NovelToon NovelToon

BENCI TAPI SAYANG

PART 1

Pak Wiryo dan Bu Wiryo hanya bisa pasrah saat bi Minah, Art baru yang ke sekian kalinya, yang mengundurkan diri sebagai Art di rumah itu, karena tidak sanggup bekerja sebagai Art yang bertugas merawat Rangga. Semua ini bukan tanpa alasan, melainkan karena sikap Rangga yang sangat temperamen.

Pak Wiryo dan Bu Wiryo sudah berulang kali mencoba menasehati anaknya Rangga, agar merubah sikapnya itu. Namun usaha mereka menasehati Rangga tidak pernah mendapatkan hasil. Rangga yang depresi akibat kecelakaan motor lima bulan lalu yang membuat kakinya lumpuh, membuatnya putus asa. Ditambah kekasihnya yang juga meninggalkannya, benar-benar membuatnya kehilangan arah dan menjadikannya sosok yang sangat pemarah.

"Sampai kapan kamu terus seperti ini Rangga, papa sudah muak dengan sikap kamu ini. Kalau saja kamu mau terus menjalani terapi di rumah sakit, papa yakin kamu bisa sembuh. Tapi kamu terlalu keras kepala, kamu lebih memilih seperti ini. Papa benar-benar kecewa dengan sikap kamu ini!" gerutu pak Wiryo, yang merasa kesal dengan sikap Rangga.

"Sudahlah pa... jangan marah-marah terus. Kamu juga Rangga, bisa tidak kamu bersikap baik pada orang-orang di sekitarmu, kami semua menyayangimu. Kami hanya ingin yang terbaik untuk kamu, itu saja,"

Sebenarnya Rangga yang dulu tidak seperti yang sekarang, dia dulu anak yang baik, bertanggung jawab dan selalu menuruti nasehat orang tua. Namun meski Rangga telah berubah, kedua orang tuanya masih sangat menyayanginya, apalagi dengan keadaannya yang seperti sekarang ini.

Dan Rangga hanya terdiam, mendengar ucapan kedua orang tuanya. Dia sama sekali tidak memperdulikannya, dan justru menjalankan kursi rodanya menuju ke kamarnya. Dan di dalam kamar, Rangga meluapkan amarahnya dengan merusak barang-barang yang ada di kamarnya. Sepertinya dia sangat depresi dengan semua yang menimpanya. Dan dia benar-benar sudah putus asa.

Sementara di luar kamar Rangga, Papa dan mamanya hanya bisa saling menyalahkan. Atas apa yang menimpa putra bungsunya.

"Papa sih, dulu mengizinkan Rangga ikut balap motor. Kalau papa gak kasih izin Rangga, mungkin Rangga gak akan seperti ini," gerutu Bu Wiryo pada suaminya.

"Kok mama selalu nyalahin papa sih, papa cuma memberi kebebasan saja pada anak-anak kita, selama itu hal yang positif, agar mereka tidak terkekang. Rangga ikut balapan juga, balapan resmi. Bukan balap liar di jalanan yang gak jelas itu. Mama juga terlalu menuruti Rangga, harusnya biarkan papa memaksanya menjalani terapi, tapi mama justru menuruti Rangga pesimis seperti itu," timbal pak Wiryo pada istrinya.

Tiba-tiba pintu kamar Fery terbuka, Fery adalah anak bungsu pak Wiryo dan bu Wiryo, karena mereka hanya mempunyai dua orang anak. Fery yang masih duduk di bangku kelas tiga menengah atas, ikut sedih dengan keadaan kakaknya yang sekarang tidak lagi memanjakannya, dan menyayanginya. Karena sikap Rangga sekarang yang emosional.

"Ada apa lagi sih pa, ma. Pasti gara-gara kak Rangga lagi kan. Sudahlah, papa dan mama gak usah saling menyalahkan. Mending kita sama-sama berdo'a, semoga kak Rangga bisa sadar dan kembali seperti dulu lagi. Fery juga sangat kehilangan kak Rangga yang dulu, tapi sekarang ini kita tidak bisa berbuat banyak dengan sikapnya yang seperti sekarang ini," ucap Fery berusaha mengingatkan kedua orang tuanya agar tidak lagi saling menyalahkan.

