Seorang pria sedang duduk di kursi roda di dampingi oleh wanita paruh baya di sampingnya, dia menatap lurus ke depan seakan ia manusia tak bernyawa, sang ibu meneteskan airmatanya melihat nasib anak sulungnya yang malang.
" Nak, sampai kapan kamu harus menderita seperti ini?" Tanya sang ibu mengusap wajah pria yang duduk di kursi rodanya.
Tak ada jawaban dari pria di hadapannya, Indah kamalia ibu dari Albert satya wiguna menghela nafasnya berat air matanya sudah tak terbendung lagi.
"Nak, kau pasti sembuh nak hiks... Mommy tidak menyalahkanmu, ini semua sudah takdir dari yang maha kuasa hikss.." Isak tangis Indah.
Tok .. Tok .. Tok ..
Indah mengusap airmatanya, dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya.
Ceklek..
"Nyonya ada yang harus saya sampaikan kepada nyonya." Ucap Satria asisten pribadi Albert.
" Tunggu di ruang kerja, nanti aku akan menyusulmu." Titah Indah.
"Baik nyonya." ucap Satria berlalu dari hadapan Indah.
Indah menutup pintu kamar Albert, dia menghampiri anaknya kembali. setiap hari Indah mengurus Albert di bantu oleh kepala pelayan yang mengasuh Albert sedari kecil. tidak ada yang berani masuk selain Indah, kepala pelayan dan juga Satria. Para pelayan ketakutan saat melihat Albert yang mengamuk, bahkan sampai ada yang masuk ke rumah sakit maka dari itu Indah memutuskan hanya tiga orang yang bisa masuk ke dalam Kamar milik Albert.
"Nak Mommy ada urusan sebentar, kalau kau menginginkan sesuatu tekan remot ini nanti Mommy akan datang." Ucap Indah.
tak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Albert, dia hanya diam dengan dunianya sendiri. Indah mengecup kepala Albert dengan sayang lalu mengusapnya, dia berjalan keluar dari kamar Albert menuju ruang kerja milik almarhum suaminya.
ceklek..
Satria berdiri lalu membungkukkan badannya kepada Indah.
"Kau itu sudah aku anggap anak sendiri, sudah berapa kali aku bilang jangan pernah membungkukkan badanmu padaku." Ucap Indah kesal.
"Sudah tugas saya nyonya." Jawab Satria.
"Yasudah, terserah kau saja, duduklah." Ucap Indah dengan mendudukkan tubuhnya.
Indah memijat pelipis dan pundaknya, sungguh dia sangat lelah menjalani rutinitasnya yang sibuk dan juga capek. Jika boleh dia ingin sekali berteriak memanggil suaminya untuk kembali, namun dia berusaha sabar menghadapi takdir demi anak sulungnya.
"Nyonya baik-baik saja?" Tanya Satria memastikan keadaan Indah.
"Aku baik, tadi kau bilang ada yang ingin kau sampaikan? Tentang apa? Apa kau sudah menemukan titik terang tentang kecelakan itu." Tanya Indah.
"Untuk penyelidikan itu sampai saat ini saya belum menemukan titik terang nyonya, saya datang kesini hanya ingin memberitahukan bahwa keluarga nona Sonia sudah kembali ke tanah air dan mereka mengirimi saya pesan singkat bahwa pernikahan antara nona sonia dan tuan Muda akan di majukan nyonya, satu hal yang saya takutkan kalau keluarga sonia tidak akan menerima kondisi Tuan Albert saat ini karena mereka belum tau kalau tuan muda lumpuh." Jelas Satria.
Indah semakin pusing mendengar apa yang Satria bicarakan, dia juga memikirkan hal yang sama dengan Satria tapi di sisi lain dia tak bisa membatalkan pernikahan antara Albert dan Sonia karena keduanya saling mencintai. Indah berharap Sonia mau menerima segala kekurangan yang dimiliki Albert dengan begitu kesempatan untuk anaknya sembuh akan terwujud.
"Kau siapkan saja segalanya, bilang pada keluarga Sonia kalau pernikahannya di lakukan secara tertutup tanpa adanya kamera." titah Indah.
"Apa nyonya yakin? Emmm, maksud saya... Apa mereka tidak akan keberatan?" Tanya Satria dengan ragu.
"Tidak, aku yakin mereka pasti tidak keberatan." ucap Indah yakin.
