NovelToon NovelToon

Menikahi Nona Muda Manja

Perjanjian

...💖💖💖...

Di sebuah mall yang ada di ibu kota metropolitan, tepatnya restoran ternama, Elisabeth Sadiki, namun lebih di kenal dengan panggilan Elis. Wanita yang selalu berpenampilan modis, dengan sifat manja yang begitu melekat pada dirinya.

Di salah satu ruang private room ini lah, Elis dan Daniel sepakat dengan menandatangani surat perjanjian.

"Jika bukan karena harta mu, aku tidak ingin menikah dengan mu!" seru Daniel dengan berterus terang di depan wanita yang kini berdiri di hadapannya.

"Oh begitu ya! Dan asal kamu tahu, jika bukan karena wajah mu, mana mungkin aku mau memilih mu sebagai suami ku!" seru Elis dengan penuh penekanan, dalam tatapannya tersirat kesedihan yang tidak semua orang tahu.

Elis membatin, jika bukan karena William yang meninggalkan aku demi wanita yang aku pikir adalah sahabat ku, aku tidak akan melakukan hal rendah seperti ini. Ini sama saja dengan menjatuhkan harga diri ku, di depan pria yang tidak lain adalah supir pribadi ku. Hah sudah lah, yang terpenting sekarang Daniel bisa menaikkan status sosialnya. Dengan uang yang aku berikan. Ia bisa membuat mimpinya menjadi kenyataan, seorang pengusaha... aku rasa tidak salah jika Daniel menjadi seorang pengusaha.

"Setelah ini, jangan lupa kau kirimkan uang yang kau janjikan pada ku, Nona!" ucap Daniel dengan tangan yang menandatangani sebuah berkas yang ada di hadapannya.

"Jangan bawel, kau tau beres saja! Aku tidak suka pria banyak tanya!" gerutu Elis dengan jemari yang menari nari di layar hapenya.

Tut tut tut tut.

Notifikasi pesan masuk, di hape Daniel yang ada di dalam saku kemeja yang ia kenakan.

"Itu sudah masuk!" Elis meraih berkas yang sudah di bubuhi tanda tangan oleh Daniel, pemuda yang kini akan menjadi suami kontraknya.

"Senang bekerja sama dengan anda, Nona manja!" cibir Daniel dengan tangan merogoh hapenya, tatapannya berbinar begitu melihat layar hape-nya dengan nominal yang baru saja di transfer oleh Elis.

Elis memutar bola matanya dengan malas, "Cih kau ini... sungguh pria yang tidak tahu terima kasih. Ingat ya, gunakan uang pemberian ku itu dengan sebaik mungkin, jika perlu kau dirikan usaha yang sudah pasti akan membawa mu pada keuntungan. Dan kau, masih berani kau mengatakan aku Nona manja? Apa apaan itu! Tidak lucu!" omel Elis dengan tatapan kesal pada Daniel.

"Nona, kau bisa saja menganggap Nona manja itu adalah panggilan sayang ku untuk mu. Yah biar berbeda dari pria pria lain yang memanggil istrinya. Upppsss maksud ku kan sekarang kita ini calon suami dan istri." ralat Daniel dengan tangannya yang menutup mulutnya sendiri.

"Terserah kau saja lah!" gerutu Elis, "Mulai detik ini juga, kau tidak perlu menjadi supir pribadi ku. Kau fokus lah pada usaha yang akan kau rintis, aku ingin usaha mu itu dalam satu bulan ini maju pesat." tuntut Elis.

"Dalam satu bulan? Kau pikir ini dunia halu, Nona manja? Ini dunia nyata Nona! Butuh usaha dan kerja keras untuk menjadikan suatu usaha berjalan sukses!" protes Daniel.

"Aku sudah tau itu, dasar bodoh!" cibir Elis.

"Biar bodoh, kau tetap suka pada ku kan Nona? Kau memilih ku sebagai suami mu, yah meski pun hanya sebatas kontrak. Tapi aku sangat bersyukur dan berhutang pada mu Nona. Terima kasih ya!" Daniel mengulurkan tangan kanannya di depan Elis dengan bibir tersungging lebar, tatapan penuh harap.

