NovelToon NovelToon

Nikah Kontrak Dengan Pak Dosen

episode 1/ Tampan namun Killer

Episode 1/ Tampan namun Killer.

Damian, ia seorang duda satu anak. Dirinya bercerai dari istri pertama karena ketahuan berselingkuh. Damian yang nyatanya cinta mati dengan mantan istrinya, telah bertekad untuk tidak jatuh cinta dengan wanita manapun setelah ia di khianati.

Hari demi hari telah berlalu, dirinya yang juga seorang dosen di kampus ternama terus di hadapkan dengan banyak gadis-gadis kampus yang sungguh menyukai dirinya, namun image damian adalah dosen killer, alhasil impian memiliki damian hanya sebatas ilusi belaka.

….

Hari ini, hari pertama mahasiswa baru masuk ke kelas masing-masing. Ketika damian tengah menyampaikan kontrak perkuliahan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar.

Damian yang paling tidak suka di ganggu, lantas membukakan pintu kelas. Dengan tatapan dinginnya terhadap semua yang terlambat masuk ke kelasnya, disana berdiri gadis menggunakan hijab berwarna merah maron.

‘’Maaf, Pak. Apakah saya boleh masuk,’’ ujar gadis itu dengan gemetaran, saking takutnya ia tidak berani menatap wajah damian.

‘’Kamu tidak lihat, sudah pukul berapa sekarang!’’ kata Damian dengan ketus, ia berlalu begitu saja kembali ke dalam kelas.

Gadis itu Nampak hanya berdiri mematung di ambang pintu, damian menjadi kesal lagi.

‘’Kenapa hanya berdiri disana saja! Jika tidak mau masuk, silahkan tutup pintu dan cari dosen lain!’’

….

Alhasil gadis itu melangkah masuk ke dalam kelas, mana kursi yang kosong bertepatan di hadapan dosen killer itu, mau tidak mau dirinya duduk disana dengan perasaan terpaksa.

Damian hanya melirik sekilas kepada gadis yang terlambat, ia kembali menerangkan kontrak perkuliahan di pertemuan pertama mereka.

‘’Hmm, baiklah. Saya jelaskan lagi kontrak perkuliahan dengan saya, yang pertama; toleransi terlambat hanya 5 menit, lebih dari itu absen saya anggap tidak hadir, sekalipun saya izinkan masuk ke dalam kelas.. yang kedua; semua pekerjaan yang saya berikan harus di kumpulkan tepat waktu, terlambat satu menit saja, maka saya anggap gagal. Yang ketiga; yang melengah dan tidak memperhatikan pembelajaran saya, silahkan keluar, dan absensi akan saya anggap gagal, Paham!’’

Semua yang di dalam kelas hanya memberikan anggukan, sekalipun hati mereka menggerutuk tidak terima, namun tidak ada yang berani membantah ucapan dari damian.

Hingga ada yang mengacungkan jari untuk pertama kalinya di kelas Damian, ‘’Maaf, Pak. Apakah toleransi keterlambatan tidak bisa ditambah lagi, Pak?’’ tanya seseorang, alhasil Damian yang tengah menulis di papan tulis, ia menoleh dan terlihat jika gadis terlambat di awal kelas yang bertanya.

‘’Siapa Anda mengatur-ngatur saya!’’ jawab ketus dosen damian.

‘Cihh, tadi katanya sendiri yang bilang kalo ada yang belum mengerti, bisa ditanyakan. Jawaban seperti ap aitu yang dia berikan!’ kesal Almira

….

‘’Baiklah, setelah saya menjelaskan, apa ada yang ingin bertanya?’’ tanya dosen Damian yang duduk kembali ke kursinya seraya meneguk sebotol air mineral.

Justru hal itu yang tengah di nantikan oleh gadis-gadis di dalam kelas, bagi mereka ketampanan damian justru bertambah, mana rahang-rahangnya juga sangat jelas lagi.

Siapa yang tidak tertarik coba, sekalipun status Damian itu seorang duda, jika duda nya sekeren Dosen damian siapa yang tidak mau mendaftar menjadi istrinya coba.

Yah hanya saja itu, sifat Damian yang super dingin, bahkan saking sedingin es, Damian di juluki sebagai dosen killer di kampus, tidak ada yang berani bertanya di dalam kelas selama 4 tahun ia mengajar, semuanya manggut-manggut saja seakan paham padahal enggak sama sekali.

