kamar Jihan terdengar sampai ke lantai bawah, Ester dan Jihan yang baru saja turun dari lantai dua menemukan sang suami sudah pulang bekerja.

“Kamu sudah pulang rupanya.”

“Apakah itu suara Tania?”

“Iya, itu memang suara Tania.”

“Kenapa kamu tidak menenangkan anak itu dan membiarkannya menangis seperti itu?”

“Sayang, Mama dan Papa butuh waktu bicara sebentar, ok?”

Jihan menganggukan kepalanya dan kemudian pergi meninggalkan Ester dan Handi bicara empat mata, Ester nampak berkacak pinggang dengan sikap suaminya yang mempedulikan Tania.

“Kenapa kamu mempedulikan anak itu?”

“Kenapa? Dia anaknya Kak Bima, dia keponakanku, wajar kalau aku peduli padanya?”

“Handi, apakah kamu lupa tujuan kita sebelum ini?”

“Ester, lebih baik hentikan semua ini, aku tidak sanggup melakukannya.”

“Jadi kamu akan mundur begitu saja? Handi, pikirkan kamu akan menjadi Komisaris Utama Pratama Group andai saja Bima disingkirkan, bukankah selama ini itu adalah mimpimu?”

“Tidak Ester, Kak Bima sudah berjasa banyak padaku, aku tak akan setega itu menyingkirkannya.”

“Ya Tuhan, apa yang sudah merasukimu Handi?! Kita sudah menyusun semua rencana dengan baik dan matang dan tiba-tiba kamu ingin menyudahi rencana ini? Apakah kamu sudah tidak waras?”

“Aku sadar bahwa aku telah termakan ucapan berbahayamu, aku khilaf dan aku baru sadar bahwa... aku tidak sanggup untuk membuat Kak Bima celaka.”

*****

Handi mendatangi kamar Jihan, ia menghampiri Tania yang menangis di kamar putrinya, Handi berjalan menghampiri Tania dan mensejajarkan tubuhnya dengan anak yang menangis itu.

“Sayang, kenapa kamu menangis?”

“Aku mau pulang Om.”

“Di rumah tidak ada siapa pun, Nak, kedua orang tuamu sudah meminta Om dan Tante menjaga kamu selama

mereka ada di luar kota.”

“Aku tidak mau tinggal di sini, Om, aku tidak mau.”

“Apakah karena Tante Ester dan Jihan?”

Tania menganggukan kepalanya, Handi mengelus kepala Tania dan menenangkan anak itu, ia mengatakan bahwa Tania tidak perlu takut pada Ester dan Tania karena Handi akan melindunginya.

“Kamu tak perlu khawatir tentang mereka berdua sayang, Om akan melindungi kamu.”

“Apakah itu benar?”

“Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir, kamu bisa tidur di kamar sebelah kalau kamu mau.”

Maka kemudian Handi membawa Tania pergi ke kamar sebelah, setelah menidurkan Tania di kamar itu, Handi keluar dari dalam kamar dan mendapati Ester sudah berdiri dengan melipat kedua tangannya.

“Apa yang kamu lakukan?”

“Aku hanya berusaha membuat Tania nyaman di sini selama Kak Bima dan Kak Hanum pergi.”

*****

Setelah Handi dan kedua anaknya pergi ke kantor, Ester nampak menelpon orang suruhannya, ia mengatakan

bahwa sebaiknya rencana mereka dipercepat saja, ia sudah tidak sabar untuk mendapatkan kekayaan yang berlimpah dari Pratama Group, apa pun caranya perusahaan itu harus menjadi miliknya.

“Aku tidak mau tahu bagaimana caranya, pokoknya lakukan seperti yang sudah kita rencanakan.”

......

“Tentu saja, aku tidak akan membuat kalian berdua di penjara atas perbuatan kalian, apakah kalian meragukanku?”

.......

“Pokoknya besok aku ingin mendengar bahwa kedua orang itu sudah tidak bernyawa, apakah kalian bisa melakukan itu?”

......

“Baiklah kalau begitu, tolong jangan buat aku kecewa.”

TUT

Ester menutup sambungan telepon dengan seringai jahatnya, ia sudah benar-benar tidak sabar untuk mendengar kabar Bima dan Hanum tewas dalam skenario yang sudah ia susun dengan apik ini.

“Maafkan aku Bima, namun aku tidak dapat membiarkan kamu hidup, aku harus membuat kamu meninggalkan

dunia ini agar aku dapat menguasai seluruh kekayaan keluarga Pratama.”

Sementara itu Handi baru saja tiba di sekolah Jihan dan Tania, Jihan langsung turun dari mobil Handi setelah ia berpamitan pada sang papa, kini Tania agak ragu untuk turun dari mobil Handi dan pria itu seolah tahu apa yang ada di pikiran Tania.

“Tania sayang, apakah kamu takut?”

“Iya Om, aku tidak mau ke sekolah, aku mau pulang saja.”

