NovelToon NovelToon

Balas Dendam Sang Pelakor

Bab 1

Bab 1. Sebuah Rahasia Besar

Prang ...

Suara pas foto yang terjatuh dengan begitu kerasnya membuat isi ruangan yang berada di salah satu rumah minimalis terasa begitu ramai. Pas foto tersebut tercatat secara tidak sengaja ketika seorang gadis sedang berusaha mengambil sesuatu dari lemari pakaian milik ibunya. Baris tersebut cukup kaget ketika mendengar suara pecahan pas foto tersebut mengingat Sebelumnya dia tidak pernah mengira jika di dalam lemari sang Ibu ada sebuah pas foto yang tidak pernah dia ketahui keberadaannya.

Gadis tersebut segera berjongkok untuk melihat pas foto yang tanpa sengaja dia jatuhkan, tetapi betapa kagetnya dia ketika melihat foto tersebut di mana pada foto tersebut terdapat foto ibunya bersama seorang lelaki yang tidak pernah dia kenal sama sekali. Selama ini dia selalu mengira jika ibunya adalah seorang perempuan yang tidak pernah mengenal cinta dan bahkan dia juga mengira jika ibunya itu adalah seorang perempuan yang sangat setia kepada almarhum ayahnya yang tidak pernah dia temui sama sekali. Namun dari apa yang diceritakan oleh ibunya, dia hanya mengetahui jika sang ayah telah meninggal ketika dirinya masih berada di dalam kandungan.

"Amira, ada apa, Nak?" tanya seorang perempuan paruh baya yang berlari dengan tergopoh ketika mendengar suara pecahan yang berasal dari kamarnya itu.

Perempuan paruh baya tersebut begitu kagetnya ketika melihat putri semata wayangnya sedang berjongkok sambil menatap selembar foto yang ada di atas lantai dengan pas foto yang sudah pecah berantakan. Sesuatu yang selama ini dia sembunyikan secara rapi sepertinya harus terungkap dan dia benar-benar tidak sanggup untuk mengatakan kebenaran tersebut kepada putri semata wayangnya itu. Bagaimanapun juga, selama ini dia sudah terbiasa hidup hanya berdoa saja dengan putri semata wayangnya dan dia juga sudah terbiasa menganggap jika seseorang yang dahulu pernah sangat berarti di dalam kehidupannya telah pergi meninggalkan mereka dan tidak pernah berusaha untuk kembali di dalam kehidupan mereka saat ini.

"Ini foto siapa, Bu? Kenapa ada seorang laki-laki di samping Ibu? Bukankah selama ini Ibu selalu mengatakan kalau Ibu tidak pernah berniat untuk mencari lelaki lain setelah kepergian ayah?" tanya Amira yang masih sangat dengan sosok lelaki yang ada di dalam foto tersebut karena dia berpikir jika lelaki yang satu itu adalah seseorang yang sangat berharga bagi ibunya karena tidak mungkin sang ibu menyimpan foto tersebut apabila lelaki itu tidak berharga baginya.

Perempuan paruh baya yang dipanggil ibu hanya bisa terdiam ketika mendengar apa yang ditanyakan oleh putri semata wayang itu. Bagaimanapun juga dia benar-benar tidak siap untuk mengatakan mengenai hal tersebut kepada putrinya itu karena dia terlalu khawatir apabila putrinya akan mengetahui kisah kelam yang terjadi di dalam kehidupan mereka dahulu. Saat ini dia merasa kalau kehidupannya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya dan mereka tidak perlu mengungkit lagi apa yang terjadi di masa lalu karena hal tersebut hanya akan membuat mereka semakin terluka dan pada akhirnya hanya akan membuat penyesalan semakin mendalam di dalam hati keduanya.

"Bu, siapa lelaki ini sesungguhnya? Apakah sebenarnya Ibu tidak pernah setia itu kepada ayah? Kalau memang demikian, kenapa Ibu tidak berterang kepadaku mengenai segala sesuatunya?" tanya Amira dia tidak kunjung mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkannya kepada ibunya tersebut. "Aku tidak akan pernah melarang Ibu apabila Ibu memang menginginkan untuk bersama dengan lelaki yang lain karena menurutku sesuatu hal yang wajar jika Ibu menginginkan seorang pendamping di dalam kehidupan Ibu karena bagaimanapun juga aku memahami posisi Ibu saat ini!"

