Aurelia Ganita adalah seorang gadis cantik yang berhati lembut dan sedang menjalani kuliah S2 nya
Di sela kesibukan kegiatan kuliahnya, bersama Ivan, Obie dan Sashi, mereka mengajar anak anak jalanan membaca dan berhitung. Mereka bahkan sudah memiliki satu buah rumah singgah yang selalu aktif saat sore hari, seminggu dua kali. Rumah singgah itu terletak di pinggiran kota, tepatnya ngga jauh dari bantaran sungai.
Seperti biasa, sore ini mobil mereka pun melaju ke sana dengan menaiki mobil Obie. Dan anak anak itu ternyata sudah menunggu kedatangan Aurelia dan teman temannya.
Mereka adalah anak anak usia produktif sekolah. Tapi karena ngga ada biaya, mereka terpaksa menjadi pengamen. Bahkan diantara mereka, ada yang tidak memiliki orang tua.
Karena mereka memiliki 'pekerjaan', Aurelia bersama ketiga orang temannya hanya meminta waktu mereka satu jam saja setiap hari Rabu dan Jumat sore untuk belajar agar mereka bisa sedikit memiliki ilmu buat bekal mereka nantinya.
Aurelia dan teman teman kuliah pasca sarjananya hanya ingin menolong mereka agar nanti bisa menggapai masa depan yang lebih baik. Selain membaca, menulis dan berhitung, mereka juga diajarkan sepatah dua kata percakapan sederhana dalam bahasa Inggris.
Siapa tau nantinya bisa digunakan saat bertemu orang asing. Dan kalo nasib mereka mujur, mereka bisa menjadi guide.
Keseriusan anak anak yang rentang usianya lima tahun hingga dua belas tahun itu dalan mencerna pelajaran berhitung yang diajarkan Aurelia dan temannya, terusik oleh kata kata keras dan kasar dari orang orang yang muncul di dalam ruangan mereka.
Tiba tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan beberapa orang preman yang mengusir mereka dan menyuruh anak anak kembali bekerja. Ini adalah gangguan kesekian kalinya. Hanya saja ini lebih kasar dari sebelum sebelumnya.
Ivan, Obie, Sashi dan dirinya kembali berusaha bernegoisasi, kalo mereka hanya meminta waktu satu jam saja memgajari anak anak ini.
"Kalo mau bayar!" kata salah satu preman itu tidak tau diri.
"Berapa yang harus kami bayar kan?" tanya Ivaan berusaha bernegosiasi. Beberapa kali mereka memang garus merogoh dompet untuk mengusir para preman ini agar mengganggu.
"Satu jam dua juta," kata preman yang lain dan diikuti gelak tawa tiga orang temannya.
"Per anak,' tambah yang lainnya.
"Mahal sekali. Gimana kalo seratus ribu." Obie mencoba menawar. Gila aja malakinnya ga kira kira. Ngga biasanya seperti ini.
"BACOT! Kalo ga mau silakan pergi!" bentak preman yang lain mulai marah.
"Maaf Bang. Kami ga punya uang sebanyak itu. Lagian kami ngajar anak anak tanpa dibayar." Ivan masih mencoba menego.
"KALO GA MAU, CEPAT PERGI!"
BRAK!
BRUG!
Betapa kagetnya keempatnya saat preman itu mulai menendang meja meja yang digunakan anak anak hingga membuat anak anak pada berteriak ketakutan
"Jangan kasar, Bang," kata Ivan ngga terima. Meja meja yang mereka beli dengan uang sendiri seenaknya saja dirusak begitu saja.
Ini sudah keterlaluan!
"KAMU BERANI?!" tantang preman itu sambil memukulkan tangannya pada Ivan. Ivan yang pernah belajar ilmu bela diri cepat menangkis
"BERANI YA!"
Preman preman itu semakin marah. Obie yang membantu Ivan ikut babak belur. Benar benar ngga seimbang. Dua lawan lima.
Aurel dan Sachi mengamankan anak anak yang menjerit ketakutan.
"HENTIKAN!" teriak Aurel saat melihat kedua temannya sudah terkena pululan dan tendangan ber kali kali.
