NovelToon NovelToon

Gadis Malang Milik CEO

Bersandiwara

...🥀🥀🥀...

Langit sore yang cerah, di sebuah rumah berlantai 2 tampak asri dengan taman kecil di halamannya. Mobil honda jes yang di kemudikan Noval akhirnya terparkir dengan cantik di garasi rumah yang cukup untuk menampung kendaraan pribadinya.

"Ayah pulang!" suara seruan bocah kecil berusia 6 tahun terdengar nyaring dan riang dari dalam rumah, menyambut kepulangan sang ayah saat mendengar suara mobil yang ia yakini adalah mobil ayahnya.

"Ayo turun Layla, Lulu pasti senang melihat ayah pulang bersama dengan mu!" ujar Noval dengan membuka sabuk pengaman yang membelit tubuhnya, senyum bahagianya terpancar nyata di bibirnya.

"Apa mama Sifanye juga akan menyambut kedatangan ku juga, ayah?" tanya Layla dengan meremasss ujung kaos yang tengah ia kenakan.

Noval mengerutkan keningnya, mendengar pertanyaan dari Layla, tangannya terulur mengelusss pucuk kepala Layla. "Kenapa masih bertanya seperti itu Layla? Mama Sifanye justru menanyakan terus kabar mu pada ayah. Itu artinya mama Sifanye sangat mencemaskan mu!"

Layla tersenyum pahit mendengar penuturan sang ayah, bagaimana mungkin ia mengatakan jika mama sambungnya tidak menginginkan keberadaannya di rumah itu. Tapi jika bukan ke rumah Noval, kemana lagi ia harus pulang.

Meski pun pada kenyataan Layla memiliki 2 rumah untuk ia kembali pulang, namun hati kecilnya tidak memungkiri rasa tidak nyaman pada keduanya.

Orang tuanya, Noval dan Tati memilih berpisah di saat Layla baru menginjak usia 3 tahun. Dan setahun setelah berpisah keduanya memilih jalan untuk berumah tangga kembali dengan pilihan mereka.

"Ayo kita turun, kau lihat itu... Lulu sudah menyambut kita pulang!" ujar sang ayah dengan menunjuk ke arah luar, memperlihatkan seorang anak kecil berusia 6 tahun dengan rambut yang di kuncir dua tengah bertepuk tangan dengan riang ke arah mobil Noval.

"Ayah pulang, ayah pulang! Mamaaaa, ayah pulang!" seru Lulu dengan bersemangat menyambut sang ayah.

Noval ke luar lebih dulu dari mobil, dengan ke dua tangan yang di rentangkan dengan tangan kiri yang menenteng tas kerjanya.

"Ayaaaah!" Lulu berlari, berhambur dan melompat dalam gendongan sang ayah, ke dua tangan mungilnya melingkar di leher Noval.

"Anak ayah nakal gak nih tadi di rumah hem? Apa kau merepotkan mama mu?" tanya Noval dengan mencium gemas pipi gembul Lulu.

"Lulu hari ini gak nakal ayah, Lulu hari ini jadi anak baik!" ucapnya dengan polos.

"Anak ayah pinter, di mana mama mu, sayang?" tanya Noval dengan menatap ke arah pintu rumah, belum nampak sang istri yang biasanya akan menyambut kepulangannya dari kantor.

"Mama ada di dalam ayah, lagi lietin ibu ibu demo di tivi, itu yang masak masak." celoteh Lulu.

Bugh.

Suara pintu mobil di buka, membuat Lulu menoleh ke arah mobil.

Lulu membola, mendapati siapa yang turun dari mobil sang ayah.

"Kaka Layla!" namun sedetik kemudian senyum tersungging di bibirnya, ia meronta minta di turunkan dari gendongan Noval.

"Hai Lulu!" Layla melambaikan tangannya pada Lulu, adik tirinya dari sang ayah.

Bugh.

Ke dua tangan mungil Lulu melingkar di ke dua kaki Layla. Lulu mengadahkan wajahnya menatap wajah Layla dan bertanya dengan polosnya.

"Kaka Layla ke mana aja? Kok gak main main kesini? Apa kaka Layla masih marah sama mama? Apa jangan jangan kaka Layla masih marah sama aku?" cecar Lulu.

