NovelToon NovelToon

Terjerat Diantara Gairah Suami Dan Anak Tiri

#1. Indah setuju di nikahkan

"Ayah aku ingin handphone merek terbaru iPhone 14, aku tidak mau tahu. Pokoknya ayah harus membelikan nya untuk ku" paksa Indah kepada ayahnya.

"Nak untuk apa beli handphone baru, Baru 3 bulan yang lalu kamu membeli handphone baru. Handphone lama kan masih bagus dan masih bisa dipakai. Membuang-buang uang saja", Karim memohon-mohon kepada Indah, karena hutangnya saat ini sudah menumpuk.

"Aku tidak mau tahu ayah, kalau ayah tidak membelikan nya untuk ku, aku akan lari dari rumah ini dan akan meninggalkan ayah sendirian di rumah ini", Indah mengancam Karim.

"Sayang jangan tinggalkan ayah sendirian disini, ayah akan sangat kesepian", pinta Karim memohon, karena Ibunya Indah sudah pergi meninggalkan nya terlebih dahulu 6 bulan yang lalu karena sakit kanker payudara.

"Iya, Indah tidak akan meninggalkan ayah, kalau ayah mengabulkan keinginan Indah", Indah mengancam ayahnya, Karim.

"Nak, bukannya ayah tidak mau membelikan handphone terbarunya. Tetapi nak, hutang kita kepada Pak Tedja sudah menumpuk. Bahkan sekalipun ayah bekerja selama 24 jam non stop.

Hutang itu sudah tidak bisa ayah bayar hingga lunas 10 tahun ke depan. Kamu kan tahu kalau ayah mu ini hanya seorang pengayuh becak", Karim terus memohon dan berusaha memberi gambaran agar Indah tidak memaksakan terus keinginannya.

"Bapak tinggal minta lagi saja, pasti diberi. Kan bapak pasti bayar", Indah begitu entengnya, seperti tidak mau tahu kesusahan Orang tuanya.

"Pokoknya indah tidak mau tahu ayah, pokoknya besok uang itu sudah harus ada ditangan Indah. Karena Indah sudah terlanjur memberitahu kepada teman-teman Indah kalau Indah akan membeli iPhone keluaran terbaru.

Oh iya harga iPhone itu sebesar 22 juta", Selama ini Indah selalu menunjukkan gaya hidup mewah di depan teman-temannya, bahkan indah mengakui kepada temannya kalau Indah adalah anak orang kaya. Indah langsung berlalu meninggalkan Karim yang masih memohon-mohon untuk menunda dulu keinginannya.

"Nak, itu banyak sekali jumlahnya. Lain kali saja belinya", Karim sambil berlari menarik-narik tangan Indah yang langsung pergi keluar rumah.

Indah terus saja berlari tidak mengindahkan ayahnya. Hampir saja Karim terjatuh ke lantai. Karena usia Karim juga sudah 56 tahun, dan karena terus bekerja mengayuh becak siang dan malam. Dan hanya makan seadanya, membuat fisik Karim dari hari ke hari semakin lemah saja.

"Ya Tuhan, aku salah mendidik Indah selama ini. Aku terlalu memanjakannya dan memenuhi kebutuhannya. Sehingga sekarang Indah tidak bisa dikendalikan lagi dan tidak mau tahu kondisi keluarganya", Karim sujud berdoa menyesali perbuatannya yang telah memanjakan Indah.

Indah selalu tidak pulang ke rumah bila keinginannya tidak dipenuhi. Karim tidak mau Indah meninggalkan dirinya sendirian di rumah.

Karim pun dengan terpaksa pergi ke rumah tedja memberanikan diri untuk meminjam uang. Karim sadar pasti akan dimarahi dan dibentak-bentak Pak Tedja karena hutang kemarin saja masih belum dibayar.

Sebelum Karim sampai di halaman rumah, pengawal pak Tedja sudah mengusir Karim untuk tidak melanjutkan langkahnya untuk menemui Pak Tedja.