Elis mengerutkan keningnya, "Mau apa lagi?"

"Berjabat tangan Nona, kau begini saja tidak mengerti!" Daniel dengan paksa meraih tangan Elis dan membuatnya saling berjabat tangan.

Dalam diam Daniel memiliki kekaguman tersendiri pada Elis, biar kau ini manja, tapi kau orang baik Nona Elis, kau tidak pantas untuk di sakiti. Tuan Wiliam adalah pria bodoh yang tidak bisa melihat ketulusan dan kesucian cinta mu, Nona.

Aku akan membuat mu menjadi wanita yang paling beruntung, sudah memilih ku sebagai suami mu, Nona. Aku akan menjadikan pernikahan kita ini... pernikahan sungguhan dan bukan pernikahan kontrak, aku akan menaklukkan hati mu Nona Elis!

"Sekarang, ayo ikut aku!" seru Elis dengan beranjak dari duduknya.

"Kita mau kemana lagi, Nona?" Daniel beranjak dari duduknya, mengekori Elis.

"Aku mau belanja, dan jangan panggil aku Nona terus jika kau tetap ingin aku pertahankan sebagai suami kontrak ku!" ucap Elis dengan penuh penekanan.

"Baik Elis manja!" Daniel merekatttkan tangannya di pinggang Elis, saat ke duanya sudah ke luar dari restoran. Daniel bahkan merebut tas yang berada dalam genggaman tanagn Elis.

"Jaga sikap mu Daniel!" ucap Elis yang merasa risih dengan perlakuan Daniel. Banyak pasang mata yang memperhatikan ke duanya.

"Stttttt Nona, biarkan mereka tahu. Biarkan kedekatan kita ini menjadi perbincangan publik, kita tidak akan menyangkakan jika ada mata mata dari Tuan besar. Anggap saja ini awal dari permulaan!" ucap Daniel meyakinkan Elis.

Dalam diam Elis menatap Daniel, benar juga apa yang di katakan Daniel. Benar, aku tidak salah memilih pria ini.

Elisabeth Sadiki terpaksa menawarkan kerja sama dengan Daniel Wijaya, seorang pria yang bekerja sebagai supir pribadi.

Selain supir pribadi, orang tua Daniel merupakan salah satu orang kepercayaan dari ayah Elis. Hingga Daniel bisa bersekolah di sekolah yang sama dengan Elis. Di mana pun Elis berada, di sana lah Daniel selalu berada.

Daniel Wijaya, pria yang bisa di bilang sangat beruntung untuk menjadi suami kontraknya. Lantaran Wiliam Smith, pria yang tidak lain adalah pria yang sudah 3 tahun terakhir menjadi kekasihnya. Namun Elisabeth harus menelan pil pahit, lantaran Wiliam memilih meninggalkannya begitu saja di hari pertunangan ke duanya.

"Apa Nona tidak salah, mau apa kita ke sini?" tanya Daniel dengan kening mengkerut, saat Elis mengayunkan langkah kakinya memasuki salah satu toko pria yang ada di mall itu.

"Kau pikir, aku mau beli apa?" Elis malah balik bertanya pada Daniel.

Bersambung...

...💖💖💖...

Like dan komentarnya dong, 😅😅

Kehaluan semata, bukan sebuah kenyataan ya.

Stefani

...💖💖💖...

"Apa Nona tidak salah, mau apa kita ke sini?" tanya Daniel dengan kening mengkerut, saat Elis mengayunkan langkah kakinya memasuki salah satu toko pakaian khusus pria yang ada di mall itu.

"Kau pikir, aku mau beli apa?" Elis malah balik bertanya pada Daniel.

"Apa Nona tidak salah pilih toko? Toko ini khusus menjual pakaian pria, kita tidak seharusnya masuk ke toko ini, Nona!" protes Daniel.

"Kau ini terlalu banyak bicara. Aku ke sini yang pasti bukan untuk ku, tapi untuk mu! Pilih lah pakaian yang kau suka! Harus yang cool ya!" Elis memilih milih beberapa kemeja dari gantungan, lalu menempelkan nya di depan dada Daniel yang terus mengekorinya.