"Eh, ada si cantik." Muka muka preman itu nampak bengis.
"Kami pergi sekaramg," kata Aurel seraya membantu Ivan berdiri sedangkan Sachi memapah Obie.
"MANA TADI UANG SERATUSNYA!"
Aurel membuka dompetnya untuk memgambil selembar uang seratusan, tapi salah satu preman menarik dompetnya. Aurel berusaha menahan dompetnya.
"Apa yang kalian lakukan!" Teriak Ivan marah saat melihat Aurel yang kalah tenaga dan hampir jatuh terjengkang.
Tapi Aurel heran, dia ga jadi jatuh, ada dua tangan yang menahan tubuhnya. Dan ada harum maskulin masuk dalam aroma penciumannya.
"Kembalikan dompetnya!" Bentak pria yang memegangnya.
"GA USAH IKUT CAMPUR!!" bentak salah satu preman itu.
"Lumayan bro, buat peregangan otot," ucqp salah seorang teman pria yang menolongnya.
Aurel yang masih terkejut hanya bisa diam terpaku. Saat ini ketiga teman pria yang membantunya sedang berdiri di depannya.
"Selesaikan!" titahnya cepat.
Ketiganya pun langsung bergerak dan terdengar bunyi bak buk prang dan teriakan kesakitan dari para preman itu. Sementara Sachi, Ivan dan Obie membawa anak anak menjauh.
"Kamu ga apa apa?"
Aurel terpaku melihatnya. Pria itu sangat tampan. Dia tersenyum lembut.
"Hem....?"
Aurel tersadar dari keterpanaannya. Wajahnya langsung terasa panas sampai ke telinga.
"Ga pa pa, makasih." Jawab Aurel seraya membetulkan berdirinya.
"Ku tinggal bentar ya. Aku mau ambil dompet kamu." Matanya mengedip nakal dengan senyum khas entahlah bagi Aurel senyumnya persis seorang player yang menemukan mangsanya.
Tak lama kemudian, lima orang preman berhasil di bekuk. Pria tadi kelihatan menelpon sebentar. Lalu mengambil dompet Aurel dan sekarang berjalan menghampiri Aurel.
Aurel merasa ada desiran aneh di dadanya saat bersitatap dengan pria itu. Dia sangat tampan dan terlihat keren dengan rambutnya yang agak acak acakan.
"Ini dompet kamu. Ktpnya aku pinjam dulu, ya." Sebelah matanya kembali mengedip nakal.
"Bentar lagi polisi datang. Kita pergi dulu. Hati hati kalo mau berbuat baik," katanya sambil melambaikan tangannya dan melangkah pergi mengikuti teman temannya.
"Ktp ku! heeiiii...!" teriak Aurel kebingungan. Susah kan ngurus ktp baru, kesalnya dalam hati.
"Nanti aku kembalikan pas aku ke rumahmu." Matanya mengerling nakal membuat Aurel jadi salah tingkah. Benar benar ashole yang sangat berpengalaman.
Dan benar saja, tak lama kemudian polisi datang dan membawa lima orang preman itu tanpa berkata sepatah katapun pada Aurel dan teman temannya
Aurel dan teman temannya pun memutuskan pulang. Apalagi Ivan dan Obie terluka cukup parah dan membutuhlan pengobatan segera sebelum luka luka terbukanya infeksi.
*
*
*
Aurel menatap dompetnya yang kini ngga ada lagi ktp nya
Haah, Aurel menghembuskan nafas kuat kuat saking kesalnya.
Katanya mau kembaliin. Dasar pembohong, omelnya dalam hati.
Ketika dia baru membuka pintu kamarnya, mamanya tersenyum heboh.
"Ada arjuna yang datang jemput kamu," seru mamanya dengan senyum dan tatap mata sangat bahagia. Seakan akan papa mendapat gaji ke lima belasnya.
"Kenapa bukan rahwono aja sih, Ma," goda Aurel membuat mamanya tertawa.
"Sayang dibilang Rahwono. Terlalu tampan," puji mamanya lagi. Papanya hanya geleng geleng kepala.
"Siapa yang jemput kamu Aurel?" tanya papa ingin tau.