"Berhenti kamu disitu Karim!, dan segeralah berbalik arah. Aku tahu kamu pasti ingin berutang lagi. Hutang kamu yang kemarin saja masih menumpuk", perintah salah satu pengawal dari Pak Tedja.

"Tolonglah pak, izinkan saya bertemu dengan pak Tedja", Karim terus memohon-mohon dan memaksa untuk masuk.

"Tidak boleh, Karim", bentak salah satu pengawal pak Tedja.

Mendengar ada suara ribut-ribut, Pak Tedja tahu permasalahan nya. sehingga memberitahu agar Karim dipersilahkan masuk.

Salah satu pengawal dari dalam berbisik ke pengawal yang berada di luar agar pak Karim dipersilahkan masuk oleh Pak Tedja.

Karim senang akhirnya diizinkan bertemu dengan Pak Tedja. Karim langsung mengungkapkan maksud dan tujuan kedatangannya menemui Pak Tedja.

"Pak Tedja, maaf saya lancang. Tolong berikan saya pinjaman uang sebesar 22 juta lagi", Karim memohon-mohon kepada Pak Tedja.

"Saya akan berikan uang itu Karim, tetapi dengan satu syarat. Apabila kamu dalam 1 bulan ini tidak bisa melunasi hutangmu. Maka Putri mu Indah harus menikah dengan ku", Karim bingung, dalam hatinya tidak mungkin memberikan Indah anak satu-satunya kepada laki-laki tua, yang seharusnya menjadi ayah bagi Indah.

Karim bimbang. "Bila nanti tidak mendapatkan uang, pasti Indah akan sangat marah, Sudahlah masalah nanti bisa dipikirkan kemudian. Bila hari H nya tiba, aku akan memohon-mohon kepada pak Tedja untuk menunda keinginannya", Karim merasa polos dan menganggap sepele syarat dari pak Tedja.

"Baiklah pak Tedja aku menyanggupi nya", Karim enteng menjawab pak Tedja.

Salah satu pengawal lantas memberikan uang itu kepada Karim.

"Terimakasih banyak pak", langsung balik badan setelah menerima uang tersebut.

****

Setelah pulang dari kampus Indah mencari-cari ayahnya.

"Ayah...ayah...ayah dimana", Indah terus berteriak mencari ayah nya untuk menagih uang untuk membeli iPhone terbaru. Ternyata ayahnya sedang tiduran di kamar karena merasa lelah seharian mengayuh becak.

"Ayah!, Gimana?, Ayah jadi kan berhutang kepada pak Tedja?", Indah berteriak kencang.

"Jadi nak, Ini uangnya. Tapi nak, ayah sangat berharap kamu berubah pikiran. Karena hutang kita sudah menumpuk. Pak Tedja mengancam kalau ayah tidak mengembalikan hutang bapak dalam 1 bulan ini.

Maka pak Tedja memaksa kamu untuk menikahinya", Indah santai tidak merasa khawatir dengan syarat yang diberikan pak Tedja. Langsung mengambil uang itu dari tangan Karim.

"Terima kasih ayah, Indah pergi dulu", Indah langsung cabut meninggalkan Karim yang lemas tidak berdaya.

Indah bahkan tidak peduli ayahnya sudah makan atau belum. Indah tidak pernah tahu bagaimana kondisi kesehatan Karim saat ini. Indah juga tidak pernah memasak atau membereskan rumah. Semua dibiarkan Karim yang mengerjakan nya sendiri.

***

Sebulan berlalu pengawal pak Tedja datang menagih hutang yang telah jatuh tempo.

"Karim...Karim ... Keluar kamu", teriak pengawal memanggil Karim.

Karim tahu dan pasrah pengawal datang ke rumah nya. Selama sebulan Karim hanya bisa mengumpulkan uang sebanyak 1 juta, Karena Karim juga harus membeli kebutuhan untuk makan sehari-hari.

"Pak, saya hanya mempunyai uang 1 juta saja. Tolong pak, saya hanya mempunyai ini saja", bujuk Karim kepada pengawal.

"Apa, 1 juta saja. Kamu pikir kami senang dengan candaan kamu?. Hutang mu itu kalau di total beserta bunga-bunga nya selama 5 tahun. Sudah mencapai 500 juta. Kamu mengerti ga sih", pengawal pak Tedja marah.

