“Nona Liang, seseorang mengirimkan paket untuk Anda.” Seorang staf laki-laki meletakkan amplop di atas meja rias Zelene Liang.
“Terima kasih,” Zelene Liang merogoh amplop tersebut lalu membukanya pelan-pelan. Rupanya itu adalah buku nikahnya. Oh, ya ampun! Sekarang dengan adanya buku nikah ini, Zelene Liang telah resmi menjadi istri dari pengusaha kaya—Tony Huo.
Apa yang pernah Zelene Liang lakukan dahulu sehingga dijodohkan oleh ayahnya? Padahal dia merupakan aktris yang sedang dalam puncak karier. Jika para penggemar dan publik tahu, maka habislah karier Zelene. Dan laki-laki itu—yang menjadi suaminya—sangat dingin padanya.
Pertama kali Zelene bertemu dengan pria itu adalah di hotel tempat mereka melangsungkan pernikahan yang dihadiri oleh orang tua masing-masing. Lalu sekarang datang buku pernikahan ini.
Zelene mendesah lalu meletakkan buku nikah itu ke dalam tasnya. Tjdak ada yang boleh tahu akan hal ini, jika Zelene masih ingin tetap eksis di dunia entertainment.
“Lene, syuting hari ini sampai di sini saja. Apakah kau ingin makan sesuatu?” Hanna Gu masuk ke dalam ruangan rias, nyaris membuat Zelene terlonjak dari tempat duduknya. Padahal Hanna Gu sudah tahu kalau Zelene menikah dengan Tony Huo.
“Aku mungkin dijemput oleh seseorang hari ini, jadi, Kak Hanna pulang saja lebih dulu,” kata Zelene dengan hati-hati. Kelopak matanya gemetar membuat Hanna Gu curiga dan mengernyit. Mata wanita itu sedikit menyipit—menyelidik.
“Kau punya sesuatu yang ingin kau katakan padaku, Lene?” Hanna Gu terdengar biasa saja, tetapi sebenarnya ia sedang mendesak Zelene.
Zelene mendesah. “Suamiku akan datang menjemputku hari ini. Dan aku akan tinggal di rumahnya. Buku nikah baru saja diberikan padaku. Kak Hanna tolong rahasiakan ini.”
Hanna Gu buru-buru masuk dan menutup pintu. “Lene, aku tidak mendengar apa pun.”
**
Zelene Liang menemukan mobil yang menjemputnya. Seorang pria bertubuh tinggi menunggu di sebelah mobil itu. Jantung Zelene Liang berdebar kencang. Juga ada perdebatan di dalam kepalanya.
Suaminya begitu tampan juga mapan, sayang sekali mereka tidak saling mencintai. Agak mengecewakan memang, tetapi mau bagaimana lagi? Mereka sudah menikah.
“Ayo, masuk. Mau berdiri sampai kapan?” Tony Huo berbicara dengan nada dingin yang menyebabkan Zelene agak merinding.
Zelene melangkah ke arah mobil pria itu. Sementara Tony Huo sudah masuk ke kursi pengemudi. Apakah begini cara Tony Huo memperlakukan istrinya? Sungguh sulit untuk dipercaya.
Zelene Liang masuk ke dalam mobil tersebut. Mendapati atmosfer yang baru pertama kali ini dirasakan olehnya.
“Ya ampun! Laki-laki ini keterlaluan sekali. Jika memang tidak ingin menikah denganku. Harusnya dia bilang saja dan tolak pernikahan ini. Mengapa harus membawaku ke dalam kekacauan. Apakah aku akan menjadi wanita yang menyedihkan karena menikah dengan pria ini?”
Zelene Liang hanya berharap bahwa semua ini hannyalah sebuah mimpi. Meskipun Tony Huo sangat tampan dan mapan, tetapi perangainya ini membuat Zelene merasakan sedang duduk di sebelah gunung es.
