NovelToon NovelToon

Kebangkitan Istri Yang Dikhianati

Bab#1. KIYD.

Langkah kaki seorang wanita cantik begitu terburu-buru setelah keluar dari dalam lift. Sambil terus mengusap perutnya yang rata, Nadia menguarkan senyum bahagia di wajahnya.

"Mas Dygta pasti senang banget mendengar kabar ini nanti," gumamnya seraya terus melangkah melalui lobi yang cukup panjang untuk menuju ruangan kerja suaminya itu.

Dygta, adalah CEO di perusahaan Rajasa Corporindo milik keluarganya.

Ketika sampai di depan ruangan, Nadia sempat merasa aneh.

Karena meja sekretaris dari suaminya ini kosong tanpa penghuni. Padahal, ini masih jam kerja.

Nadia berusaha tak mempedulikan, dan merangsek masuk ke dalam ruangan kantor suaminya ini.

Ruangan Dygta kosong, tak ada sosok pria tampan yang merupakan suami Nadia di meja kerja.

Lamat-lamat, Nadia mendengar suara pria dan wanita yang mengeluarkan desah panjang di dalam ruangan khusus.

Dimana ruangan itu sengaja Dygta buat untuk tempatnya beristirahat.

Nadia mendekatkan telinganya ke daun pintu, hingga suara-suara laknat yang menandakan bahwa penghuni kamar tersebut tengah melakukan perbuatan terlarang.

Dadanya seketika nyeri dan napasnya sesak. Nadia tau jika itu adalah suara Dygta suaminya.

"Teruslah bergoyang sayang, kau nikmat sekali!" racau Dygta, semakin membuat dada Nadia seakan di pukul benda keras.

Nadia merasa tak tahan lagi. Kemudian ...

Brakk!!

Pintu kamar tersebut di dorong paksa hingga, dua sosok yang sedang bergumul tanpa sehelai benang itu kaget bukan main.

"Sialan kalian berdua!" Kedua mata Nadia memerah tatkala melihat pemandangan tak senonoh di hadapannya.

"N–Nadia!" kaget, Dygta. Pria itu langsung menyingkirkan tubuh sintal yang tengah mendudukinya.

Mereka berdua pun langsung menutupi tubuh asal dengan apa saja kain yang ada.

" Mau apa si bodoh itu kemari?" kesal wanita yang tak lain adalah sekretaris Dygta sendiri.

Kedua manusia yang sedang asik-asiknya bergelut panas itu. Memandang Nadia kesal, karena kegiatan nikmat mereka terganggu.

"Jadi ini, yang KALIAN lakukan di belakangku! Menjijikkan!" hardik Nadia. Wanita cantik ini berusaha menahan tangis dan juga amarahnya, dengan mengeratkan rahangnya seraya mengepalkan kedua tangannya.

Dimana dihadapannya ini, suami serta sekretarisnya sendiri tengah bergumul panas di atas peraduan ruang yang terdapat di kantor.

" Sekarang, kau 'kan sudah tau, jadi menyingkir lah!" usir Dygta, pria berkulit eksotis dengan bentuk badan yang atletis itu, tersenyum miring.

Tanpa merasa bersalah, Dygta merangkul bahu polos Clara, sekretaris yang telah bekerja dengannya selama enam bulan.

"Anjing pun tidak akan pernah menggigit tuannya sendiri! Kau ... dasar wanita penghianat busuk!"  Nadia, nyatanya tak dapat lagi menahan emosinya.

Dengan emosi Nadia menghampiri Dygta, kemudian memukuli dada pria itu hingga selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya terbuka.

Clara tak terima dan wanita itu menarik Nadia yang kalap, agar melepaskan Dygta.

"Anda, sebaiknya pulang saja sana! Biarkan aku bersenang-senang dengan suamimu yang hot ini. Anda, silakan bermain dengan alat bantu saja, dia tidak akan menuntut macam-macam padamu." Clara berkata tak tau malu dan tanpa perasaan sama sekali.

"Kau brengsek, Mas! Kau kejam!" teriak Nadia.

Sementara Dygta hanya memasang seringai di wajahnya.

Tak ada rasa bersalah dan empati di dalam hati Dygta ketika sang istri memergokinya secara langsung, bahkan dirinya tengah di tunggangi tadi.

" Kau, sangat kejam sayang." Dygta memuji Clara seraya mengecup bibirnya dari samping.

