NovelToon NovelToon

Bitter & Sweet

Part 1

"Aku terlambat! ... Dasar potongan sampah! ... Awas saja kalau aku sampai menemukannya!" ujar Chloe, ketus menggerutu, sambil membanting tasnya ke atas meja kerjanya.

"Geez!" Sembari mengelus-elus dadanya, Agatha yang duduk di kursi kerjanya, yang bersebelahan dengan meja kerja Chloe, tampak sangat terkejut karena tingkah Chloe yang membuat keributan.

"Apa yang terjadi denganmu? ... Tidak biasanya, kamu datang terlambat ke kantor," ujar Agatha, sembari melanjutkan pekerjaannya, dengan menatap layar komputernya.

"Aku dihadang oleh anak buah 'loan shark', saat akan berangkat ke kantor. Mereka benar-benar tidak bisa dibuat mengerti, kalau aku baru akan menerima gajiku, dalam satu minggu lagi," sahut Chloe, yang benar-benar merasa sebal.

"Tsk! ... Bagaimana kamu bisa membiarkan dirimu terlibat, dengan laki-laki yang tidak berguna seperti Brad?

... Kamu terlalu dibutakan oleh cinta, hingga tidak bisa melihat keburukannya lagi," ujar Agatha, tanpa mengalihkan pandangannya, dari layar komputernya.

Brad, laki-laki yang hanya menjadi kekasih Chloe selama beberapa bulan, namun membuat Chloe harus menanggung cicilan hutang, dalam waktu dua tahun penuh.

Chloe memang terlalu naif, hingga dengan mudahnya mempercayai mulut manis Brad, yang menjanjikan hidup bahagia bersama dengannya, selamanya.

"Halo! ... Earth to Chloe!" ujar Agatha, membuyarkan lamunan Chloe.

"Mister McLean, sudah sedari tadi menunggumu di ruangannya," lanjut Agatha, setelah Chloe melihat ke arahnya.

"Oh, gosh! ... Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?" sahut Chloe, hampir meloncat dari tempat duduknya, lalu segera mendatangi ruang kerja CEO.

Setelah mengetuk pintu dan mendengar suara Atasannya, yang mempersilahkannya untuk masuk, Chloe segera bergegas menemui Atasannya, di dalam ruang kerjanya.

"Selamat pagi, Sir!" sapa Chloe, setelah mendekat ke meja kerja Atasannya itu.

"Selamat pagi!" Nathan McLean, yang memiliki nama asli Nathan Burg, CEO dari perusahaan McLean property, membalas sapaan Chloe.

"Apa yang Anda butuhkan, Sir?" tanya Chloe.

"Kosongkan jadwal saya hari ini. Saya ada urusan keluarga," jawab Nathan.

"Baik, Sir!" sahut Chloe. "Apa ada yang lain?"

Nathan kemudian terdiam untuk beberapa saat lamanya.

Dengan menautkan kedua alisnya, hingga keningnya membentuk lipatan-lipatan yang dalam, Nathan memandangi Chloe, seolah-olah ada yang sedang dia pikirkan.

Chloe yang kebingungan, dan sedikit merasa cemas, kalau-kalau Nathan sedang merasa marah kepadanya, karena dia yang terlambat datang ke kantor, kemudian dengan berhati-hati, menegur Atasannya itu lebih dulu, dengan berkata,

"Apa ada masalah, Sir?"

"Hmm...." Nathan hanya menggumam, dan masih belum berkata apa-apa, untuk beberapa waktu lamanya.

"Saya mau menawarkan pekerjaan tambahan untukmu," kata Nathan, tiba-tiba.

"Hmm ... Apa saya boleh tahu, pekerjaan seperti apa, Sir?" tanya Chloe, penasaran.

"Silahkan duduk dulu!" kata Nathan, yang tidak segera menjawab pertanyaan Chloe tadi.

"Baik, Sir!" sahut Chloe, yang kemudian di kursi, yang berhadapan dengan meja kerja Nathan.

"Sudah berapa tahun kamu bekerja dengan saya? Tentu saya bisa mempercayaimu, bukan?" ujar Nathan.

"Hmm ... Iya, Sir," jawab Chloe, ragu-ragu.

"Anak saya, akan datang dari negara xxx hari ini. Dia sudah dipersiapkan untuk menggantikan posisi saya....

