Indonesia adalah Negara besar sehingga beberapa masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah oleh pemerintah, termasuk masalah para anak-anak panti yang tidak terdaftar dengan baik oleh pemerintah.
Sehingga sering kali anak-anak seperti mereka tidak lagi menjadi anak tanpa orang tua melainkan anak terlantar yang berusaha bertahan hidup dengan kerasnya dunia.
Saat mereka masih berusaha memikirkan cara mengisi perut, kini mereka harus dipusingkan dengan adanya pemberitahuan kalau mereka akan segera diusir dari satu-satunya rumah yang mereka miliki.
anak-anak sangat sedih mendengar hal tersebut, walaupun tempat mereka masih disebut sebagai sebuah panti asuhan, tapi sudah lama panti ini sudah tidak lagi berfungsi dengan benar, karena tidak adanya izin pemerintah sehingga sistem pendanaan mereka menjadi sangat susah.
Dan sangat jarang ada orang yang berinisiatif untuk melakukan suntikan dana kepada panti tersebut, mereka saat ini masih bertahan karena ada sosok yang mereka sebut sebagai ibu, satu orang inilah yang terus bekerja untuk menghidupi anak-anak di tempat mereka.
Dan aji Sebagai salah-satu anak tertua, yang saat ini masih bertahan disana masih terus berusaha membantu untuk mencari uang untuk membantu ibu mereka untuk terlalu kesusahan.
“Nak! Jangan memaksa kami untuk menjadi orang kasar!” ujar seorang yang saat ini berusaha mengusir mereka dengan halus.
Beberapa hari ini beberapa orang terus mengganggu mereka untuk meninggalkan tempat ini, walaupun mereka secara resmi tidak diakui oleh pemerintah, sedangkan untuk ijin tinggal mereka masih sah Sehingga untuk mengusir mereka harus persetujuan dari ibu anak anak yang ada disana.
Sebenarnya jika mereka mendapatkan kompensasi yang layak Aji dan ibu panti dengan senang hati akan pindah, namun karena kompensasi yang mereka terima hampir tidak ada membuat mau tidak mau Aji sebisa mungkin berusaha untuk bertahan karena jika mereka pindah maka apa yang mereka lalui akan lebih para.
“Jika kalian ingin menggunakan kekerasan aku dengan senang hati melayani kalian para orang tua tidak tahu malu,” Balas Aji sambil tersenyum mengejek.
Beberapa hari ini Aji terus berkelahi dengan para preman yang berusaha mengganggu adik-adiknya, beruntung karena ia yang sudah terlatih dengan baik membuatnya masih terus bertahan.
“Ok, ok, ok, kau yang memaksa kami nak, untuk sekarang kami akan mundur, aku berharap kau bisa bertahan lebih lama karena ini akan semakin menarik untuk dilihat,” balas sang pemimpin preman Sebelum mereka mundur meninggalkan panti.
Setelah para preman itu pergi, ibu panti segera berlari untuk melihat keadaan dari Aji, walaupun tadi mereka tidak berkelahi, tapi tubuh dari Aji sudah sangat banyak luka, sehingga Tasmia yang sudah seperti ibunya sangat sedih melihat kondisi aji yang seperti ini.
“Aji ayo pergi!” ucap tasmia karena sudah tidak tahan melihat kondisi dari Aji yang seperti ini.
“Bu, Dengan kompensasi seperti itu, kita hanya bisa menyewa sebuah kos, bagaiamana kita bisa bertahan untuk kedepannya,” balas Aji lemah.
Ia saat ini tidak berniat untuk berdebat sehingga ia berusaha selembut mungkin membalas perkataan tasmia. Saat ini adik-adiknya juga sedang berada disana.
Aji terus berusaha menahan diri untuk tidak membuat adiknya meresa tertekan, mungkin ia sekolah tidak terlalu baik tapi masalah pengetahuan ia tidak kalah dengan orang-orang yang berada dalam umurnya saat ini.
Semua itu karena ia memiliki tanggung jawab untuk membuat adiknya menjadi lebih baik Sehingga Aji sendiri terus belajar sebisanya untuk menambah pengetahuan, Sehingga saat adiknya membutuhkan bantuan ia akan selalu siap dengan keadaan apapun.