Pria itu melakukannya dengan sengaja. Sebab melihat wajah sengsara Nadia, nyatanya dapat membuatnya bahagia.

Benar-benar suami laknat seantero galaksi.

"Kau sangat keterlaluan, Mas!" pekik Nadia, seraya mengusap kasar air matanya.

"Pergilah, Nadia! Kau telah menganggu urusanku! Sebaiknya kau pulang dan berkaca!" usir Dygta.

Mendengar itu, Nadia langsung melangkah lunglai meninggalkan kamar  panas membara yang meninggalkan sesak di dalam dadanya itu.

"Hei, dia pergi begitu saja!" cibir Clara. "Dia tidak berniat bunuh diri kan?" tambahnya.

"Mana berani dia!" ucap Dygta.

Nadia keluar dari perusahaan itu dan terus berlari hingga tanpa ia sadari, ada sebuah mobil sedan yang melaju kencang.

BRAKK!!

Beberapa waktu kemudian.

Di sebuah rumah sakit.

Pasien wanita dengan wajah pucat itu terlihat mengerjapkan matanya perlahan. Mengkondisikan penglihatannya di ruangan yang terang dan serba putih, berbau khas obat dan desinfektan.

Ketika kedua matanya membuka utuh, omelan sang mertua yang pertama kali terdengar.

"Dasar menantu gak berguna!" Rina wanita paruh baya dengan gincu merah itu terlihat sangat marah.

Kemudian wajah kaku dari Dygta, yang membuat ia menyadari bahwa ada hal menyakitkan yang telah terjadi.

"A-apa yang terjadi?" tanya Nadia dengan wajah pucat dan bibir yang bergetar. Ia mengingat kejadian sebelumnya, dimana dirinya terpental di aspal karena tabrakan tersebut.

Dalam kebingungannya, Nadia kemudian meraba perut.

Kedua matanya membola, menyadari ada sesuatu yang aneh pada dirinya.

"Perutku, kenapa sakit sekali?" tanya Nadia sekali lagi kerena kedua orang di hadapannya hanya memasang wajah kesal dan menatapnya tajam.

"Anakmu mati, dasar wanita bodoh!"

"Menjaga kandungan saja tidak becus!"

"Kau sudah menghilangkan calon keturunan Rajasa!" pekik Rina kencang di depan wajah pucat menantunya.

"Ti–tidak mungkin! Ini tidak mungkin!" Nadia menggeleng kuat sambil meremas rambut dengan kedua tangannya.

Dirinya sudah sangat lama menanti kehamilan ini.

"Kau, memang tidak berguna! Apa susahnya menjaga anak yang masih di dalam perutmu, hah!" hardik Dygta, membuat hati Nadia sekali lagi terasa bagaikan di cabik-cabik.

Nadia, masih mencerna kejadian yang menimpanya, kecelakaan itu terjadi begitu cepat.

Ia menangis kencang meratapi kehilangan calon bayi, yang selama ini di tunggu dan di perjuangkan olehnya, namun ternyata takdir berkata lain.

Di saat dirinya masih sedih dan terpuruk. Beberapa hari kemudian, sebuah surat dari pengadilan agama mendarat di pangkuannya.

"A–apa ini, Mas?" tanya Nadia terbata-bata.

"Pergilah! Kau bukan istriku lagi! Dasar wanita tidak berguna!" hardik Dygta.

"Kenapa kau keterlaluan sekali, Mas! Bayiku tiada karena perbuatanmu!" pekik Nadia. Ia sangat sakit hati kenapa semua kesalahan dilimpahkan padanya.

"Apa katamu! Jangan bicara sembarangan!" sentak Dygta.

"Jika aku tidak melihat perbuatan kotormu dengan sekretaris gatal itu, mungkin saja bayiku masih hidup!" pekik Nadia dengan lelehan air mata.

"Enak saja kau menyalahkanku! Pergilah dan jangan harap ada harta gono-gini sepeserpun! Perempuan Sial!" maki Dygta lagi.

Deg.

Kata-kata terakhir dari mulut pria yang ia cintai itu, sukses menghancurkan hatinya.

Tak ada air mata, tak ada suara. Nadia membisu dengan pikiran kosong.

Nadia, dengan keadaan yang lusuh itu berjalan dengan gontai, keluar dari rumah sakit swasta tempatnya di rawat selama beberapa hari.