Indah memang tidak memberitahukan keadaan yang sebenarnya pada keluarga Sonia, Albert melarangnya karena Sonia sedang sibuk dengan karirnya, ia tak mau Sonia sampai terbebani pikirannya dan menghambat impiannya yang sudah lama ia nantikan. Albert dan Sonia berjanji akan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing, maka dari itu Indah akan tetap menikahkan mereka.
Satria tak bisa membantah perintah dari Indah, dia pamit melaksanakan tugasnya. Setiap hari Satria memberi laporan kepada Indah, sebagai Asisten pribadi Albert dia yang mengurus perusahaan bersama Indah setelah kejadian yang menimpa Albert.
Albert adalah seorang CEO di perusahaan miliknya sendiri, sedangkan perusahaan ayahnya di pegang oleh adik laki-lakinya. Albert adalah anak sulung dari tiga bersaudara dua laki-laki dan satu perempuan, di umurnya yang menginjak ke 29 tahun dia ingin melepas masa lajangnya bersama wanita yang sangat di cintainya yaitu Sonia seorang penyanyi papan atas, namun setelah kecelakaan yang merenggut nyawa sang ayah dan juga membuatnya lumpuh dia sudah tak bisa beraktifitas kembali di perusahaannya, para awak media pun tak ada satupun yang mengetahui tentang kondisinya. Sang ibu yaitu Indah dengan sabar dia merawat Albert dengan segala kekurangannya, dia mengambil alih kepemimpinan perusahaan di bantu oleh Satria selagi anak sulungnya belum sembuh dan anak keduanya kembali dari luar negeri mengerjakan proyek yang sedang di garapnya.
***************
Adelia seorang wanita barbar berusia 23 tahun, berwajah manis, memiliki tubuh putih alami, tinggi dan juga pekerja keras. Saat ini dia sedang bersiap-siap untuk pergi melamar pekerjaan, dengan memakai seragam putih dan membawa map coklat Adelia berpamitan kepada ayah dan ibunya untuk pergi mencari pekerjaan.
"Ibu.. Ayah .. Yuhuuu adelia mau otewew bu..." Teriak adelia.
Fatimah ibu dari adelia menghentikan aktifitas memasaknya saat mendengar suara anak gadisnya, begitupun dengan ayahnya yaitu Yusuf ia masuk ke dalam rumah sederhana miliknya menghampiri anak kesayangannya.
"Del, udah rapih aja, mau berangkat sama siapa?" Tanya Fatimah.
"Sama si Sugeng bu." Jawab Adel asal.
"Huusss.. Kamu ini kebiasaan deh! ngerubah nama orang sembarangan." Tegur Fatimah.
"Hiihi iya bu maaf, becanda." Ucap Adel cengengesan.
"Nak, mau ayah anterin apa mau sama Farid?" Tanya Yusuf.
"Sama si Farid aja yah, katanya dia bawa motor." Jawab Adel.
tit .. Tit.. Tit ..
"Tuh, manusia nya udah dateng Yah, Bu, Adel pamit dulu doain Adel keterima kerja ya bu." Ucap Adel begitu mendengar suara klakson dari arah luar.
Fatimah dan Yusuf menganggukkan kepalanya, Adel mencium tangan kedua orangtuanya lalu pergi menaiki motor milik teman semasa kecilnya yaitu Farid, keduanya melamar pekerjaan di tempat yang sama.
Sampai di perusahaan PT.Angkasa food keduanya mengantri berjamjam untuk melakukan sesi wawancara, di perusahaan tersebut sedang membuka lowongan dan juga membutuhkan banyak karyawan.
Beberapa jam kemudian Adel dan Farid di panggil ke ruang interview, keduanya langsung lolos interview dan mulai bekerja lusa.
Satu minggu kemudian...
Persiapan pernikahan Albert sudah hampir sempurna karena hanya di lakukan dengan sederhana dan juga tertutup, keluarga Sonia menyetujui keinginan Indah. Satria dan juga kepala pelayan yang bernama Ahmad dengan perlahan mereka memberitahukan kepada Albert bahwa ia akan menikah dengan Sonia, sebelum memberitahunya Pak Ahmad memberikan obat dengan dosis yang tinggi kepada Albert agar ia bisa diajak komunikasi dan juga tenang. Mendengar ia akan menikah Albert begitu senang, dia tidak sabar ingin bertemu dengan kekasihnya yang sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun dengannya.