Apalagi ciwi-ciwi yang nyatanya memang sungguh tertarik dengan wajah tampan Damian, mereka hanya nurut saja bak kucing kena pukul, kena hukuman pun tidak masalah, asalkan yang memberikan hukuman itu dosen tampan Damian.

‘’Pak,’’ tunjuk gadis yang sama, yaitu Almira.

‘’Hmm,’’ jawab Damian yang bangkit berdiri.

‘Gila nih dosen apa bukan sih! Kenapa tatapan di aitu sungguh menakutkan sekali!’ batin Almira yang hanya bisa menelan salavinanya sendiri, bahkan kakinya saking gemetaran, padahal Almira belum sama sekali bertanya kepada Damian.

….

‘’Kenapa hanya diam saja?! Cepat buruan tanyakan apa yang masih belum kamu paham!’’ ucap Damian dengan mengangkat satu alisnya.

Almira menghela nafas dan berkata, ‘’Yang tentang pembahasan nomor kedua, Pak.’’ Ujar Almira dengan pelan, seketika ia merasa ingin di eksekusi mati oleh Damian hanya lewat pandangan mata saja.

Damian memberikan spidol kepada Almira, ‘’Sekarang coba kamu jawab pertanyaan yang satu itu!’’ titah Damian.

‘Wahh, sudah nggak beres nih dosen, kan aku masih belum mengerti tentang rumus itu, tapi … kenapa dia malah menyuruh untuk mengerjakan tugas sekarang?’ pikir Almira.

Melihat gadis itu hanya terdiam, membuat Damian berkata lagi.

‘’Kenapa hanya diam saja! Cepat buruan jawab pertanyaan di depan papan tulis!’’

Dengan diri yang hanya bisa pasrah, Almira melangkah ke depan kelas, di depan sana Almira hanya bisa menggaruk-ngaruk kepala yang tertutup oleh hijab. Damian tersenyum kecil, karena Almira gadis pertama yang berani mengajukan pertanyaan selama 4 tahun ia mengejar di kampus elite itu.

….

Namun waktu kuliah dengan dosen Damian sudah habis, dan Almira masih belum menjawab sempurna jawaban di depan kelas.

‘’Hmm, baiklah semuanya bisa keluar sekarang, sampai bertemu di minggu depan, jangan sampai ada yang bolos dari kelas saya, sekali saja bolos, maka semester ini akan saya batalkan, paham!’’ cecar dosen damian, semua yang ada di dalam kelas hanya memberikan anggukan.

‘Dasar dosen aneh, biasanya dosen yang lain boleh-boleh saja memberikan jadwal libur untuk 3 atauu 4 kali pertemuan, tapi …. Kenapa dosen yang satu ini lain yah, beda sekali.’ Pikir Almira yang masih berdiri mematung di depan kelas, seraya terus berusaha memecahkan permasalahan soal yang diberikan oleh dosen damian.

…..

‘’Hei, kamu mau kemana?’’ tanya dosen Damian ketika Almira melangkah kembali ke bangkunya.

‘’Hmm, saya juga mau pulang, Pak.’’ Sahut Almira dengan menunduk.

‘’Siapa yang mengizinkan kamu untuk keluar!’’ kata Dosen Damian yang membuat mata besar Almira melotot saking tidak percaya.

Ketika almira hendak menyela ucapan dosen Damian, ia sudah keburu kembali berkata, ‘’Sebelum kamu menjawab pertanyaan di papan tulis, jangan harap kamu bisa keluar!’’ kata dosen Damian yang kembali duduk di kursinya.

Namun, ketika itu Almira Nampak melirik ke kanan dan kiri, seakan ia tengah menghadapi ketakutan, damian yang paham akhirnya kembali berucap agar tidak dicap sebagai dosen yang mesum kepada muridnya sendiri.

‘’Jangan pikir jika saya ini akan berbuat mesum kepada kamu, yah! Sekarang, cepat kerjakan soal yang ada di papan tulis, setelah benar baru kamu boleh pulang!’’ kata dosen Damian, ia kembali focus kepada laptopnya dan membiarkan Almira untuk berpikir keras.

…..

Melihat Almira yang hanya bisa menggaruk-nggaruk kepalanya, timbul seulas senyum yang tidak pernah terlihat oleh wajah tampan namun dingin seorang damian.

‘Cihh, padahal dia bisa saja menggunakan ponselnya untuk mencari jawaban namun kenapa tidak menggunakannya sama sekali? Benar-benar gadis yang aneh tapi unik,’ batin Damian, ketika Almira ingin menolehkan wajahnya, dengan cepat Damian kembali menatap focus ke layar laptop.