Dengan pakaian seadanya ia, menutupi tubuhnya. Atasan kaus dan celana denim dekil.

Bukan ia tak bisa memantaskan dandanannya, hanya saja tinggal baju-baju lusuh inilah yang di berikan oleh suaminya.

Bersambung

Bab#2. KIYD.

Dygta nyatanya hanya membolehkannya membawa beberapa dress biasa dan daster rumahan. Tak ada pakaian bagus yang dulu pernah di belikan oleh Dygta.

Bahkan perhiasan dan uang tak ada yang boleh Nadia bawa. Dia dibuang dari rumah itu setelah apa yang ia berikan pada keluarga Rajasa.

Ia melepas lelah setelah berjalan kaki cukup jauh, bahkan pun Nadia pun tak tau akan kemana setelah di usir dari rumah suaminya tanpa uang sepeserpun.

Nadia, hanya mengikuti arah angin dan langkah kakinya.

Jadilah, kini ia terduduk di pinggir jalan, meratapi nasib nya yang malang.

Bahkan, mas kawin dari Dygta yang ada di dalam lemarinya, yang jelas-jelas adalah haknya tidak diperbolehkan untuk Nadia bawa.

" Tega sekali kamu mas, kamu jahat!"

"Kau membiarkanku terlunta-lunta seperti ini!"

Nadia tak kuasa menahan sesak dan sakit di dadanya.

Kebersamaan mereka selama lima tahun seakan tak ada artinya bagi Dygta. Hingga dengan tak berperasaan, lelaki itu membuangnya bagai barang tak terpakai.

"Mana cinta dan sayangmu mas?"

"Mana janji mu?"

"Selama ini aku bertahan karena cintaku padamu, tapi lihatlah sekarang?"

"Kau memperlakukanku dengan kejam."

Wanita berambut ikal yang di cepol asal itu, terus menangis tanpa memperdulikan orang yang berlalu lalang.

Bahkan,ada beberapa orang lewat yang melemparinya dengan uang receh.

"Oh tuhan, lihatlah!"

"Bahkan mereka mengira aku pengemis!"

Nadia mau tak mau memunguti uang itu dan menghitungnya.

Ternyata, cukup untuk sekedar mengisi perutnya yang kosong. Mungkin, inilah rezeki dari Tuhan untuknya.

Ia mengumpul kan recehan itu, beberapa kertas berwarna abu-abu dan juga koin. Tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah lewat di hadapannya, hingga...

Crashh...!

Roda kendaraan itu melindas genangan air di pinggir jalan, di mana terdapat Nadia yang tengah berjongkok memunguti uang recehan.

Alhasil, wanita itu tak luput dari cipratan air yang bercampur lumpur itu.

Kotor dan sedikit bau.

"Akh!"

"Ya Tuhan!" pekik Nadia tertahan tatkala pandangannya terarah, melihat pakaiannya yang basah.

Kemudian, matanya menangkap dua pasang kaki melangkah perlahan ke arahnya.

Ia mendongak ketika orang-orang itu sampai di dekatnya. Bahkan, Nadia seketika berdiri ketika sadar siapa orang itu.

"M-Mas Dygta!" kagetnya hingga tergagap.

Sepasang mata indah Nadia yang sayu dan sembab, menelisik pada sosok di sebelah Dygta, mantan suaminya.

"Ternyata, cocok juga jadi gembel. Pantes banget!" cibir Clara dengan seringai menghinanya.

"Kalo begini kan, jadi semakin meyakinkan. Dan semakin mengenaskan, biar orang-orang semakin kasihan sama dia," ujar wanita berpakaian dress selutut yang press body itu.

Hingga menampilkan lekuk tubuhnya dan juga kaki jenjangnya yang di alasi high hells.

Nadia, hanya bisa menunduk, hatinya teramat sakit hingga lidahnya kelu. Nadia hanya bisa meremas ujung bajunya yang basah, sebagai pelampiasan emosinya.

"Ya, kamu memang wanita yang baik sayang," puji Dygta kemudian menghadiahi kecupan ringan di pelipis wanita itu, dimana hal itu tak luput dari penglihatan Nadia.

(Tega sekali kamu mas, menunjukkan kemesraan kalian di hadapan ku. Tak cukupkah penghinaan ini?)

Nadia menahan hatinya yang telah memanas, namun ia tak kuasa menahan air matanya yang terus tumpah merembes di kedua pipinya.