Sekarang adalah hari yang di tunggu oleh Albert, dia sudah di dandani oleh pak Ahmad dengan memakai baju yang sudah di siapkan untuk pengantin pria yaitu tuxedo berwarna putih lengkap dengan dasi kupu berwarna hitam di lehernya. Indah dan kedua adik Albert terharu melihat Albert keluar dari kamarnya di dorong oleh pak Ahmad, Rasya menggantikan pak Ahmad mendorong kursi roda kakaknya keluar menuju mobil yang telah di siapkan.
Pernikahan Albert di laksanakan di villa milik keluarga Wiguna Ayah Albert. Tak butuh waktu lama mobil yang di tumpangi oleh Indah dan yang lainnya sudah sampai di villa, di luar sana mereka di sambut oleh beberapa penjaga yang bertugas di villa. Pak Ahmad menurunkan Albert dari mobil dan mendudukannya di kursi roda lalu mendorongnya masuk ke dalam villa dimana keluarga Sonia sudah menunggu, keluarga Sonia tersenyum mendengar keluarga Albert sudah sampai namun senyuman itu perlahan memudar tatkala melihat pengantin pria duduk di kursi roda.
"Apa-apaan ini? Kenapa Albert duduk di kursi roda?" Cecar ayah Sonia.
"Tenang dulu, nanti saya akan menjelaskan semuanya." Ucap Indah.
Ayah Sonia kembali duduk, Sonia menatap tak percaya melihat kondisi Albert yang sedang duduk di kursi roda, dia langsung ilfil melihatnya.
' Jadi sekarang Albert lumpuh? Mana mungkin aku menikah dengan pria cacat sepertinya? Iiyyuuhhh menjijikkan' batin Sonia.
"Pak Lucas anakku Albert beberapa bulan yang lalu dia mengalami kecelakaan yang mana membuat kakinya tidak bisa di gerakkan, aku harap kau bisa memakluminya dia dan Sonia saling mencintai maka dari itu aku ingin mereka segera menikah." Ucap Indah.
"Dengan kondisinya yang cacat seperti ini? Cuihh, aku gak sudi memiliki menantu cacat sepertinya lebih baik aku mencarikan pria yang lebih baik darinya, anakku cantik banyak lelaki di luaran sana yang mau dengannya." Berang Lucas.
"Lagian aku juga mana mau sama dia pah? kalau aku nikah sama dia yang ada aku malah di jadiin pembantu sekaligus baby sitternya, enak aja udah cantik kayak gini nikahnya sama cowok cacat." Timpal Sonia.
"Pokoknya aku gak terima, kalian sudah menghina keluarga saya. Pantas saja kalian mau pernikahannya di lakukan secara tertutup ternyata ini yang kalian sembunyikan?!" Hardik Lucas.
Albert mengepalkan tangannya mendengar hinaan yang keluar dari mulut Lucas dan Sonia, dia tak menyangka Sonia tega kepadanya setelah apa yang telah dia berikan kepada kekasihnya itu.
"Sonia kenapa kau bicara seperti itu?! Kalian saling mencintai, apa kau tidak punya hati dengan mengatai putraku? Seharusnya kau menerima segala kekurangannya."Pekik Indah tak terima.
"Siapa yang mau sama cowok cacat gak berguna kayak dia hah?! Lihat juga wajahnya yang jelek begitu menjijikkan" Sewot Sonia.
PLAKK..
Indah menampar wajah Sonia, dia tak terima putra sulungnya di hina seperti itu. Lucas dan istrinya memelototkan matanya melihat tindakan Indah, keduanya langsung menghampiri Sonia.
" Beraninya kau menampar anakku?!!" Geram Lucas.
PLAKK..
Lucas menampar indah, Rasya menghajar wajah Lucas karena telah berani menampar ibunya. Albert semakin emosi melihat perlakuan Lucas, dia mengepalkan tangannya semakin kuat keringat dingin mulai bercucuran dari wajahnya.
Bughhh
"Anak dan ayah sama saja, mulutnya tidak pernah sekolah kalian lihat saja apa yang akan kami lakukan untuk membalas semua perkataan buruk kalian, jangan lupa siapa kami di negara ini." Ucap Indah dengan menunjuk ke arah Lucas.
Aaaarrrgghhh...