“sudah-sudah, ayo masuk, kita tidak tahu kapan lagi orang itu akan datang.”
Tasmia sendiri tahu kalau ia tidak akan bisa menang saat berdebat dengan Aji Sehingga ia lebih memilih mengalah, walaupun dalam hati ia masih merasa kasihan dengan apa yang aji alami.
Walaupun keadaan mereka saat ini sudah sangat para, panti ini sempat menjadi panti yang memiliki banyak donatur kaya yang akan terus mengalirkan dana mereka ke sana.
Namun karena satu dan lain hal, keadaan semakin parah, dan berakhir ketitik dimana mereka saat ini, dan salah satu anak yang masih merasakan masa keemasan dari panti asuhan ini adalah aji, tapi entah kenapa sampai umurnya yang sudah 22 tahun tidak pernah ada orang yang berniat mengadopsinya.
Walaupun ia adalah anak yang sangat baik, baik itu secara perilaku dan kepintaran, Aji termasuk diatas rata-rata. Bahkan TAsmia sebagai orang yang membesarkannya dari kecil sering kali berpikir kalau Aji adalah seorang monster kecil karena kemampuannya dalam beradaptasi sangat besar.
Sehingga ia tahu kalau dimanapun Aji berada ia pasti bisa bertahan karena kemampuannya beradaptasinya yang memang sangat besar. Bahkan Tasmia pernah berpikir seandainya Aji tidak berakhir di panti asuhan ini kemungkinan ia sudah menjadi orang besar karena kemampuannya yang seperti itu.
Bakat dan kemampuannya yang sangat hebat seolah tertutupi karena ia yang harus membantunya menghidupi anak-anak panti yang tersisa.
Walaupun hari itu berakhir dengan damai, perasaan aji sendiri terlihat tidak tenang karena ia tahu dari perkataan sang preman kalau semua ini tidak berakhir sampai disini saja, mereka pasti sudah merencanakan sesuatu yang lebih besar untuk semua orang yang ada disini bisa pindah.
Sehingga untuk membuat semuanya bisa diantisipasi dengan baik, ia harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk rencana terburuk yang akan terjadi.
Bahkan saat Malam harinya ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena takut kalau mereka akan menyerang saat orang-orang dip anti sedang tertidur, untung apa yang ia takutkan tidak terjadi.
Semuanya berjalan dengan baik, adik-adiknya juga berangkat menuju sekolah tanpa ada gangguan, Aji sudah mengajari adik-adiknya jika ada yang mengganggu mereka di pinggir jalan untuk segera berteriak atau meminta pertolongan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.
Jumlah anak yang berada di panti ada sepuluh orang, jika itu termasuk Aji maka total ada dua belas orang beserta tasmia.
Dari Pagi hari Aji terus berusaha berjaga, namun hari itu terlihat Sangat tenang, hal ini membuatnya semakin cemas, dan tidak bisa tenang. setelah beberapa saat apa yang ia khawatirkan akhirnya terjadi.
Sebuah surat kaleng segera dilemparkan kepadanya, yang berisi sebuah ancaman untuk datang ke sebuah tempat sepi yang ada di kota, dan disana berisi sebuah ancaman bahwa jika ia tidak hadir secepat mungkin salah satu dari adiknya akan berada dalam bahaya.
“Sial mereka kali ini benar-benar serius!” gumamnya.
Dalam pikiran Aji, ia tidak akan pernah berpikir kalau mereka akan berbuat seperti ini, karena jika pergerakan mereka yang sudah seperti ini sudah membuktikan kalau mereka sama sekali tidak akan takut dengan hukum.
Yang memperjelas orang-orang yang berada di belakang mereka bukanlah orang sembarangan, hal ini semakin membuat Aji frustasi karena ia terus di paksa untuk berada di pojok.
Dengan langkah berat ia akhirnya berjalan menuju tempat yang telah tertulis dalam surat, walaupun persiapan telah ia lakukan dengan sangat baik, karena tidak menduga kalau mereka akan melakukan seperti ini, semua persiapan itu menjadi sia-sia.