"Kata mama arjuna, Pa," jawab Aurel dengan tawanya yang diikuti mamanya.
Papanya hanya menghela nafas, susah kalo anak istri idolanya tokoh pewayangan, gerutunya dalam hati.
Aurel kaget saat melihat pria itu duduk di atas motor sport dengan helm fullfacenya di tangan.
Tentu saja wajah tampan ini sulit untuk dilupakan.
"Kamu?" tanya Aurel kaget.
Pria itu melemparkan senyum mautnya yang selama ini sanggup membuat para pemujanya tersihir.
Aurel juga merasakan jantungnya berdebar keras dan sangat cepat.
"Ktp kamu." Tangannya terulur memberikan ktpnya yang langsung diambil Aurel. Tapi dengan nakalnya, pria itu menggenggam tangannya membuat aliran darah Aurel seakan terhenti. Tapi dia tersadar dan akhrnya menarik paksa tangannya membuat prua itu tersemyum miring.
"Kevin. Namaku Kevin, ingat ya Aurelia Ganita. Cantik banget, cocok sama namanya," pujinya bak cassanova.
"Yuk, kamu ke kampus, kan." Kevin langsung memakai helm fullfacenya. Setelah itu memberikan helm yang dicangkring di stang motornya dan memakaikan Aurel yang hanya bisa diam terpaku.
"Eh, aku bawa mobil," tolak Aurel sambil mau melepas helmnya.
"Lebih enak naek motor," ucap Kevin sambil menarik tangan yang mau melepas helm dengan kuat hingga tubuh Aurel menabrak dada bidamg Kevin. Sesaat keduanya terdiam.
"Mau sampai kapan kayak gini?" goda Kevin dengam senyum smirknya.
"Eh..." Aurel langsung menjauhkan tubuhnya dan jadi semakin salah tingkah.
"Ayo." Kevin memiringkan motornya sehingga Aurel bisa naik dan duduk di belakangnya dengan mudah.
Kevin menarik kedua tangannya melingkari pinggangnya dan terus menggenggam kedua tangan itu sampai motornya sampai di kampus Aurel.
"Kamu tau dari mana aku kuliah di sini?" tanya Aurel heran saat turun dari motor.
"Belajar yang benar, nanti aku jemput ya." Tangannya membantu Aurel melepaskan helmnya. Setelah menyantelkan helm itu di stang motornya, Kevin mengacak rambut depan Aurel yang seakan sedang ia rapikan. Padahal diberantakan lagi.
"Kevin," tukas Aurel kesal.
Padahal udah rapi jadi berantakan lagi, kan.
"Say my name always," katanya sambil menatap dalam mata Aurel membuat gadis itu terpaku dengan jantung semakin kencang berdebar.
"Jangan cantik cantik di kampus. Di depan aku aja cantiknya," godanya sambil menggoyangkan telunjuknya di depan wajah Aurel membuat gadis itu tersadar dan kembali merona karena malu.
Dasar player ashole, maki Aurel dalam hati.
Selama satu bulan Kevin rajin menjemputnya berangkat kuliah. Bahkan dia ikut menemani Aurel yang memgajar anak anak jalanan. Tapi setelahnya kebersamaan mereka mulai berkurang.
Kevin yang baru saja memegang perusahaan orang tuanya terlihat mulai sibuk. Aurel yamg mandiri tidak mempermasalahkan. Dia juga punya kesibukan sendiri. Lagian Aurel merasa Kevin menganggapnya just friend. Mereka tidak ada ikatan.
Hanya mamanya yang suka sibuk nanyain kalo arjunanya udah ga datang lebih dari seminggu ini. Iya, udah hampir sepuluh hari Aurel tidak bertemu dengan Kevin. Bahkan pria itu tidak mengirim pesan. Ada sedikit rasa rindu yang aneh, tapi Aurel berusaha menepisnya.
Akhirnya siang ini Aurel berdiri di depan perusahaan Kevin yang sangat megah. Di tangannya ada paper bag yang berisi makan siang yang dibuat khusus mamanya untuk arjuna kesayangannya.