‘Jangan sampai tuh gadis malah berpikir jika aku ini tertarik sama dia, padahal kan aku hanya sebatas kagum saja, tidak lebih.’ Batin Damian.

Ia memejamkan mata dan kembali bayang-bayang mantan istrinya yang tengah bercumbu ria dengan pria lain jelas terekam di dalam benaknya dan itu sungguh menyakitkan untuk dibayangkan.

Saking tidak kuasa, Damian langsung saja memukul meja itu dengan keras.

Brakk.

Hingga membuat Almira yang tengah berusaha memecahkan jawaban Nampak kaget sekali, bahkan spidol itu justru terjatuh. Ia melirik cepat kepada Damian, terlihat disana jika dosennya Nampak berkeringat dingin, Almira yang sangat cemas, lantas mendekat dan memberikan saputangan berwarna merah hati kepada dosennya.

‘’Pak, seperti Anda perlu ke rumah sakit sekarang.’’ Kata Almira, ia memang tidak menyentuh kulit dosen tampan namun killer itu, hanya saja dirinya juga pernah mengalami hal yang sama, sebuah penyakit depresi.

Damian hanya kembali duduk di kursinya dengan menyeka keringat dingin yang sudah mulai bercucuran lebih deras lagi.

‘’Hmm, apakah Bapak mau saya pesankan bubur atau nasi goreng?’’ tawar Almira.

‘’Tidak perlu, kamu boleh pulang sekarang.’’ Jawab dosen Damian.

‘’Tapi ….’’

Mana mungkin Almira meninggalkan dosennya dalam keadaan sakit seperti ini, hanya saja karena dosen damian terus mendesak Almira untuk cepat pergi meninggalkan dirinya, dengan berat hati ia melangkah keluar.

‘Apakah dia akan baik-baik saja?’ pikir cemas Almira, ia tidak langsung pulang namun Nampak menunggu di depan kelas sana. Karena sedari tadi dosen damian belum juga keluar dari dalam kelas itu.

Tapi, tidak lama kemudian terlihat seorang pria yang datang membawa bayi masuk ke dalam ruangan kelas, Almira mengerutkan keningnya dan berpikir, ‘’Apakah itu anak dari dosen Damian? Ohh, jadi dia sudah menikah,’’

Namun terdengar dari dalam kelas jika ada suara tangisan bayi yang semakin kencang saja, bahkan membuat orang-orang yang melewati kelas itu saling berbisik-bisik.

‘’Hmm, sepertinya dosen damian itu butuh seorang istri yang bisa mengasuh putri pertamanya. Kasihan juga jika menjadi dosen damian, yang terpaksa menjadi duda.’’bisik orang-orang yang berlau Lalang di depan Almira.

‘Jadi … dosen damian hanya seorang diri merawat bayi mungil itu? Sungguh kasihan sekali anaknya, tidak bisa merasakan kasih sayang dari seoranag ibu sejak kecil.’

~ bersambung.

~ jangan lupa jejak komentar serta ulasannya

follow akun Instagram Zadreammi untuk melihat visual pemain.

episode 2/ Killer killer Duda Menggoda

Karena tangisan bayi itu semakin keras saja, membuat hati Almira memilih untuk melangkah kembali ke dalam kelas. Dan benar saja, Nampak jika dosen damian tengah menggendong anaknya dan tengah berusaha menenangkan bayi itu.

‘Ternyata dibalik wajah sangarnya, justru terdapat sisi lembut seorang ayah disana.’ Puji Almira ketika ia masih berdiri di ambang pintu kelas.

Damian yang merasa jika ada yang tengah memperhatikannya dari ujung sana, dengan secepat kilat berbalik badan dan mendapatkan Almira yang tengah berdiri disana.

‘’Kamu ngapain kembali lagi?’’ tanya dosen damian dengan dingin.

‘’Ehh, anu pakk.’’ Jawab Almira dengan kebingungan mencari alasan apa yang akan ia berikan.

Ketika melihat wajah Damian seakan tengah menyelidikinya, Almira langsung berkata.

‘’Saya kesini untuk mengambil buku yang ketinggalan di dalam loci, Pak.’’ Jawab Almira, ia segera melangkah dengan cepat karena Damian memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala kemanapun Almira melangkah.