... Tapi yang jadi masalahnya, selain dia yang masih muda, anak saya itu benar-benar tidak tahu, akan kebiasaan orang-orang di negara ini....

... Sedangkan jika dia akan bekerja menjadi CEO untuk perusahaan ini, dia harus mengambil hati, dari para pemegang saham, agar dia bisa dipercaya," kata Nathan.

Nathan kemudian terdiam lagi untuk sejenak, hingga Chloe akhirnya menegurnya lagi, dengan berkata,

"Maafkan saya, Sir ... Tapi apa hubungannya, dengan pekerjaan yang Anda tawarkan kepada saya?"

"Saya ingin kamu mengawasi semua gerak-geriknya. Baik di kantor, maupun saat dia sedang berada di rumahnya," jawab Nathan.

"Ugh?" Chloe tersentak. "Maafkan saya, Sir ... Tapi apa Anda bisa menjelaskan maksud Anda?"

"Hmm ... Chloe! Saya ingin agar kamu pindah, dan tinggal di rumah anak saya. Sehingga kamu bisa berangkat ke kantor, juga pulang dari kantor bersamanya....

... Saya ingin agar semua yang dia lakukan, saat dia bekerja, maupun saat dia sudah pulang dari kantor, kamu bisa mengetahuinya," kata Nathan, yang akhirnya bisa berterus terang, akan apa yang jadi keinginannya.

"Tapi, Sir...." ujar Chloe, ragu-ragu.

"Di rumah anak saya itu, ada paviliun. Kamu bisa tinggal di situ," kata Nathan.

Chloe bergeming, sambil memikirkan tawaran pekerjaan yang rasanya benar-benar tidak biasa. Karena itu sama saja seperti Chloe bekerja menjadi seorang pengasuh, dan bukan hanya sebagai asisten CEO.

"Chloe! ... Kamu sudah tahu bagaimana karakteristik dari beberapa pemegang saham, yang tidak terlalu mendukung saya, yang menjabat sebagai CEO....

... Oleh karena itu, saya tidak ingin ada dari mereka, yang mencoba untuk mengganggu anak saya ... Terus terang, saya cukup khawatir, seandainya ada yang akan mencoba membuat jebakan, yang bisa merusak reputasi anak saya itu....

... Sehingga anak saya jadi terlihat tidak kompeten, untuk menjabat sebagai CEO," kata Nathan, menjelaskan tujuannya.

Chloe mengerti dengan baik, bagaimana situasi Nathan selama Chloe bekerja dengannya, kurang lebih hampir enam tahun belakangan ini.

Nathan yang adalah orang luar dari keluarga McLean, sering dicari-cari kesalahannya oleh beberapa pemegang saham, yang sebagian besar dari para pemegang saham itu, masih termasuk dalam garis keturunan asli dari keluarga McLean.

Beberapa dari anggota dewan komisaris dan dewan direksi McLean property, tidak menyukai Nathan, karena dianggap tidak layak untuk mendapatkan posisi sebagai CEO.

Nathan dianggap hanya sebagai seorang pengambil kesempatan, karena Nathan yang menikah dengan Maddison McLean, putri satu-satunya dari Jackson McLean, yang adalah pemilik dan pendiri McLean grup.

Sebagian dari pemegang saham itu, hanya menyetujui Nathan menjadi CEO, karena menuruti arahan dari Jackson McLean.

Sehingga rasanya tidak mengherankan bagi Chloe, jika Nathan merasa cemas, kalau-kalau anaknya akan diperlakukan sama sepertinya, oleh para pemegang saham yang tidak menyukai Nathan itu.

Walaupun demikian, Chloe cukup merasa ragu untuk bekerja penuh waktu, apalagi untuk mengawasi seorang laki-laki dewasa, seperti itu.

"Saya sangat berharap kamu menyetujui tawaran saya, dan saya akan memberi imbalan di luar gaji bulananmu," kata Nathan.

Nathan kemudian terlihat mengambil sebuah buku cek perbankan miliknya, dan menuliskan sesuatu di dalamnya, lalu menyodorkannya kepada Chloe, sambil berkata,

"Apa ini cukup? ... Di setiap bulannya, saya akan memberikan imbalan, dengan jumlah yang sama kepadamu."