*****

Sementara itu di sebuah hotel yang ada di Bali, nampak Bima dan Hanum baru saja menyelesaikan penandatangan kontrak kerja sama dengan salah satu investor asal China yang setuju untuk berinvestasi di perusahaan mereka, penandatangan itu berlangsung lancar tanpa adanya kendala berarti, setelah penandatangan kerja sama itu berlangsung kini Bima dan Hanum sedang dalam perjalanan pulang ke hotel mereka sebelum besok pagi mereka akan kembali ke Jakarta bertemu kembali dengan Tania, yang sudah mereka tinggalkan selama 2 hari lamanya.

“Aku merasa kasihan pada Tania, aku merasa bersalah karena sikapku padanya tidak baik waktu itu.”

“Sudahlah, kamu tak perlu memikirkan itu, saat ini Tania sedang ada dalam pengawasan orang yang tepat.”

“Iya kamu benar, aku harap hari cepat berganti dan kita bisa secepatnya kembali ke Jakarta karena aku sudah sangat mengkhawatirkannya.”

Akhirnya Bima dan Hanum tiba juga di hotel tempat mereka menginap, kini keduanya masuk ke dalam kamar

hotel, Bima mengatakan bahwa sebaiknya Hanum pergi mandi dulu namun sang istri mengatakan sebaiknya Bima saja yang mandi duluan.

“Baiklah, aku mandi dulu.”

Bima pergi ke kamar mandi meninggalkan istrinya yang tengah duduk di kasur, ia menghela napasnya berat sebelum ia terkejut bukan main saat seseorang menekan bel pintu dari luar.

“Siapa, ya?”

“Room service.”

“Tapi saya tidak memesan apa pun.”

“Saya hanya melakukan tugas saya Nyonya.”

Hanum yang penasaran kemudian membuka pintu kamar hotel dan yang terjadi selanjutnya adalah terdengar suara letupan senjata api dan Hanum sudah tergeletak di lantai dengan bersimbah darah.

Wanita Jahat

Bima yang sedang mandi terkejut dengan suara letupan senjata api, ia keluar dari kamar mandi dan menemukan istrinya sudah tergeletak tak sadarkan diri, ia berusaha membangunkan Hanum namun sia-sia saja, ia hendak meraih ponselnya namun ia terkejut ketika seseorang dengan pakaian pegawai hotel menodongkan senjata api tepat ke depan wajahnya.

“Siapa kamu?” tanya Bima panik.

“Tuan tidak perlu tahu siapa saya, namun satu hal yang perlu Tuan tahu, hari ini adalah hari terakhir Tuan melihat dunia ini,” jawab orang itu.

“Apakah kamu punya dendam pada saya? Kalau memang iya, saya minta maaf karena saya pernah menyakiti kamu.”

“Maaf Tuan, namun saya hanya melakukan tugas saya.”

DOR

Bima pun jatuh ke lantai seketika setelah orang itu menembaknya, setelah Hanum dan Bima sudah tak sadarkan diri, orang itu langsung pergi dari kamar hotel dan ia pun nampak menelepon seseorang dan mengatakan bahwa ia sudah melakukan tugasnya seperti yang orang itu minta.

“Saya sudah melakukan seperti yang Nyonya katakan.”

*****

Handi yang tengah bekerja di ruangannya nampak terkejut ketika sekretarisnya membawakan kabar tidak enak,

Bima dan Hanum ditemukan tewas di kamar hotel mereka di Bali, Handi pun panik bukan main, ia langsung menelpon Ester untuk mengabarkan apa yang terjadi pada sang kakak dan kakak iparnya.

“Ester, apakah kamu sudah dengar bahwa Kak Bima ditemukan tewas di kamar hotelnya?”

“Oh benarkah? Ya Tuhan, apa yang terjadi?”

“Apakah kamu dalang di balik semua ini?”

“Kalau aku jawab iya, memangnya kenapa?”

“Sudah aku katakan padamu, hentikan semuanya!”

“Terlambat sayang, semua sudah terjadi Bima dan Hanum sudah pergi untuk selama-lamanya, bersiaplah untuk menjadi Komisaris Pratama Group.”

TUT

Handi mengusak rambutnya frustasi, ia memang cemburu pada Bima karena sang kakak lebih unggul dalam berbagai bidang dan memang pernah terbesit dalam benaknya untuk menjatuhkan Bima namun dengan sikap Bima yang hangat dan tulus padanya, pikiran buruk untuk mencelakai Bima tidak kesampaian juga.

“Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan saat ini?”

Handi pun memutuskan untuk segera terbang ke Bali untuk mengurus segala keperluan kepulangan jenazah

kakak dan kakak iparnya, sementara di tempat lain Ester nampak tertawa bahagia atas kepergian Bima dan Hanum.

“Maafkan aku Bima, namun aku tidak memiliki pilihan lain.”

****

Ester nampak menjemput Jihan dan Tania di sekolah seperti biasanya, Jihan nampak bersemangat ketika

dijemput oleh Ester namun tidak dengan Tania, anak itu nampak sama sekali tidak bersemangat ketika tahu dirinya akan dijemput oleh Ester.