Selain untuk menutupi kebutuhan dan keperluan Indah. Karim meminjam uang untuk biaya pengobatan Narsih, istri Karim yang menderita Kanker payudara.

Karim pun pasrah di marahi.

"Kamu tahu kan Karim, konsekuensinya kalau hari ini kamu tidak bisa membayar hutang mu?", Pengawal mengingatkan Karim. Karim hanya bisa menunduk.

Tiba-tiba Indah datang dan menanyakan perihal ribut-ribut di rumahnya.

"Indah, ini adalah pengawal pak Tedja bermaksud menagih semua hutang ayah. Jika ayah tidak bisa membayar nya. Maka kamu wajib menikah dengan pak Tedja", Karim memberitahu maksud kedatangan para pengawal Tedja.

"Baiklah katakan kalau aku menyetujui syarat itu", ucap Indah enteng.

"Tidak Indah, ayah tidak setuju. Jangan kamu lakukan itu", Karim berusaha membujuk Indah agar tidak menyetujui menikah dengan Tedja.

"Sudahlah ayah, Memangnya ayah mau membayar nya pakai apa dan sampai kapan. Sampai seumur hidup ayah pun mengayuh sepeda tidak akan bisa melunasi hutang ayah", Indah langsung masuk ke rumah meninggal kan ayahnya di luar. Begitu juga pengawal Tedja langsung cabut dan ingin segera menyampaikan persetujuan dari Indah.

#2. Indah dan Tedja sah menikah

Karena indah setuju Untuk menikah, maka pengawal Tedja datang ke rumah Indah.

Mengantarkan sembako, barang-barang mahal berupa tas, sepatu dan pakaian wanita, termasuk pakaian pengantin dan perhiasan. Itu semua diberikan Tedja, agar Indah terlihat cantik dan menawan di pernikahan nya.

Sekalian memberitahu ke pihak Indah bahwa pernikahan akan dilaksanakan seminggu lagi. Agar Indah bisa menyiapkan fisik dan mentalnya menikah dengan Tedja.

Tedja yang merupakan duda beranak 1, yang berusia selisih dua tahun dari Indah. Tedja telah lama ditinggalkan oleh istrinya yang meninggal dunia karena kecelakaan.

Hampir 10 tahun Tedja menduda tidak mau menikah lagi, karena masih sedih dan belum ada perempuan yang mengisi hatinya. Entah mengapa setelah melihat Indah, Tedja sangat ingin memiliki Indah, karena mirip wajah mendiang istrinya.

Ketika itu Tedja dan pengawalnya ingin datang menagih hutang Karim. Tedja tidak jadi menagihnya, karena begitu tertarik dan sangat suka melihat kecantikan Indah.

Setelah diberitahu oleh pengawal Tedja, akhirnya Pihak Indah pun menyanggupi pernikahan itu. Indah sangat senang dengan pemberian pak Tedja.

"Wah, bagus deh. Sepertinya pak Tedja orangnya sangat royal, pengertian dan tahu banget selera perempuan. Tidak apalah menikah dengan pria tua, yang penting orang kaya. Sanggup memenuhi kebutuhan ku", gumam Indah dalam hati sambil tersenyum bahagia.

***

Sebelumnya di kediaman Tedja.

"Nak, ayah akan menikah seminggu lagi. Ayah mohon kamu datang untuk menghadiri pesta pernikahan ayah", pinta Tedja kepada Pangestu, anak dari Tedja.

"Bagus deh ayah. Siapa perempuan itu ayah?. Biasanya ayah menolak untuk dijodohkan dengan wanita. Sekarang tumben banget ayah menyetujui calon istri ayah", Pangestu tahu kalau ayahnya susah terbuka kepada perempuan lain, selain mendiang ibunya.

"Iya nak, Perempuan yang bakal calon ibu kamu ini. Sanggup membuka hati dan perasaan ku yang telah lama terkunci", Pangestu merasa penasaran siapa perempuan calon ibu tirinya itu.