Chloe terbelalak, melihat nominal yang tertulis di dalam selembar kertas cek perbankan, yang jumlahnya mencapai dua kali dari gaji bulanan, yang biasanya dia terima.

Jumlah uang imbalan itu, tentu bisa membantu Chloe, agar bisa segera melunaskan hutang pada lintah darat, yang selalu saja mengganggunya.

"Kalau kamu setuju, maka saya akan memberikan alamat rumah, yang akan menjadi tempat bagi anak saya menetap....

... Dan saya akan memberi izin, agar kamu bisa langsung pulang hari ini. Lalu kamu harus segera bersiap-siap, untuk pindah ke rumah anak saya, di hari ini juga," kata Nathan, yang tampak memaksa.

Setelah berpikir untuk beberapa saat lamanya, Chloe akhirnya merasa yakin untuk menerima tawaran dari Nathan itu, dan Chloe segera berkata,

"Baik, sir! ... Saya menyetujui tawaran Anda."

Part 2

Tidak banyak barang bawaan Chloe, walaupun dia harus pindah tempat tinggal, hingga dia tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengemas semuanya.

Sebagian besar bawaannya, hanyalah pakaian ganti, perlengkapan merias wajah, beberapa pasang sepatu dan tas, dan beberapa salinan berkas pekerjaan, yang biasanya dia bawa pulang.

Dan semuanya itu, sudah bisa dibawa di dalam dua buah koper berukuran besar, dan satu tas jinjing berukuran sedang.

Sisa benda-benda yang ditinggal di dalam apartemen studio tempat Chloe menetap selama ini, memang adalah barang-barang inventaris milik pengelola gedung apartemen.

Dengan demikian, Chloe tentu tidak bisa membawa semua benda-benda, yang ada di dalam apartemen, selain barang yang adalah miliknya sendiri.

Dengan menumpang taksi, Chloe diantar ke alamat yang sudah diberikan oleh Nathan tadi, kepadanya.

Sebuah rumah megah berlantai dua, dan bergaya modern, dengan banyaknya jendela kaca berukuran besar, hingga tampak seolah-olah menggantikan dinding beton, kemudian dikelilingi dengan pagar tinggi, menjadi tempat tujuan yang sesuai dengan alamat yang dipegangnya.

Chloe kemudian meminta bantuan dari supir taksi, untuk membawakan barangnya, sampai ke depan pintu sebuah paviliun, yang berada di dekat bangunan rumah utama.

Dengan ucapan terima kasih dan segenggam imbalan, Chloe ditinggalkan oleh supir taksi itu, berdiri sendirian di depan pintu paviliun.

Kunci paviliun yang juga sudah diberikan oleh Nathan, dipergunakan oleh Chloe untuk membuka pintu, lalu membawa masuk semua barang bawaannya.

"Not bad!" celetuk Chloe, yang berbicara pada dirinya sendiri, ketika melihat bagian dalam paviliun.

Tempat itu justru tampak lebih luas dan lengkap, jika dibandingkan dengan kamar apartemen studio, tempat Chloe menetap selama ini.

Tidak berlama-lama lagi, Chloe mengeluarkan semua barang bawaannya, dan menyusunnya di dalam sana, sambil menunggu kedatangan anak laki-laki dari Nathan.

Menurut penuturan dari Nathan tadi, anaknya yang bernama Matthew McLean itu, akan pergi ke rumah itu, setelah jam istirahat makan siang berakhir.

Dan pada saat kedatangan Matthew nanti, Chloe diminta untuk segera menemuinya dan memperkenalkan diri, agar Matthew bisa segera terbiasa, dengan adanya Chloe di sisinya.

Chloe sudah tahu kalau dari pernikahan antara Nathan dan Maddison, memiliki dua buah hati, yang adalah sepasang anak kembar, berjenis kelamin laki-laki.

Walaupun demikian, Chloe belum pernah bertemu salah satu pun, dari anak kembar Nathan dan Maddison itu.

Chloe hanya mengetahui nama mereka saja, bahwa anak yang sulung bernama Matthew, dan anak yang bungsu, bernama Matteo.

Baik Matthew dan Matteo, ikut dengan Grandpa-nya, dan tinggal di luar negeri, sejak mereka berdua masih berusia tiga tahun.