Aurel tentu saja tidak bisa menolak permintaan mamanya. Entah mengapa mamanya begitu sayang dengan Kevin. Tapi selama sebulan kedekatan mereka, Kevin memang dekat dengan mama dan papanya. Terlebih mamanya membuat Aurel suka tersenyum. Karena Kevin selalu saja melayani cerita cerita receh mamanya.
Mungkin karena mereka sangat menginginkan anak lelaki, tapi hanya Aurel saja yang bisa dilahirkan dari rahim mamanya. Dan beberapa tahun kemudian rahim mamanya harus diangkat karena ada tumor jinak.
"Mba, bisa bertemu Pak Kevin?" tanya Aurel sopan pada dua orang gadis muda yang berpenampilan seksi di meja resepsionis yang mewah.
"Udah ada janji?" balas salah satu resepsionis dengan ramah.
"Belum," jawab Aurel ragu.
"Dengan mba siapa ya? Siapa tau Pak Kevin bisa nemuin mba." Mungkin karena wajah dan dandanannya yang seperti gadis baik baik, pegawai di resepsionis itu mau membantu.
"Aurel mba."
Aurel tersenyum melihat pegawai tersebut akan mengangkat telpon.
"Aurel! Udah lama ga ketemu ya." Tiba tiba Arka sudah berada di sampingnya.
Kedua resepsionis langsung menunduk hormat pada Arka dan mulai bertanya dalam hati tentang siapa Aurel. Karena sikap Arka yang begitu akrab.
Aurel tersenyum melihat salah satu teman Kevin yang menghampirinya.
"Biar dia masuk sama aku," tukas Arka sambil menggandengnya ke lift. Masih tersenyum Aurel mengikuti langkah Arka.
"Iya, udah lama ya," jawab Aurel akhirnya.
"Kitakan ketemunya pas kamu sama teman teman kamu diganggu preman, ya. Udah cukup lama juga. Tadi aku sempat lupa lupa juga sama wajah kamu," kata Arka ramah lalu tertawa kecil bersama Aurel.
"Belum sempat makasih sama kakak dan dua teman kakak juga," jawab Aurel akhirnya saat mereka berada di dalam lift.
"Kok kakak sih, Arka dong, kayak Kevin," goda Arka membuat Aurel salah tingkah dan tersenyum malu.
"Masih di deketin kamu sama si Kevin?"
"Udah ga. Sebenarnya aku malu ke sini. Ini permintaan mama sih. Kevin dulu kalo ke rumah suka gombalin mama."
Arka tergelak mendengarnya.
Kamu terlalu jujur, Aurel, batinnya ngakak.
"Jadi bukan kamu yang kangen? Tapi mama kamu?" Goda Arka membuat Aurel tertawa menutupi perasaan malunya.
"Kapan kuliahnya kamu selesai?" Arka mengganti topik melihat gadis itu tak menjawab.
"Semoga tahun depan. Doa'a in, ya."
"Aamiin."
Keduanya melewati sekretaris Kevin yang juga berpenampilan lebih seksi. Bahkan belahan dadanya sedikit terlihat.
Arka tersenyum sekilas membalas senyum sopan gadis itu yang langsung menunduk hormat saat melihatnya.
Aurel mengurut dada melihatnya.
Apa pria itu selalu diberi hidangan seperti ini? batin Aurel kesal.
"Vin, ada Aurel ni," ucap Arka saat membuka pintu ruangan Kevin.
Aurel terpaku melihat pemandangan di depannya.
Seorang gadis cantik sedang duduk di pangkuannya. Gadis itu sangat cantik, mungkin model. Kulitnya putih susu dan terlihat sangat bening. Beda dengan kulitnya yang walaupun putih tapi tidak sebening itu.
Kevin terkejut melihat Aurel yang berdiri di belakang Arka.
"Doping ya, bro," sarkas Arka dan lalu tergelak.
Model yang duduk dipangkuan itu segera berdiri karena pergerakan Kevin.
"Ayo Aurel, kita duduk di sini aja. Pengen nyobain masakan mama kamu."
Arka menarik tangan Aurel dan mengajaknya duduk di sofa. Aurel hanya menurut, dia tersenyum kecil pada Kevin yang kini malah menatap aneh pada tangannya yang di pegang Arka.