"Baiklah ayah, aku akan datang menghadiri pesta pernikahan ayah", Pangestu menyanggupi.

***

Hari pernikahan pun tiba.

Indah tidak ada sedikit pun menampakkan wajah sedih, walaupun harus menikah dengan pria tua. Baginya yang penting orang kaya, yang sanggup memenuhi semua keinginan nya.

Indah di riasi dengan sangat cantik dan anggun. Pihak perempuan telah siap menyambut kedatangan pihak pengantin pria.

Tibalah waktunya pengantin pria mendatangi pengantin wanita.

Begitu bahagia dan senang nya Tedja melihat Indah begitu cantik dan anggun. Memakai baju pengantin yang dibelikannya.

Pangestu menepati janjinya untuk menghadiri pesta pernikahan ayahnya. Di pesta itu Pangestu bersalaman dengan pengantin wanita calon ibu tirinya. Pangestu merasa tidak asing terhadap Indah. "Sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tetapi dimana ya aku pernah melihatnya", pikir Pangestu merasa sangat penasaran.

Pernikahan berjalan dengan lancar, para tamu pun sudah meninggal kan resepsi pernikahan. Tinggal lah Tedja, Indah dan Karim. Karena pernikahan dilaksanakan di rumah pihak wanita. Sedangkan Pangestu pulang kerumah ayahnya.

Kamar Indah telah di hiasi dengan bunga-bunga yang segar. Agar menambah semangat bagi para kedua mempelai karena mereka akan memadu kasih di malam pertamanya.

Indah tidak terlalu canggung untuk bermalam pertama dengan Tedja. Walaupun sebelumnya tidak pernah bertemu dengan nya.

Indah justru berusaha lebih agresif dan liar, "Agar Tedja akhirnya bisa dikendalikannya. Segala apa yang diinginkan Indah bisa dipenuhi Tedja dengan senang hati tanpa merasa perhitungan", pikir Indah penuh siasat.

Sedangkan Tedja, begitu canggung karena sudah lama tidak pernah menyentuh wanita. Indah pun mendekati Tedja yang sedang duduk canggung di salah satu sisi tempat tidur.

Indah langsung melucuti pakaian Tedja sambil berbisik pelan kearah telinga Tedja.

"Mas, tidak usah malu-malu", bisik Indah.

Tedja tidak menyangka kalau Indah begitu agresif, tadinya Tedja bingung mau memulai dari mana. Tetapi karena Indah begitu agresif semangat Tedja begitu memuncak dan sangat bernafsu.

Tedja pun buru-buru melucuti satu persatu pakaian Indah. Sembari menciumi areal gunung kembarnya Indah. Indah pun langsung menggeliat. Indah sudah sering berhubungan suami-istri dengan banyak pria berumur. Keinginan untuk berhubungan suami-istri pun seperti kecanduan bagi Indah.

Indah pandai dan sangat pengalaman areal yang paling membuat lawannya begitu bernafsu. Tedja dengan semangat langsung naik ke atas tubuh Indah yang sintal dan molek.

Seluruh tubuh Indah di ciumi termasuk areal gunung kembar Indah, tedja membenamkan wajahnya pada areal itu, sekali-kali di kecup, di emmut seperti layaknya permen lollipop. Indah pun suka gaya Tedja. Pandai memuaskan nafsu birahi Indah.

Keduanya pun saling beradu saling memuaskan pasangannya masing-masing. Baik Indah dan Tedja tidak ingin merasa tanggung sama-sama ingin *******, nafas mereka saling memburu. Akhirnya setelah ******* Indah dan Tedja rebah di tempat tidur dengan sisa nafas yang masih ngos-ngosan.

Indah mendekati Tedja, "Mas suka permainan ku?", tanya Indah membuka komunikasi dengan Tedja. Indah tidak ingin Tedja terlihat canggung dengan-nya.

"Suka banget, kamu pandai memuaskan aku. Terimakasih ya", kecup Tedja di kening Indah.

"Mas, mas mau kan memberikan aku uang. Karena kalau aku di rumah terus aku pasti sangat suntuk", Ucap Indah berbicara lembut dan merayu dekat kuping Tedja sambil memeluknya mesra.