“Jangan menyalakan AC terlalu kencang,” kata Zelene.
Tony Huo sama sekali tidak menyahut. Apakah mungkin tidak menganggap kehadiran Zelene di sana?
“Pria ini, apakah ingin membuat aku mati kesal?”
Zelene Liang menarik napas dalam-dalam sebelum memaki dan berteriak dalam hatinya.
Mereka sampai di kediaman Tony Huo. Pria itu tidak keluar dari mobil, melainkan menarik Zelene Liang ke arahnya, lalu mendaratkan ciuman di ciuman pada bibir Zelene.
Apa ini?
Zelene Liang merasakan sebuah ciuman halus dan hangat. Meski sudah berulang kali melakukan adegan ciuman dengan aktor laki-laki, tetapi rasanya sangat berbeda.
“Bibirmu ternyata manis juga, ya?” suara rendahnya serupa petikan bas, mengalunkan pertanyaan entah itu menghina atau memuji.
Zelene Liang mengerutkan kening, matanya seperti sensor memindai lelaki tampan di hadapannya dari atas hingga bawah. Pria ini yang baru dikenalkan beberapa hari yang lalu padanya, sekarang merupakan suami sah-nya.
“Bukankah, kamu sudah sering berciuman dengan beberapa pria sebelumnya?” Tony Huo kembali bertanya, namun pertanyaan kali ini merupakan sebuah cibiran. Ia menyeringai dan mendekatkan bibirnya ke telinga Zelene, “itu kan memang pekerjaanmu.”
“Heh, aku aktris profesional dan aku tidak berciuman dengan sembarang aktor. Tidak sepertimu yang menempelkan bibir pada setiap wanita yang lewat." Zelene Liang mengembalikan ejekan kepada Tony Huo.
Pria dengan tubuh tegap itu, tertegun.
Aku bisa tenang. Istriku bukan orang yang bisa dengan mudahnya di-intimidasi. Walaupun aku tidak menyukainya, namun menyandang status sebagai istriku, haruslah wanita dengan kepribadian kuat.
Tony Huo memasuki ruang belajar, ia segera menempatkan diri di kursinya mengaktifkan fitur tilt locking pada kursi tersebut, kemudian menaruh kakinya di atas meja. Pria dengan alis tebal itu menarik napas panjang, ketika memikirkan masa lajangnya sudah berakhir, ia memiliki banyak pilihan dalam pikirannya, namun mana sesungguhnya yang harus dipilihnya?
Sebuah ketukan pintu menyadarkan Tony Huo, ia menyuruh orang itu masuk.
Seorang wanita setengah baya memasuki ruangan dengan seragam berwarna biru tua, rambut cepol-nya tertata rapi, lalu wanita itu memberi hormat pada Tony Huo.
“Tuan Muda, seorang pelayan membawa Nyonya Muda ke kamar yang salah. Saat ini, dia berada di kamar itu ....” Wajah wanita itu memiliki kerutan tipis—dia menundukkan kepalanya tidak berani melihat ekspresi pria yang masih bersandar dengan santai di kursinya.
Tony Huo yang mendengar laporan itu langsung beranjak dari kursinya; raut mukanya sudah tidak santai seperti sebelumnya, ia berjalan ke arah pintu sembari mengepalkan tangan. “Terima kasih, Bibi Qin.”
“Tuan muda, jangan terlalu kasar pada Nyonya, dia tidak mengetahui apa pun.” Qin Zhuo An menasihati Tony. Ia takut kalau-kalau Tony Huo, bisa saja berlaku kasar pada perempuan yang tidak mengetahui apa-apa tentang mansion itu.
Tony Huo mengangguk pada Qin Zhuo An. Ia kemudian mengambil langkah besar menuju kamar berdaun pintu emas, ia merasa sangat kesal bisa-bisanya seorang pelayan membawa perempuan itu ke kamar yang salah. Apakah dia bisu hingga tidak bisa bertanya sebelum memasuki kamar, sebegitu bodoh kah, dia? Jika saja keluarganya tidak terlalu peduli pada perempuan itu; ia pasti tidak akan mengijinkan Zelene Liang untuk memasuki mansion-nya.