"Kau lihat kan? Dia sangat cantik?" tanya Dygta dengan nada mencibir.

Nadia pun mengakui itu, wanita di sebelah Dygta memang sangat cantik. Karenanya sejak awal Nadia sempat tak setuju ketika Dygta mengangkatnya sebagai sekretaris.

"Dan, dia adalah pengganti mu. Untuk memanaskan setiap malam ku. Dia lebih liar, dan...," Dygta sengaja tak meneruskan kata-katanya karena ia tergelak sambil melihat penampilan wanita yang sejak dua hari lalu telah menjadi mantan istrinya itu.

Aksi Dygta tersebut diikuti oleh Clara yang setia bergelayut pada lengan nya.

Betapa perih dan terlukanya hati Nadia , di tertawa kan dan di hina habis-habisan oleh mantan suami dan wanita selingkuhannya.

"Sudahlah sayang, aku takut sepatu mahal ku kotor karena terlalu lama bersama gembel," cibir wanita seksi itu sambil mengibaskan rambut lurus panjangnya, hingga menampakkan leher putih mulus jenjang dengan beberapa tanda merah.

Nadia segera memalingkan wajahnya, entah kenapa hatinya sangat perih melihat jejak percintaan wanita itu dan mantan suaminya.

"Yah, sebaiknya memang kita pergi. Dan, ini ada receh untuk mu." Kemudian Dygta melempar beberapa uang kertas ke wajah Nadia, hingga berhamburan dan jatuh tepat di bawah kakinya.

Nadia memegangi dadanya yang sesak, begitu hina dirinya di hadapan mereka saat ini.

"Mas, setidaknya berikan mahar ku. Karena itu

hak ku," ucap Nadia lemah berusaha memberanikan diri bicara, bahkan ia berusaha menatap mata pria yang sebenarnya sangat ia cintai itu.

"Cih! Apa kau bilang? Hakmu?!"

"Kau lupa? Berapa sudah kau habiskan uang ku untuk biaya kau bolak-balik masuk rumah sakit, hah?!" Hardik Dygta dengan telunjuk yang mengacung kaku ke arah wajah pucat Nadia.

Wanita itu terkesiap. Dygta begitu kejam padanya.

"Dasar, perempuan tak tau diri! Sudah, ambil saja uang itu! Kurang? Ngemis aja lagi." Cerca Clara sambil tersenyum menghina.

"Sudah sayang, kita pergi saja." Ajak Dygta, kemudian mereka berdua berlalu meninggalkan Nadia yang masih mematung sambil menatap kepergian mereka dengan nanar.

Mobil mewah itu berlalu setelah sebelumnya menyalakan klakson begitu kencang. Membuat Nadia terperanjat untuk seketika menutup kedua telinganya.

Setelah kepergian kedua orang yang telah menghancurkan hidupnya itu, Nadia menjatuhkan dirinya dan menangis sekencangnya.

"Untuk apa aku hidup, jika kau berikan aku nasib yang malang seperti ini, Tuhan!" teriak Nadia di pinggiran jembatan layang.

Kedua matanya nanar menatap ke arah bawah jembatan dimana terdapat ramai kendaraan besar yang berlalu lalang.

"Aku pasti langsung mati kan jika jatuh kesana," gumamnya lirih.

Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam secara kebetulan lewat jembatan layang yang cukup sepi tersebut.

Seorang pria maskulin di dalamnya membuang napas dan tak sengaja menoleh ke arah jendela.

Pada saat itulah matanya yang tajam bak elang menangkap sosok pria wanita lusuh sedang berusaha untuk melompat.

"Hentikan mobilnya, Black!" titahnya.

Pria itu pun keluar dari dalam mobil dan dengan gerakan cepat menarik raga Nadia.

"Perempuan bodoh! Kau pikir mati akan menyelesaikan segalanya!" umpat pria yang di ketahui bernama Leonardo De Xarberg.

Seorang pengusaha cargo yang juga merupakan ketua mafia dunia underground.

"Siapa kau! Tau apa anda akan kesulitan saya! Laki-laki brengsek! Kau sudah menggagalkan semuanya! Aku hanya mau mati! Aku mau mati!" jerit Nadia hingga pada akhirnya wanita itu lemas dan tak sadarkan diri.

"Ck. Merepotkan saja. Segala pingsan!" decak Leo.

"Tuan, apa kita tinggalkan saja atau--" Black tidak meneruskan pertanyaannya karena dia sudah tau apa maksud tuannya itu.