Sehingga dengan langkah berat, aji terus berusaha tegar dan mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi para penjahat yang ada di sana.
Tempat mereka bertemu akan berada di sebuah gedung kosong, tempat ini memang berada di pinggiran kota dan memiliki jarak yang cukup jauh dari polsek setempat.
Area mereka saat ini memang berada, di kawasan rawan kejahatan, karena di daerah tersebut memang terkenal dengan sebagai area dimana para penjahat bersembunyi dari kejaran polisi.
“Aku harap masih bisa keluar dari tempat dalam keadaan hidup-hidup,” gumamnya sebelum ia masuk dalam gedung yang terlihat sangat suram.
Baru beberapa langkah ia memasuki area gedung sebuah pukulan dari balok kayu sudah menargetkannya, “Wow, sepertinya tidak ada basa-basi seperti apa yang ada dalam film-film.” Balas Aji sambil sedikit menghindar.
Aji saat itu sepertinya tidak diberikan kesempatan untuk tersenyum, karena setelah ia mengucapkan hal itu ia baru sadar, kalau tempat itu sudah dikepung oleh puluhan orang yang masing masing dari mereka terlihat memegang sebuah balok kayu.
Orang-orang ini terlihat tidak berniat untuk melakukan basa-basi ringan kepada Aji mereka langsung bergantian untuk menyerang aji, sehingga saat itu, aji sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melawan.
Ia hanya terus berusaha bertahan menggunakan tangannya untuk melindungi kepalanya untuk tidak terkena pukulan dari mereka.
Para preman yang ada disana terus bergantian untuk memberikan hantaman kepada Aji, sampai pemimpin mereka puas, dan aji sepertinya sudah tidak tahan lagi, dengan keadaan setengah sadar aji masih berusaha bertahan.
“Jangan sentuh adikku!!” ujarnya terdengar sangat lemah.
“Ini hanya permulaan, sebaiknya kau pindah, sebelum aku benar-benar menargetkan adik-adikmu seperti saat ini,” balas seseorang yang sempat memberikan perintah untuk menghentikan pemukulan terhadap Aji.
Apa yang mereka lakukan saat ini hanya sebuah peringatan, dan itu akan semakin besar jika Aji tidak segera menuruti permintaan mereka untuk segera pindah dari tempat itu.
Setelah mengatakan apa yang ingin disampaikan orang tersebut segera memerintahkan anak buahnya untuk meninggalkan Aji yang masih tergeletak di sana.
Walaupun hampir pingsan, karena berhasil bertahan, aji pada bahkan untuk berjalan saja ia terlihat sangat kesusahan.
Dengan sedikit sempoyongan aji terus berjalan untuk kembali ke panti, walaupun banyak orang yang melihat keadaannya tidak ada yang berani untuk menolong karena kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi di tempat ini.
Dan menurut mereka yang sudah sering melihat seperti ini, menolong mereka hanya akan membuat keadaan semakin sulit untuk orang yang ditolong sehingga cara terbaik saat melihat orang seperti Aji adalah membiarkannya dan berdoa orang itu selamat sampai tujuan.
Karena Aji yang sepertinya sempat tertidur setelah mendapatkan pukulan, membuat saat ia pulang hari mulai gelap, jalan-jalan sekitar terlihat sangat ramai, baik itu anak sekolah yang baru pulang atau para pekerja kantor yang buru-buru ingin pulang kerumah.
“setidaknya aku harap aku memiliki waktu untuk menghilangkan penat dengan bermain game,” gumam aji melihat orang orang yang ada disekitarnya sibuk melihat Hp mereka.
Dulu saat keadaan tidak seperti sekarang dimana ia harus full waktu untuk mengurus berbagai keperluan Aji seringkali menghabiskan waktu penaknya dengan bermain game, tapi sekarang bahkan untuk menghabiskan waktu seperti itu ia tidak lagi memiliki waktu.
Saat ini semuanya telah berubah sangat banyak, berbagai hal telah ia lalui, bahkan sekarang ia masih harus bertahan di kerasnya kehidupan kota bagaikan bertahan dalam hutan belantara.