Chloe juga tidak tahu apa alasannya, hingga anak kembar dari Nathan dan Maddison itu, harus tinggal terpisah dari kedua orang tuanya.

Walaupun ada sedikit rasa penasaran, namun Chloe tidak berminat untuk mencari tahu lebih jauh, tentang urusan pribadi dari keluarga Nathan.

Sehingga, meskipun sikap Nathan dan Maddison sangat baik kepadanya, begitu juga dengan hubungan kerja antara Chloe dengan Nathan yang baik, namun Chloe tidak pernah bertanya apa-apa, tentang hal pribadi kepada Nathan.

***

Jam istirahat makan siang, sudah berlalu lebih dari satu jam lamanya, namun belum ada tanda-tanda, kalau Matthew akan segera datang ke tempat itu.

Sampai-sampai, Chloe bahkan hampir tertidur, karena terlalu lama menunggu, sambil berayun dengan duduk di atas kursi gantung, yang terpasang di sebuah pohon besar, yang ada di taman di halaman rumah bagian depan.

Saking merasa bosan menunggu, Chloe akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah utama, dan menemui para pekerja yang ditugaskan, untuk merawat rumah itu.

Merasa tidak ada yang dia lakukan, Chloe akhirnya ikut membantu pekerjaan membereskan rumah, yang seharusnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga di tempat itu.

Chloe sedang mengelap dinding kaca berukuran besar di salah satu kamar, yang ada di dalam rumah itu, ketika seseorang berjalan masuk ke dalamnya.

Untuk beberapa saat, Chloe memandangi seorang laki-laki yang berdiri berhadap-hadapan dengannya.

Jika melihat dari penampilan keseluruhannya, kelihatannya, laki-laki itu bukanlah seorang pekerja di rumah itu.

Laki-laki yang berbadan tinggi tegap, dengan rambut berwarna coklat yang tersisir rapi dan kaku, seolah-olah memakai bahan khusus untuk menata rambut, dan wajah dari laki-laki itu, yang terasa sangat asing bagi Chloe.

Hingga akhirnya, Chloe memperhatikan warna mata laki-laki itu, yang berwarna hijau seperti batu permata zamrud, dan mengingatkan Chloe kepada Maddison.

Oh, gosh!

"Apa kamu akan lanjut bekerja? Atau hanya akan menatapku saja?" kata laki-laki itu dengan nada suara yang tegas, sambil memasang raut wajah tidak senang.

"Hai, Sir! ... Nama saya Chloe!" sapa Chloe, sambil tersenyum, segera memperkenalkan dirinya kepada laki-laki itu, yang menurutnya adalah Matthew.

"Aku tidak sedang bertanya siapa namamu! ... Kalau kamu sudah selesai bekerja, segera keluar dari sini!" ujar Matthew, ketus.

Chloe terbelalak, melihat gerak-gerik Matthew yang sama sekali tidak ramah, dan jauh sekali berbeda dengan Nathan, maupun Maddison.

Matthew terlihat pergi berbaring di atas tempat tidur, lalu sambil menautkan kedua alisnya, dia lanjut berkata,

"Apa yang kamu lakukan di situ?"

Chloe yang tanpa sadar, telah memandangi Matthew sambil tenggelam dalam pikirannya sendiri, cukup terkejut, karena suara Matthew yang membentaknya.

"Maafkan saya, Sir ... Anda pasti sangat lelah ... Saya permisi dulu!" kata Chloe, kemudian berjalan mengarah ke pintu, agar bisa keluar dari kamar itu

"Tunggu sebentar!" ujar Matthew, tiba-tiba, hingga Chloe menahan langkahnya, kemudian berbalik.

"Ada apa, Sir?" tanya Chloe.

"Katakan kepada asisten yang ditunjuk oleh daddy-ku, bahwa aku ingin bertemu dengannya, sore nanti!" kata Matthew, masih dengan nada suaranya yang ketus.

"Baik, Sir! ... Saya akan memberitahukan pesan Anda kepadanya," jawab Chloe.

Chloe memang sengaja bertingkah seolah-olah dia tidak tahu apa-apa, dan berniat untuk mengerjai Atasan barunya itu, yang menurut penilaian sementaranya, Atasannya itu terlalu angkuh.