"Aku boleh ikut gabung ga?" tanya si cantik itu sangat pede.
"Gak boleh," tolak Arka langsung membuat sang model cemberut.
"Sana, kamu, kan, ada pemotretan," usir Kevin sambil melangkah ke sofa di samping Aurel.
"Ok, janji ya, aku ikut untuk trend bulan depan," katanya sambil melambaikan tangannya dan keluar dari ruangan. Matanya sempat melirik pada Aurel yang sibuk mengeluarkan tenpat bekal dari dalam paper bag.
"Jadi gitu caranya nge lulusin model buat majalah lo?" sindir Arka sambil menyandarkan tubuhnya.
"Enak aja. Emang gue gampangan," tolak Kevin ga terima. Matanya masih menatap Aurel yang masih ga mau melihatnya. Perasaannya terasa aneh karena Aurel memgunjunginya bersama Arka
"Memang gampamgan," tandas Arka dan di iya in dalam hati Aurel.
"Iya kan Rel," ujarnya sambil melihat Aurel yang hanya tersenyum saja.
"Lo pergi sana. Ini buat gue," usir Kevin kesal yang melihat senyum Aurel.
"Banyak kok ini. Aku bisa ikut nyicipin masakan mama Aurel. Iya, Rel," kata Arka sengaja menggoda Kevin. Memanas manasi hatinya.
"Iya, ini banyak, kok," bela Aurel lembut.
"Ini ambil sendiri," katanya lagi sambil menyodorkan piring plastik kecil yang garansinya seumur hidup pada Arka.
"Serasa dilayani istri," goda Arka tambah senang melihat Aurel lebih menyilakannya lebih dulu dari pada Kevin.
"Ini..." Uur Aurel juga pada Kevin yang hanya diam saja karena tiba tiba kesal. Merasa dinomer duain.
"Kamu mau aku ambilin pake apa?" tanya Aurel lembut membuat bibir Kevin berkedut senang.
"Rendang dong," jawabnya akhirnya.
"Sayur juga, ya," kata Aurel sambil menyendokkan sayur kangkung tanpa menunggu jawaban Kevin membuat pria itu tersenyum.
"Seperti jadi nyamuk," sindir Arka tapi hatinya senang melihat reaksi Kevin.
Kena lo vin, teriaknya dalam hati.
"Arka mau pake sayur?"
"Gak usah dilayani. Cukup aku aja," titah Kevin membuat Aurel terdiam saat tangannya yang akan mengambil sayur untuk Arka dipegang Kevin. Arka kembali tergelak.
Dia langsung berdiri sambil membawa makanannya.
"Aku gak mau jadi nyamuk. Makasih ya, Aurel sayang. Bilang sama mama masakannya maknyuss banget," katanya sambil berjalan keluar dari ruangan kantor. Tawa kecilnya pun mengiringi langkahnya.
"Sayang palamu," maki Kevin kesal.
Aurel masih tetawa dengan sikap Arka dan Kevin.
"Ketawa terus, nih makan," kata Kevin gemas sambil mengarahkan sesendok nasi beserta daging dan sayur ke mulut Aurel yang terbuka.
"Iiih," ucap Aurel ga jelas. Tapi Kevin malah tertawa melihat pipi Aurel yang menggembung karena penuh makanan.
"Nih," balas Aurrel yang ganti menyendokkan makanannya ke mulut Kevin.
Tanpa mereka sadari, keduanya saling menyuapkan sampai makanan mereka abis.
"Makanmu masih tetap banyak." Kevin mengambil tisu dan membersihkan makanan di ujung bibir Aurel membuat gadis itu menjebikkan bibirnya
"Boleh bersihin pake bibir ga?" tanyanya nakal.
"Gak boleh," tolak Aurel galak yang membuat Kevin tergelak. Udah lama sekali ga menggoda gadis cantik ini.
Aurel pun membereskan bekalnya dibantu Kevin.
"Tiap hari antar aku makanan, ya, yang," kata Kevin manja.
"Gak ah, kayak ga ada kerjain aja," tolak Aurel masih galak.