‘Ish! Apa-apaan sih nih dosen!’ kesal Almira yang merasa risih jika di perhatikan terus menerus dan sangat lekat oleh dosennya sendiri.

….

‘’Kamu berbohong yah!’’

Hikk.

Seketika jantung Almira seakan berhenti saja, ketika dosennya malah berkata seperti itu.

‘’Mana ada loci di meja kelas ini!’’ kata dosen Damian dengan jutek karena ia kembali focus menenangkan bayinya.

‘Haduh, kenapa aku malah sampai lupa segala sih? Jadi ketahuan kan sekarang’ batin Almira.

Namun karena suara tangis bayi damian semakin kencang saja dan tidak mau berhenti juga, alhasil Almira yang cemas langsung melangkah ke tempat Damian berada.

‘’Mau apa kamu?’’ tanya Damian dengan mengerutkan keningnya.

‘’Coba sini saya gendong, Pak.’’ Tawar Almira.

Damian Nampak berpikir, bagaimana mungkin gadis semuda seperti Almira bisa dalam hal mengurus bayi, dia saja yang punya anak tidak bisa.

‘’Tenang saja, Pak. Saya sudah biasa merawat bayi,’’ kata Almira yang kembali berusaha meyakinkan Damian agar mau memberikan bayi itu kepadanya sejenak.

Alhasil Damian setuju dan menyerahkan bayinya ke pada Almira, dan benar saja bayinya itu justru bisa dengan tenang ketika dalam gendongan almira.

‘Bagaimana mungkin darah dagingku sendiri, justru jauh lebih bisa tenang ketika bersama orang lain, dibandingkan dengan papanya sendiri?’ pikir Dosen Damian.

…..

Hanya membutuhkan waktu 10 menit, bayi Damian sudah tertidur dalam gendongan Almira.

Ia lantas mengembalikan bayi itu ke damian, ‘’Bayi bapak sedikit tinggi suhu badannya, Pak. Makanya dia lumayan rewel,’’ kata Almira.

Setelah kepergian Almira, damian masih terus memperhatikan pintu yang sudah kosong.

‘’Pak, sepertinya bayi Anda bisa tenang dengan gadis barusan, kenapa tidak dijadikan saja gadis itu sebagai pengasuh?’’ saran dari supir damian.

Damian Nampak berpikir, ‘’Akh, tidak mungkin lah. Sudah, mari kita kembali, nanti mampir dulu ke rumah sakit,’’ kata Damian.

….

Sementara itu, Almira Nampak tengah berada di rumah mewah.

‘’Wahh, disini rupanya ibu tinggal, tempatnya sangat besar dan juga luas sekali.’’ Kata Almira yang tidak bisa membayangkan langkahnya akan masuk ke dalam sana.

‘’Pasti sangat capek sekali untuk membersihkan rumah sebesar ini,’’ gumam Almira sudah membayangkan jika harus turun tangga setiap hari, menyapu dari atas hingga ke bawah.

Namun tiba-tiba ada seorang pria tua yang datang mendekat, dari dalam pagar, ‘’Maaf dek, cari siapa?’’ tanya pria itu.

‘’Ehh, gini Pak. Saya cari ibu saya, namanya buk Husnul.’’ Kata Almira dengan gelagapan.

‘’Ohh, buk husnul yah. Silahkan masuk dek,’’ kata pria tersebut setelah Almira menunjukkan foto buk Husnul.

Almira mengikuti dari belakang, ia masih tidak bisa menyangka jika akan melangkah masuk ke dalam rumah semegah bak istana ini.

‘’Hahah, kenapa sendal nya dibuka, dek?’’ tanya pria itu kepada Almira.

Almira hanya bisa tersenyum kikuk, karena ia biasanya di kampung selalu membuka sandal jika bagaimanapun ketika masuk ke rumah.

‘’Nggak perlu dibuka, dek. Pakai saja lagi,’’ kata pria itu kepada Almira.

‘’Ohh, gitu yah Pak.’’

…..

Almira dibawa semakin masuk ke dalam rumah megah itu, di dalam sana terlihat jika semua barang-barang tersusun dengan sangat rapi. Hingga tiba mereka berdua ke ruangan dapur, disana terlihat seorang wanita yang tengah sibuk memasak.

‘’Ibu,’’ kata Almira dengan sangat bahagia.

‘’Almira, anak ku.’’ Sambut rindu buk husnul kepada anak bungsunya.

‘’Kamu kesini naik apa, Nak?’’ tanya ibu kepada Almira.

