NovelToon NovelToon

Jasmine My Mine

Part 1

Seorang wanita cantik sedang duduk termenung di teras sambil menatap ke arah halaman rumah. Senyum wanita itu tidak sama sekali luntur seakan ia sangat bahagia dengan hidupnya.

Melihat tawa bahagia seorang anak laki-laki membuatnya sangat bahagia. Senyum manis milik wanita itu kian terukir saat sang anak berjalan ke arahnya.

Ia pun merentangkan tangannya seolah tengah menyambut anak tersebut. Anak laki-laki itu sangat bersemangat dan berjalan dengan cepat.

Akibat tidak terlalu memperhatikan jalan membuat anak itu hampir saja tersandung dan untungnya sang ayah dengan cepat menangkap bocah laki-laki itu. Sejenak mereka sama-sama bisa bernapas lega dan mengusap dada tatkala telah berhasil menyelamatkan anak tersebut.

"Marcelino, kau harus lebih berhati-hati." Marcelino menoleh ke arah sang ayah dengan tatapan polosnya. Kemudian ia tertawa dan itu membuat kedua orang tuanya tak bisa menyembunyikan senyum dan ikut merasa gemas dengan tingkah Marcelino yang sangat ikut.

Sang ayah membantu Marcelino untuk mendekati ibunya. Sang ibu dengan gembira dan menangkap anaknya.

Sang anak memeluk tubuhnya dengan sangat erat membuatnya tak bisa bernapas dengan benar. Akan tetapi demi anak semata wayangnya tidak ada yang masalah.

"Nak, kamu memeluk Ibu mu terlalu erat." Sadar telah membuat sang ibu kesakitan lantas anak itu menjauh dan menatap ibunya dengan sedih.

Wanita itu tidak tega melihat anaknya yang hendak menangis. Kemudian ia mengusap belakang anaknya untuk menenangkan sang anak.

"Tidak apa-apa, tidak masalah. Jangan takut, Mama tidak apa-apa. Papa mu saja yang berlebihan." Marcelino pun menganggukkan kepalanya.

Ia menoleh ke arah sang ayah dengan tatapan riang dan ayahnya tak kuasa menahan senyumnya.

Kemudian anak itu bermain sendiri dan sang ayah menghampiri wanita pujaannya itu dan duduk di sampingnya. Kemudian ia memandang ke arah sang istri dengan tatapan tak tentu.

Sang istri membawa kepala suaminya ke pundaknya dan ia menatap ke arah laptop yang ada di sampingnya. Ia baru saja menuliskan sebuah kisah perjalanan hidupnya dan akan ia jadikan sebuah novel.

"Bagaimana hari mu? Apakah kau sudah menyelesaikan novelnya?"

"Hari ini aku sudah menyelesaikannya."

Sang suami lantas mengangkat kepalanya dan meraih novel buatan sang istri. Ia pun menatap novel milik sang istri dan membacanya dari mulai sinopsis kemudian mulai membaca bab awal.

Mereka berdua saling memandang dan sama-sama terharu satu sama lain. Pria itu meraih wajah sang istri dan menatapnya dengan dalam.

"Novel mu mengingatkan ku bagaimana kita bertemu. Jika aku tidak memperdulikan mu mungkin kita tidak sampai di tahap ini sekarang."

"Dan andai jika kau tidak kembali mungkin aku tidak akan tahu siapa diri mu," balas wanita itu dan air matanya berkumpul tatkala mengingat masa lalu.

"Mungkin ini sudah menjadi takdir kita," ucap pria tersebut membuatnya tertawa. Kemudian mereka saling berpelukan dan menatap ke arah buah cinta mereka dengan pandangan berbinar.

______________

Beberapa Tahun yang lalu.

Pagi sangat cerah membuat burung berkicau menambah suasana pagi lebih terasa. Wanita itu membangunkan tubuhnya dan merenggangkan otot-ototnya. Sejenak ia mengucek matanya dan memandang ke arah jendela yang sudah dipenuhi dengan sinar matahari.