"Maaf ya Lulu, kaka Layla gak marah kok sama mama dan Lulu. Kaka Layla cuma lagi banyak tugas aja dari sekolah, jadi belum sempat main kesini!" kilah Layla yang sudah jelas ia berbohong.

"Oooohhh gitu ya! Ayo ka masuk, mama udah masak enak loh buat Lulu dan ayah... nanti kaka cobain masakan mama ya! Pasti kaka suka! Terus kaka Layla jadi mau nambah terus makannya hehehe." tangan mungil lulu menggenggam jari telunjuk Layla dan mengajaknya masuk ke dalam rumah dengan di ikuti Noval yang berjalan di belakang ke dua putrinya. Dua putri dari istri yang berbeda.

Sampai di dalam rumah, ke dua mata Layla di suguhkan kembali dengan hal yang berbeda, dari terakhir kali ia berada di rumah sanga ayah.

Bingkai foto yang hanya terpajang ke tiga penghuni, Noval, Sifanye dan Lulu. Foto kebersamaan di mana yang ada Layla sudah tidak berada lagi di tempatnya.

Layla menelan salivanya dengan sulit, ini pasti mama Sifanye yang udah turunin foto foto aku, apa sebegitu gak berhaknya aku ada di rumah ini lagi, sampai sampai foto ku aja gak di pajang sama mama Sifanye dan ayah Noval?

"Mama, coba lihat siapa yang dateng!" seru Lulu dengan riang, mengayunkan ke 2 kakinya memasuki rumah yang tampak megah di dalamnya, meski tampilan dari luar rumah itu nampak biasa saja.

Sifanye yang sedang sibuk dengan layar televisi membuatnya dengan terpaksa menoleh ke arah putri kesayangannya.

"Memang si- a---" Sifanye tampak terkejut melihat Layla yang tampak akrab dengan putri kandungnya.

"Assalamualaikum, mah!" seru Layla dengan tangan kanannya yang meraih tangan kanan Sifanye, dan mencium punggung tangan kanan wanita yang kini menjadi ibu sambungan.

"Waalaikum salam!" ucap Sifanye dengan keterkejutan yang ia redam, kenapa anak ini bisa pulang bareng ayah? Apa mereka janjian?

"Mama tumben gak nyambut ayah pulang?" tanya Noval dengan mengelusss pundak Layla.

Tangan kanan Sifanye terulur mengambil alih tas kerja yang di tenteng Noval, ia juga mencium punggung tangan kanan Noval dengan ciuman hangat.

Cup.

Noval membalas perlakuan Sifanye dengan mengecup kening istrinya itu dengan kasih sayang.

"Justru mama malah gak denger kalo ayah udah pulang!" ujar Sifanye.

Sifanye tersenyum dengan getir melihat Layla, mau apa lagi anak ini datang kesini?

"Ayo ka, mandi dulu! Kaka nginepkan di sini? Nanti tidurnya di kamar aku mau gak ka?" celoteh Lulu dengan mengajak Layla meninggalkan ke duanya. Lulu membawa Layla ke kamarnya yang ada di lantai 2.

"Iya malam ini kaka nginep di sini." ucap Layla yang masih bisa di dengar oleh Sifanye.

Sifanye menatap Noval dengan tatapan menyelidik, ia melingkarkan tangannya di lengan Noval, menyeretnya ke arah sofa dan mendaratkan bobot tubuh ke duanya di sofa.

"Ayah tau mama mau tanya apa, biarkan Layla malam ini menginap di sini. Lagi pula Lulu juga senang melihat kakanya berada di rumah ini!" ujar Noval yang mengerti akan tatapan yang di berikan Sifanye padanya.

"Emang anak kamu udah gak marah lagi sama aku? Kan anak kamu yang suka banget cari masalah sama aku!" gerutu Sifanye dengan sinis.

"Jangan gitu dong mah! Namanya juga anak anak. Wajar lah, nanti juga baik sendiri kan... gak mungkin lah Layla bisa marah lama lama sama kamu, gak inget apa kamu tuh tetap mama sambung terbaik untuknya." Noval menjawil hidung sang istri.

Flashback 2 minggu sebelumnya.

Di kamar tampak Layla dan Lulu yang tengah bermain berantem beranteman, Lulu berperan sebagai bawang merah yang tengah memarahi bawang putih.