"Tenang saja, aku akan memberikan kamu ATM ku. Tetapi ingat kamu jangan selingkuh ya. Aku banyak pengawal yang akan mengawasi mu di luar sana", Tedja memperingatkan Indah.

"Iya mas, Mana mau aku selingkuh. Apalagi yang kucari coba, kamu mempunyai banyak uang, birahi di ranjang mu juga Ok. Aku pasti akan sangat ketagihan dan merindukan permainan mu", Indah terus merayu Tedja, agar Tedja merasa di awan-awan.

Benar saja, kata-kata itu membuat Tedja sangat percaya diri dan merasa di hargai.

"Mas, kita tinggal di rumah mas saja. Rumah ini sangat sempit", Indah merengek-rengek.

"Baiklah, mulai besok kita akan pindah ke rumah ku saja" Tedja menyanggupi keinginan Indah.

Tidak lama kemudian Tedja langsung tertidur, karena begitu lelahnya. Lain halnya dengan Indah, Indah sibuk memikirkan rencana nya akan kemana dan mau beli apa besok. Karena membayangi dirinya akan diberikan ATM oleh Tedja. "Aku akan belanja sepuas-puasnya", gumam Indah penuh bahagia.

***

Esoknya

Indah dan Tedja pindah ke rumah Tedja.

"Wah, luas sekali rumah mu mas. Tidak pernah aku membayangkan akan tinggal di rumah semewah ini", Indah berlarian ke sekeliling ruang tamu mengagumi kemewahan dan kemegahan interior rumah Tedja. Serta furniture dan perabot-perabot yang ada di rumah itu.

Tidak sengaja Indah berpapasan dengan Pangestu. Pangestu baru selesai makan dari ruang keluarga dan akan masuk ke kamarnya yang melewati ruang tamu.

Indah dan Pangestu tidak saling bertegur sapa hanya saling melempar senyum sekedarnya saja.

"Wah, ternyata anaknya mas Tedja ganteng sekali. Mas Tedja sih ganteng, tetapi sayang sudah berumur, sedangkan Pangestu kira-kira masih seumuran dengan ku", gumam Indah dalam hati.

Sekilas Indah memperhatikan Pangestu masuk ke kamarnya.

"Berarti ini adalah kamar Pangestu", batin Indah dalam hati.

Di kamar nya Pangestu terus penasaran dan memikirkan sosok Indah. Sampai sekarang Pangestu belum ingat ketemu Indah di mana.

"Dimana ya, aku pernah ketemu dengan wanita itu", Pangestu terus mengingat-ingat.

Begitu juga Indah, merasa pernah bertemu dengan Pangestu tetapi Indah tidak ingat.

#3. Indah dan Pangestu sudah mengingat kalau mereka pernah kencan semalam.

Setelah pindah ke rumah Tedja. Indah sangat disibukkan mengatur dan menyusun barang-barang yang dibawa dari rumahnya.

"Indah, sekarang kamu sudah menjadi istriku. Aku tidak akan memaksamu untuk meladeni ku membuatkan secangkir kopi atau sarapan setiap pagi sebelum aku berangkat kerja.

Kalau kamu buat terserah, aku pun sangat senang dan menghargainya. Kalau tidak mau membuatkannya juga tidak apa-apa. Santai saja tidak usah canggung begitu, ada Bi Inah kok yang membuatnya.

Kamu hanya di rumah menjadi istri yang baik dan tidak selingkuh itu sudah cukup buatku", Tedja memberitahu tugas Indah.

"Iya sayang, terimakasih ya", ucap Indah mengecup kening Tedja. Tedja sangat menyukai sikap Indah yang mesra dan romantis.

"Oh iya, ini ATM kamu. Kamu bebas menggunakannya sesuka hatimu. Satu hal yang harus kamu ingat kalau kamu keluar rumah harus izin dan memberitahu terlebih dahulu kemana dan bersama siapa kamu pergi", Tedja tegas dan sangat takut kehilangan Indah.