‘’Almira, tadi naik angkot Buk.’’ Jawab Almira.

‘’Hmm, baiklah. Jika begitu kamu masuk dulu ke kamar ibuk di depan sana, nanti istirahat dulu yah Nak. Kamu pasti sangat capek sekali kan, apalagi hari ini juga kuliah.’’ Saran ibu yang tidak ingin putrinya kelelahan.

‘’Hmm, nggak perlu buk. Almira tidak capek kok, almira mau bantu ibu saja yah.’’ Sahut Almira.

‘’Nggak perlu, Nak. Kamu istirahat saja hari ini, besok kan masih kuliah,’’ kata ibu.

Dengan terpaksa Almira mengikuti ucapan ibunya, ia di antarkan oleh pria yang tadi, hingga tiba di sebuah kamar dengan pintu yang menjulang tinggi, bahkan pintu kamar Almira di kampung saja tidak sebanding dengan ini.

‘Wahh, jadi seperti ini rupanya menjadi orang kaya, perabot-perabot mewah, dan sangat bersih lagi.’ Ujar Almira yang merasa sedih dengan kehidupannya yang serba kekurangan.

….

Sementara itu mobil Damian baru saja kembali, ia turun dengan membawa bayinya masuk ke dalam.

‘’Mbok,’’ panggil Damian kepada bu husnul

‘’Iy, Tuan.’’ Kata bu husnul yang melangkah mendekat.

‘’Tolong buatkan susu untuk chaca yah,’’ kata Damian yang duduk sejenak di ruang tamu, tubuhnya sangat terasa lelah karena masih harus ke kampus.

Alhasil, ia kembali meninggalkan Chaca putrinya dan memberikan kepada pembantu yang lain, bu nurul kembali focus ke dapur. Karena sudah waktunya makan siang, damian memilih untuk mengisi perutnya yang belum di isi sedari tadi.

‘’Tuan, apakah boleh anak mbok tinggal disini juga?’’ kata bu husnul dengan grogi.

‘’Anak ibuk?’’ tanya damian yang menghentikan suapannya.

‘’Iya, tuan. Dia anak ibuk dari kampung yang mendapatkan beasiswa kuliah di kota, tapi tenang saja Tuan, anak ibuk juga pintar beberes kok, dan tidak akan menyusahkan di rumah ini.’’ Kata bu husnul.

‘’silahkan, Mbok. Baiklah, saya pergi dulu.’’ Kata Damian yang bangkit berdiri dan melangkah keluar dari rumah megahnya.

Sementara itu, almira yang juga ada keperluan untuk ke kantor, meminta izin kepada ibunya.

‘’Buk, almira harus ke kampus sekarang.’’ Kata Almira yang mencium punggung tangan ibunya.

‘’Hmm, kamu nggak makan dulu, Nak?’’ tanya bu husnul.

‘’Nggak, buk. Almira masih kenyang, almira berangkat dulu yah buk.’’ Kata Almira.

‘’hati-hati di jalan, nak.’’ Kata bu husnul dengan melambaikan tangannya.

…..

Almira sudah berada di kampus, ia harus meminta persetujuan kepada dosen pembimbingnya, karena Almira terlambat mengambil krs, alhasil masih ada yang belum disetujui.

Namun betapa kagetnya Almira ketika ia melihat nama dosen pembimbingnya, yaitu prof, damian.

‘’Akh, mana mungkin dosen menyebalkan itu yang akan menjadi dosen pembimbingku, nggak mungkin lah, mungkin hanya nama mereka saja yang sama.’’ Pikir Almira.

Ia akhirnya bertanya kepada teman sekelas yang kebetulan duduk di sampingnya ketika kelas damian pagi tadi.

‘’Serius?! Dosen pembimbing lo itu prof. damian?!’’ kagetnya sampai tubuh Almira di guncang hebat.

‘’Heheh, maaf. Habisnya gue syok parah sih, kalo ternyata dosen pembimbing lo itu prof. damian.’’ Ujarnya merasa bersalah karena telah membuat hijab Almira berantakan.

‘’Emangnya kenapa sih? Kok kamu exited banget yah sama tuh dosen?’’ tanya Almira.

‘’Masa iya harus aku jelaskan sih, prof. damian itu dosen paling tampan di kampus kita, mana dia juga sangat keren sekali, siapa coba yang tidak tertarik sama tuh dosen. Akhh, seandainya dia itu bisa menghilangkan satu kebiasana buruknya saja, pasti akan banyak gadis-gadis yang meloyot di buatnya.’’ Ujar teman Almira.