"Kamu ini gimana sih, cuci baju tuh yang bener... bukan kaya gini, ini lihat noda di baju masih ada, gimana sih, kerja gak bener!" omel Lulu dengan memperlihatkan dress yang ada di tangannya seolah ada noda kecap.

"I- iya maaf bawang merah, ta- tapi sabunnya udah gak ada, jadi aku terpaksa hanya membilasnya dengan air bersih tanpa sabun colek." ujar Layla dengan suara bergetar hebat.

Bugh.

Lulu dengan spontan mendorong tubuh Layla ke dinding.

"Dasar kamu, kaka gak guna... bawang putih bikin susah aja, mati kamu! Kamu gak boleh hidup bawang putih, kamu harus mati, mati adalah jalan terbaik untuk kamu Layla!" Lulu tampak menyeringai melihat wajah pucattt pasiii Layla yang tengah ia cekikkk lehernya dengan ke dua tangan Lulu.

Bugh.

Noval membuka pintu kamar Lulu dengan kasar, betapa terkejutnya ia mendapati putri tertuanya, Layla dalam cekikan ke dua tangan Lulu.

"Lu- lu, to- long le- pas, a- pa yang ka- mu la- ku- kan Lu- lu!" dengan suara tercekat, Layla berusaha berkata pada Lulu, memintanya untuk melepaskan tangannya dari lehernya.

Sreek.

Bugh.

Noval dengan geram menarik tangan Lulu dan membuatnya terperanjak di atas lantai.

"Apa yang sudah kamu lakukan Lulu?" tanya Noval dengan suara naik satu oktaf.

"Apa yang sedang ayah lakukan? Mereka berdua pasti hanya sedang bercanda! Ayah keterlaluan!" Sifanye membantu Lulu beranjak dari posisinya, dengan tatapan tajam ia tujukan pada Noval dan Layla secara bergantian.

"Kamu gak apa apa kan, sayang?" tanya Sifanye dengan lembut oada Lulu.

Lulu menggelengkan kepalanya. "Aku sama kaka hanya sedang bersandiwara, kita lagi bermain peran kaya yang di tivi tivi." ujar Lulu.

"Apa benar apa yang di katakan Lulu, Layla?" tanya Noval setelah mendengar pengakuan Lulu pada Sifanye.

Layla menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang di katakan adik tirinya. "Tapi gak tau kenapa, Lulu jadi main tangan sama aku, yah!" tangan Layla menyentuh lehernya yang tampak jelas bekas tangan Lulu tercetak di sana.

"Kerja bagus, sayang!" bisik Sifanye pada Lulu, dengan tatapan sinis ia tujukan pada Layla.

"Kamu tidur di kamar lain aja, Layla!" Noval membawa Layla ke luar dari kamar Lulu.

"Kenapa harus di kamar lain, yah? Biar Layla tidur di kamar ini saja bareng Lulu!" ucap Sifanye yang tidak setuju dengan keputusan Noval.

"Bisa mati Layla jika terus berada dekat dengan Lulu!" gerutu Noval dengan pelan yang hanya bisa di dengar Layla.

"Yah! Noval, ayah Noval... jangan bawa Layla, Lulu kan hanya bercanda! Nanti juga mereka akur lagi, main bareng lagi! Dasar anak kecil, bercanda saja sudah cengeng!" suara Sifanye terdengar jelas hingga ke luar kamar, dengan suara yang naik beberapa oktaf.

"Maaf ayah, ayah tidak akan bertengkar dengan mama Sifanye kan?" tanya Layla dengan tatapan sendu, aku sudah membuat ayah dan mama Sifanye bertengkar.

"Kami tidak bertengkar sayang, kamu tidur lah. Besok biar kamu, ayah yang anter ke sekolah!" ujar Noval.

Flashback and.

"Dia ke sini pasti karena di suruh sama Tati, buat minta uang jajan sama kamu kan sayang?" tanya Sifanye dengan tatapan penuh curiga.

Bersambung...

...🥀🥀🥀...

Menuangkan segala kehaluan lewat kata. Dari kata menjadi kalimat. Dari kalimat yang terangkai menjadi sebuah karya 😅😅😅

Kaka nuduh aku?

...🥀🥀🥀...

"Dia ke sini pasti karena di suruh sama Tati, buat minta uang jajan sama kamu kan sayang?" tanya Sifanye dengan tatapan penuh curiga.