"Karna aku pasti sangat mengkhawatirkan kamu kalau sedang di luar sana. Takut kamu kenapa-kenapa", Tedja menambahi mencoba memberi alasan yang logis.

"Baiklah sayang", Indah menyanggupi peraturan Tedja dan segera mengambil ATM yang diserahkan Tedja.

Keesokan harinya. Indah bangun pagi-pagi sekali hendak memasak dan membuatkan secangkir kopi. Begitu selesai di kerjakan nya Indah kembali ke kamarnya ingin membangunkan dan mengajak suaminya sarapan pagi.

Karena Indah ingin Tedja, mengira kalau Indah adalah istri yang perhatian dan istri yang meladeni suami dengan baik.

Indah pun masuk ke kamarnya dan naik ke ranjang untuk membangunkan Tedja.

"Sayang... bangun sayang. Aku sudah menyiapkan sarapan dan secangkir kopi buat kamu di meja makan", bisik Indah lembut dan mesra di telinga Tedja.

Tedja pun langsung membuka matanya.

"Sayang kamu sudah bangun?, kenapa-kenapa repot-repot membuat kan sarapan, kan ada Bi Inah yang mengerjakan", Tedja beranjak dan langsung masuk ke kamar mandi.

"Sayang, kamu lupa membawa handuk", ketok Indah, Tedja mengeluarkan tangannya dari balik pintu bermaksud untuk mengambil handuk pemberian Indah.

Begitu pintu dibuka, Indah langsung memaksa untuk masuk.

"Lho kamu ngapain sayang", Indah langsung melucuti pakaiannya.

"Aku ingin mandi bersama, tubuhku penuh bau asap setelah memasak sarapan tadi. Apa tidak boleh sayang?", Sekarang Indah tanpa busana. Suaminya melongo sementara tanpa melakukan apa-apa hanya berdiri terdiam.

Indah langsung membasuh tubuhnya di guyuran shower. Sekarang bentuk tubuh Indah terlihat putih dan montok. Tedja langsung mendekatinya.

Mengecup bibir Indah yang basah, mendekatkan tubuhnya menekan tubuh Indah pada dinding tembok. Meremas dan mengecup pada areal gunung kembar Indah. Dan segera memasukkan kepunyaannya pada bagian sensitif Indah. Indah mendesah, dan sangat menikmatinya.

Mereka pun sama-sama puas dan menyudahi mandi bersama dengan saling menggosok dan membasuh tubuh mereka secara bergantian.

"Kamu nakal ya, tapi aku senang kok. Kamu begitu bergairah dan mampu membuat aku begitu menikmatinya", ucap Tedja sebelum keluar dari kamar mandi.

Setelah selesai berpakaian Indah dan Tedja sama-sama keluar dari kamar dengan wajah ceria dan penuh senyum.

Sudah ada Pangestu yang sedang duduk di meja makan untuk sarapan.

"Pagi nak", sapa Tedja kepada Pangestu dengan semangat dan wajah yang penuh senyum.

"Pagi yah", balas Pangestu kembali melanjutkan makannya, malu melihat kedua orangtuanya yang begitu bahagia.

"Bagaimana Kuliah kamu nak?. Dosen pembimbing kamu, yang selalu mempersulit skripsi mu, sudah amankah?", tanya Tedja ingin mengetahui perkembangan kuliah Pangestu. Tiba-tiba Indah tersedak dan terbatuk-batuk.

"Kamu kenapa sayang?", ucap Tedja sambil menyodorkan segelas teh.

"Tidak apa-apa sayang, hanya tersedak saja", Sekarang Indah ingat siapa Pangestu. Pangestu pernah datang dalam keadaan sedikit mabuk ke cafe tempat Indah mencari mangsanya. Pangestu stres karena dosen pembimbingnya mempersulit skripsinya. Sehingga terlambat untuk wisuda.

Indah dan Pangestu saling bercerita kala itu. Pangestu meminta dan mau membayar Indah untuk berhubungan suami-istri dengan dalih untuk menghilangkan rasa stres nya.

Sekarang Indah hanya menyimak percakapan antara ayah dan anak di hadapannya.