"Apa ada hal lain yang Anda butuhkan, Sir?" Chloe lanjut bertanya kepada Matthew.

"Tidak ada," sahut Matthew, lalu terlihat berbaring menyamping di atas tempat tidur, memunggungi Chloe.

Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, Chloe berjalan keluar dari kamar, kemudian menutup pintu kamar itu.

"Geez! ... Sangat disayangkan ... Wajahnya sangat tampan, tapi memiliki sikap yang kasar, seperti itu," kata Chloe, yang berbicara sendiri.

Karena masih ada tersisa beberapa jam lagi, sebelum menjelang sore hari, sambil berlalu pergi dari rumah utama, dan menuju ke paviliun, Chloe berencana untuk beristirahat sejenak di sana.

***

Entah berapa lama Chloe tertidur di dalam kamarnya di paviliun.

Namun setelah dia terbangun, Chloe dengan terburu-buru, segera pergi membersihkan dirinya, sebagai persiapannya untuk bertemu secara resmi dengan Matthew.

Dengan memakai setelan pakaian kerja, Chloe kemudian pergi ke rumah utama, lalu memberitahu kepada asisten rumah tangga rumah Matthew, bahwa dia sudah siap bertemu dengannya.

Di luar dugaan, Matthew ternyata justru sudah menunggu Chloe, di dalam ruang kerjanya.

Setelah mengetuk pintu, Chloe kemudian bergegas masuk ke dalam ruang kerja itu, dan mendapati Matthew yang sedang duduk di sana, sambil memasang raut wajah yang tidak bisa diartikan oleh Chloe.

"Selamat sore, Sir!" sapa Chloe.

"Aku sedang menunggu asisten CEO. Dan bukan ingin bertemu dengan petugas kebersihan!" ujar Matthew, tegas.

"Maafkan saya, Sir ... Nama saya Chloe Fern. Saya adalah asisten CEO, yang diminta oleh Mister Nathan McLean, untuk melayani Mister Matthew McLean," sahut Chloe, sambil memaksakan diri, agar tetap bisa tersenyum.

Part 3

Perkenalan dari Chloe itu, tampaknya sangat mengejutkan bagi Matthew, hingga raut wajahnya terlihat berubah drastis, sebelum dia kembali menautkan kedua alisnya, kemudian berkata,

"Kenapa seorang asisten CEO, bisa merangkap sebagai petugas kebersihan? Apa kamu memang bisa bekerja? Atau hanya mengandalkan kebaikan dari daddy-ku saja?"

"Maafkan saya, Sir ... Saya sebenarnya tidak sedang ingin beralasan. Tapi tadi, saya menunggu kedatangan Anda, tanpa tahu harus melakukan apa. Sementara saya sudah terbiasa disibukkan dengan pekerjaan....

... Itu sebabnya, kemudian saya memilih untuk membantu pekerja di rumah ini, daripada saya hanya duduk melamun," sahut Chloe.

Chloe berusaha untuk tetap berbicara dengan nada suara yang datar, walaupun sebenarnya dia sudah merasa sangat sebal kepada Matthew, saat ini.

"Menunggu Atasanmu, itu termasuk dalam pekerjaanmu, bukan? ... Lalu, sambil kamu menunggu, apa kamu tidak ada pekerjaan yang lain selain membersihkan jendela?" ujar Matthew, ketus.

Matthew tampaknya tidak mau kalah, dan seolah-olah tetap ingin beradu argumen dengan Chloe.

"Maafkan saya, Sir," sahut Chloe, yang mengalah, karena tidak mau berlama-lama lagi, untuk berdebat dengan Matthew.

Chloe yang sedari tadi tidak diberi kesempatan oleh Matthew untuk duduk, kemudian lanjut berkata,

"Apa ada yang Anda butuhkan, Sir?"

Matthew kemudian memberikan arahan pertamanya kepada Chloe, dengan berkata,

"Bawakan saya garis besar, dari pekerjaan daddy-ku yang akan aku lanjutkan! Sekaligus bawa daftar nama dari para pemegang saham!"

"Baik, Sir! ... Tunggu sebentar! Saya ambilkan berkasnya dulu!" sahut Chloe, kemudian berbalik dan berjalan keluar dari ruangan itu.

Sembari berjalan pergi ke paviliun, Chloe rasanya tidak bisa berhenti menggerutu.