Di sepanjang perjalanan ia bahkan harus terus berusaha waspada, ia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana kebiasan ini di mulai, yang ia tahu ia miliki kebiasan baru di mana saat ia berada dalam keramaian ia akan terus berada dalam keadaan waspada, seolah-olah ia akan berada dalam bahaya.
Hal ini jugalah yang membuatnya seringkali lebih sensitif dari orang-orang yang ada di sekitar, yang sekarang cenderung acuh tak acuh dalam lingkungan sekitarnya.
Sehingga walaupun saat ini ia sedang jalan sekaligus memikirkan apa yang harus dia lakukan kedepannya, ia adalah orang yang pertama sadar saat ada seorang anak yang sedang lepas dari pengawasan seseorang yang terlihat mengejar sebuah Balon, dengan keadaan lalu lintas saat itu sedang sangat padat.
“sial,” ujarnya dengan reflex ia berlari dengan cepat untuk berusaha menyelamatkan anak itu.
Aji saat itu tidak berusaha menjadi seorang pahlawan, ia hanya berusaha untuk menjadi diri sendiri, ia takut menyesal, karena kalau dilihat dari belakang anak itu terlihat memiliki postur yang sama dengan apa yang adik-adiknya di panti.
Ia takut kalau anak itu adalah adiknya, apalagi terlihat anak itu tidak berada dalam pengawasan orang tua, beruntung walaupun dengan keadaan susah payah Aji masih berhasil untuk menyelamatkan anak tersebut.
Walaupun sebenarnya ia tidak sepenuhnya menyelamatkannya, ia hanya berhasil menjadi tamen dari anak itu, sehingga orang yang mendapatkan luka paling para adalah Aji, mobil itu adalah sebuah mobil sedang yang tidak memiliki kecepatan yang terlalu tinggi.
Tapi dengan kecepatannya yang sekarang sudah cukup membuat seseorang pria dewasa terlempar cukup jauh, semua orang yang ada disana terlihat kaget dengan perubahan situasi yang seperti ini.
Yang membuat orang semakin terkejut setelah aji terlempar karena terkena dampak dari tabrakan, dengan cepat ia berdiri untuk mengecek keadaan dari anak yang berada dalam pelukannya.
“Kau tidak apa-apakan,” ucapanya terdengar sangat lembut.
Disini ia juga melihat kalau anak yang ia selamatkan bukan berasal dari panti tempat ia berasal, sehingga setelah ia mengecek keadaan anak tersebut Aji melepaskannya dan berusaha berdiri, dan meninggalkan tempat itu.
Namun baru beberapa langkah ia sudah tidak tahan lagi akhirnya pingsan, sebelum ia pingsan ia terlihat oleng, karena berusaha menjaga kesadarannya untuk tetap ada, tapi mau bagaimanapun ia bertahan ia tetaplah seorang manusia biasa.
Sehingga ia akhirnya tumbang dan orang-orang disekitar segera berusaha untuk menolongnya, beberapa orang juga menahan sangat orang tua dari anak yang Aji selamatkan karena mereka takut kalau orang tua itu kabur tampah memberikan pertolongan kepada Aji.
Mereka baru melepaskannya saat orang tersebut berjanji untuk bertanggung jawab sepenuhnya kepada Aji, masyarakat yang ada di sekitar percaya dengan mudah karena orang tersebut memberikan tanda pengenalnya yang ternyata merupakan orang yang cukup terkenal.
Dengan kemampuan yang orang itu miliki semua yang ada di sana dapat ditangani secepat mungkin dan pada akhirnya kejadian ini tidak berakhir di kantor polisi dan semuanya diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Aji sendiri, dalam keadaan kebingungan, karena saat ia bangun ia sudah berada dalam keadaan penuh perban, ia bahkan tidak bisa bergerak karena kondisi tubuhnya yang memang sangat para.
Walaupun keadaan sudah seperti ini, saat Aji mengingat keadaan orang-orang yang berada di panti, ia segera berusaha mencabut semua peralatan medis yang menempel di tubuhnya, ia tidak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan.