"Sudah aman yah. Kalau tidak ada halangan atau kendala. Tahun ini aku akan wisuda", Pangestu memberitahu dengan penuh semangat.

"Bagus dong, kalau begitu. Oh iya. Nanti kalau kamu ada perlu ayah, atau ingin menyampaikan sesuatu kepada ayah. Tetapi ayah sedang tidak di rumah. Kamu boleh mengatakannya kepada ibumu.

Tidak usah sungkan-sungkan Indah pasti bisa menjadi ibu sambung yang baik untuk kamu. Biar nanti ibumu yang akan menyampaikan semuanya kepada ayah", ucap Tedja memberitahu.

Giliran Pangestu sekarang yang tiba-tiba batuk-batuk karena tersedak. Pangestu sekarang ingat kalau Indah, ibu tirinya adalah teman kencan Pangestu ketika di cafe sebulan yang lalu. Sebelum menikah dengan ayahnya.

"Kamu sakit, nak?", tanya Tedja bingung.

"Tidak yah, Pangestu hanya tersedak saja", sambil minum segelas air putih untuk melegakan tenggorokan nya.

"Baiklah. ayah berangkat kerja dulu ya", Tedja beranjak sambil mengecup kening Indah dan langsung menuju luar dan diikuti oleh Indah dari belakang. Bermaksud untuk mengantar suaminya ke luar rumah.

Begitu mobil Tedja keluar rumah. Indah langsung masuk ke rumah. Ketika di ruang tamu tiba-tiba Indah menabrak tubuh Pangestu yang sedari tadi menunggu kedatangan Indah.

"Hai Indah, apakah kamu tidak mengenal ku?", tanya Pangestu penasaran.

"Iya, aku baru ingat tadi waktu kamu cerita mengenai dosen pembimbing mu. Tadinya aku juga merasa asing, seperti pernah ketemu. Tetapi tidak ingat", Indah memberitahu.

"Akupun begitu, ketika ayah mengatakan kalau nama kamu Indah. Tadinya aku juga merasa tidak asing seperti pernah bertemu, semalaman aku memikirkan nya tetapi tidak bisa ingat juga. Entah mengapa sekarang aku tiba-tiba mengingat kalau kamu adalah cewek yang ada di cafe Ria sebulan yang lalu.

"Mengapa kamu tiba-tiba menikahi ayahku, setahuku ayahku tidak pernah pergi ke cafe. Dan sangat sulit melupakan almarhum ibu, sehingga ayah lama menduda", Pangestu penasaran atas pertemuan Indah dan ayahnya.

"Ayahku terlilit hutang, dan wajib membayar hutang tersebut dengan menikah dengan ayah kamu. Bila pada tanggal jatuh tempo tidak bisa membayar nya", Indah menceritakan kisah pertemuan nya dengan Tedja.

Pangestu sebenarnya merasa tertarik dan penasaran dengan Indah kala itu. Pangestu sebenarnya kembali ke cafe Ria untuk mencari Indah. Tetapi pegawai disana mengatakan kalau Indah sudah lama tidak pernah datang lagi ke cafe Ria.

Sekarang harapan Pangestu sirna untuk mendapatkan Indah, karena sekarang Indah sudah menjadi ibu tirinya.

"Pasti ayah sangat mencintai Indah, karena Pangestu tahu. Ayahnya masih susah melupakan almarhum ibunya, sehingga menduda dengan waktu yang cukup lama. Kalau ayah sudah cinta kepada perempuan, status dan profesi perempuan itupun tidak menjadi masalah buat ayah", gumam Pangestu dalam hati.

"Baiklah Indah, eh Bu, aku senang kamu sudah menjadi istri ayahku sekarang", Pangestu merasa canggung. Dan segera beranjak meninggalkan Indah dan masuk ke kamarnya.

Begitu juga Indah naik ke atas, menuju kamarnya.

Sepanjang jalan Indah memikirkan Pangestu. Ada raut kekecewaan di wajah Pangestu melihat dirinya menjadi istri ayahnya.

Indah tahu, kalau Pangestu ada perasaan suka kepada nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!