Kevin mengacak rambut depan Aurel gemas. Tawanya juga masih terdengar.
"Kangen sama kamu," kata Kevin merayu. Tapi separuhnya memang dia kangen.
"Paling kangen masakan mama."
"Sama yang bawain juga."
"Bisanya kamu aja." Aurel memutar matanya malas. Kata kata itu dulu sempat melambungkan hatinya, tapi tidak hari ini. Jujur, hati Aurel saat ini sudah patah. Ternyata Kevin hanya memberi harapan palsu.
"Kamu marah?" tanya Kevin yang merasa sikap Aurel agak beda.
"Engga. Aku pulang dulu ya. Bentar lagi Ivan mau jemput. Dia juga mampir di dekat sini."
DEG
Entah kenapa Kevin tidak senang mendengarnya.
"Tadi kamu bareng Ivan?"
"Iya. Mama tadi ke kampus minta aku antar kamu makan siang, trus pergi bawa mobilku. Untung tadi Ivan nawarin karena mau ke arah sini juga."
"Sering kamu pergi berdua sama Ivan?" Ada nada ga suka dalam suara Kevin.
"Kalo berdua jarang, seringnya bareng Obie sama Sachi," jawab Aurel polos.
"Berarti pernah berdua, dong," kesal Kevin.
"Ya, tadi pas ke sini. Nanti juga, kan, mau diantar balik sama Ivan." Aurel menatap notif pesan yang baru masuk.
"Aku pulang duluan, ya. Ivan udah di loby," pamitmya sambil berdiri.
Kevin masih diam dan hanya terus menatap Aurel. Bukannya dia ga mau mengantar Aurel pulang, tapi sebentar lagi meeting sangat penting menunggunya. Klien bisnis dari Jepang. Bisa dimarahin sama papanya kalo maen ditinggal gitu aja.
"Well, hati hati," katanya terpaksa yang disambut senyum manis Aurel saat menutup pintu ruangannya.
Akhirnya meeting yang diikutinya tidak membuat pikirannya bisa fokus di satu tempat. Arka beberapa kali menyenggolnya karena terlihat sering melamun. Papanya juga beberapa kali sempat meliriknya dengan tajam.
Kevin sangat beruntung memiliki otak yang sangat encer. Walaupun konsentrasinya terpecah, tapi saat melihat slide atau file yang ditunjuk Arka atau papanya yang mengapit kiri dan kanannya, dia langsung bisa memahaminya dan memberikan pendapat dan tanggapan yang sangat brilian.
Akhirnya tiga jam berakhir sudah. Meeting pembangunan dua resort mewah di Pulau Lombok dan Pulau Bintan selesai juga. Tentu saja ide ide Kevin yang brilian, sangat membuat kagum dan yakin para inveator untuk bekerja sama dengan mereka. Soalnya modal yang ditanamkan pun dalam jumlah yang fantastik.
"Kamu mikir apa, sih, Untung ga lemot," seru papanya kesal saat hanya papanya, dirinya dan Arka yang masih berada di ruang meeting.
"Maaf Pa," katanya penuh sesal. Tapi dia memang ga bisa mengendalikan arah pikirannya tadi.
Papanya mengangguk maklum. Karena kelemotannya ngga mengganggu jalannya meeting. Mungkin hanya dirnya dan Arka yang sadar kalo Kevin sedang ngga fokus.
"Persoalan perempuan jangan dibawa dalam urusan pekerjaan," nasihat beliau bijak. Bukan papanya ga tau skandal yang sering dibuat anak laki laki satu satunya ini.
Arka tertawa mendengarnya membuat Kevin mendelik padanya.
"Ya udah. Kalian bisa pulang sekarang. Papa pun harus menjemput mama di salon. Mama mu itu kenapa selalu merepotkan papa," keluhnya sambil berkacak pinggang.
"Sayang istri om," ledek Arka.
Kali ini Kevin juga tertawa bareng Arka. Papanya memang terlalu sayang pada mamanya. Beliau tetap saja menyempatkan waktu mengantar istrinya ke salon, arisan, atau menemani shopping walaupun sangat sibuk. Bahkan dulu waktu Kevin dan Kikan-adiknya ambil raport, tetep aja papanya datang bersama mamanya.