Braaaak! Pintu itu dibuka dengan kasar, wajah pria yang masih mengenakan jas pengantin tersebut menghitam melihat Zelene Liang yang terperanjat di tempatnya.
“Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Siapa yang menyuruhmu untuk masuk ke kamar ini?” Tony Huo berteriak dan menatap tajam pada perempuan yang wajahnya dipenuhi rasa heran. Ia sudah mengetahui kebenarannya, mengapa Zelene Liang berada di kamar pintu emas? Namun, ia tetap mempertanyakan alasan perempuan itu.
Zelene yang sudah sadar dari kagetnya ikut memekik. “Jangan berteriak! Aku tidak tuli,” dia mendekat memberikan pandangan benci, “memangnya kenapa dengan kamar ini? Pelayan ya—”
Tony Huo memotong ucapan Zelene. “Cukup! Keluar!” suara geramnya sama sekali tidak membuat Zelene bergidik, ia masih tetap terpaku di tempatnya tanpa beranjak selangkah pun.
Lelaki itu makin geram dengan sikap apatis Zelene; ia merasa bahwa perempuan di hadapannya tidak mengerti bahasa manusia. “Selagi aku masih memiliki kesabaran, lebih baik kamu cepat keluar!” ia menghela napas tidak sabar, lantas menarik pergelangan tangan Zelene dan membawanya keluar secara paksa, “aku bilang cepat keluar!”
“Ah—” Zelene mengerang kesakitan. Memar merah tampak di pergelangan tangan putihnya. Ia menundukkan kepala seraya mengelus pergelangan tangannya yang memar.
Tony Huo tidak sadar bahwa genggamannya terlalu kuat, ia melirik pergelangan tangan Zelene. Huh? Apa yang sudah aku lakukan? Apa dia menangis? Tony Huo merasa sedikit bersalah, ia hanya kesal dan kurang sabar dalam menghadapi sikap apatis Zelene.
Setelah beberapa saat dirasa pergelangan tangannya sudah tidak sakit lagi, Zelene melebarkan mata almond-nya dan menatap tajam pada pria kasar di hadapannya. “Tony Huo, apakah ini caramu memperlakukan seorang istri yang baru saja kamu nikahi?” Zelene Liang bertanya dengan nada tinggi, ia bahkan tidak mengedipkan matanya.
“Zelene Liang, apakah kamu berpikir bahwa kita adalah suami-istri sungguhan?” Tony Huo tersenyum dingin, “aku tidak pernah berniat menikahimu.” Ia mengucapkan sebuah pernyataan.
Tatapan mata Zelene Liang dipenuhi ejekan, pernyataan yang dilontarkan Tony Huo barusan seakan-akan hanya dia yang tidak menginginkan pernikahan tersebut.
Awalnya Zelene ingin meminta perceraian setelah beberapa tahun, namun kini pikirannya berubah, ia akan mempertahankan pernikahannya dan membuat Tony Huo mati kesal.
“Apa kamu menyesal setelah menikahiku?” kemudian Zelene terkekeh nyaring, “ha-ha-ha, ya, walaupun sekarang kamu menyesal, itu tidak akan berguna karena aku tidak akan menceraikanmu!” kini, ia memberikan senyum penuh makna.
Tony Huo, “....”
Tony tidak repot-repot mengartikan senyum Zelene. “Tsk! Sepertinya kamu berharap terlalu tinggi. Kamu tidak berhak untuk memutuskan, aku bisa menceraikanmu kapan saja.” Pria itu memalingkan muka dan memanggil butler Kim.
Pria berambut perak dalam setelan jas rapi berwarna hitam bergegas menghampiri mereka. “Apa perintah Anda, Tuan Muda?”