Ia pun mengikat rambutnya dan kemudian dengan penuh rasa malas bangkit dari tempat tidurnya dan membuka tirai kamarnya. Ia termenung sejenak memandang ke arah pemandangan di lingkungan rumahnya dan wajahnya terlihat tak memiliki satu pun ekspresi.

"Jasmine Bulan Aprilia!!!" teriak ibunya yang sangat kencang dari luar kamarnya.

Jasmine mengerjapkan matanya terkejut. Nyawanya yang belum terlalu terkumpul lantas berjalan gontai ke arah pintu kamarnya dan menariknya hingga ia melihat wajah garang ibunya. Jasmine langsung membulatkan matanya dan refleks menutup pintu dengan kencang.

Blammm

"Jasmine!!!" teriak ibunya membuat wanita itu teriak ibunya yang terkejut.

Jasmine menarik napas panjang dan mengusap dadanya. Ia lantas dengan perasaan takut membuka pintu itu kembali dan melihat wajah ibunya yang sama sekali tak bersahabat. Jasmine pun melemparkan senyum canggung kepada ibunya.

Akan tetapi sang ibunda tetap saja tidak mengulang ekspresi garangnya itu hingga membuat Jasmine salah tingkah dan mengusap punggung lehernya.

Ia berusaha untuk menggoda ibunya tersebut agar tidak marah kepadanya. Akan tetapi Mama Putri yang garang itu tidak akan mudah terhasut oleh anaknya.

"Mama! Maaf, Jasmine gak sengaja. Hehehe." Setelah mengatakan hal tersebut dan dengan santainya Jasmine menutup pintu perlahan. "Mama maaf! Jasmine mau mandi dulu!!"

Jasmine menarik napas sebanyak-banyaknya seraya mengusap dadanya. Sebentar ia melirik ke arah pintu kembali dan setelah itu ua cepat-cepat pergi ke kamar mandi.

"Apa yang sudah kamu lakuin Jasmine! Kamu sama saja sedang mengantar nyawa, benar-benar bodoh." Jasmine menepuk jidatnya dan mengumpati dirinya sendiri.

"JASMINE CEPAT! KAU HARUS SEKOLAH DAN MASIH SAJA BERMALAS-MALASAN!!"

"IYA MA IYA! MAAFKAN JASMINE!" Jasmine mendelik dan memandang ke arah pintu dengan kesal. "Orang tua itu, kenapa sangat berisik," gerutunya.

____________

Pria itu terus memandang jalanan dengan tatapan kosong. Satu batang rokok terselip di mulutnya dan sesekali ia akan memainkan asapnya. Wajahnya datar dan seperti tidak memiliki gairah hidup sama sekali.

Ia terus memandangi ke arah jalan raya yang mulai dipadati oleh kendaraan. Suara bising kendaraan membuatnya sama sekali tidak terbangun.

Seseorang menepuk pundaknya dan tetap saja ia tak peduli dan fokus dengan apa yang ia kerjakan.

"Lo pengen ini?" tawar temannya seraya menyerahkan botol arak kepada cowok itu.

Laki-laki tersebut tanpa mengalihkan pandangannya meraih botol arak tersebut dan menegaknya. Kemudian ia menyerahkannya kembali botol arak tersebut kepada temannya.

Temannya yang sudah mabuk tersebut ikut menikmati pemandangan yang sedang diperhatikan oleh laki-laki tersebut.

"Libra, masih kepikiran?"

Pria yang dipanggil Libra tersebut menarik napas panjang dan meninggalkan tempatnya. Ia pun duduk di samping teman-temannya yang lain yang masih tertidur.

Libra menatap ke arah temannya tadi dan meminta arak yang ada di tangan temannya tersebut.

"Moran!" Sekali tatap pun Moran sudah tahu bahwa Libra meminta arak yang ada di tangannya. Kemudian pria itu berjalan ke arah Libra dan menyerahkan arak yang ada di tangannya tersebut.