"Bukan Tati yang menyuruh Layla untuk datang kesini, tapi ayah yang menjemput Layla tadi di rumah temannya." jelas Noval.

Sifanye menatap Noval dengan tatapan menyelidik. "Kamu lagi gak bohongin aku kan, yah?"

Noval mengelusss punggung Sifanye. "Untuk apa ayah membohongi mu, mah!"

"Cuma kamu yang tau alasannya, yah!" Sifanye beranjak dari duduknya.

Noval melepas kancing kemeja yang ia kenakan.

"Aku siapkan air hangat untuk ayah mandi!" Sifanye berlenggang menuju kamar mereka berada.

"Begini serba salahnya aku jika harus membawa Layla pulang ke rumah ini. Anak ku sendiri seperti tidak punya tempat di rumah ayah kandungnya sendiri." gumam Noval dengan menatap punggung Sifanye yang semakin menjauh dari pandangannya.

...----...

"Kaka Layla mau langsung mandi apa mau sholat dulu?" tanya Lulu dengan mendudukan dirinya di tepian kasur.

"Untung kamu ingetin kaka, de... kaka mau mandi biar nanti bisa langsung sholat deh. Badan kaka udah gak enak ini!" Layla mengelus tangannya yang mulai lengket.

"Aku tunggu di bawah ya ka!" Lulu beranjak dari duduknya, meninggalkan Layla di kamar seorang diri.

"Oke!"

Layla mengambil pakaian rumah dari dalam lemari dan membawa nya memasuki kamar mandi.

Ceklek.

Lulu menyembulkan kepalanya di balik pintu, memastikan jika kaka tirinya Layla sudah benar benar masuk ke dalam kamar mandi.

"Aku harus lihat, apa aja yang kaka Layla milikin, apa yang kaka Layla bawa ke sekolah." Lulu masuk kembali ke dalam kamar, meraih tas sekolah Layla dan membukanya tanpa ragu.

Lulu menyeringai dan membuka isi dompet Layla, ia melihat ada uang 8 lebar dengan pecahan seratus ribu rupiah, 3 lembar dengan pecahan 20 ribu rupiah.

"Pasti ayah yang kasih ini buat ka Layla, banyak banget sih! Mending aku ambil setengahnya." Lulu mengeluarkan 4 lembar seratus ribu rupiah dari dompet itu, tanpa izin dari si empunya dompet.

Lulu menoleh sekilas wajahnya ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.

Lulu berkata dengan sinis. "Anak gede itu gak boleh pegang uang banyak banyak. Nanti boros!"

Lulu menyimpan kembali tas Layla, ia berjalan ke luar kamar sebelum Layla ke luar dari kamar mandi.

Lulu menutup pintu kamar dengan perlahan. "Mudah mudahan aja kaka Layla gak tau kalo uangnya aku ambil. Lumayan kan, uang jajan aku jadi bertambah." gumam Lulu.

"Kaka kamu mana, Lu?" tanya Noval yang berdiri tidak jauh darinya.

Lulu berjingkat kaget dan membalikkan tubuhnya, menatap Noval dengan perasaan yang tidak karuan.

"A- anu yah... kaka Layla la- lagi mandi, a- aku di suruh tunggu di bawah aja." mudah mudahan aja ayah gak denger apa yang aku omongin.

"Ooooh gitu, ya udah ayo... kita tunggu kaka kamu di bawah aja! Kamu kenapa ngomongnya jadi gugup gitu, Lu?" tanya Noval dengan curiga.

"Ah gak apa ko yah... a- ayah ngagetin aku sih tadi, jadi a- aku gugup." tangan kanan Lulu memasukkan uang yang ia curi dari tas Layla ke dalam saku celana yang ia kenakan.

Lulu, Noval dan Sifanye berkumpul di ruang keluarga, sambil menunggu jam makan malam tiba. Mereka mengisi waktu dengan berbincang, membahas kegiatan apa yang tadi di lalui.

"Besok kan hari minggu, kita jalan jalan yuk yah! Kita kan udah lama gak jalan jalan!" rengek Lulu dengan tangan yang melingkar di lengan sang ayah, kepala yang bersandar di lengan ayahnya pun kini mengadah, menatap dengan penuh harap.