“Antarkan Nyonya Muda ke kamarku, dan jangan biarkan dia memasuki tempat yang tidak seharusnya lagi!” Tony Huo memberikan peringatan bukan hanya untuk butler Kim maupun Zelene, tetapi untuk semua yang tinggal di dalam mansion.
“Baik, Tuan Muda.” Butler Kim menundukkan kepala memberikan hormat pada Zelene, “Nyonya, silahkan ikuti saya. Saya akan memandu Anda.” Butler Kim berjalan di depan karena Zelene belum mengetahui letak kamar Tony Huo.
Zelene tidak berkata apa pun dan mengikuti butler Kim, mata almond-nya menengok ke Tony Huo yang memasuki kamar berdaun pintu emas itu. Kamar apa sebenarnya yang tidak boleh dia masuki, seberapa berharganya kamar tersebut dibandingkan dengan istrinya?
Zelene Liang menggelengkan kepala, rahasia apa yang ada di sana?
“Mengenai pelayan yang mengantar Nyonya, saya akan memberikannya hukuman. Seharusnya saya sendiri yang mengantar Anda, saya tidak tahu jika pekerjaan pelayan itu sangat tidak profesional," butler Kim memecah kesunyian, “maafkan saya, Nyonya.”
Zelene menggelengkan kepalanya, untuk apa dia menyalahkan orang yang tidak bersalah? “Tidak perlu minta maaf, itu bukan kesalahanmu. Mengenai pelayan itu, tidak usah di pikirkan!” ucap Zelene tenang.
“Tapi, Nyonya ....” Butler Kim masih tidak terima, jika ada bawahannya yang tidak melakukan pekerjaannya dengan benar, tentu saja, ia harus menghukumnya atau setidaknya memberi peringatan.
“Aku sendiri yang akan mengurusnya.”
Butler kim sedikit terkejut mendengar pernyataan Zelene. Seorang Nyonya Muda, repot-repot ingin mengurusi seorang pelayan? Butler Kim hanya bisa mengangguk dalam hal ini, “baiklah, jika itu yang Anda inginkan.”
Langkah pria berambut perak itu berhenti di depan kamar utama. “Kita sudah sampai, Nyonya.”
“Mn, terima kasih.” Sebelum Zelene memasuki kamar, dia menengok dan mengamati ekspresi butler Kim, “Uhm, butler Kim ....”
“... Apa ada lagi yang Anda butuhkan, Nyonya?”
“Kamar itu ....” Zelene kembali menatap ke arah ruangan besar yang baru saja ia masuki, meskipun ruangan itu tidak terlihat lagi dari kamar utama, tetapi benak Zelene dipenuhi dengan pertanyaan sekaligus rasa penasaran.
Butler Kim terlihat sedikit panik, ia tidak bisa menjelaskan apa pun pada Zelene. “Nyonya, jika Anda ingin mengetahuinya, sebaiknya Anda bertanya langsung pada Tuan Muda.”
Huh? Bertanya padanya? Lebih baik aku bertanya pada sapi.
“Baiklah.” Zelene tidak bertanya lebih jauh lagi, ia tidak ingin memaksa butler Kim untuk memberitahunya.
Zelene Liang kembali mengangkat gaun pengantinnya, kemudian meraih gagang pintu dan memasuki kamar. Nuansa di kamar utama sangat gelap, Zelene bisa mencium aroma maskulin Tony Huo yang tertinggal di kamarnya. Furnitur di dalam ruangan besar itu rata-rata berwarna gelap—sama seperti pemiliknya yang sering menggunakan setelan suit berwarna gelap.
Zelene merasa sangat lelah karena hari ini begitu panjang menurutnya, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuk yang dipenuhi oleh aroma maskulin pria ber-aura dingin itu.
Kamar yang bahkan dekorasinya belum selesai dan tidak boleh kumasuki, hanya ada satu kemungkinan. Bisa jadi, seperti yang aku pikirkan, 'kan? Zelene terhanyut dalam batinnya.