"Aku belum butuh pakaian baru, Nona!" protes Daniel, "Lagi pupa pakaian ku masih banyak di lemari pakaian ku!" ujarnya lagi.

"Jangan berisik deh! Jangan banyak protes, aku tidak suka laki laki banyak protes! Persis ibu ibu kompleks yang suka bergosip!" celetuk Elis dengan membalikkan tubuh Daniel, mendorongnya menuju ruang pas.

Daniel membuang nafas dengan kasar. "Apa ini semua harus aku coba, Nona?" Daniel menjulurkan tangannya yang memegang beberapa hanger yang terdiri dari beberapa kemeja dengan berbagai warna.

Elis mengangguk dengan cepat, tangannya ia kibaskan, mengusir Daniel untuk segera mencobanya di ruang pas.

"Begini banget sih cobaan buat jadi calon suami kontrak!" gerutu Daniel.

Elis melototkan ke dua matanya, seakan ingin ke luar dari tempatnya, dengan ke dua tangan yang berada di pinggang.

"Ihs menyeramkan sekali." Daniel langsung masuk ke dalam ruang pas dan menutup tirainya.

Sreeek.

"Dasar supir, di suruh nyoba kemeja aja banyak bacot!" gumam Elis dengan senyum terukir di bibirnya.

Elis menarik nafasnya dalam dalam, tatapannya menjelajah ke sekitar dengan bergumam.

"Setelah itu cari celana, jas, sepa---"

Ucapan Elis menggantung, saat sepasang mata indahnya yang tengah berbinar, dan senyum manisnya seketika lenyap dari bibirnya.

"Hai Elis! Dunia ini begitu sempit ya, hingga kita di pertemukan kembali di tempat ini!" sapaan sinis terdengar dari seorang wanita berparas cantik bak model, yang berjarak tidak jauh dari Elis.

"Untuk apa lagi kita menghampirinya, sayang? Lebih baik kita pergi dari sini!" bujuk Wiliam pada wanita yang menyapa Elis.

Elis berkata dengan santainya. "Gak salah tuh? Jangan jangan kau yang mengikuti ku kemana pun aku pergi! Hingga pria yang akan menjadi calon tunangan ku pun, kau rebut!"

"Kau!" Stefani mengudarakan tangannya dengan gemas, ingin rasanya ia mencengrammm wajah Elis, namun di tahan tangannya oleh Wiliam.

"Jaga sikap mu, sayang! Ini tempat umum, bagaimana dengan reputasi dan nama baik mu sebagai pablik figur!" bujuk Wiliam yang setengah berbisik.

Stefani tampak berfikir, membuang nafasnya dengan kasar. "Siapa bilang aku merebutnya dari mu! Wiliam sendiri yang datang pada ku, dan meninggalkan mu di malam pertunangan kalian!" Stefani mengulurkan tangan kanannya, bergerak liar di depan dada Wiliam.

Grap.

Dari arah belakang, tangan kanan besar seorang pria melingkar di pinggang ramping Elis, membuat Elis membola. Dengan hembusan nafas mint yang ke luar saat si pria berbicara di dekat leher jenjangnya.

"Maaf, aku membuat mu menunggu lama, sayang!" ucap Daniel dengan lembut.

Wiliam menatap tajam Daniel, dengan ke dua tangan mengepal.

"Berani sekali kau menyentuh Elis!" seru Wiliam dengan suara yang naik satu oktaf.

Daniel menyeringai dengan menatap Wiliam dan Stefani secara bergantian dengan sinis, dasar Tuan Wiliam bodoh, masih cinta pada Nona Elis, tapi kau malah meninggalkannya demi wanita laknattt itu!

"Kau dengar itu, sayang! Mantan kekasih mu bicara apa?" Daniel berbisik di telinga Elis.

"Aku dengar itu, apa ada yang salah?" tanya Elis dengan santainya, tidak mengerti dengan maksud Daniel.

Stefani menatap tidak suka Wiliam, ia melingkarkan tangannya di lengan Wiliam dengan posesifnya, menyandarkan kepalanya pada lengan kekar Wiliam.