Perempuan paruh baya tersebut masih sakit tetap terdiam dengan apa yang ditanyakan oleh Amira kepada dirinya. Sungguh saat ini dia benar-benar bingung harus mengatakan apa kepada putrinya tersebut karena dia belum siap untuk mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kehidupan mereka dahulu. Selain itu dia juga tidak ingin membuat putri semata wayangnya itu membenci sosok seseorang yang seharusnya dia hormati serta dia kagumi karena bagaimanapun juga sosok tersebut adalah seseorang yang sudah membuat dirinya hadir di dunia ini.

Bu Diah adalah sosok perempuan paruh baya tersebut yang sampai saat ini dia masih terdiam dan hanya bisa menarik nafas dalam serta menghembuskannya secara perlahan hanya untuk membuat degup jantungnya kembali berdegup dengan normal. Apa yang disaksikannya saat ini menjadi sesuatu yang menggores kembali luka di dalam hatinya Padahal selama ini dia sudah berusaha sekeras mungkin untuk melupakan kenangan yang paling buruk di dalam kehidupannya, tetapi ternyata saat ini sangat takdir membuat dia harus kembali membuka segala sesuatunya dan membiarkan luka yang belum mengering itu kembali terbuka dengan begitu hebatnya dan mengeluarkan darah segar dari dalam sana.

"Bu!" desak Amira memang membutuhkan sebuah jawaban dari ibunya itu.

Bu Diah menarik nafas dalam dan kemudian menghembuskannya secara kasar karena dia tidak mungkin terus-menerus berdiam diri atas apa yang ditanyakan oleh putrinya tersebut. Bagaimanapun juga putrinya berhak mengetahui mengenai kisah kelam yang pernah mereka alami dahulu meski dia sendiri tidak yakin jika apa yang akan dikatakannya tersebut akan membuat sang putri paham dengan keadaan yang mereka hadapi saat itu. Namun setidaknya dia tidak perlu lagi menyembunyikan sebuah kenyataan yang selama ini selalu dia sembunyikan dari putri semata wayangnya itu hanya karena tidak ingin membuat putrinya tersebut terluka atas apa yang terjadi pada masa lalu mereka.

"Dia Ferry Bramastyo, seorang pengusaha yang sangat terkenal dan saat ini memimpin beberapa perusahaan!" kata Bu Diah yang jauh lebih memilih untuk memberitahukan siapa lelaki yang ada di dalam foto tersebut daripada mengatakan hubungan yang terjadi antara mereka dengan lelaki yang satu itu.

"Ibu menjalin hubungan dengannya? Kalau Ibu memang suka kepadanya dan Ibu memang merasa nyaman dengannya, aku tidak masalah jika Ibu ingin menikah dengannya dan menurutku hal tersebut adalah sesuatu yang sangat wajar!" kata Amira yang kembali mengatakan hal yang sama kepada ibunya karena dia memang tidak ingin membuat sang Ibu terus-menerus bersedih seorang diri hanya karena meratapi kepergian ayahnya.

"Dia memang sempat merajai hati Ibu dan bahkan dia adalah seseorang yang selalu Ibu rindukan dahulu!" kata Bu Diah yang tidak berusaha untuk menyembunyikan mengenai apa yang dirasakannya kepada lelaki yang satu itu dahulu. "Bahkan dari lelaki yang satu itu Ibu memiliki seorang putri yang sangat cantik, seorang anak yang akan selalu menjadi kebanggaan Ibu sampai kapanpun juga!"

"Apa maksud Ibu?" tanya Amira yang sedikit tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh ibunya itu.

"Ferry Bramastyo, lelaki yang dulu sangat ibu cintai adalah ayahmu, ayah kandungmu!" kata Bu Dian yang merasa kalau dirinya tidak mungkin lagi terus menerus menutupi kebenaran tersebut dari putrinya dan di saat yang bersamaan dia juga melihat raut kekagetan di wajah putrinya, Amira.