“Hehe, sepertinya aku memiliki saingan yang cukup kuat.” Perempuan berwajah tirus itu terkekeh, mengetahui bahwa ia bisa saja memiliki saingan yang cukup kuat di luar sana. Tetapi, siapa pun itu, tidak akan menjadi masalah baginya.
🍂 Bersambung🍂
Emosi Tony Huo sudah agak mereda, ia kembali ke ruang belajar setelah beberapa saat duduk dan mengamati ruangan yang mana Zelene tidak boleh masuki.
Penerangan di ruang belajar redup, suasana hampa melingkupi ruangan tersebut; hampa seperti hati pria yang duduk di sofa seraya menopang kepalanya dengan jari-jarinya yang saling bertautan, ia tidak pernah membayangkan sebelumnya hanya dengan selembar akta nikah yang ditandatanganinya akan membuatnya begitu tidak tenang.
Ia pun mengambil smartphone dalam saku celana bahan yang digunakannya, kemudian menekan sebuah nomor. “Duan Che, pesan tiket penerbangan ke Kanada, malam ini juga!”
Pria di ujung telepon tidak menjawab perintah Tony Huo untuk beberapa saat. Duan Che, merasa terkejut karena hari ini merupakan hari pernikahan Tony Huo, untuk apa dia memesan tiket penerbangan dan keberangkatan malam ini pula?
“Baik, Tuan.”
Duan Che tidak berani menanyakan apa alasan atasannya, dia tidak punya hak untuk menanyakan urusan pribadi Tony Huo. Seingat Duan Che mereka tidak memiliki urusan bisnis yang harus Tony Huo tangani di Kanada karena Tony Huo sudah menyerahkan beberapa pekerjaannya pada Direktur Utama sebelum dia pulang ke Negara C. Mereka baru saja pulang ke Imperial City dua minggu yang lalu dan memutuskan untuk menetap, namun saat ini Tony Huo memutuskan untuk kembali lagi ke Kanada, apa yang sebenarnya ada dipikiran pria itu?
Tony Huo mematikan panggilan dan melempar smartphone-nya ke atas meja, ia membuka dasi yang menjerat lehernya dengan tidak sabar, kemudian ia merebahkan badannya yang tegap itu ke atas sofa kulit dan perlahan lengan kiri Tony Huo menangkup kedua matanya.
Sebelumnya, ia tidak memutuskan untuk kembali ke Kanada secepat ini, namun Zelene Liang membuatnya kesal. Ia merasa tidak bisa tinggal bersama wanita itu, ia juga tidak bisa mengusirnya. Jadi, sebelum menyuruh Duan Che memesan tiket, ia berpesan kepada butler Kim untuk mengemas beberapa barang yang akan dibawa ke Kanada.
🍁🍁🍁
Butler Kim sudah berada di depan pintu ruang belajar, ia mengetuk pelan pintu tersebut. “Tuan Muda, asisten Duan sudah tiba.”
Tidak ada suara dari dalam ruang belajar, sehingga butler Kim kembali mengetuk pintu untuk yang kedua kalinya dan pintu pun dibuka oleh Tony Huo sembari mendesah pelan.
“Sigh.”
“Saya sudah menyiapkan semua yang Tuan Muda butuhkan.” Butler Kim menyerahkan trench coat berwarna dark khaki kepada Tony Huo, “setidaknya Anda harus memakai coat, Tuan Muda.”
“Mn.” Tony Huo mengambil coat dari tangan butler Kim, ia dengan sigap memakai trench coat tersebut. Tony Huo berjalan pelan menuruni tangga menuju halaman depan diikuti oleh butler Kim dan beberapa pelayan.