Saat sampai di parkiran Kevin menatap Arka membuat sahabatnya itu bingung.
"Ada apa?"
"Kamu suka sama Aurel?"
"Belum, sih. Mungkin nanti," sahut Arka enteng
Kevin terdiam.
"Kamu suka sama Aurel?" selidik Arka walau sudah menduga duga.
"Entahlah. Saat melihatnya tadi di kantor dan katanya pulang diantar Ivan, hatiku rasanya aneh aja," jujur Kevin terus terang.
"Mungkin karena aku sempat dekat dengannya. Dan hampir dua minggu aku ga pernah ketemu dengannya lagi," lanjut Kevin lagi sambil memijat kepalanya.
Arka menepuk nepuk pundaknya. Aneh memang player bisa maen perasaan.
"Kirain udah bosan," kekeh Arka menyindir.
Kevin balas tertawa. Mengetawakan kebodohannya.
"Belum sebulan. Coba test bisa tahan berapa lama perasaan kamu ke Aurel. Dua minggu mah biasa, Vin," saran Arka gokil.
Dia sangat tau sifat bosan Kevin. Tapi Arkha agak curiga, sepertinya ngga berlaku buat Aurel.
Arkha tau sekali. Kali ini Aurel sedikit mengganggu pikiran Kevin. Cantik, pintar, mandiri, punya jiwa sosial yang tinggi dan ngga begitu mempedulikan Kevin. Dalam hati Arkha pun tergelak.
Kevin tersenyum menyetujui kata kata sahabatnya. Mengapa dia terlalu jauh berpikir tentang perasaan anehnya, tepisnya dalam hati.
Belum tentu juga Aurel rumahnya, batinnya santai.
"Ayo kita ke resort baru. Hubungi Nicho sama Denis. Aku mau snorkling," titahnya sambil membuka kunci mobil.
Arkha pun menghubungi kedua temannya itu untuk langsung bergabung. Bagi mereka perempuan nomer sekian. Karena terlalu mudah di dapat. Apalagi mereka kaya dan tampan. Siapa yang bakal bisa menolak.
*
*
*
Aurel menatap majalah mode ekslusif yang baru dibelinya. Ada yang menohok hatinya saat melihat pose mesra Kevin dengan model yang dilihatnya seminggu yang lalu. Ternyata Kevin model juga dan seorang enterpreneur muda yang berbakat.
Mengapa dia tidak mengenal Kevin dan teman temannya waktu menolong mereka dari preman. Ternyata dia dan teman temannya kupet juga soal begituan. Bibir Aurel mengukir senyum kecil.
Udah hampir sebulan ini mereka tidak bertemu setelah dia mengantarkan makan siang untuk Kevin. Tapi dua minggu yang lalu mamanya memintanya lagi untuk mengantarkan makan siang buat Kevin, tapi di tolaknya mentah mentah. Aurel ga mau tetlihat seoerti mengejar Kevin, walaupun ingin. Apalagi Kevin juga menanggapinya masih biasa saja. Mungkin just friend lebih baik.
Apalagi saat Aurel searching di gugel, ternyata banyak sekali berita kedekatannya dengan wanita cantik yang seksi. Begitupun saat dia menyelesaikan S2 nya di Amerika. Dia juga berkencan dengan model model di sana. Wajar kalo balik ke sini dia juga mengencani para model juga. Memang itu seleranya.
Aurel memghela nafasnya. Betapa bodohnya ia sempat tertarik pada Kevin. Bahkan bagi Kevin dirinya hanya sekedar angin lewat saja.
Satu pamggilan masuk dari Ivan.
"Malam minggu ngapain?"
"Di rumah aja."
"Nonton yuk. Ada film bagus."
"Bareng Obie sama Sachi?"
"......"
"Kalo ga ada yang marah, sama kamu aja."
Aurel ngga bisa menjawab. Temannya ini udah dua minggu sering mengajaknya pergi berdua, walau sering di tolak. Aurel ngga ingin memberinya harapan. Tapi kasian juga.