Bab 2

Bab 2 Dia memilih yang lain

"Ayah? Apa maksud Ibu? Bukankah selama ini Ibu selalu bilang kalau Ayah sudah meninggal ketika aku masih dalam kandungan Ibu?" tanya Amira yang berperan tidak paham dengan apa yang dikatakan ibunya mengenai lelaki yang ada di dalam foto tersebut karena selama ini dia hanya mengetahui jika ayahnya sudah meninggal ketika dirinya masih berada di dalam kandungan.

Sungguh Amira tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh ibunya tersebut karena selama ini dia tidak pernah mengira jika ayahnya masih hidup dan bahkan dia selalu mengatakan kepada orang-orang jika dirinya adalah seorang anak yatim bukan seseorang yang masih memiliki ayah. Namun beberapa saat yang lalu jelas dia mendengar jika ibunya mengatakan kalau Ferry Bramastyo adalah ayah kandungnya.

"Dia adalah ayah kandungmu dan Ibu sadar kalau Ibu sudah melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar ketika Ibu mengatakan jika dia sudah meninggal ketika kamu masih berada di dalam kandungan, tetapi sungguh Ibu hanya bisa memikirkan hal tersebut mengingat selama ini dia tidak pernah hadir di dalam kehidupan kita dan bahkan Ibu saja sudah enggak untuk mengingatnya kembali karena apa yang ditorehkan olehnya beberapa tahun yang lalu!" kata Bu Diah yang dia merasa jika dirinya sudah tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataan yang seharusnya diketahui oleh putrinya tersebut sejak dahulu.

Apa yang akan dikatakannya memanglah bukan sesuatu yang mudah bagi Bu Diah, tetapi saat ini dirinya benar-benar tidak memiliki cara lain selain mengatakan mengenai kenyataan tersebut kepada Amira. Bagaimanapun juga saat ini putrinya itu sudah beranjak dewasa dan pasti akan paham dengan keadaan dirinya saat itu yang memutuskan untuk pergi dari kehidupan ayahnya daripada harus berbagi cinta dengan perempuan lain.

Sebuah kisah kelam yang selalu berusaha untuk dilupakan oleh Bu Diah, tetapi kali ini mau tidak mau dia harus mengungkapkan segala sesuatunya untuk kebaikan putri semata wayangnya itu. Menurut dirinya, saat ini Amira memang sudah semestinya mengetahui mengenai apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kehidupannya karena putrinya tersebut pasti sudah bisa menilai baik buruknya seseorang dan juga sudah bisa menentukan sikap terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya dan termasuk kepada ayah kandungnya sendiri.

"Kalau dia memang ayahku, lalu kenapa dia tidak pernah datang menemuiku? Bukankah seharusnya dia datang menemuiku atau setidaknya dia menunjukkan jika kita adalah orang yang sangat berharga bagi dirinya?" tanya Amira Yang benar-benar penasaran dengan apa yang sesungguhnya terjadi kepada kedua orang tuanya sehingga membuat dia tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya dan bahkan dia baru mengetahui segala sesuatunya ketika usianya sudah menginjak usia 17 tahun.

Bu Diah terdiam selama beberapa saat setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Amira kepada dirinya barusan. Memang sesuatu yang wajar apabila Amira mempertanyakan mengenai hal tersebut mengingat selama 17 tahun ini ayahnya tidak pernah mengunjunginya sama sekali dan bahkan dia hanya mengetahui jika ayahnya sudah meninggal sehingga membuat dia tidak pernah berharap mengenai kehadiran seorang ayah di dalam kehidupannya.

Namun mendapati sebuah kenyataan yang berbeda dengan apa yang dikatakan oleh ibunya menjadi sesuatu hal yang membuat Amira mempertanyakan mengenai ketidakhadiran ayahnya itu. Andai saja dirinya tidak pernah mengetahui hal tersebut maka dia tidak akan pernah mempertanyakan mengenai sang ayah ataupun keluarga dari ayahnya dan dia hanya akan menganggap kalau dirinya hanyalah Tiger berdua bersama sang ibu saja.