“Harusnya kamu semangat karena aku jemput Tania, kenapa kamu nampak tidak bersemangat begitu?”

“Aku mau pulang.”

“Kamu mau pulang? Baiklah, aku akan mengantarkan kamu pulang.”

“Benarkah? Tante tidak bohong, kan?” tanya Tania gembira.

“Tentu saja sayang, Tante sama sekali tidak berbohong, ayo sayang kita pulang.”

“Mama kenapa bersikap baik padanya?” protes Jihan.

“Nanti juga kamu akan tahu sendiri, sudah ayo kita masuk ke dalam mobil.”

Maka kemudian Ester membawa kedua anak itu masuk ke dalam mobil, namun tentu saja Ester tidak mengemudikan mobilnya menuju rumah Tania melainkan ke sebuah tempat yang tidak lain adalah rumah duka.

“Tante, ini bukan rumahku.”

“Benarkah? Bukankah kamu bilang kamu ingin bertemu dengan papa dan mamamu?”

“Apakah mama dan papa ada di sana?”

“Iya sayang, mereka ada di dalam sana, ayo kita masuk ke sana.”

Maka Ester menggandeng tangan Jihan dan Tania masuk ke dalam rumah duka, di dalam rumah duka itu sudah

banyak tamu yang datang untuk memberikan penghormatan pada mendiang Bima dan Ester, perasaan Tania menjadi tidak enak, ia tidak suka tempat ini.

“Tante, aku tidak suka tempat ini.”

“Sayang, bukankah kamu bilang ingin bertemu dengan papa dan mama? Mereka ada di sini.”

“Aku tidak suka tempat ini, Tante.”

*****

Handi yang melihat Ester membawa Tania dan Jihan ke tempat ini nampak menggeram kesal, ia tak habis

pikir bagaimana mungkin Ester membiarkan membawa Tania ke tempat seperti ini.

“Ester, apa-apaan kamu ini?”

“Aku? Aku membawa Tania, dia bilang ingin bertemu papa dan mamanya, maka aku ajak dia ke sini.”

“Ester, jangan coba-coba kamu!”

“Sayang, kamu ingin bertemu papa dan mamamu, kan?” tanya Ester.

“Iya Tante, di mana mereka?”

“Ester!” seru Handi.

“Sayang, kamu lihat kedua peti mati itu? Di sana papa dan mamamu berada,” ujar Ester yang sama sekali tidak mempedulikan apa yang dikatakan oleh Bima.

“Apa maksud Tante?”

“Tania sayang, ikut Om sekarang,” ujar Handi membawa Tania keluar dari rumah duka itu.

Sementara Ester nampak tersenyum penuh arti karena sekarang ia dapat menguasai harta keluarga Pratama,

ia menatap kedua peti mati yang di dalamnya ada Bima dan Hanum.

“Semoga kalian bersitirahat dengan tenang, biarkan aku yang menguasai harta kalian,” lirih Ester.

“Mama... aku mau pulang,” rengek Jihan.

*****

Saat ini Tania dan Handi sudah ada di luar rumah duka, mereka berdua duduk di kursi, Tania masih tidak mengatakan apa pun, Handi berusaha untuk mengajak Tania mau bicara padanya.

“Apakah Tania lapar?”

“Kenapa Tante Ester mengatakan bahwa papa dan mama ada di dalam peti itu?”

Handi nampak terdiam ketika mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Tania barusan, ia nampak tidak tahu apa yang harus ia katakan pada keponakannya ini, sementara itu Ester dan Jihan baru saja keluar dari rumah duka, Ester meminta Jihan masuk ke mobil terlebih dahulu karena ia ingin bicara dengan suaminya.

“Sayang, kamu boleh masuk ke dalam mobil dulu,” ujar Ester.

“Baik, Ma.”

Maka Jihan masuk ke dalam mobil sementara Ester pergi menghampiri Handi dan Tania, Ester mengatakan pada

suaminya lebih baik berterus terang saja pada Tania bahwa kedua orang tua anak itu sudah tiada.

“Ester! Apakah kamu sudah kehilangan akal sehatmu?!”

“Apa? Aku hanya memberikan saran padamu, bahwa sebaiknya kamu jujur pada Tania dan katakan yang sebenarnya.”

“Apa maksud Tante?”

“Sayang, apakah kamu ingat apa yang Tante katakan di dalam sana tadi?”

“Ester hentikan!” seru Handi.

“Tidak mungkin papa dan mama yang ada di dalam peti itu, Tante.”

“Terimalah kenyataan sayang, papa dan mamamu sudah ada di surga sekarang.”

“Ester!”

“Tidak! Tidak mungkin!”

Tania kemudian berlari masuk ke dalam rumah duka, Handi nampak menatap tajam Ester namun wanita itu

nampak sama sekali tidak menyesali perbuatannya, ia malah menyunggingkan seringai jahatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!