‘’Satu kebiasaan buruk?’’ pikir Almira.

‘’Iya, satu kebiasaan buruk. Kamu tahu kan kalo prof. damian itu sangat killer lagi menakutkan, pas ngajar saja dia seakan mengajar kelas kuburan saja, seandainya dia itu ramah, auto ngelamar gue jadi ibu dari anaknya itu.’’ Sahut teman Almira yang sudah sangat tergila-gila dengan damian yang memang idola di kampus.

…..

bersambung

jangan lupa jejak komentar serta ulasannya

follow akun Instagram Zadreammi untuk melihat visual pemain

episode 3/ Ikut Saya ke Ruangan!

Karena tangisan bayi itu semakin keras saja, membuat hati Almira memilih untuk melangkah kembali ke dalam kelas. Dan benar saja, Nampak jika dosen damian tengah menggendong anaknya dan tengah berusaha menenangkan bayi itu.

‘Ternyata dibalik wajah sangarnya, justru terdapat sisi lembut seorang ayah disana.’ Puji Almira ketika ia masih berdiri di ambang pintu kelas.

Damian yang merasa jika ada yang tengah memperhatikannya dari ujung sana, dengan secepat kilat berbalik badan dan mendapatkan Almira yang tengah berdiri disana.

‘’Kamu ngapain kembali lagi?’’ tanya dosen damian dengan dingin.

‘’Ehh, anu pakk.’’ Jawab Almira dengan kebingungan mencari alasan apa yang akan ia berikan.

Ketika melihat wajah Damian seakan tengah menyelidikinya, Almira langsung berkata.

‘’Saya kesini untuk mengambil buku yang ketinggalan di dalam loci, Pak.’’ Jawab Almira, ia segera melangkah dengan cepat karena Damian memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala kemanapun Almira melangkah.

‘Ish! Apa-apaan sih nih dosen!’ kesal Almira yang merasa risih jika di perhatikan terus menerus dan sangat lekat oleh dosennya sendiri.

….

‘’Kamu berbohong yah!’’

Hikk.

Seketika jantung Almira seakan berhenti saja, ketika dosennya malah berkata seperti itu.

‘’Mana ada loci di meja kelas ini!’’ kata dosen Damian dengan jutek karena ia kembali focus menenangkan bayinya.

‘Haduh, kenapa aku malah sampai lupa segala sih? Jadi ketahuan kan sekarang’ batin Almira.

Namun karena suara tangis bayi damian semakin kencang saja dan tidak mau berhenti juga, alhasil Almira yang cemas langsung melangkah ke tempat Damian berada.

‘’Mau apa kamu?’’ tanya Damian dengan mengerutkan keningnya.

‘’Coba sini saya gendong, Pak.’’ Tawar Almira.

Damian Nampak berpikir, bagaimana mungkin gadis semuda seperti Almira bisa dalam hal mengurus bayi, dia saja yang punya anak tidak bisa.

‘’Tenang saja, Pak. Saya sudah biasa merawat bayi,’’ kata Almira yang kembali berusaha meyakinkan Damian agar mau memberikan bayi itu kepadanya sejenak.

Alhasil Damian setuju dan menyerahkan bayinya ke pada Almira, dan benar saja bayinya itu justru bisa dengan tenang ketika dalam gendongan almira.

‘Bagaimana mungkin darah dagingku sendiri, justru jauh lebih bisa tenang ketika bersama orang lain, dibandingkan dengan papanya sendiri?’ pikir Dosen Damian.

…..

Hanya membutuhkan waktu 10 menit, bayi Damian sudah tertidur dalam gendongan Almira.

Ia lantas mengembalikan bayi itu ke damian, ‘’Bayi bapak sedikit tinggi suhu badannya, Pak. Makanya dia lumayan rewel,’’ kata Almira.

Setelah kepergian Almira, damian masih terus memperhatikan pintu yang sudah kosong.

‘’Pak, sepertinya bayi Anda bisa tenang dengan gadis barusan, kenapa tidak dijadikan saja gadis itu sebagai pengasuh?’’ saran dari supir damian.

Damian Nampak berpikir, ‘’Akh, tidak mungkin lah. Sudah, mari kita kembali, nanti mampir dulu ke rumah sakit,’’ kata Damian.

….

Sementara itu, Almira Nampak tengah berada di rumah mewah.