"Dahulu, ketika kamu masih berada di dalam kandungan, ayahmu tergoda oleh seorang perempuan yang mungkin jauh lebih cantik dari Ibu dan juga jauh lebih terpandang daripada Ibu sehingga membuatnya tergoda oleh perempuan itu!" kata Bu Diah sambil memejamkan mata dan tanpa terasa air matanya kembali menetes membasahi pipi.

Ketika mengingat apa yang sudah terjadi pada masa lalunya karena bagaimanapun juga hal tersebut tidak sesuatu yang paling mengerikan di dalam kehidupannya dan dia tidak pernah membayangkan kalau dirinya akan kembali mengingat kisah yang sangat menyakitkan itu.

"Maksud, Ibu, Ayah berselingkuh dengan perempuan itu? Kenapa ayah bisa melakukan hal tersebut apakah dia tidak pernah menyayangi kita sehingga melakukan hal itu tanpa memikirkan apa yang akan kita alami ketika dia melakukan hal tersebut?" tanya Amira yang benar-benar merasa terluka setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya

Dan dia juga merasa menyesal karena sudah mempertanyakan mengenai ayah kandungnya karena dia merasa jika hal tersebut hanya membuat ibunya kembali pada kisah yang sangat menyakitkan itu.

Bu Diah menarik nafas dalam dan kemudian menghembuskannya secara perlahan sebelum akhirnya dia berkata, "Ya, ayahmu telah berselingkuh dengan perempuan itu dan ketika Ibu mengetahui mengenai hal tersebut serta memintanya untuk memilih antara kita ataukah perempuan itu dan ayahmu lebih memilih untuk bersama dengan perempuan tersebut daripada memilih bersama dengan kita!"

Hancur hati Amira ketika mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya tersebut karena bagaimanapun juga dia tidak pernah mengira jika ayahnya tidak pernah menganggap kalau dirinya dan juga ibunya adalah orang yang sangat berharga di dalam kehidupannya. Dia dengan begitu teganya lebih memilih perempuan lain daripada orang yang sangat mencintainya itu. Sungguh dia tidak pernah bisa membayangkan bagaimana perasaan ibunya saat itu ketika harus menghadapi sebuah kenyataan yang sangat pahit karena sang suami yang jauh lebih memilih untuk bersama dengan perempuan lain daripada bersama dengan dirinya dan juga anak yang sedang berada di dalam kandungan saat itu.

"Dan Ibu memutuskan untuk pergi dari kehidupannya serta mengatakan kepadaku kalau ayah sudah meninggal sejak aku berada di dalam kandungan Ibu?" tanya Amira yang hanya ingin memastikan mengenai apa yang ada di dalam pikirannya saat ini karena menurutnya hal tersebut adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupannya.

"Ibu tidak memiliki pilihan lain selain memutuskan untuk pergi dari kehidupannya karena tidak mungkin bagi Ibu untuk terus berada di sampingnya dan mempertahankan sesuatu yang memang sudah hancur karena hal tersebut hanya akan membuat perasaan Ibu semakin terluka dan Ibu juga sangat yakin jika kamu mengetahui itu maka kamu akan benar-benar kecewa kepada ayahmu tidak mungkin saja kamu akan sangat membenci dia!" kata Bu Diah yang sudah berniat untuk tidak menyembunyikan apa pun lagi dari putrinya karena bagaimanapun juga dia sudah mulai membuka mengenai apa yang selama ini dia sembunyikan.

Amira akui kalau aku yang dikatakan oleh ibunya tersebut saat ini memang sudah menjadi sebuah kenyataan karena ketika dia mengetahui jika sang ayah meninggalkan mereka hanya karena perempuan lain maka di saat yang bersamaan dia juga mulai membenci ayahnya tersebut.