Namun ketika Libra hendak meraih botol arak tersebut Moran menariknya kembali dan menegaknya sekali lagi. Laki-laki tersebut benar-benar sudah mabuk dan Libra lantas merebut paksa botol arak tersebut dari Moran.

Ia pun menegaknya habis membuat Moran antara sadar dan tidak itu tercengang. Teman-temannya yang lain yang sudah bangun menatap ke arah Moran.

"Kenapa tuh anak?"

"Gak tau, gue pusing."

"Kebanyakan minum lo!" Venus mendorong tubuh Moran yang sudah mabuk berat.

Rumah sederhana ini menjadi markas bagi geng Parsel. Mereka adalah anak jalanan yang tak memiliki tempat pulang dan ulahnya hanya untuk membuat onar.

_________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Part 2

Jasmine mengusap kepalanya yang sakit karena dipukul dengan buku yang dibawa temannya. Akibat terlalu bermalasan untuk pergi ke sekolah dengan alasan ngantuk membuatnya sampai berdiri satu jam di depan gerbang sebelum akhirnya diperbolehkan untuk masuk.

Wanita itu menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Akhir-akhir ini ia sedang tidak bersemangat, mungkin karena ayahnya yang pergi lagi ke luar negeri sedangkan dirinya yang belum sempat berlama-lama bertemu sapa dengan sang ayah  jadi merasa ada yang bilang ketika ayahnya pergi.

Jasmine menatap Karina dengan tatapan kucingnya membuat wanita yang memiliki wajah Jepang tersebut hanya bisa menarik napas panjang dan kemudian merubah tatapannya menjadi gemas. Jasmine selalu berhasil menghiburnya.

"Jasmine, lo bisa aja buat gue gak marah, untung gue sabar," ucap Karina sambil mengusap dadanya.

"Ya karena gue cantik," balas wanita itu dengan asal dan kemudian menarik turunkan alisnya menggoda Karina.

Karina kemudian menganggukan kepalanya. Ia sedikit paham dengan otak temannya yang menurutnya berkepribadian ganda, sebab perempuan itu terkadang terlihat anak yang pintar, namun terkadang ia juga terlihat bodoh.

Karina yang sudah terbiasanya dengan sifat Jasmine itu tak lagi heran dengan kelakuannya. Yang ia khawatirkan sekarang adalah apakah ia mampu berdiri di samping temannya ini dengan waktu yang lama? Jujur saja terkadang Jasmine bisa membuat darahnya mendidih.

Karina menarik tangan Jasmine masuk ke dalam kelas. Wanita itu dengan polosnya hanya mengikuti Karina.

Saat ia melewati setiap koridor orang-orang selalu akan berhenti berjalan dan melirik ke arah dirinya. Memang pesona yang dimiliki oleh Jasmine tidak bisa ditampik bahwa ia sangat cantik.

"Gue pusing sama mereka, setiap hari ngeliatin lo doang emang gak capek apa?" tanya Karina bercanda dan sebenarnya ia perempuan pun terkesima dengan kecantikan Jasmine. Ia merasa cemburu orang-orang menatap temannya tersebut.

Jasmine sama sekali tak peduli dan ia menyapa orang-orang yang ia kenal dan mereka sangat bahagia bahwa sapaan mereka dibalas oleh Jasmine.

Jasmine sama sekali tidak risih karena itu menyenangkan bagi dirinya. Ia sedikit bisa mengobati rasa sedihnya paska kepergian sang ayah.

Ia pun mendorong pintu kelas yang masih tertutup tersebut dan temannya yang kutu buku sudah mulai membaca buku. Jasmine tetap santai dan meskipun begitu ia sangat pintar dan selalu juara kelas. Maka dari itu ia menjadi idola di sekolah dan ia pun memiliki fans.

Jasmine bisa dikatakan cewek ideal, cantik, pintar dan berbakat. Sayangnya ia sama sekali tak tertarik dengan hubungan romantis karena wanita itu selalu berpikir bahwa menghabiskan waktu dengan bercinta adalah membuang-buang waktu cara mencari masalah.