Yang ada dalam pikirannya saat itu, ia harus mengecek bagaimana keadaan orang-orang yang berada di panti, beberapa suster yang berjaga saat itu berusaha menghadang Aji namun Tidak ada yang berani mendekat karena Aji saat itu terlihat sangat marah melihat kondisinya.
“Tenanglah! Ini adalah rumah sakit,” balas seseorang yang berusaha untuk menghentikannya.
Tapi Aji sama sekali tidak peduli ia masih kuku ingin keluar dari rumah sakit ini, hal ini membuat dokter yang tadi berusaha menenangkannya menjadi jengkel.
“Aku bilang Tenang!!” ujarnya sambil memberikan sebuah tendangan yang diarahkan langsung ke kepala Aji.
Aji sedikit terkejut, namun ia masih bisa menggunakan tangannya yang masih dibalut perban untuk menangkis tendangan tersebut.
“Bukan hanya kau yang bisa menendang seperti itu!” balas Aji yang melancarkan tendangan yang sama.
“heh, hanya orang yang baru sadar, berani adu kekuatan denganku! sepertinya kau benar-benar Bodohnya!” balas sang dokter yang menahan tendangan Aji dengan mudah, dan dengan beberapa gerakan ia berhasil mengunci kaki Aji dengan kaki aji yang sudah di kunci dengan mudah docter tersebut membantingnya ke tanah sehingga pada akhirnya ia berhasil dilumpuhkan.
“Lepaskan! Lepaskan!’’ walaupun pergerakannya sudah di kunci, aji masih terus berusaha memberontak untuk ia segera dilepaskan.
Aji saat ini sangat khawatir dengan keluarganya yang berada di panti sehingga walaupun dokter sudah menguncinya dengan kuncian Judo, yang mungkin akan membahayakan nyawa Aji sendiri, ia terlihat tidak peduli dan masih berusaha melawan untuk melepaskan diri dari kuncian tersebut.
“Tolong lepaskan, aku hanya ingin melihat keadaan keluargaku!” terdengar suara pelang dari aji yang memohon untuk dilepaskan.
Bahkan saat itu suara nya sudah terdengar bergetar, seolah ia saat ini sudah tidak tahan lagi dengan semua hal yang menimpah dirinya.
“JEN apa yang kau lakukan, cepat lepaskan!” ucap seorang perempuan paruh baya, yang sepertinya mengenal baik dokter yang saat ini menahan Aji.
“Ibu, orang ini membuat masalah di rumah sakit,” dokter yang bernama Jen itu terlihat Koko ia tidak akan melepaskan Aji jika emosinya masih tidak terkontrol.
“Aku bilang lepaskan!”
Setelah beberapa paksaan akhirnya sang dokter melepaskan Aji, Aji sendiri tidak memperdulikan orang-orang yang saat ini memperhatikannya, yang dia inginkan meninggalkan tempat ini secepat mungkin.
“Tunggu!”
Tapi sepertinya ia tidak bisa meninggalkan tempat ini semudah itu, karena kali ini ia dihadang oleh perempuan yang menyuruh doctor tadi untuk melepaskannya.
“Minggir,” balas Aji sedikit gotot.
“Tenanglah keluargamu masih aman!” balas perempuan paruh baya itu, ia juga terlihat memperlihat HP dimana sedang tersambung kepada sebuah panggilan telepon.
“Aji tenang saja kami dalam keadaan baik-baik saja, istirahatlah dulu, maaf karena belum bisa datang berkunjung karena saat ini tidak ada orang yang bisa menjaga anak-anak.” Terdengar suara Tasmia yang berusaha menenangkan Aji yang masih ngotot ingin meninggalkan rumah sakit.
Aji sebenarnya sudah tidak sadarkan selama tiga hari, tapi saat itu semua masalah sudah diselesaikan oleh si perempuan paruh baya, yang sebenarnya juga adalah ibu dari anak yang diselamatkan Aji beberapa saat yang lalu.
Suara dari tasmia bagaikan sebuah obat penenang, yang saat itu juga membuat Aji langsung tidak sadarkan diri, semua orang yang ada di sana hanya bisa tercengang karena mereka tidak akan menyangka kalau mereka akan menyaksikan hal seperti ini di kehidupan nyata.