"Bawa ke mansion. Dia wanita putus asa yang tak takut mati. Aku butuh semangatnya," ucap Leo dengan seringainya.

Bersambung

Bab#3. KIYD.

Mereka telah sampai di mansion milik keluarga Xarberg. Pemilik perusahaan yang memiliki anak cabang dimana-mana.

Televisi, asuransi, dan cargo telah di kuasai oleh keluarga ini. Bahkan, bisnis keluarga Xarberg telah masuk ke ranah pemerintahan. Mereka telah beberapa kali membantu para pejabat melakukan koalisi demi kelancaran kampanye.

Leo melangkah santai menuju lift yang akan membawanya ke lantai tiga dimana letak kamarnya berada. Bisa dikatakan, semua fasilitas yang ada di lantai itu khusus di peruntukkan bagi Leonardo seorang.

Mulai dari kamar tidur, ruang teater, gym, kolam renang, studio berikut bar. Bahkan, Leo sering mengadakan party di lantai ini. Super duper komplit. karena pria ini termasuk crazy rich.

Hanya saja, Leo tak suka bermain media sosial. Jangankan untuk pamer kekayaan, bahkan pria ini tak memiliki satu akun pun selain Google.

Black hanya bisa menggeleng sambil menoleh ke arah sosok wanita lusuh bin dekil yang masih pingsan di dalam mobil. Sementara, tuannya itu sama sekali tak mau tau.

Black, asisten yang merupakan tangan kanan dari Leo, memiliki nama asli Lorenzo. Kulitnya tidak hitam, lebih cenderung putih pucat. Dengan rambut yang di kuncir kuda.

Memang, Leo, memiliki nama panggilan khusus untuk orang-orangnya.

Seperti sosok wanita tinggi langsung berjaket kulit hitam press body yang pada saat ini menghampiri Black. Dialah, Luvinta alias Red.

Wanita maskulin ini merupakan asisten Leo dan juga salah satu sniper andalannya.

"Siapa dia, Black?" tanya Red dengan kening yang berkerut.

"Sepertinya akan jadi mainan tuan Leo ke depannya," jawab Black sekenanya.

"Hey, sejak kapan tuan bermain dengan wanita? Um, maksudku ... tuan kita bukan Casanova," cecar Red lagi.

"Entahlah, kami hanya menemukannya di pinggir jembatan layang dan ingin melompat. Tuan Leo tau-tau turun dan menyelamatkannya. Lalu, wanita itu pingsan di dalam pelukannya. Yah, selanjutnya tuan memerintahkan ku untuk membawanya kesini," tutur Black dengan tatapan yang tak bergeser sedikitpun dari Red.

"Lalu mau diapakan wanita ini? Di tampung atau bagaimana?" cecar Red dengan kerutan yang tercipta di keningnya yang licin itu.

"Bawa saja dia, siapkan kamar, kasih makan lalu bersihkan tubuhnya. Selanjutnya, tunggu perintah dari tuan," jawab Black.

"Ya sudah kau gendong dia ke kamar tamu," titah Red. Wanitw seksi itu pun berjalan lebih dulu ke dalam. Membuka pintu kamar lalu membiarkan Black meletakkan raga Nadia yang lemah.

"Aku akan menyadarkannya. Minggir!" usir Red pada Black. Wanita ini selalu ketus tapi Black tak pernah menyerah.

Black pun mundur dan membiarkan Red melakukan bagiannya.

Wanita itu mengeluarkan benda kecil dari sakunya lalu, mengoleskan itu ke bawah hidung Nadia.

Dalam hitungan detik Nadia langsung bergerak dan membuka matanya.

"Dimanakah aku?" gumam Nadia pelan seraya memegangi kepalanya yang nyeri.

Kemudian ia menoleh ke samping dan mendapati dia sosok tinggi berpakaian serba hitam.

"Siapa kalian!" Nadia langsung menjerit dan beringsut mudur. Kedua manik matanya yang berwarna almond jika di perhatikan dengan seksama, kini tengah mengedar ke segala arah.

"Cepat juga kau menyadarkannya," puji Black seraya menepuk bahu Red. Tetapi, wanita itu langsung melayangkan pandangan sinisnya ke arah tangan Black.

Sontak, pria itu langsung menjatuhkan tangannya sebelum bernasib malang.

Black selalu lupa jika Red tak suka di sentuh sembarangan.