"Ck! Pagi-pagi sudah ditekuk aja wajah lo. Ada apaan dah? Ada yang ganggu lo?" tanya Caca seraya menyenggol tubuh Jasmine.

Jasmine mengerucutkan bibirnya dan menatap ke arah Caca dengan wajah cemberut. Ia menggelengkan kepalanya agar Caca tidak mencari masalah dengan murid di kelas gara-gara dirinya.

"Caca? Papa lo sering di rumah gak?"

"Kenapa lagi? Papa lo pergi lagi?" tanya Caca dan menatap ke arah Karina dan wanita itu mengangguk sebagai jawaban menggantikan Jasmine. "Gak usah dipikirkan lah. Ntar juga balik."

"Hm."

Mereka sedang asyik mengobrol hingga tiba-tiba di luar sangat ribut membuatnya mengerutkan kening.

Caca memandang ke arah salah satu siswa yang hendak berlari keluar kelas juga.

"Woy!" Laki-laki itu berhenti dan menatap ke arah Caca, "ada apaan di luar? Kok ribut banget?"

"Itu katanya ada preman geng motor gitu ke sekolah kita negrusuh, kabarnya sih karena bentrok sama salah satu siswa kita makanya mereka sampai cari ke sekolah."

"Siapa? Itu gengnya Bintang? Ck, kenapa tuh anak gak dikeluarkan dari sekolah! Lihat noh, gara-gara dia ribut terus."

"Kita ke sana aja!"

Mereka pun bergegas ke lapangan untuk menyaksikan secara langsung pertikaian tersebut. Jasmine yang tadi tidak bersemangat menjadi sedikit bertenaga ketika ia mendengar keributan.

Ia suka keributan.

Jasmine berusaha menerobos kerumunan orang-orang agar bisa berdiri di depan. Dari dulu ia sangat penasaran siapa anggota dari geng motor teman-temannya Bintang tersebut.

Ia melihat sudah ada polisi yang berdatangan dan menangkap salah satunya. Tak sengaja matanya bertatapan dengan salah satu anggota geng Parsel tersebut.

Tatapan mereka cukup lama saling bertemu. Jasmine memberikan tatapan tidak suka dan jijik sementara laki-laki tersebut sama sekali tidak menunjukkan ekspresi sedikitpun.

"Anjir, gawat. Lo dalam bahaya Jasmine, asal lo tau dia natapin lo sampai segitunya. Jangan-jangan lo diincarnya."

Jasmine membulatkan matanya dan menatap ke arah Karina yang berbicara seenaknya. Akibat perkataan Karina tersebut membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan ia ketakutan jika dirinya terancam.

"Karina lu serius dikit, lu jangan nakut-nakutin gue. Sekarang jantung gue sumpah nggak aman banget." Jasmine mengusap dadanya dan meringis ketakutan.

Caca pun meraih tangan Jasmine dan menggenggamnya.

"Tenang aja, asal lo nggak pulang malam-malam aja."

Biasanya Jasmine akan pulang malam karena ia akan ke tempat lesnya. Wanita itu memang terkenal hobi belajar dan sekarang karena ditatap oleh salah satu geng motor itu membuat dirinya tidak tenang.

________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Part 3 A

Hari ini Jasmine memutuskan untuk pulang lebih awal agar mencegah hal yang tidak diinginkan. Sekarang wanita itu tak lagi pedi bagaimana Omelan ibunya yang akan membuatnya sakit telinga.

Wanita itu hanya memikirkan keselamatannya walaupun ia tak akan pernah selamat dari ibunya. Ini cukup membuatnya merasa tidak tenang dan selalu kepikiran. Tubuh Jasmine bergetar sepanjang jalan dan wanita itu menggertakkan giginya setiap kali merasa ketakutan.

Ia berusaha untuk melindungi dirinya sendiri. Jasmine sudah terbiasa memendam masalahnya sendiri.

Tok

Tok

Tok

Jasmine mengetuk pintu rumahnya. Ia memejamkan mata siap mendengar amukan keras dari sang ibu karena ia membolos les.