Albert berteriak memegangi kepalanya, Pak Ahmad segera mengambil suntikan yang sudah ia sediakan sebelumnya.
"Pak Ahmad cepat pak, cepat kakak kesakitan." Desak cindy adik perempuan Albert.
Pak Ahmad menyuntikkan cairan yang di gunakan jikalau Albert kambuh, perlahan Albert mulai tenang tidak berontak. Satria, Rasya dan juga Indah kewalahan memegangi tubuh Albert yang memiliki tenaga kuat. Semua itu tak lepas dari pandangan keluarga Sonia, setelah memastikan kakaknya tenang Rasya membalikkan badannya dia menatap nyalang ke arah Lucas yang sudah babak belur akibat serangan dari Rasya.
"Ingat baik-baik, jika sampai terjadi sesuatu kepada kakakku? Maka orang pertama yang aku cari adalah kau.!!" Tekan Rasya menunjuk wajah Lucas.
Albert di gotong oleh penjaga dan juga pak Ahmad masuk ke dalam mobil, tubuh Indah lemas seketika melihat kondisi putranya dia berdiri di bantu oleh Rasya dan Cindy. Albert di bawa pergi ke rumah sakit milik ayahnya, di sepanjang perjalanan indah hanya menatap nanar ke arah putranya.
****
Tak terasa sudah satu minggu bekerja Adel di perusahaan PT. Angkasa food, sekarang Adel sedang bersiap untuk pulang bersama Farid namun sebelum pulang dia mengangkat telpon dari ibunya yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak.
Degg ..
"Ehhh nyet, lu kenapa?" Tanya Farid.
"Diem loe! Gue lagi kaget." Ketus Adel.
"Udah kagetnya?" tanya Farid kembali.
"Udah, ayo buruan kita pulang babeh gue kecelakaan." Ucap Adel menarik tangan Farid.
Sampai di parkiran Adel mengambil kunci motor Farid, dia menyalakan mesin lalu menancapkan gas dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit.
"Eh buset dasar g*****k lu ya, loe mau kita mati hah?!" Teriak Farid dari belakang.
"Diem loe, bapak gue lagi kritis bego." pekik Adel.
Adel melajukan motornya layaknya pembalap, sehingga tak butuh waktu lama dia sampai di rumah sakit dimana ayahnya sedang di rawat.
"huueeekkk..."
Farid berlari ke arah wastafel, di memuntahkan isi perutnya rasanya seperti naik roller coaster saat Adel membawa motornya. Adel langsung masuk tanpa memperdulikan kondisi Farid, dia mencari kamar dimana ayahnya di rawat.
" Ibu..." panggil Adel.
Adel berlari dan memeluk ibunya, Fatimah menangis di pelukan Adel.
"Ayah gimana bu? Kenapa bisa kecelakaan?" Cecar Adel.
"Ayah jatuh saat kerja nak hikss.. Kepalanya mengeluarkan banyak darah, sekarang ayah harus segera di operasi sedangkan tabungan kita gak cukup hikss.." ucap Fatimah menangis sesenggukkan.
Sebuah kebetulan Indah mendengar percakapan antara Adel dan ibunya, dia menyuruh Pak Ahmad untuk membawa putranya masuk terlebih dahulu. Indah menghampiri Adel dan ibunya.
" Kamu bukannya karyawan baru di perusahaan saya?sedang apa kamu di sini?" tanya Indah begitu melihat Adel memakai seragam khas perusahaan.
"Eh nyonya, ayah saya kecelakaan jadi saya kesini." ucap Adel dengan sopan.
"Saya tidak sengaja mendengar percakapan kalian, kalau kamu mau saya bisa membantu kalian." Indah memberi penawaran pada Adel.
"Tidak usah nyonya, daya tidak mau merepotkan orang lain."Tolak Adel.
ceklek ..
"Pasien harus segera melakukan operasi jika tidak nyawanya tidak akan tertolong." Ucap Dokter.
"Nyonya, saya berubah pikiran." Ucap Adel menatap Indah dengan tatapan sendunya.
" Burhan lakukan segera operasinya, biar saya yang mengurus semua biayanya." jawab Indah.
"Baik." ucap Burhan.
Fatimah memeluk tubuh Adel, mereka mengucapkan terima kasih kepada Indah yang sudah membantunya meskipun tanpa menunggu persetujuan mereka.