‘’Wahh, disini rupanya ibu tinggal, tempatnya sangat besar dan juga luas sekali.’’ Kata Almira yang tidak bisa membayangkan langkahnya akan masuk ke dalam sana.

‘’Pasti sangat capek sekali untuk membersihkan rumah sebesar ini,’’ gumam Almira sudah membayangkan jika harus turun tangga setiap hari, menyapu dari atas hingga ke bawah.

Namun tiba-tiba ada seorang pria tua yang datang mendekat, dari dalam pagar, ‘’Maaf dek, cari siapa?’’ tanya pria itu.

‘’Ehh, gini Pak. Saya cari ibu saya, namanya buk Husnul.’’ Kata Almira dengan gelagapan.

‘’Ohh, buk husnul yah. Silahkan masuk dek,’’ kata pria tersebut setelah Almira menunjukkan foto buk Husnul.

Almira mengikuti dari belakang, ia masih tidak bisa menyangka jika akan melangkah masuk ke dalam rumah semegah bak istana ini.

‘’Hahah, kenapa sendal nya dibuka, dek?’’ tanya pria itu kepada Almira.

Almira hanya bisa tersenyum kikuk, karena ia biasanya di kampung selalu membuka sandal jika bagaimanapun ketika masuk ke rumah.

‘’Nggak perlu dibuka, dek. Pakai saja lagi,’’ kata pria itu kepada Almira.

‘’Ohh, gitu yah Pak.’’

…..

Almira dibawa semakin masuk ke dalam rumah megah itu, di dalam sana terlihat jika semua barang-barang tersusun dengan sangat rapi. Hingga tiba mereka berdua ke ruangan dapur, disana terlihat seorang wanita yang tengah sibuk memasak.

‘’Ibu,’’ kata Almira dengan sangat bahagia.

‘’Almira, anak ku.’’ Sambut rindu buk husnul kepada anak bungsunya.

‘’Kamu kesini naik apa, Nak?’’ tanya ibu kepada Almira.

‘’Almira, tadi naik angkot Buk.’’ Jawab Almira.

‘’Hmm, baiklah. Jika begitu kamu masuk dulu ke kamar ibuk di depan sana, nanti istirahat dulu yah Nak. Kamu pasti sangat capek sekali kan, apalagi hari ini juga kuliah.’’ Saran ibu yang tidak ingin putrinya kelelahan.

‘’Hmm, nggak perlu buk. Almira tidak capek kok, almira mau bantu ibu saja yah.’’ Sahut Almira.

‘’Nggak perlu, Nak. Kamu istirahat saja hari ini, besok kan masih kuliah,’’ kata ibu.

Dengan terpaksa Almira mengikuti ucapan ibunya, ia di antarkan oleh pria yang tadi, hingga tiba di sebuah kamar dengan pintu yang menjulang tinggi, bahkan pintu kamar Almira di kampung saja tidak sebanding dengan ini.

‘Wahh, jadi seperti ini rupanya menjadi orang kaya, perabot-perabot mewah, dan sangat bersih lagi.’ Ujar Almira yang merasa sedih dengan kehidupannya yang serba kekurangan.

….

Sementara itu mobil Damian baru saja kembali, ia turun dengan membawa bayinya masuk ke dalam.

‘’Mbok,’’ panggil Damian kepada bu husnul

‘’Iy, Tuan.’’ Kata bu husnul yang melangkah mendekat.

‘’Tolong buatkan susu untuk chaca yah,’’ kata Damian yang duduk sejenak di ruang tamu, tubuhnya sangat terasa lelah karena masih harus ke kampus.

Alhasil, ia kembali meninggalkan Chaca putrinya dan memberikan kepada pembantu yang lain, bu nurul kembali focus ke dapur. Karena sudah waktunya makan siang, damian memilih untuk mengisi perutnya yang belum di isi sedari tadi.

‘’Tuan, apakah boleh anak mbok tinggal disini juga?’’ kata bu husnul dengan grogi.

‘’Anak ibuk?’’ tanya damian yang menghentikan suapannya.

‘’Iya, tuan. Dia anak ibuk dari kampung yang mendapatkan beasiswa kuliah di kota, tapi tenang saja Tuan, anak ibuk juga pintar beberes kok, dan tidak akan menyusahkan di rumah ini.’’ Kata bu husnul.

‘’silahkan, Mbok. Baiklah, saya pergi dulu.’’ Kata Damian yang bangkit berdiri dan melangkah keluar dari rumah megahnya.