Wajah dengan garis tegas nampak berfikir untuk memberikan jawaban atas pertanyaan putri kecilnya.

"Udah sih, kabulin aja yah! Emang kamu gak bosan apa di rumah terus!" sungut Sifanye dengan membolak balikkan lembar demi lembar majalah yang ada di tangannya.

"Oke, kita ke mall aja ya sayang! Sekalian mumpung kaka kamu lagi ada di sini!" Noval membelai rambut panjang putri kecilnya yang kini duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar.

Sifanye memutar bola matanya dengan malas, saat nama putri sambungnya di sebut, lagi lagi ajak itu anak. Gak bisa apa kalo pergi hanya dengan kita bertiga! Selalu saja, menyusahkan kalo anak itu ikut!

Noval yang menyadari tatapan tidak suka dari istrinya pun langsung angkat bicara.

"Kenapa mah? Apa mama keberatan... jika Layla ikut dengan kita ke mall? Apa mama ingin membiarkan Layla tetap tinggal di rumah ini seorang diri?" tuduh Noval dengan sudut bibir yang ia paksakan untuk tersenyum.

Sifanye berkata dengan manis, apa yang terucap dari bibirnya, tidak lah sejalan dengan apa yang terucap dalam hatinya.

"Mana mungkin mama keberatan, itu kan hak kamu, yah! Mau ajak anak itu atau gak, itu terserah kamu!" tapi lebih baik jika anak kamu gak usah ikut, mengurangi jatah mama dan Lulu buat belanja aja nanti di mall, nyebelin kan!

Noval membuang nafas dengan lega, meski ia tau apa yang di inginkan istrinya, tapi sulit baginya untuk mengabulkan apa yang di inginkan sang istri, apa lagi jika sudah menyangkut dengan Layla.

Tap tap tap.

"Lulu, Lulu!"

Layla menuruni anak tangga dengan tergesa gesa, suaranya nampak panik dengan wajah yang tidak kalah panik.

"Ada apa, Layla?" tanya Noval dengan kening mengkerut, begitu putri tertuanya kini berdiri di hadapannya.

"Hous hous hous!" Layla bernafas dengan ngos ngosan. Ia memperlihatkan tas yang ada di tangan kanannya.

Lulu tampak mulai gelisah, ia mencengrammm baju yang ia kenakan. Jangan bilang kalo kaka Layla nyadar, uangnya berkurang! Bisa gawat nih aku.

"Kenapa dengan tas kamu, La?" tanya Noval semakin tidak mengerti dengan apa yang di lakukan Layla.

Sifanye yang menyadari ada yang tidak beres dengan gelagat putrinya Lulu, langsung menggelengkan kepalanya.

Anak ini kalo bertindak gak pikir panjang dulu. Gimana sih, di ajarin kok gak ngerti ngerti. Kalo kaya gini bisa hancur kan namanya di depan ayah!

Layla menatap sekilas wajah Sifanye, Lulu dan Noval secara bergantian, aku harus tanya, masalahnya uang itu ayah kasih ke aku buat bayar uang sekolah, gimana ini.

"Maaf Lu, apa Lulu tadi buka tas kaka?" tanya Layla dengan menelan salivanya.

Lulu beranjak dari duduknya, tangannya meremasss ujung baju yang ia kenakan, menatap Layla dengan sengit.

"Enggak, kaka nuduh Lulu? Tadi kan Lulu langsung ke luar, kaka lihat sendiri kan tadi! Kaka jahat banget sih, mau bilang Lulu itu nyuri uang kaka gitu?" cerocos Lulu dengan mata yang melotot, tidak terima dengan ucapan Layla.

"Bukan gitu Lu, kaka gak nuduh... kaka cuma tanya aja sama kamu. Apa kamu tadi buka tas kaka?" aku kan belum bilang kalo uang aku yang ilang, dari mana Lulu tau kalo uang aku ilang? Cuma aku dan ayah yang tau uang itu, dan sekarang uang itu berkurang... gimana ini!

Sifanye angkat bicara, ikut menyudutkan Layla, "Jaga bicara kamu Layla, kamu gak nyadar kalo kamu lagi nuduh Lulu? Lulu mana mungkin kekurangan uang kaya kamu! Mama dan ayah selalu kasih Lulu uang jajan. Gak kaya kamu, uang jajan aja minta dari ayah! Kalo bukan dari ayah, mana mungkin kamu bisa jajan!"