"Kami anak buah tuan Leo. Pria yang telah menyelamatkan mu. Kau sekarang berada di dalam salah satu kamar tamu di mansion-nya," jelas Red dengan ekspresi datar.

Seketika, Nadia mengingat-ingat apa yang terjadi padanya.

"Kenapa aku di bawa kesini? Aku kan mau mati! Kenapa bos kalian menolongku!" pekik Nadia kembali histeris.

"Eh, ada ya orang di tolong protes?" tanya Red pelan pada Black.

"Tadi juga tuan kena marah dan pukul tuh. Liat aja nanti pembalasan tuan kayak gimana? Aku sih ngeri bayanginnya," jawab Black.

Red pun mengangguk. Karena ia tau bagaimana sikap dari Leonard itu.

Pengusaha terkenal yang juga merupakan ketua mafia underground.

"Sudahlah, cancel dulu adegan bunuh dirinya. Sebaiknya kau bersihkan dulu dirimu itu. Jangan sampai tubuh dan pakaianmu yang penuh lumpur ini mengotori seprai baru itu!" tegas Red memberi peringatan pada Nadia.

Sontak wanita muda itu langsung turun dari tempat tidur yang ia duduki. Nadia takut dengan ancaman dari Red barusan.

"Aku akan kembali dengan makanan," ucap Red lagi lalu berlalu keluar dengan Black seraya menutup pintu kamar dengan kasar.

BRAKK!

Nadia sampai menjengit kaget karena suaranya.

Sengaja, hal itu di lakukan oleh Red sebagai sebuah ancaman yang juga menunjukkan dengan siapa Nadia berhadapan saat ini.

"Kau terlalu kencang, Red. Kalau pintunya rusak bagaimana?" protes Black.

"Kau ini bodoh atau apa? Mana mungkin rusak. Jika semua furniture yang ada di mansion ini adalah bahan berkualitas tinggi. Bahkan harga pintu itu lebih mahal dari harga ginjalmu!" sinis Red.

Ucapannya itu seketika mampu membuat Black menelan ludahnya kasar.

"Kenapa dia galak banget sih! Ibunya ngidam apa ya pas hamil dia?" Black menggeleng gemas seraya berjalan di belakang Red.

Red ke belakang memerintahkan pelayan untuk menyiapkan makanan. Sementara Black kembali ke depan. Ia akan menunggu perintah Leo selanjutnya di ruang tivi.

Nadia tidak terlalu bingung dengan fasilitas yang ada didalam kamar tamu tersebut. Karena di rumah Dygta, fasilitas juga komplit dan memang kediaman mantan suaminya itu cukup mewah.

Bagaimanapun Dygta adalah seorang pengusaha meskipun mewarisi hasil peninggalan keluarga turun temurun. Akan tetapi Dygta mendapatkan hak waris perusahaan itu dengan cara curang dan licik.

Nadia juga baru mengetahuinya sekitar beberapa bulan yang lalu. Dygta bahkan dengan tanpa ragu menyingkirkan beberapa ahli waris yang juga berhak akan perusahaan tersebut.

"Bagus. Kau sudah bersih. Sekarang makanlah, sebelum tuan bertemu denganmu!" titah Red seraya meletakkan pinggan berisi makanan ke atas nakas.

Nadia menunduk takut. Karena, raut wajah Red bak bongkahan besi. Kaku sekali.

Nadia memasukkan makanan itu kedalam mulutnya dengan linangan air mata. Seharusnya ia sudah berada di alam baka sekarang. Dan tidak akan menikmati makanan lagi. Tetapi, kedatangan pria asing itu menggagalkan semua rencananya.

"Siapa pria itu. Kenapa memiliki anak buah yang bertampang kaku? Bagiamana jika pria itu adakah penjual manusia atau lebih buruknya lagi penjual organ," gumam Nadia tak jadi memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

Wanita itu nampak bergidik seraya memeluk tubuhnya sendiri. Akibat, spekulasi yang ia buat di dalam pikirannya.

"Aku ingin mati. Bukan di mutilasi. Aku ingin mati dalam keadaan seluruh organku utuh, bukan terpisah dan di jadikan uang. Aku ... Harus bisa keluar dari tempat ini," gumam Nadia lagi.

Nadia menyingkirkan piring berisi makanan yang baru ia nikmati sedikit. Karena perasaannya seketika tak tenang.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!