"Sayang! Kau masih perduli padanya? Kau lupa dengan ku? Hem!" ucap Stefani dengan mengerucutkan bibirnya.

"Ihsss menjijikkan, kalian berdua... virus yang perlu aku hindari!" Elis bergidik melihat tingkah Stefani.

"Justru aku orang nomor satu yang akan menjauhkan mu dari mereka berdua, sayang!" Daniel membawa Elis melangkah menjauhi Wiliam dan Stefani.

Stefani tidak tinggal diam, ia memaksa Wiliam untuk mengikuti langkah kaki Elis, berniat memamerkan kemesraan dirinya pada sahabatnya itu.

"Ciihhhsss aku baru ingat, pria itu supir pribadinya Elis kan, sayang? Wah wah wah, selera Elis jadi rendah sekali ya... merasa frustasi di tinggalkan oleh mu, supir pun jadi sayang!" cibir Stefani.

"Kurang ajarrr, saking aja perempuan... kalo pria, udah pasti saya ajak geluddd!" gumam Daniel dengan tangan mengepal.

"Sttttt biarkan anjinggg menggonggong, kapilah berlalu! Gak usah kau perdulikan mereka, kita cari makan aja yuk! Aku jadi laper nih!" ucap Elis.

"Oke, lalu bagaimana dengan ini!" Daniel memperlihatkan tangan kirinya.

Elis tergelak. "Maaf maaf, aku melupakan itu, habisnya nih 2 iblis mengacaukan suasana!" Elis mengibaskan tangannya, dengan ekor matanya yang melirik ke samping.

"Heh kunti! Sembarangan aja lo kalo ngomong, dasar manusia gak punya adab!" gerutu Stefani.

Sreeek.

Tangannya terulur menjambak rambut panjang Elis yang menjuntai bebas, membut kepala Elis tertarik ke belakang.

"Aakkkkkkkk sakit! Apaan sih lo!" pekik Elis dengan tangannya memegangi rambutnya.

Wiliam dan Daniel yang melihatnya pun tidak tinggal diam. Wiliam menarik tubuh Stefani mundur, dengan mencoba melepaskan tangan Stefani dari rambut Elis yang ia jambak.

"Lepas Stef, kamu ini apa apaan sih!" bujuk Wiliam.

"Jauhkan tangan mu dari Nona, dasar iblis!" seru Daniel dengan menatap tajam Stefani.

"Gue gak akan lepasin rambut nih kunti, sebelum dia minta maaf sama gue! Enak aja ngatain gue iblis." sungut Stefani dengan wajah kesal.

Sementara beberapa pasang mata menatap heboh keributan yang terjadi. Menjadikan itu sebagai tontonan.

Ada sebagian dari mereka yang bahkan mengarahkan hapenya ke arah Stefani dan Elis.

Daniel menggelengkan kepalanya, melihat sekitar yang tidak lagi kondusif. Ia pun sejalan dan sepemikiran, saat Wiliam beradu pandang dengannya.

"Wartawan!" seru Wiliam dengan suara yang naik satu oktaf di telinga Stefani.

"Bukan salah gue! Iblis ini yang mulai duluan!" seru Stefani, dengan langsung menjauhkan tangannya dari rambut Elis.

Sreek.

Elis menarik rambut Stefani dengan sekencangnya dan menghempaskannya. "Dasar cewe sintinggg lo!"

"Cukup Nona! Udah!" Daniel melingkarkan ke dua tangannya di pinggang Elis.

"Gue belum puasss Daniel! Gue pengen cakar itu muka iblis!" sungut Elis dengan tangan yang hendak mencakar wajah Stefani.

Grep.

Daniel mengangkat tubuh Elis dan membopongnya di bahu, bak karung beras. Ia berjalan di kerumunan, memecah lautan orang yang tengah menonton tingkah konyol Elis dan Stefani.

"Akkkhhhh! Daniel! Apa apaan si lo!" pekik Elis dengan memukulll mukulll punggung Daniel.

"Woy, bangsattt lo... turunin Elis!"

...💖💖💖...

Bersambung...