"Bukan gitu mah! A- aku..."

Sreek.

"Ayo cari kalo kaka gak percaya sama aku!" Lulu menarik tangan Layla dan membawanya menaiki anak tangga.

"Kaka jahat banget udah nuduh aku di depan ayah sama mama!" gerutu Lulu, aku akan buat kaka di salain sama ayah.

"Maaf Lu!" kenapa tangan Lulu dingin banget ya, apa mungkin tuduhan aku itu benar kalo Lulu yang ambil uang aku?

"Ayah jangan diam aja dong! Anak kamu itu lagi nuduh anak aku! Gimana kalo Layla kasarin Lulu?" Sifanye menarik pergelangan tangan suaminya, menyeretnya mengikuti ke duanya.

"Astagaaa apa lagi ini Tuhan cobaan dari mu!" gumam Noval dengan frustasi.

Bruk.

Lulu menghempaskan tangannya dari tangan Layla, membuat Layla terhuyung ke depan dan jatuh terjerembab.

"Coba cari lagi ka, cari yang teliti di sudut ruang kamar ini! Bisa aja kan kaka menjatuhkannya di suatu tempat!" ujar Lulu dengan gerakan yang cepat ia menjatuhkan uang yang ada di saku celananya di dekat ranjang kasur.

"Ketemu gak uangnya?" tanya Sifanye begitu ia dan Noval berada di ambang pintu.

Bersambung...

...🥀🥀🥀...

Menuangkan segala kehaluan lewat kata. Dari kata menjadi kalimat. Dari kalimat yang terangkai menjadi sebuah karya 😅😅😅

Mall

...🥀🥀🥀...

"Ketemu gak uangnya?" tanya Sifanye begitu ia dan Noval berada di ambang pintu.

...---...

Setelah malam di lalui dengan drama Layla dan Lulu. Keesokan nya Noval benar benar membawa keluarga kecilnya, menuju pusat perbelanjaan yang ada di tengah ibu kota.

Bukan hanya sekedar nonton bioskop. Mereka juga berbelanja, bermain, dan makan di restoran terkenal dengan harga yang cukup menguras kantong cukup dalam.

"Sudah ketemu belom yang cocok? Ingat ya, jangan yang terlalu terbuka, ayah gak suka!" ucap Noval mengingatkan kembali ke dua putrinya.

"Awas La, jangan sampai kaya semalam... nuduh orang tanpa bukti, gak taunya kamu sendiri yang ceroboh!" cibir Sifanye dengan menatap sinis Layla.

"Udah mah, gak usah di bahas lagi! Malu kalo sampe di dengar orang!" Noval mengecup punggung tangan Sifanye yang ada dalam genggaman tangannya.

Layla membuang nafasnya dengan kasar, gimana bisa uang itu bisa ada di dekat ranjang kasur ya! Aku masih bingung.

Flashback semalam.

"Ketemu gak uangnya?" tanya Sifanye begitu ia dan Noval berada di ambang pintu.

Layla menggelengkan kepalanya.

Noval melangkah masuk ke dalam kamar Lulu, "Coba di ingat ingat La, kamu simpan uang itu di mana? Bisa aja jatuh kan!"

Sifanye enggan masuk ke dalam kamar, ia menyandarkan punggungnya pada tiang pintu, dengan ke dua tangan yang menyilang di depan dada.

"Makanya kalo mau kasih uang ke anak itu gak usah sembunyi sembunyi dari mama, jadi gini kan akibatnya! Gak berkah tuh kamu ngasih anak kamu tanpa sepengatahuan mama!" cibir Sifanye dengan menatap sebal Noval dan Layla.

"Layla juga berhak atas uang itu mah! Uang yang ayah berikan pada Layla itu gak seberapa jumlahnya dengan uang yang kamu dan Lulu terima, mah!" terang Noval.

Lulu memberi kode pada Sifanye, Sifanye mengangguk kan kepalanya mengerti.

Dengan mengikuti arahan dari kode yang di berikan Lulu. Sifanye dapat menemukan apa yang sedang di cari Layla.

Sifanye yang sudah berdiri di dekat tempat tidur, membungkukkan tubuhnya dan tangannya terulur, meraih sesuatu di bawahnya.