Operasi segera di lakukan oleh dokter yang menangani ayah dari Adelia, Fatimah dan Adel berdoa untuk kelancaran operasi Yusuf. Farid ikut bergabung dan memanjatkan doa, sedangkan Indah dia pamit pergi ke ruangan dimana Albert berada.
Albert kini sadar dari pingsannya setelah dokter yang khusus menanganinya memeriksa kondisi kejiwaannya, Albert menatap kosong otaknya kini seakan seperti memutar kaset potongan-potongan peristiwa yang pernah ia lalui dari mulai kecelakaan sampai penghinaan yang di lakukan oleh kekasihnya dan juga keluarganya.
" Al, awas itu ada mobil di depan!!" Pekik Indah
Albert berusaha menginjak remnya namun tidak bisa, mobilnya oleng tak bisa di kedalikan mobil di depannya melaju lurus kearahnya.
" Remnya blong Mom" ucap Albert panik.
Mobil di depannya menghantam mobil milik Albert berulang kali sampai mobilnya berguling-guling di jalanan.
" Anak nyonya di nyatakan lumpuh"
"Pria tak berguna"
"Pria cacat"
" Tuan wiguna tak bisa di selamatkan, beliau dinyatakan meninggal dunia."
"Cacat"
"Menjijikkan."
Memori itu terus berputar dalam ingatan Albert, Albert mulai berkeringat dan memegangi kepalanya yang seakan di pukul dengan keras.
"Aaaarrgggghh .." Teriak Albert.
Indah dan yang lainnya panik, dia langsung mencoba menenangkan Albert namun Albert mendorong tubuhnya sampai terjatuh.
Brukk ..
" Mom" pekik Rasya dan Cindy.
Keduanya membantu Indah untuk bangun, Pak Ahmad dan Satria membantu memegangi tubuh Albert agar dokter bisa menyuntikkan obat penenang kepadanya.
"Aku bukan pembunuh." Racau Albert sambil memegangi kepalanya.
" Tidak, bukan aku yang membunuhnya."
"Tidak ada yang kau bunuh Nak, tenanglah Al tenang.." Ucap Indah.
"Mom aku membunuhnya." Ucap Albert dengan tangan gemetar.
"Tidak sayang, kau tidak membunuhnya semua baik-baik saja tidak ada yang terjadi nak." Ucap Indah mencoba menenangkan Albert.
"Cacat Mom, aku cacat, aku tidak berguna, Mom... Aaarrgggghhh..."
Albert semakin tak bisa di kendalikan, dia semakin berontak Pak Ahmad dan juga Satria kewalahan karena tenaga Albert jauh lebih kuat jika sedang kambuh.
Dokter berhasil menyuntikkan obat penenang ke tubuh Albert, perlahan Albert mulai tenang kembali Indah memeluk tubuh anak sulungnya. Air mata meluncur dengan derasnya, hati Indah begitu tersayat melihat kondisi putranya yang begitu menderita akibat sakit yang di deritanya.
"Al Mommy yakin kamu bisa melewati semuanya hikss.. "Ucap Indah di sela tangisnya.
" Biarkan tuan muda beristirahat, jika terjadi sesuatu segera hubungi saya." Ucap Dokter.
" Baik, terimakasih Dokter." ucap Satria.
Dokter yang menangani Albert keluar dari ruangan, Cindy mengusap punggung Indah dia tau ibunya adalah orang pertama yang terluka melihat kondisi kakaknya, hati ibu mana yang tidak sakit melihat kondisi anaknya yang depresi dan juga lumpuh tak berdaya.
Satu jam berlalu ..
Lampu operasi kini sudah tidak menyala menandakan bahwa operasi sudah selesai, benar saja salah seorang dokter keluar dari ruang operasi dimana yusuf di tangani.
" Bagaimana dok kondisi ayah saya?" Tanya Adel.
" Alhamdulillah Operasinya lancar, benturan di kepalanya cukup parah dan mengeluarkan banyak darah sehingga harus di lakukan operasi, tangan bagian kanan sedikit bergeser dan kami sudah menanganinya kemungkinan nanti malam beliau sudah siuman, saya berpesan jika beliau sadar jangan dulu di ajak bicara biarkan dia beristirahat." Ucap dokter.
"Alhamdulillah, terima kasih dokter." Ucap Fatimah bernafas lega.