PART 2

Sementara dilain tempat, tepatnya disebuah desa, terlihat seorang laki-laki paruh baya sedang duduk di sebuah kursi roda. Sedangkan sang istri tengah sibuk mengangkat pakaian. Kedua pasangan suami istri ini adalah pak Arifin dan Bu Siti. Mereka mempunyai dua orang anak yang bernama Mawar, gadis paling cantik di desa itu, dan adiknya yang masih duduk di bangku SD bernama Alfi. Keluarga ini sangat sederhana, Pak Arifin dan Bu Siti bekerja sebagai buruh harian di sebuah kebun teh milik juragan Dahlan. Orang terkaya di desa itu.

Namun setelah pak Arifin mengidap penyakit serius yang membuatnya harus menjalani operasi. Membuatnya berhenti bekerja sampai dia benar-benar sembuh pasca operasi. Dan keadaan ini semakin membuat keluarga ini kesusahan. Mawar terpaksa harus menggantikan kedua orang tua mereka mencari nafkah dengan bekerja juga di kebun juragan Dahlan. Karena ibunya juga tidak lagi bisa bekerja, karena harus merawat dan menjaga suaminya di rumah.

Tiba-tiba datang tiga orang laki-laki yang salah satunya tidak lain adalah juragan Dahlan, dan dua orang lagi yang merupakan tangan kanan juragan Dahlan. Mereka mendatangi rumah pak Arifin dengan tujuan menagih hutang pada pak Arifin, yang dipakai untuk biaya operasi pak Arifin satu bulan lalu.

"Arifin, saya kesini dengan tujuan yang baik. Seperti yang sudah kamu ketahui, kalau saya sangat mengagumi anak kamu Mawar. Jadi maksud kedatangan saya kemari, ingin membahas hutang kamu sama saya. Langsung saja pada intinya, saya beri kamu waktu satu bulan lagi, kalau dalam waktu satu bulan kamu tidak menyicil hutang kamu. Ya sebenarnya tidak masalah, dengan satu syarat serahkan Mawar sama saya. Saya janji sebagai suami, saya pasti akan membahagiakan Mawar. Dan masalah hutang, saya akan anggap lunas semua hutang kamu," ucap juragan Dahlan dengan tegas.

Kata-kata juragan Dahlan terdengar begitu panas ditelinga pak Arifin dan istrinya. Hati mereka pun terasa sangat sakit bagai ditusuk-tusuk. Dan dengan tegas pula, pak Arifin menjawab.

"Juragan tidak usah khawatir, saya pasti akan membayar hutang saya. Karena saya tidak akan pernah rela, kalau anak saya harus menjadi istri juragan yang ke empat. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi juragan,"

Mendengar ucapan pak Arifin, Juragan Dahlan dan kedua tangan kanannya tertawa. Mereka menganggap ucapan pak Arifin itu hanya sebuah lelucon, karena sangat tidak mungkin bagi pak Arifin membayar hutangnya dengan keadaannya yang seperti sekarang ini. Dan Mawar bekerja di kebun, hanya cukup untuk biaya makan mereka sehari-hari.

Juragan Dahlan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bisa menikahi Mawar, sang bunga desa. Meski diusianya yang sudah bau tanah dan dengan tiga orang istri. Bukanlah penghalang baginya untuk memiliki Mawar.

"Dengan senang hati, Saya akan tunggu satu bulan lagi Arifin. Saya rasa sudah cukup silahturahmi saya pada calon mertua saya, dengan penuh hormat saya pamit pulang. permisi" ucap juragan Dahlan yang langsung pergi meninggalkan pak Arifin dan istrinya.

Bu Siti tidak bisa menahan air matanya yang mulai menetes, dia tidak rela kalau anak gadisnya satu-satunya harus menikah dengan laki-laki tua yang harusnya pantas menjadi kakeknya Mawar itu.

"Bagaimana ini pak, bagaimana cara kita membayar hutang pada juragan Dahlan. Ibu tidak akan pernah rela, Mawar menikah dengan juragan Dahlan," ucap Bu Siti sambil menangis tersedu-sedu.

"Sampai mati pun, Bapak tidak akan pernah membiarkan itu semua terjadi Bu,"

"Tapi bagaimana caranya kita membayar hutang kita pak," tanya Bu Siti.