"Kalo sama Obie dan Sachi, kamu mau ikut?"
"Iya. Ga apa apa, kan?"
"Ga apa. Siap siap ya, setengah tujuh aku jemput."
"Ok."
Ya, apa salahnya bersenang senang. Berempat juga, pikir Aurel sambil memilih baju yang akan di pakai nanti.
*
*
*
Film yang ditonton film full aksi. Walaupun Aurel anaknya lemah lembut, tapu dia kurang suka film romantis, cepat ngantuk katanya.
"Lho, nonton sama siapa Rel?"
Aurel kaget mendengar sapaan yang lagi lagi dari Arka. Dan lebih terkejut lqgi keempatnya dengan pasangan masing masing yang juga baru keluar dari studio yang berbeda dengannya. Matanya beradu pandang sesaat dengan Kevin yang digelayuti gadis cantik yang sangat modis dan seksi.
"Bareng teman."
"Couple juga ya," pancing Arkha sambil melirik Kevin yang saat ini masih menatap Aurel yang berjalan bersama Ivan.
Aurel dan ketiga temannya tertawa.
"Lho, ini Aurel sama teman temannya yang waktu itu diganggu preman, ya," celutuk Nicho surprise. Soalnya ni cewe yang ktpnya senpat disita Kevin.
"Iya kak," sahut Aurel bareng Sachi.
"Kalian malam mingguan juga? Pacaran, ya" tanya Denis menebak. "Bener tu pepatah jawa yang artinya kalo sering ketemu lama lama bisa jatuh cinta," seloroh Denis yang disusul tawa yang laen. Minus Kevin.
"Aku, sih, udah kak. Tinggal Ivan sama Aurel," info Obie membuat beberapa orang terkejut.
Aurel merasakan tatapan tajam Kevin tapi dia ngga mempedulikannya.
"Semoga cepat jadian, Van," kata Arka sambil menepuk pundak Ivan seolah memberikan semangat. Sengaja untuk melihat reaksi seseorang.
"Aku cuma teman sama Aurel, kak," jawab Ivan supaya suasana tetap santai.
"Pada mau lanjut kemama? Mau ikut kita ke club, ga?" tanya Nicho menawarkan.
"Engga kak. Kita mau muter muter mall aja," tolak Ivan sopan.
"Ok, slamat senang senang," kata Arkha ramah sambil melenggangkan kakinya bersama rombongannya.
Aurel sengaja tidak menatap Kevin yang masih melihatnya waktu melangkah pergi dengan terus ditempel manja gadis modis itu.
"Kirain Kak Kevin jadian sama kamu. Apa udah putus?" tanya Sachi heran. Karena dulu Kak Kevin selalu menemani Aurel.
"Cuma teman," bantah Aurel berusaha santai.
"Syukurlah. Jangan sampai jadian, bisa makan hati terus. Biasa juga gak lama kalo pacaran sama mereka." Lagi lagi Obie memberikan nasihatnya.
Aurel hanya tersenyun kecil, enggan berkomentar. Sementara Ivan terlihat seperti memikirkan sesuatu.
Akhirnya setelah sejam mengelilingi mall, Ivan pun mengantarkannya pulang. Pemuda itu langsung pulang tanpa berkata sepatah kata pun. Aurel tidak terlalu memikirkannya.
Sedari tadi Aurel tidak bisa menjauhkan pikirannya dari Kevin. Benar benar menyebalkan.
Tapi begitu Aurel akan membuka pagarnya, sebuah mobil mewah berhenti di sampingnya.
Aurel terkejut melihat siapa yang keluar dari mobil dan berjalan menghampirinya.
"Yuk sekarang jalan sama pacar," kata Kevin sambil meraih tangannya dan membuka pintu di samping kemudi.
Langkah Aurel terhenti saat pintu mobil itu sudah terbuka.
"Ngaco, ih," tolak Aurel sambil membalikkan badannya dan berlari kencang ke dalam rumah dengan deru nafas yang memburu.
Kevin hanya bisa bengong sesaat melihat gadis itu langsung pergi meninggalkanya. Tapi kemudian bibirnya mengukir senyum tipis melihat kepergian gadis itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!