"Kalau begitu saya permisi, oh ya, nanti pasien akan di pindahkan ke ruang rawat VIP atas perintah dari nyonya Indah beliau berpesan kepada saya agar Tuan Yusuf di berikan perawatan intensif,." Ucap Dokter.
"Iya terimakasih dokter," ucap Adel.
Burhan memandang Adel dengan tatapan yang tak bisa diartikan, netra matanya masih betah memandangi wajah cantik Adel.
Deg ..
Jantung Burhan berdetak tak beraturan, Adel bingung melihat Burhan yang menatapnya seperti itu.
"Dokter, apa masih ada yang mau di sampaikan?" Tanya Adel.
Burhan tetap diam menatap wajah Adel.
"Eh, ini dokter aneh bener dah. " Gumam adel dengan pelan.
"Nyet ngapa tuh Dokter, liatin lu kok sampe segitunya?" Tanya Farid tiba-tiba datang.
"tau nih sambet kali, gak aneh sih, soalnya gue cakep." Celetuk Adel.
Farid menoel-noel lengan Burhan, dia merasa aneh Burhan sama sekali tudak bereaksi saat dia menoel tubuhnya.
"Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut Burhan.
"emmhhh, paham dah gue yang kek ginian mh." Ucap Farid.
Adel mengernyitkan dahinya, namun dia menanggapi ucapan Burhan dengan cuek. Adel mengajak ibunya masuk melihat kondisi Ayahnya sebelum di pindahkan ke ruang rawat, dia menyerahkan urusan Burhan kepada Farid.
Satu
Dua
Tiga
Dooorrr..
Farid mengguncangkan tubuh Burhan sampai Burhan memegangi dadanya karena terkejut, Farid dengan santainya tertawa lepas melihat Burhan yang syok akibat ulahnya.
" Astagfirullah.. Untung ni jantung kokoh kalau enggak udah lompat dari tempatnya ini." Ucap Burhan.
" hahahaha, makanya jangan ngelamun dok dari tadi di panggil gak nyaut udah di toel-toel juga gak sadar." Ucap Farid dengan tertawa.
"Kamu ngapain ngagetin saya? Ganggu aja, tadi saya liat bidadari cantik tapi gara-gara kamu bidadarinya jadi ilang." Gerutu Burhan.
"Alah bidadari dari Hongkong," ucap Farid sambil nyelonong masuk ke dalam ruangan Yusuf.
Burhan ingin sekali menggetok kepala Farid, namun dia tidak mau merusak citra dokter tertampan di rumah sakit hanya gara-gara hal sepele, dia merapikan pakaiannya dan juga rambutnya lalu ia pergi dari ruangan Yusuf.
Rasya dan Indah sedang berdiskusi membahas keluarga Sonia, sungguh Rasya sedari awal memang tidak menyukai Sonia sampai saat ini. Gara penghinaan yang di lakukan oleh keluarga sonia membuat kondisi Albert semakin memburuk, Rasya tak tega melihat ibunya yang setiap hari menangis melihat kondisi kakaknya.
" Mommy, aku ingin membuat perhitungan kepada keluarga Lucas, akibat mulutnya yang busuk Kondisi kakak jadi memburuk." Ucap Rasya.
"Biarkan saja dulu mereka, kita harus fokus dulu pada kesembuhan kakakmu." Ucap Indah.
" Tapi mom mereka sudah keterlaluan." Ucap Rasya.
"Sya dengarkan Mommy, kita fokus dulu pada kondisi kakakmu minimal mental kakakmu kembali normal biar dia yang memutuskan tindakan apa yang harus kita ambil, kau tau bukan kalau kakakmu sangat mencintai wanita ular itu jika dia sembuh kita lihat apa reaksinya jika memang ia membencinya dan mengingat penghinaan yang mereka lakukan maka kita akan membalasnya dengan cara kita, tapi bila reaksi kakakmu sebaliknya lebih baik kita ikuti kemauannya demi kesembuhan mentalnya." Jelas Indah.
Rasya membenarkan ucapan ibunya, bukan dia tak mampu menghancurkan keluarga Lucas namun dia lebih memikirkan kakaknya, dia tak ingin mengambil resiko yang akan di hadapinya di masa depan nanti.
"Baiklah Mom, aku mengerti." Ucap Rasya.
Perlahan Albert membuka matanya, dia menatap sekeliling kamar mencari ibunya. Indah melihat gerak-gerik Albert, dia langsung bangkit menghampiri anak sulungnya.