Sifanye membuang nafasnya dengan kasar, mengulurkan tangannya di depan Layla. "Ini apa, Layla!"

"Ko bisa ada di situ mah?" tanya Layla dengan kening mengkerut.

"Jangan bilang kamu sekarang nuduh mama yang ambil uang kamu, ya! Benar benar kamu tuh! Minta di usir kau dari rumah ini?" ucap Sifanye dengan mata menatap tajam Layla.

"Bu- bukan gitu mah! A- aku..." Layla belum selesai berkata, Noval sudah lebih dulu memotong perkataannya.

"Gak usah di lanjutkan Layla, bilang makasih sama mama Sifanye!" titah Noval dengan suara dinginnya.

"Makasih mah!" ucap Layla dengan berat hati.

Sifanye berjalan ke luar dari kamar Lulu dengan wajah marah tanpa menjawab perkataan Layla. "Aku gak terima dengan perlakuan putri kamu itu, yah!" ucapnya di depan Noval.

Lulu menyeringai menatap Layla dengan sinis, kena kan sekarang. Lulu gitu lo! Gagal deh bisa jajan pake uang kaka Layla. Tapi ingat, masih ada hari esok selama kaka Layla ada di rumah ini. Gak akan aku buat kaka Layla tenang tinggal di sini.

Flashback and.

Lulu menyenggol lengan Layla dengan sikunya. "Udah dapet belom, gaun yang lo mau ka?" tanya Lulu dengan ketus.

"Eh iya, ini udah dapet ko!" Layla memperlihatkan gaun yang ia pilih, gaun panjang dengan lengan sesiku, berwarna coklat ada motif bunga di bawahnya, menjadi pilihan terakhir Layla.

"Norak banget, wajar sih... toh kamu juga norak!" cibir Sifanye.

"Udah gak usah berdebat terus, kamu gak sekalian pilih buat kamu mah?" tawar Noval.

"Pasti lah, mama juga kan mau baju baru! Masa anak kamu aja yang di beliin, aku gak!" Sifanye langsung memilih pakaian yang ia inginkan, sesuai dengan seleranya dengan warna cerah.

Layla membuang pandangannya pada yang lain, bukan cuma aku yang di beliin ayah, Lulu juga di beliin ayah.

Setelah semuanya di bayar Noval, kini ke empatnya berjalan ke luar dari toko baju. Menyusuri jalan memilih toko mana lagi yang akan mereka masuki.

"Kita makan dulu yuk, mah, yah! Aku laper lagi nih!" rengek Lulu dengan menggoyangkan lengan Noval yang ada dalam dekapannya.

"Kamu juga udah laper, La?" Noval malah bertanya pada Layla.

Layla menoleh wajah Lulu, sebenarnya aku gak laper, tapi kasian Lulu. Lulu udah laper banget kayanya.

"Boleh deh, yah!" ujar Layla.

Lulu mengerucutkan bibirnya dengan kesal, apa apa harus tanya kaka, aku juga kan putri ayah. Harusnya ayah dengerin apa kata aku dong, bukan dengerin kata kaka.

Sifanye semakin di buat jengkel dengan sikap Noval, "Kamu kenapa sih yah! Lulu udah laper, apa harus dengerin pendapat anak kamu yang satu ini?" protes Sifanye.

"Bukan gitu mah! Kan biar kita bisa makan sama sama! Jadi Kalian mau makan apa?" tanya Noval dengan mengalihkan perhatian Sifanye dan Lulu.

"Bakso enak, yah!" ujar Layla.

"Pitza enak, yah!" uajr Lulu.

"Udah gak usah pilih pilih makan, gak usah tanya tanya mau makan apa!" ucap Sifanye dengan sinis, ia langsung menyeret Noval setelah merekatttkan tangannya di lengan Noval, dan berjalan menuju sebuah restoran cepat saji dengan menu utama pitza.

"Mama is the best!" Lulu bertepuk tangan dengan bersemangat.

Bugh.

Prang.

"Jalan pake mata dong!" suara gertakan seorang pria dewasa membuat Layla berjingkat kaget.

Bersambung...

...🥀🥀🥀...

Menuangkan segala kehaluan lewat kata. Dari kata menjadi kalimat. Dari kalimat yang terangkai menjadi sebuah karya 😅😅😅

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!