"Aku tidak akan pernah membiarkan hidupmu benar-benar tenang karena aku pasti akan membalaskan dendam atas apa yang kamu lakukan kepadaku dan juga kepada ibuku!" kata Amira di dalam hati dengan keyakinan yang begitu penuh dan dia memang tidak berniat untuk mundur sama sekali dari apa yang sudah menjadi keyakinannya tersebut.

Bab 3

Bab 3 Hilang Fokus

Dua hari sudah berlalu sejak Amira mengetahui sebuah kenyataan yang sangat mengejutkan bagi dirinya. Namun sampai detik ini gadis tersebut belum juga melupakan apa yang sudah dikatakan oleh ibunya tersebut. Dia masih saja sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibunya, tetapi di satu sisi dia juga mengetahui jika ibunya tidak mungkin berbohong mengenai apa yang disampaikannya kepada dirinya. Dari segi apa pun juga ibunya tidak memiliki keuntungan apa-apa jika dia berbohong kepada dirinya terlebih karena selama bertahun-tahun mereka hidup hanya berdua saja dan Bahkan sang Ibu enggan untuk menikah lagi tanpa alasan yang jelas.

"Kenapa aku harus mengetahui semuanya saat ini? Kenapa Ibu tidak memberitahukan kepadaku mengenai apa yang sesungguhnya terjadi sejak dahuku? Apakah terlalu sulit bagi ibu untuk mengatakan mengenai hal tersebut kepadaku?" tanya Amira yang sedang memikirkan apa yang sudah terjadi dua hari yang lalu.

"Ra, kamu tidak ikut pergi ke lapangan kabarnya sih sekarang akan ada pemilik dari sekolah ini yang datang untuk berkunjung dan melihat suasana sekolah ini serta diharapkan semua siswa pergi ke lapangan untuk bertemu dengannya. Aku sendiri tidak paham kenapa tidak menggunakan Aula saja padahalkan Aula lebih nyaman daripada lapangan yang hanya akan membuat kita kepanasan dan jadi hitam! Namun, kabarnya juga kalau kita memang tidak ingin pergi ke lapangan ya tidak masalah juga!" kata Sonia, teman sebangku Amira yang masih saja mengoceh mengenai apa yang akan dilaksanakan oleh sekolah mereka hari ini.

Amira yang duduk di samping Sonia benar-benar tidak fokus dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu karena saat ini dia hanya terfokus dengan apa yang dikatakan oleh ibunya dua hari yang lalu. Bagaimanapun caranya dia harus bisa mencari cara untuk bisa membebaskan dendam atas apa yang dirasakan oleh ibunya karena menurutnya api harus dibayar dengan api dan darah harus bayar dengan darah maka sebuah pengkhianatan harus dibayar dengan sebuah pengkhianatan juga meski Sampai detik ini dia sendiri belum mengetahui bagaimana caranya agar dia bisa membalaskan dendam kepada Ferry Bramastyo.

"Amira! Kamu mendengarkan apa yang aku katakan atau tidak?" tanya Sonia dengan suara yang cukup tinggi sehingga membuat Amira tersadar dari lamunannya dan langsung melihat ke arah sahabatnya tersebut dengan harapan jika sahabatnya itu tidak akan marah atas apa yang dilakukannya beberapa saat yang lalu.

"Maaf, akhir-akhir ini aku sering kali kehilangan fokus sehingga sangat sulit untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang ada di sekitarku dan sepertinya aku juga sedikit bermasalah untuk memahami semua pelajaran yang disampaikan oleh para guru beberapa hari ini!" kata Amira yang terpaksa berbohong kepada sahabatnya itu meski dia sendiri tidak yakin jika suaminya akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh dirinya.

Sonia mengerutkan dahi setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Amira kepada dirinya barusan. Dia jelas tidak terlalu percaya dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut mengingat dia benar-benar mengetahui jika sahabatnya tersebut adalah seseorang yang memiliki fokus yang sangat tinggi dan juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata serta seorang pengingat yang sangat baik sehingga sangat tidak mungkin bagi sahabatnya tersebut kehilangan fokus ketika berbicara atau pun ketika mendengarkan pelajaran. Dia sangat yakin sesuatu yang buruk telah terjadi kepada Amira, hanya saja sahabatnya itu enggan untuk mengatakan mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya saat ini.