"Aku ingin.."
"Aku ingin pulang Mom, bawa aku pulang." Desak Albert.
"Iya sayang kita pulang." Ucap Indah.
Indah menelpon dokter yang menangani Albert, tak perlu menunggu lama dokter memberikan resep obat dan kembali memeriksa kondisi Albert sebelum dia pulang. Setelah semuanya selesai Pak Ahmad dan juga Satria membantu Albert duduk di kursi rodanya, wajah Albert kini berubah menjadi dingin siapapun yang melihatnya pasti akan takut.
*****
Adelia dan Fatimah kini sudah berdiri di samping Yusuf, Fatimah tak kuasa menahan air matanya melihat kondisi sang suami dengan kepala yang di balut perban dan juga beberapa alat bantu lainnya. Adel memeluk tubuh ibunda memeberikan kekuatan padanya meskipun dia juga memiliki perasaaan yang sama seperti ibunya.
"Kita doakan ayah yah, Bu." Ucap Adelia.
Fatimah menganggukkan kepalanya, Farid datang ikut bergabung dengan Adel melihat Kondisi Yusuf.
"Tante yang sabar yah, semoga om Yusuf cepet sembuh aid yakin kalau om pasti bisa melewati semuanya." Ucap Farid.
"Iya nak Farid, terima kasih atas doanya." Ucap Fatimah.
"Nyet, lu mau pulang dulu kagak? Masa loe gak ganti baju kerja loe sih?" Tanya Farid.
"Entar, gue izin dulu ama nyokap." Jawab Adel.
"Del, kamu pulang dulu ya nak, kamu ganti baju dulu kalau mau kesini lagi sekalian bawain ibu baju ganti." Ucap Fatimah.
" Iya bu." Jawab Adel.
Adel pamit kepada ibunya, dia menarik tangan Farid keluar dari ruangan Yusuf. Di perjalanan perut adel berbunyi, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat ketahuan oleh Farid.
"Kantin dulu aja, dasar manusia pelit loe! ama diri sendiri aja loe perhitungan, udah sakit tau rasa loe Nyet." Ucap Farid menggelengkan kepalanya heran.
" Ehh buset deh, mulut loe udah kayak emak-emak anak banyak bawel bener dah, lama-lama nama loe bukan Farid tapi jadi Farida." Kesal Adelia.
" Eh Va-ng-ke, seneng amat sih loe ganti nama orang seenak jidat loe heran gue." Sewot Farid.
Adelia menutup telinganya mendengar ocehan Farid, dia melengos pergi ke kantin rumah sakit mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Sampai di kantin Adel memesan makanan tanpa memperdulikan sahabatnya, adel makan dengan kaki diangkat satu membuat Farid menggelengkan kepalanya.
"Makan aja barbar kayak gitu, mana ada cowok yang mau sama loe kalau kayak gini Del... Del.." Ucap Farid.
" Berisik loe! Urusan jodoh itu, urusan Tuhan bukan urusan loe bambang." Ucap Adel cuek.
"Loe tuh ya... Emmhhh"
Mulut Farid di sumpal menggunakan tempe agar tidak berisik, Adel kembali fokus dengan makannya. Saat sedang asyik makan dia tak sengaja menangkap sosok Indah yang sedang membeli minuman, Adel buru-buru menenggak air minumnya lalu pergi menghampiri Indah.
" Selamat siang nyonya." Sapa Adel.
"Siang, kamu bukannya yang tadi di ruang IGD bukan?" tanya Indah.
"Iya nyonya, saya kesini ingin mengucapkan terimakasih berkat nyonya Ayah saya berhasil melewati masa kritisnya, saya akan mengganti uang yang nyonya keluarkan untuk ayah saya walaupun dengan cara mencicilnya." Ucap Adel.
"Kenapa harus membayarnya? Tak perlu kau menggantinya, saya ikhlas membantumu Nak."Ucap Indah.
" Saya tidak suka di kasihani." tegas Adel.
'Menarik' Batin Indah.
"Emmm, baiklah terserah padamu." Ucap Indah.
Telpon indah berdering, dia mengambil hp nya lalu mengangkat telpon yang masuk.
" Tunggu sebentar, Mommy akan segera kembali." Ucap Indah.
Indah berpamitan kepada Adel, dia pergi dengan sedikit berlari membuat Adel menatap heran pada Indah.