Like dan komentarnya dong, 😅😅

Kehaluan semata, bukan sebuah kenyataan ya.

Penjara cinta Daniel Wijaya

...🌹🌹🌹...

"Akkkhhhh! Daniel! Apa apaan si lo!" pekik Elis dengan memukulll mukulll punggung Daniel.

"Woy, bangsattt lo... turunin Elis!"

Maki Wiliam dengan menatap marah saat Daniel, membawa Elis menjauh dari Wiliam dan Stefani.

Wiliam hendak menyusul langkah kaki Daniel, namun di cegah oleh Stefani yang menahan lengan Wiliam dengan erat.

"Kamu kenapa lagi? Masih perduli pada wanita manja itu? Inget lo, aku ini sedang ----"

Belum selesai Stefani bicara, Wiliam lebih cepat meletakkan jari telunjuk kanannya di depan bibir Stefani. Mencegahnya untuk bicara lebih jauh lagi dengan ekor mata menatap ke samping. Seolah mengisyaratkan jika mereka berdua sedang dalam perhatian pengunjung lainnya.

Daniel membawa Elis masuk ke dalam lift yang berdindingkan kaca. Hingga dapat di lihat tembus pandang dari luar.

"Apa Nona sudah jauh lebih tenang?" tanya Daniel begitu ia menurunkan Elis dari bahunya, Daniel menatap dengan intens wajah Elis.

Elis berkata dengan marah. "Masih berani kau bertanya seperti itu pada ku? Apa kau pikir aku baik baik saja? Heh!" Elis menyisir rambutnya yang kini berantakan dengan jemarinya.

Daniel membantu merapihkan rambut Elis, dengan telatennya membuat Elis memperhatikan wajah pria yang tanpa sadar kini sudah berada dekat dengan dirinya.

Cup.

Daniel mendaratkan benda kenyalnya pada bibir ranum Elis dengan singkat.

"Kau berani mencium ku?" marah Elis.

"Bukan hanya mencium, aku bisa melakukan lebih untuk mu, Nona! Hanya dengan mu, dan tidak seperti mantan pacar mu yang tega meninggalkan mu di malam pertunangan kalian berdua!" ejek Daniel, memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celananya.

"Cihhss tidak usah membahas pria tidak bermoral itu lagi!" sungut Elis.

Ting.

Daniel membawa Elis ke luar dari lift, begitu lift yang di naiki sampai pada lantai paling atas mall.

Grap.

Daniel tidak segan untuk menggenggammm erat jemari Elis, sesekali memperlihatkan senyum manisnya pada Elis.

"Jangan tersenyum terus!" sungut Elis dengan mengalihkan perhatiannya pada yang lain.

"Memang kenapa jika aku tersenyum terus, Nona?" tanya Daniel dengan hangat.

"Nanti gigi mu kering, jika sudah kering, kau pasti akan sariawan!" ucap Elis dengan ketus.

"Owh!"

"Untuk apa kau membawa ku kesini?" tanya Elis yang kini berdiri di dinding pembatas, menatap ke bawah, begitu terlihat kecil mereka yang ada di bawah sana.

"Yang pasti aku ingin mendinginkan hati mu, setelah tadi merasa panas!" ejek Daniel.

Elis menoleh ke arah Daniel, menatap Daniel dengan sebal. "Dasar kau pria lemes! Jangan kau pikir aku masih menyimpan rasa untuk Wiliam, hingga hati ku harus terbakar karena melihatnya bersama dengan Stefani!"

"Tapi itu lah kenyataannya, Nona!" Daniel tersenyum getir, kasihan sekali kau Nona, kau tidak tahu saja jika selama ini Tuan Wiliam dan Nona Stefani sudah lama menjalin hubungan di belakang mu, bahkan hubungan mereka berdua sudah terlampau jauh.

Elis bersungut dengan kesal, meluapkan kekesalannya dengan terus mengoceh, sesekali ia bahkan menghentakkan kakinya ke lantai.