Sonia terus melihat ke arah Amira dimasak sama dan berusaha untuk mencari tahu apa yang sedang disembunyikan oleh sahabatnya itu dari sorot mata Amira. Namun sayangnya gadis tersebut tidak bisa menemukan apa pun juga dari sorot mata Amira karena sorot mata gadis itu masih saja terlihat sama seperti biasanya seolah-olah tidak ada masalah yang sedang dihadapinya saat ini. Namun Sonia meyakini jika Amira saat ini benar-benar sedang menghadapi sebuah permasalahan yang sangat besar dan dia ingin mengetahui permasalahan apa yang sedang dihadapi oleh sahabatnya itu.

"Kamu sedang kesulitan keuangan atau ibumu akan menikah lagi?" tanya Sonia yang berusaha untuk menebak permasalahan yang sedang dihadapi oleh sahabatnya itu karena bagaimanapun juga menurutnya dua hal tersebut adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi kepada Amira mengingat dia sendiri mengetahui jika Bu Diah adalah seorang janda dan sesuatu yang wajar apabila Ibu dari sahabatnya itu memutuskan untuk menikah kembali.

"Kesulitan keuangan? Lalu ibu ingin menikah lagi? Kamu sebenarnya sedang berbicara mengenai apa sampai Kamu berpikir seperti itu dan ada apa sampai kamu bertanya mengenai hal seperti itu sedang selama ini kamu sendiri mengetahui kalau aku tidak pernah bermasalah dengan kedua hal itu!" kata Amira yang sedikit tidak paham dan apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut mengingat Sonia adalah sahabatnya sejak menempuh pendidikan sekolah dasar dan Sonia jelas mengetahui jika dirinya tidak pernah mempermasalahkan apabila ibunya memutuskan untuk menikah lagi.

"Ya kamu bilang kalau kamu kehilangan fokus dan biasanya seorang anak yang dibesarkan oleh seorang single parent pasti kehilangan fokus ketika sang Ibu meminta untuk menikah lagi dan aku sangat yakin kalau hal tersebut juga saat ini sedang terjadi kepadamu sehingga membuatmu kehilangan fokus karena kamu tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh ibumu itu!" kata Sonia yang benar-benar bersikap sok tahu dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Amira saat ini.

"Ngaco!" kata Amira sambil sedikit memukul lengan Sonia meski tidak terlalu keras, tetapi Sonia tetap saja mengadu Walaupun dia tidak merasakan sakit sama sekali karena dia memang hanya sedikit ingin playing Victim sambil bercanda dengan Amira. "Lebay!"

"Ya habisnya kamu mengatakan kalau kamu kehilangan fokus kan tidak mungkin seseorang kehilangan fokus tanpa ada sebuah alasan yang jelas sedangkan alasan yang paling masuk akal terjadi kepadamu adalah karena Tante Diah berniat untuk menikah lagi!" kata Sonia yang masih saja bersikeras dengan apa yang dikatakannya dan dia benar-benar berharap jika Amira akan mengatakan mengenai permasalahan yang dihadapinya saat ini.

"Jika Ibu memang benar-benar ingin menikah lagi maka aku tidak akan pernah keberatan sama sekali dan justru sejak dahulu aku selalu mengharapkan hal tersebut karena menurutku Ibu sudah terlalu lama sendirian menghadapi semua permasalahan yang ada di dalam kehidupannya dan sudah waktunya ibu mencari kebahagiaannya sendiri Karena bagaimanapun juga aku sudah dewasa saat ini meski ya seperti yang kamu tahu terkadang aku masih suka bersikap sesuka hatiku!" kata Amira yang menjelaskan jika dirinya benar-benar tidak bermasalah apabila ibunya menginginkan untuk menikah lagi.

"Kalau bukan karena itu ...," kata dunia yang kata-katanya tiba-tiba terhenti karena seseorang memanggil keduanya dengan begitu lantang dan mengagetkan keduanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!