Dadanya berdegup lebih kencang saat mendengar langkah kaki terburu-buru dari dalam rumah tersebut. Apalagi Jasmine bisa merasakan jika ada luapan emosi di setiap langkahnya. Sepertinya ibunya tahu ia membolos dan tentu saja pihak tempatnya les sudah lebih dulu menelpon ibunya.

Sekarang Jasmine hanya berharap dari kebaikan sang ibu walaupun itu tidak akan pernah ada karena memang wanita tersebut sangat mengerikan dan bahkan Jasmine menjulukinya dengan nenek lampir.

Jasmine refleks menutup matanya pada saat ia mendengar pintu sudah terbuka. Wanita itu melirik perlahan ke arah ibunya yang sudah berkacak pinggang dan menatapnya dengan pandangan sangar. Ayolah Jasmine, kau sudah terbiasa di tatap seperti itu setiap hari, jadi untuk apa kau sekarang ketakutan.

"Jasmine kenapa gugup sekali? Kenapa? Sekarang kamu takut pulang ke rumah? Pas rencana mau membolos tadi apakah tidak takut sama sekali?"

Jasmine menarik napas panjang dan mengusap tengkuknya. Bagaimana menjawab ibunya yang terus mencerca dirinya dengan beberapa pertanyaan itu. Yang ada ia bisa gila karena mau jawaban seperti apapun pasti bakal disalahkan oleh ibunya tersebut.

Jasmine menyesali kenapa ia harus lahir di rahim nenek lampir seperti ibunya. Ingin mengumpat tapi teringat orang-orang selalu mengatakan bagaimanapun juga dia adalah ibu mu yang telah membesarkan dan melahirkan mu.

"Mama, bukan gitu maksud Jasmine. Tapi, asal Mama tau Jasmine itu tadi ngeliat orang berantem paling depan. Eh anggota gengnya ada yang natap Jasmine. Kan Mine takut Mama," ucap wanita itu dengan wajah yang memelas.

Sang ibu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan anaknya ini. Kemudian ia pun menarik napas panjang dan menghampiri Jasmine.

Refleks Jasmine mundur karena telah diberikan sinyal bahaya oleh ibunya. Jasmine menyengir mencoba untuk merayu sang ibu. Tapi ia ingat ini adalah mama Lampir yang tidak akan kebal terhadap apapun.

Ibunya langsung menjitak kepalanya dan kemudian mencubit pinggangnya hingga ia mengaduh kesakitan. Jasmine memasang wajah cemberut dan mengusap bekas cubitan sang ibu tersebut.

"Kamu pergi ke sekolah itu mau sekolah atau mau ngelihat orang berantem? Mama ini heran sama kamu, kenapa kamu selalu melihat hal-hal yang tidak penting? Sekarang tahu akibatnya kan? Bagaimana dia mencarimu dan kemudian mencegat mu? Ini anak ada otak nggak bisa digunain." Ibunya menoyor kepala Jasmine.

Jasmine menundukkan kepalanya tahu bahwa ia bersalah. Tapi mau bagaimanapun ia meminta maaf kepada sang mama, maafnya tersebut tidak akan pernah direspon.

"Mama, Jasmine tahu Jasmine salah. Jasmine juga nggak berharap kalau dia bakal ngeliatin Jasmine sampai kayak gitu. Mama please maafin Jasmine."

sang Ibu menggelengkan kepalanya dan kemudian menarik Jasmine dengan sangat kasar ke dalam rumah. Tentunya perbuatan Jasmine itu tidak akan mudah dimaafkan. Secara tidak langsung Jasmine telah membuat ibunya hampir saja jantungan dan merasa khawatir dengan keadaan anaknya.

"Dasar anak bodoh, nggak ada pintar-pintar nya. Percuma di sekolahin, tapi nyatanya nggak ada gunanya sama sekali. Bagaimana kalau dia datang dan mau menyakiti kamu? Kamu akan seperti apa?"

Jasmine memutar bola matanya malas dan hanya mendengar omelan ibunya tersebut.

"Orang tua memang seperti itu."

_______

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA DAN KOMEN.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!