Belum sempat pak Arifin menjawab pertanyaan istrinya, Mawar datang dengan mengendarai sepedanya. Dia baru pulang bekerja dari kebun juragan Dahlan.

PART 3

Mawar meletakkan sepedanya di teras rumah, dengan menyenderkan nya di salah satu tiang rumahnya. Karena sepeda itu sudah tidak ada lagi standarnya. Dan hanya itulah satu-satunya kendaraan yang dia punya. Namun meski hidup serba kekurangan, keluarga ini selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan pada mereka, dan itulah yang membuat keluarga ini selalu rukun dan bahagia.

Namun saat ini Tuhan sedang memberikan ujian pada mereka dengan hutang besar yang ditanggung keluarga ini. Yang membuat mereka semakin menderita.

Mawar lalu mencium tangan kedua orang tuanya, dilihatnya ibunya sedang menangis. Dia tau, kalau itu pastilah ulah juragan Dahlan, karena dia sempat berpapasan dengan juragan di jalan tadi. Dan dia yakin kalau juragan Dahlan pasti baru mendatangi rumahnya.

"Ibu kenapa menangis, pasti karena juragan Dahlan ya. Dia kesini pasti mau menagih hutang. Sudahlah Bu, ibu jangan menangis, kita cari jalan keluarnya sama-sama ya," ucap mawar mencoba menenangkan ibunya.

"Tapi juragan Dahlan keterlaluan Mawar, dia akan menjadikanmu istri ke empat nya kalau kita tidak bisa membayar hutang kita," jelas Bu Siti yang masih tetap berlinang air mata.

Mawar seketika terperangah mendengar perkataan ibu nya. Dia tidak menyangka kalau juragan punya pikiran selicik itu. Sungguh bayaran yang sangat tidak sesuai dengan jumlah hutang mereka, dan putusan juragan sudah jelas merugikan pihak pak Arifin, terutama Mawar. Mana mungkin dia mau menikah dengan kakek-kakek yang sudah bau tanah dan beristri tiga itu. Mendengarnya saja Mawar sudah merasa jijik.

"Apa! jadi istri Juragan!" Mawar seketika terdiam, pikirannya benar-benar kacau. Di satu sisi, mereka tidak tau bagaimana cara membayar hutang mereka, dan disisi lain dia juga tidak mungkin menikah dengan Juragan.

Sementara pak Arifin yang sedari tadi terdiam, mulai angkat bicara. Dia sudah tidak sanggup lagi melihat istri dan anaknya harus ikut menanggung beban rumah tangganya, yang seharusnya itu menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga. Namun dengan keadaannya yang seperti sekarang ini, dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.

"Mawar, sampai mati pun Bapak tidak akan membiarkanmu dijadikan istri Juragan. Bapak tidak akan rela Mawar," ucap pak Arifin tegas.

"Tapi kita tidak punya pilihan pak," jawab Mawar yang juga mulai ikut menangis.

"Sudahlah Mawar, sekarang lebih baik kamu mandi dulu, makan, sudah itu istirahatlah. Kamu pasti masih lelah pulang dari kerja. Kamu tidak usah memikirkan soal Juragan, biar nanti bapak dan ibu yang mencari solusinya," ucap pak Arifin yang tidak tega melihat putrinya menangis.

Mawar pun menuruti perintah Bapaknya, dia mengusap air matanya, lalu melangkah memasuki rumahnya.

Sementara itu, terlihat adik Mawar yang juga baru pulang dari main bersama teman-temanya, dengan layang-layang di tangannya. Dengan pakaiannya yang sangat kotor, badannya yang dekil, dan wajahnya yang terlihat hitam gosong karena terkena paparan sinar matahari. Dan dia hanya berjalan kaki keluyuran dengan teman-temannya, karena sepeda satu-satunya dibawa kakaknya bekerja.

Diusianya yang masih duduk di kelas tiga SD, tidak ada yang dia pikirkan di otaknya, selain sekolah, mengaji dan bermain. Alfi anak yang baik, dia juga selalu menuruti perintah orang tuanya, sama seperti kakaknya Mawar. Meski pak Arifin orang miskin, namun dia mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Sehingga anak-anaknya pun tumbuh menjadi anak yang baik dan bertanggung jawab.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!