Karena jika sikap Matthew tidak berubah, maka tanggung jawab dari pekerjaan Chloe yang memang sudah banyak, mungkin akan jadi semakin tidak menyenangkan, untuk dia kerjakan.

Sekembalinya dari paviliun, dan masuk ke dalam ruang kerja Matthew, beberapa lembar berkas yang dipegangnya, berikut juga dengan sebuah flashdrive, segera diberikan oleh Chloe kepada Matthew.

Matthew yang tadinya duduk di sofa, kemudian langsung berdiri, sambil membawa apa saja yang diberikan oleh Chloe, kepadanya tadi.

Matthew berpindah tempat duduk di sebuah kursi, yang berhadapan dengan sebuah meja kerja berukuran sedang.

"Kamu boleh duduk di situ! ... Jika ada yang aku butuhkan, aku tidak mau membuang waktuku, hanya untuk memanggilmu," ujar Matthew.

Matthew berbicara kepada Chloe, tanpa mengalihkan pandangannya, dari lembaran kertas-kertas yang dipegangnya.

"Baik, Sir!" Chloe menuruti perkataan Matthew, kemudian duduk di sofa.

Dan sambil menunggu apa selanjutnya, yang akan diarahkan oleh Matthew kepadanya, dengan mencuri-curi kesempatan, Chloe melihat-lihat di layar ponselnya.

Sesekali, Chloe melirik ke arah Matthew.

Matthew benar-benar memiliki wajah yang tampan, alisnya tebal dan rapi, begitu juga dengan bentuk hidungnya yang tegak berdiri, dan bentuk bibirnya yang proporsional, dengan garis wajahnya yang tegas.

Dan Matthew jadi terlihat semakin tampan, saat dia yang tampak serius dengan pekerjaannya, hingga iris berwarna hijau dari matanya yang langka, terlihat jarang-jarang bisa terhalangi oleh kelopak matanya.

Seandainya saja Chloe bisa memiliki kekasih yang setampan Matthew, dia tentu bisa berbangga diri untuk memamerkan kekasihnya, saat dia mendatangi reuni dengan alumni dari universitas tempatnya berkuliah.

"Apa ada yang salah? ... Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Sambil menatap Chloe lekat-lekat, Matthew bertanya secara tiba-tiba, hingga membuyarkan lamunan Chloe.

"Ugh? ... Maafkan saya ... Saya hanya memperhatikan Anda bekerja, sambil menunggu arahan dari Anda," jawab Chloe.

Seketika itu juga, Chloe membatalkan keinginannya, untuk memiliki kekasih seperti Matthew.

Karena menurut Chloe, walaupun laki-laki itu sangat tampan, namun pasti tidak akan ada yang tahan, jika memiliki kekasih yang angkuh dan kasar seperti Matthew.

***

Chloe masih menemani Matthew di ruang kerja itu, hingga menjelang waktunya makan malam.

Menurut pesan dari Nathan kepada Chloe, di malam ini, Nathan dan Maddison akan datang ke rumah Matthew, untuk makan malam bersama.

Karena informasi itu, Chloe lalu meminta izin kepada Matthew, untuk keluar dari ruang kerjanya, dengan berkata,

"Sir! ... Saya akan memeriksa persiapan makan malam, sebelum kedua orang tua Anda datang."

Matthew terlihat hanya menganggukkan kepalanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop, dan tanpa bicara apa-apa, untuk menanggapi perkataan Chloe itu.

Segera setelah Chloe keluar dari ruang kerja itu, Chloe kemudian memantau pekerjaan dari asisten rumah tangga, yang mempersiapkan makan malam, sebelum kedua orang tua Matthew itu tiba di situ.

Kurang lima belas menit sebelum jam makan malam, Nathan dan Maddison, terlihat sudah mendatangi rumah Matthew.

Dengan terburu-buru, Chloe menyambut kedatangan Nathan dan istrinya itu, kemudian menyapa mereka lebih dulu.

"Selamat malam, Sir! ... Madam!" sapa Chloe, sambil tersenyum.

"Selamat malam, Chloe!" kata Nathan yang balas menyapa.

"Selamat malam, Chloe!" Maddison juga ikut membalas sapaan dari Chloe, kemudian lanjut berkata,

"Di mana Matthew? Apa dia bisa akur denganmu?"