Sementara itu, almira yang juga ada keperluan untuk ke kantor, meminta izin kepada ibunya.

‘’Buk, almira harus ke kampus sekarang.’’ Kata Almira yang mencium punggung tangan ibunya.

‘’Hmm, kamu nggak makan dulu, Nak?’’ tanya bu husnul.

‘’Nggak, buk. Almira masih kenyang, almira berangkat dulu yah buk.’’ Kata Almira.

‘’hati-hati di jalan, nak.’’ Kata bu husnul dengan melambaikan tangannya.

…..

Almira sudah berada di kampus, ia harus meminta persetujuan kepada dosen pembimbingnya, karena Almira terlambat mengambil krs, alhasil masih ada yang belum disetujui.

Namun betapa kagetnya Almira ketika ia melihat nama dosen pembimbingnya, yaitu prof, damian.

‘’Akh, mana mungkin dosen menyebalkan itu yang akan menjadi dosen pembimbingku, nggak mungkin lah, mungkin hanya nama mereka saja yang sama.’’ Pikir Almira.

Ia akhirnya bertanya kepada teman sekelas yang kebetulan duduk di sampingnya ketika kelas damian pagi tadi.

‘’Serius?! Dosen pembimbing lo itu prof. damian?!’’ kagetnya sampai tubuh Almira di guncang hebat.

‘’Heheh, maaf. Habisnya gue syok parah sih, kalo ternyata dosen pembimbing lo itu prof. damian.’’ Ujarnya merasa bersalah karena telah membuat hijab Almira berantakan.

‘’Emangnya kenapa sih? Kok kamu exited banget yah sama tuh dosen?’’ tanya Almira.

‘’Masa iya harus aku jelaskan sih, prof. damian itu dosen paling tampan di kampus kita, mana dia juga sangat keren sekali, siapa coba yang tidak tertarik sama tuh dosen. Akhh, seandainya dia itu bisa menghilangkan satu kebiasana buruknya saja, pasti akan banyak gadis-gadis yang meloyot di buatnya.’’ Ujar teman Almira.

‘’Satu kebiasaan buruk?’’ pikir Almira.

‘’Iya, satu kebiasaan buruk. Kamu tahu kan kalo prof. damian itu sangat killer lagi menakutkan, pas ngajar saja dia seakan mengajar kelas kuburan saja, seandainya dia itu ramah, auto ngelamar gue jadi ibu dari anaknya itu.’’ Sahut teman Almira yang sudah sangat tergila-gila dengan damian yang memang idola di kampus.

…..

‘’Eh, itu prof. damiannya, coba kamu kejar sekarang!’’ ujar teman Almira.

Dan benar saja ternyata prof. damian baru saja menyelesaikan kelasnya siang ini.

Awalnya almira sangat takut dengan dosen killer damian, namun apa boleh buat dia harus meminta persetujuan darinya agar bisa mengambil matkul untuk semester ini.

‘’Prof,’’ panggil Almira dengan tergugup.

Damian yang tengah menaiki tangga mendadak terhenti dan membalikkan tubuhnya, terlihat disana jika yang memanggilnya Almira.

‘’Iya, ada apa kamu memanggil saya?’’ kata dosen damian dengan dingin.

‘’Ehh, anu pakk. Saya kesini untuk meminta persetujuan prof, agar mau menyetujui krs yang baru saya ambil,’’ kata Almira dengan gugup, bahkan saking gugupnya ia tidak berani menatap wajah dari damian.

‘’Ohh, nanti saja, saya masih ad kelas nih, tunggu saja di depan ruangan saya.’’ Kata Damian yang segera melangkah menaiki tangga kampus untuk menuju kelas berikutnya.

Sementara almira hanya bisa menghela nafas kasar, mana ia juga sangat lamar lagi. Sudah lebih dari 2 jam, ia duduk di depan ruangan damian, namun belum ada juga tanda-tanda bahwa dosen yang ia tunggu akan datang.

‘’Hei! Malah ketiduran lagi!’’ ujar dosen damian yang berusaha membangunkan Almira yang tertidur di ruang tunggu.

‘’Eh, proff, maaf.’’ Kata Almira yang bangkit berdiri.

‘’Silahkan ikuti saya,’’ kata dosen damian dengan sangat dingin.

…..

bersambung

jangan lupa jejak komentar serta ulasannya agar aku makin semangat nulisnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!