“setelah beberapa tahun resmi menjadi dokter akhirnya aku melihat secara langsung, sebuah efek dari kepanikan bisa memberikan kekuatan yang seperti ini,” gumam Jeni yang dengan cepat memberikan instruksi kepada para perawat yang ada disana untuk menangani aji.
“ia bahkan masih bisa berdiri setelah ditabrak sebuah mobil, tentu kucian yang selalu kau bangakan tidak berarti apa-apa untuknya,” balas Ibunya yang mendengar hal tersebut.
“Ta...” terlihat Doctor Jeni masih ingin membantah perkataan ibunya, namun Ibunya sudah mengenal karakter anaknya dengan baik sehingga omongannya itu langsung di bantah.
“Sudahlah, JAga saja dia, jika saja ia tidak ada saat itu, kemungkinan besar adikmu sudah mati saat itu juga,” balas Ibu jeni.
Walaupun sedikit berat hati, jeni masih berusaha memberikan terbaik yang dia bisa kepada Aji, ia sebenarnya sudah tahu siapa aji bagi orang tuanya, karena Adiknya juga dirawat di rumah sakit yang sama.
Sehingga ia tentu sangat berterima kasih kepada Laki-laki itu karena telah menyelamatkan Adiknya, tapi jika terus merepotkan seperti ini tentu ia sendiri sangat kesal, karena harus berurusan dengan orang yang sangat kepala seperti itu.
Untuk menghindari kejadian yang serupa, kali ini jeni diberikan tugas oleh orangtuanya yang juga pemilik dari rumah sakit ini untuk menjaga Aji, sehingga keesokan harinya saat Aji sadar orang pertama yang ia temukan adalah Jeni yang terlihat sangat sinis kepadanya.
“Oh sepertinya kali ini kau tidak akan mengamuknya!” gumam Jeni saat melihat aji malah mengalihkan penglihatannya saat melihatnya.
“Bacot,” balas Aji tidak kalah sinisnya kepada Jeni.
“KAu!!”
Jeni sebenarnya tidak mengerti bagaimana orang ini terlihat sangat kurang ajar, “Apa begini cara orang kaya memperlakukan orang yang menyelamatkan keluarganya!” balas Aji santai.
Ia mengejek bagaimana jeni dari awal sangat berperilaku buruk kepadanya, “aku hanya berperilaku baik kepada orang yang mengerti arti tata krama yang sesungguhnya!”
Jeni juga adalah orang yang pemikirannya keras, sehingga bertemu dengan orang yang seperti ini, membuatnya tidak tahan, apalagi perilaku Aji sangat bertolak belakang dengan bagaimana lingkungan selama ini ia berada.
“Ya, ya, ya, orang seperti kami yang tidak memiliki pendidikan dan orang tua memang tidak layak untuk mendapatkan tata krama, jadi pergi saja dari ruangan ini, aku tidak perlu bantuanmu!” balas Aji sangat sinis kepada Jeni.
Jeni sebenarnya tidak bermaksud kesana, tapi entah bagaimana ia merasa kalau ada yang salah dengan dengan ucapannya tadi, dan ia sendiri tidak bisa membantah balasan dari Aji karena jika di pikirkan lagi kata-katanya tadi memang kurang enak untuk didengar.
“wa, wa, ternyata disini kita mendapatkan pemuda yang kerasnya!” balas seseorang yang tiba-tiba masuk dalam ruangan perawatan aji.
“Ayah!” ucap JEni terlihat terkejut melihat kedatangan ayahnya ke dalam ruangan perawatan ini.
Aji sendiri terlihat acu tak acuh dengan kedatangan ayah jeni, ia bahkan lebih ke arah terganggu, karena orang seperti jeni sudah sangat merepotkan untuknya sekarang malah ditambah orang tua perempuan itu.
“Oh sepertinya kau tidak tertariknya, padahal aku mungkin orang yang selama ini kau cari untuk menyelamatkan panti yang selama ini kau lindungi,” lanjut ayah jeni, yang seketikah membuat Aji melihatnya dengan tatapan yang sangat serius.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!