"Bagi ku, Wiliam adalah masa lalu yang harus aku buang. Dan Stefani, huh... sahabat macam apa itu, berani sekali merebut Wiliam dari ku! Kau tahu Daniel, aku ini jauh lebih dari Stefani! Aku lebih cantik, lebih kaya, lebih mandiri, lebih seksih, lebih ----"

"Manja, tapi sayangnya Nona ini terlalu bodoh! Hingga mudah untuk di tipu!" celetuk Daniel dengan santainya.

Elis ternganga di bilang bodoh.

Tak.

Kepalan tangan kanan Elis mendarat di kepala Daniel dengan cukup keras.

"Awwwhhh! Kau ini wanita atau pria sih!" sungut Daniel, tangan kirinya mengelusss kepalanya yang di jitak Elis.

"Dasar supir bodoh! Sudah tau aku ini wanita, masih saja bertanya!" sungut Elis.

Grap.

Daniel memperlihatkan tangan nakal yang tadi menjitak kepalanya.

"Wanita tidak akan bersikap kasar, Nona!" ejek Daniel.

Bugh.

Dengan santainya, Elis menendang tulang kering kaki kiri Daniel. Membuat pria itu berjingkat jingkat karena sakit pada kakinya yang di tendang.

"Awwhh! Kau lihat itu! Nona manja, kau tidak pantas di sebut Nona manja untuk saat ini, kau itu Nona kejam!" sungut Daniel.

"Cihh dasar kau pria manja... segitu saja langsung mengeluh!" cibir Noer.

...----...

Elisabeth dan Daniel kembali ke mension Sadiki sebelum jam makan malam di mulai. Elis tampak anggun dengan gaun malam yang ia kenakan. Dan Daniel terlihat gagah dengan setelan berjas putih yang ia kenakan.

Di dalam mobil, saat ke duanya akan menuju mansion Sadiki.

"Aku tidak percaya, semudah itu papa setuju saat aku katakan ingin menikah dengan mu, Daniel!" ujar Elis, dengan menoleh sekilas Daniel yang tengah mengemudi.

"Tidak usah di ambil pusing Nona... yang ada sebelum kita menikah, rambut Nona sudah keburu rontak dan botak karena terlalu berat berfikir!" ledek Daniel dengan gelak tawa yang tak bisa lagi ia tahan.

Daniel membayangkan Elis yang bergaun pengantin, dengan wajah cantik, berkepala botak tengah berjalan menuju pelaminan.

Tak.

Elis melayangkan kembali, kepalan tangannya di kepala Daniel dengan keras.

"Berani kau membayangkan aku botak? Dasar kau Daniel!" Elis mencubittt gemas pinggang Daniel, membuat pria itu memiringkan tubuhnya, menahan sakit dari cubitan Elis.

"Awwhhh sakit Nona! Ini namanya sudah jatuh ke dalam tindak kekerasan pada calon suami! Kau bisa di hukum penjara, Nona!" ucap Daniel dengan tangan kirinya menggenggam tangan Elis, mencegahnya untuk mencubit kembali pinggang Daniel.

"Tidak ada yang namanya tindak kekerasan pada calon suami! Dasar ngaur!" ejek Elis.

"Ada lah, penjara cinta Daniel Wijaya untuk Elisabeth Sadiki. Keren kan?" Daniel meminta pendapat Elis.

Elis membuang nafasnya dengan kasar. "Terserah kau saja!"

Daniel tersenyum sambil melirik sekilas Elis, terang saja Tuan besar setuju dengan pernikahan mu dan aku, karena ayah ku dan ayah mu memang sudah lama merencanakan pernikahan *kita.

Hanya saja, mata mu masih tertutup untuk melihat keberadaan ku yang selalu menempel pada mu*. Yah anggap lah selama ini aku sedang belajar untuk melindungi mu dengan kemampuan ku! Belajar menjadi seorang suami yang siaga.

Dreet dreet dreet.

Hape Elis bergetar, panggilan masuk di hapenya.

"Siapa yang menghungi mu, Nona? Kenapa tidak kau angkat?" tanya Daniel, saat melihat Elis tidak kunjung juga menjawab panggilan teleponnya.

...💖💖💖...

Bersambung...

Like dan komentarnya dong, 😅😅

Kehaluan semata, bukan sebuah kenyataan ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!