Butler kim yang mengikuti Tony Huo dari belakang perasaannya dihinggapi rasa gelisah dikarenakan Tuan Muda-nya meninggalkan pengantin wanita dimalam pertama mereka. Zelene Liang pasti akan merasa terhina dan entah apa yang akan wanita itu lakukan ketika ia mengetahuinya besok. Lelaki berambut perak itu memberanikan diri menyuarakan pendapatnya, “... Tuan Muda, sebaiknya Anda berangkat besok pagi saja.” Ia menundukkan kepalanya, “ini, kan malam pertama Anda.”
Tony Huo, “....”
Pipi Tony Huo memerah, ia merasakan udara panas yang entah datang dari mana menyerbu hatinya. Haruskah ia kembali ke dalam dan memeluk istrinya? Toh, malam ini adalah malam pertama mereka. Tony Huo segera menyingkirkan pikiran-pikirannya yang tidak masuk akal, ia tidak bisa dan tidak ingin memberikan harapan pada wanita yang kemungkinan sudah tidur lelap di kamarnya.
Kamar itu pasti sangat dingin dan asing baginya.
“Cough ....” Tony Huo terbatuk kecil mendengar perkataan butler Kim barusan membuat telinganya terasa gatal, “butler Kim, kau tidak perlu khawatir tentang hal itu.”
Kini giliran butler Kim yang mendesah, “Sigh! Apa Anda tidak akan memberitahu Nyonya terlebih dahulu? Apa perlu saya bangunkan?”
Tony Huo menggelengkan kepalanya. Tidak perlu memberitahu wanita menyebalkan yang akan membuat mood-nya menjadi lebih rusak. “Tidak perlu membangunkannya.”
Butler Kim hanya khawatir, bagaimana caranya untuk memberitahu Zelene Liang bahwa, Tuan Muda, pergi ke Kanada karena tidak ingin tinggal bersamanya?
Duan Che sudah menunggu sejak beberapa menit yang lalu dengan atribut lengkap, ia bahkan memakai kacamata hitam di malam hari. Tony Huo yang memperhatikan penampilan asistennya, hanya bisa menggelengkan kepala.
Memakai kacamata hitam dimalam hari adalah bentuk kekesalan Duan Che terhadap Tony Huo. Dia yang seharusnya sudah tidur memeluk bantal gulingnya, tetapi harus pergi malam-malam untuk menjemput atasannya dan mengikutinya pergi ke luar negeri. Duan Che sungguh lelah!
Duan Che membuka pintu mobil Rolls Royce Phantom berwarna hitam sembari meninggikan hidungnya. “Tuan, kita harus segera berangkat! Pesawat akan lepas landas dalam 40 menit. Nona Ling Ling, sudah menunggu di bandara.”
“Untuk apa dia menunggu begitu awal?”
“Saya juga kurang tahu.”
Tony Huo mengangguk pada asistennya yang berwajah batu. Ia memalingkan wajah sejenak, mata gelapnya mengarah ke dalam mansion sampai akhirnya masuk ke dalam mobil. Mobil Rolls Royce Phantom melaju perlahan melewati gerbang utama. Tony Huo benar-benar memberikan bahu dingin pada istrinya yang sedang tertidur lelap.
Para pelayan yang ikut mengantar Tony Huo sampai di depan mansion kembali ke tempat mereka masing-masing, kecuali pelayan berambut pirang yang mengantar Zelene Liang ke kamar berdaun pintu emas tersebut, dia tetap berdiri di sana menatap ke arah pintu gerbang sambil terkekeh.
“Fufu ..., Nyonya Muda, apanya? Dia hanya wanita yang ditinggalkan di malam pertama. Penghinaan yang luar biasa untuk seorang wanita yang begitu cantik.”
Butler Kim mendengar ejekan pelayan itu, mendelik tajam. Ia sangat tidak suka ketika seorang pelayan sangat berani mengejek tuan rumahnya, apalagi pelayan tersebut adalah bawahannya; ia harus mendisiplinkannya, namun Nyonya Muda sendiri ingin memberikan pelajaran pada pelayan tersebut. Jadi, butler Kim akan menunggu keputusan Zelene Liang.