" Kenapa nyonya buru-buru pergi seperti itu?" Gumam Adel.
Indah masuk ke dalam mobil mewah miliknya, Albert menatap lurus ke arah jalanan saat mobil melaju meninggalkan rumah sakit.
15 menit kemudian.
Mobil mewah milik Indah sudah sampai di mansion milik keluarga Wiguna, seperti biasa Albert di bantu oleh Pak Ahmad dan juga satria untuk turun. Albert di dorong oleh pak Ahmad masuk ke dalam mansion, para pelayan menundukkan kepalanya menyambut majikannya datang.
" Satria, Rasya Ikut Mommy ke ruang kerja." Titah Indah.
"Baik nyonya."
"Baik Mom"
" Cindy tolong kamu suruh Bu Endah buat makan siang untuk kakakmu, lalu berikan sama Pak Ahmad." Titah Indah.
"Oke mom." Jawab Cindy.
Cindy langsung melaksanakan tugas dari ibunya, sedangkan Satria dan Rasya ikut Indah ke ruang kerja. Sampai di ruang kerja Indah duduk dengan wajah seriusnya, tanpa membuang waktu Indah mengutarakan apa yang ia ingin bicarakan.
" Bagaimana pendapat kalian kalau Mommy menikahkan Albert dengan wanita pilihan Mommy?" Tanya Indah.
Satria dan Rasya terkejut mendengar ucapan Indah, bukan tanpa alasan mereka terkejut selain kondisi Albert yang seperti saat ini keduanya juga bertanya-tanya wanita mana yang mau menikah dengan Albert.
" Kenapa tiba-tiba Mommy bicara seperti itu?" tanya Rasya.
" Mommy ingin menjodohkan kakakmu dengan wanita pilihan Mommy, Mommy yakin dia baik karena Mommy tau siapa dia." Ucap Indah.
" Tapi nyonya, apa tuan Albert akan menerimanya? Begitupun dengan wanita yang anda maksud?" Tanya Satrio.
Indah menghela nafasnya panjang, dia sudah memikirkan semuanya dengan matang.
"Wanita yang ku maksud dia adalah wanita yang kuat, berasal dari keluarga sederhana dan beberapa kali aku pernah bertemu dengannya, kalian tau sendiri dengan Kondisi Albert saat ini tidak ada yang mau padanya bahkan Sonia pun yang dulunya saling mecintai kini balik menghina, jika adapun wanita yang mau dengannya pastinya hanya harta saja yang menjadi incarannya, Mommy tidak tau sampai kapan umur Mommy hidup, jika Mommy tiada siapa yang akan mengurus Albert? kalian pasti akan menemukan pasangan masing-masing dan sibuk dengan keluarga sendiri, Mommy ingin Albert pun merasakan hal yang sama. firasat Mommy sebagai seorang ibu mengatakan bahwa wanita ini mampu membuat Albert bangkit dari keterpurukannya." Jelas Indah.
Satria dan Rasya saling pandang satu sama lain, keduanya masih ragu dengan keinginan yang di sampaikan oleh indah.
"Bagaimana dengan kakak Mom? Maksudku bagaimana cara menjelaskan padanya, siapa yang akan membujuknya karena aku yakin dia pasti tidak akan setuju." Ucap Rasya.
"Benar nyonya, apalagi Sonia membatalkan pernikahannya dengan Tuan Albert saya takut kalau dia merasakan trauma," Tambah Satria.
"Serahkan semuanya padaku." Tegas indah.
Indah menyusun rangkaian rencana di dalam kepalanya, keputusannya sudah bulat dia akan menjodohkan anaknya dengan perempuan yang lebih baik dan juga memiliki hati yang tulus.
' mas semoga keputusanku tidak salah, andai kau masih ada disini aku takkan sendirian menghadapi semuanya' Batin Indah.
"Aku sih terserah Mommy saja, jika Mommy butuh bantuan katakan saja aku pasti akan membantu Mommy." Ucap Rasya.
" Sekarang apa yang harus kami lakukan nyonya." Tanya Satria.
" Tolong buatkan aku sebuah surat perjanjian." Ucap Indah.
"Untuk apa?" Tanya Rasya bingung.
Indah menjelaskan apa rencanya kepada Rasya dan juga Satria, keduanya menganggukkan kepalanya paham dengan rencana yang Indah jelaskan meskipun dalam hati ragu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!