"Mister McLean sedang berada di ruang kerjanya, Madam!" jawab Chloe, sambil tersenyum.

Setelah beberapa saat Maddison memandangi Chloe, dia kemudian berkata,

"Oh, gosh! ... Pertanyaanku yang konyol! Sudah pasti kamu kesulitan menghadapinya. Tolong dimaafkan, Chloe....

... Matthew sebenarnya baik. Dia hanya terlalu kaku seperti Grandpa-nya. Apalagi, jika dia berurusan dengan hal, yang berkaitan dengan pekerjaan."

Maddison seolah-olah bisa membaca pikiran dari Chloe, walaupun Chloe tetap tersenyum di depannya.

Sehingga perkataan dari Maddison itu, terdengar seperti sedang memberi alasan, agar Chloe bisa lebih sabar untuk menghadapi Matthew.

"Anda tidak perlu khawatir, Madam! ... Saya akan berusaha, agar bisa segera akur dengannya," sahut Chloe.

"Bagus! ... Aku mempercayakannya kepadamu," kata Maddison, tampak bersemangat.

"Sir dan Madam, bisa duduk di sini lebih dulu. Biar saya yang memberitahu Mister McLean, bahwa Anda berdua sudah datang," kata Chloe.

"Baik! ... Terima kasih, Chloe!" kata Nathan.

Begitu juga dengan Maddison, yang mengucapkan rasa terima kasihnya bersamaan dengan Nathan. "Terima kasih, Chloe!"

Tanpa berlama-lama lagi, setelah Nathan dan Maddison duduk di kursi yang tersedia di ruang makan itu, Chloe segera mendatangi Matthew di ruang kerjanya.

"Sir! ... Orang tua Anda sudah menunggu di ruang makan," kata Chloe, sambil tersenyum.

Matthew mengangkat pandangannya dari layar laptop, dan menatap Chloe untuk beberapa saat, tanpa mengatakan apa-apa.

Senyuman di wajah Chloe, rasanya telah menghilang, karena dia yang kebingungan dibuat Matthew.

Chloe tidak tahu apa yang harus dia katakan lagi, agar Matthew bisa segera menemui orang tuanya.

Walaupun terasa sangat canggung, karena ditatap oleh Matthew seperti itu, tapi mau tidak mau, Chloe hanya berdiri terdiam, sambil menunggu dan berharap, agar Matthew segera berdiri dari kursinya.

"Apa kamu itu orang bodoh?" tanya Matthew tiba-tiba, yang terdengar sinis, dan begitu juga tatapannya ke arah Chloe, yang tampak sama sinisnya.

"Apa kamu itu pesuruh? Sedari tadi, selain yang aku perintahkan, apapun yang kamu kerjakan, tidak ada yang masuk akal!" lanjut Matthew, sambil berdiri dari tempat duduknya.

Chloe hanya bisa menghela nafasnya yang terasa berat, dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan, untuk menenangkan dirinya sendiri, sambil memandangi Matthew yang berjalan melewatinya.

Di ruang makan, setelah Matthew dan kedua orang tuanya saling menyapa, Chloe berniat untuk pergi dari sana, agar Nathan dan Maddison bisa menghabiskan waktu dengan Matthew.

Akan tetapi, ketika Chloe pamit undur diri, Nathan dan Maddison tampak tidak setuju, jika Chloe tidak ikut makan malam bersama mereka.

"Chloe! ... Kamu mau ke mana?" tanya Nathan.

"Sir—" Chloe tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, karena Maddison menyela perkataannya, dengan berkata,

"Jangan ke mana-mana! Kamu ikut makan malam bersama kami saja!"

Karena melihat Nathan dan Maddison yang tampak bersikeras, akhirnya Chloe menyetujui ajakan mereka untuk ikut makan malam, kemudian ikut duduk di situ.

Setelah makan malam selesai disajikan oleh asisten rumah tangga, dan tertinggal di sana hanya Chloe, Matthew, Nathan dan Maddison, tidak berapa lama, Nathan kemudian berkata,

"Matthew! ... Tolong bersikap yang baik kepada Chloe! Jangan membuatnya sampai ingin berhenti bekerja, hanya karena dia merasa kesulitan untuk menghadapimu!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!