“Jaga kata-katamu! Kau belum mendapatkan hukumanmu dari Nyonya. Aku tidak akan menolongmu ketika saat itu tiba.” Ucap butler Kim dengan nada memperingatkan.
“B-Baik, butler Kim.” Pelayan berambut pirang menundukkan kepalanya dan membuat kepalan tangan, dia mengatupkan giginya rapat-rapat.
🍁🍁🍁
Tony Huo sudah sampai di bandara, ia tidak repot-repot menutupi wajahnya, meski ia tahu bahwa paparazi mengikutinya dan menempelkan diri mereka di setiap sudut bandara maupun dinding. Siapa peduli, jika mereka ingin mengambil gambarnya, maka ambillah hingga puas.
“Kenapa lama sekali? Jika kamu tidak berniat untuk pergi. Maka, jangan pergi!”
Tony Huo menoleh ke samping hanya untuk mendapati wanita bertubuh mungil yang mengenakan blazer biru langit itu berkacak pinggang. Ia hanya memberikan tatapan dangkal pada wanita itu tanpa menggubris perkataan wanita berpipi tembam di sampingnya.
Langkah-langkah mereka menuju area keberangkatan. Sementara Ling Ling terus mengganggu lelaki dengan wajah hampa itu.
“Hei! Kamu mendengarkanku, tidak?” tanya Ling Ling, kesal.
“Berisik!”
Ling Ling mengerucutkan bibirnya, “Che, ada apa dengan dengannya? Kenapa dia pergi di malam pertamanya?” Ling Ling mencoba menelisik.
Duan Che, “....”
Namun, apalah yang ia dapatkan dari pria berwajah batu yang bungkam dan hanya mengedikkan bahu?
“Kalian berdua sama saja. Aku tidak seharusnya bertanya padamu.” Wanita bertubuh mungil itu sangat kesal karena keberadaannya tidak dianggap, saking kesalnya, ia lantas meninju bahu Tony Huo.
“Berapa lama kamu akan tinggal di Kanada?”
“Entahlah.” Jawabnya singkat kemudian ia melanjutkan, “mungkin 5 sampai 10 tahun.”
“Pfft. Ha-ha-ha-ha.” Ling Ling tertawa keras. Perutnya sampai sakit karena tidak berhenti tertawa.
Tony Huo, “....”
Duan Che, “....”
Ling Ling menghentikan tawanya. “2 tahun. Aku bertaruh dalam 2 tahun kamu akan kembali ke Imperial City.”
Tony Huo, “....”
Ia masih bungkam. Lelaki itu berpikir bisakah, ia benar-benar tinggal di Kanada untuk waktu yang lama dan menjauhkan dirinya dari wanita menyebalkan yang tinggal di mansion-nya? Ia tidak bisa memastikan bagaimana kedepannya, tetapi untuk saat ini keputusannya sudah bulat.
“Tony Huo ....” Suara Ling Ling berubah menjadi serius begitu pun dengan ekspresi wajahnya, “apa karena Zelene Liang merupakan seorang aktris?”
Tony Huo termenung mendengar pertanyaan Ling Ling. Apakah itu alasannya? Apa salahnya jika Zelene Liang seorang aktris? Tony Huo bungkam dan tidak menjawab pertanyaan dari wanita mungil itu.
🍃 Bersambung🍃
#MINI DRAMA#
Tony Huo. " Hei, aku pergi!"
Zelene Liang. "Berapa lama?"
Tony Huo. "Tidak akan lama, kamu tunggu saja."
Zelene Liang. "Pulang nanti bawa oleh-oleh, ya?!"
Tony Huo. "Baik, apa yang kamu inginkan?"
Zelene Liang. "2 pria tampan!"
Tony Huo. "...." Muntah darah.
Red Maple. "Pfffffftttt." Rasakan!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!