Brum... Brum... Brum...
“Sialan...” umpat seorang laki-laki berjaket hitam yang berada diatas motornya.
Seorang laki-laki yang tengah diatas sepeda motor itu dikejar oleh komplotan geng motorlain yang tak lain adalah musuhnya sendiri. Saat dirinya hendak pulang dari pesta perayaan kemenangan balapannya, ternyata ada musuhnya yang sudah menunggu moment ini.
Dia adalah Delio Arga Sanggawa, seorang ketua geng motor yang namanya melejit dua tahun terakhir ini karena berhasil menggeser peringkat pertama dalam ajang balap motor. Bahkan geng motor yang digawanginya pun hampir tak ada yang berani mengganggunya karena kemampuan bela diri dan tinju Lio yang begitu mumpuni.
Kini dirinya tengah dikejar-kejar oleh segerombolan geng motor yang jumlahnya melebihi sepuluh orang itu karena tak terima jika mereka kalah dalam balapan. Bukannya takut menghadapi banyak orang, namun saat ini kondisi Lio tak memungkinkan untuk melawan sendirian. Lio yang sudah dalam keadaan mengantuk dan sedikit pusing karena meminum banyak minuman keras membuatnya tak bisa konsentrasi lebih.
Brumm... Brumm... Brumm...
Kejar-kejaran akhirnya dilakukan oleh segerombolang geng motor itu untuk mengejar Lio. Akhirnya Lio memilih untuk menggeber kendaraannya dengan kecepatan tinggi agar bisa terhindar sementara dari mereka sampai keadaannya sedikit pulih. Karena kecepatannya begitu tinggi, membuat lawan kuwalahan mengejarnya.
Namun saat dirinya fokus melajukan motornya, kini ia sama sekali tak sadar jika jalan yang ia lewati bukanlah arah menuju rumahnya. Lio bolak-balik melihat kearah spion motornya dan disana sama sekali tak terlihat adanya musuh bebuyutannya yang mengejar.
“Hah... Akhirnya mereka jauh juga” gumamnya.
Sesaat dirinya menghela nafasnya lega karena merasa lawannya sudah jauh. Lio bahkan langsung menghentikan laju kendaraannya untuk sekedar menarik nafas sebentar. Rasa pusing dan lelah masih mendominasi namun ia harus mencoba tetap sadar agar bisa segera pulang dan tidur di kasur empuknya.
***
Delio Arga Sanggawa atau biasa dipanggil Lio adalah seorang badboy sekolah yang mempunyai sifat tengil, beringas, egois, dan temperamental. Tak lupa dengan jiwa playboynya yang selalu mempermainkan perempuan di sekolahnya hanya karena trauma masa lalunya.
Lio juga merupakan seorang ketua geng motor yang sudah terbentuk lama. Kini geng motor itu sudah memasuki angkatan ke 15 dan Lio lah yang menjadi pioneer utamanya. Bahkan saat dirinya akan menjadi ketuanya, ia harus melawan beberapa anggota inti angkatan sebelumnya.
Lio akan semakin beringas jika melawan orang-orang yang mengganggu teman-temannya. Solidaritas bagi Lio adalah yang utama walaupun dia harus mengorbankan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan teman-temannya. Hal ini juga yang membuat Lio begitu disanjung dan dihargai di geng motornya. Bahkan bagi Lio, perkumpulan geng motornya yang bernama LEXON ini adalah keluarganya.
"LEXON..." teriak Lio dengan nada tingginya.
"Solidaritas yang utama" jawab semua anggotanya dengan semangat.
Berbicara mengenai keluarga, Lio merupakan anak korban broken home. Kedua orangtuanya bercerai karena mereka lebih mementingkan kemajuan karirnya masing-masing. Daripada mereka berdua saling menyakiti, lebih baik mereka berpisah. Bukannya fokus pada karirnya, mereka malah menikah lagi dan kini mempunyai pasangan baru masing-masing.
Lio yang saat itu masih berusia 10 tahun harus menerima pil pahit karena masa kecilnya tak bahagia. Sejak dirinya lahir, ia hanya diasuh oleh pembantu rumahnya sedangkan kedua orangtuanya sibuk bekerja. Yang mereka tahu hanyalah mengirimkan uang dan memberikan fasilitas mewah untuknya. Di rumah mewah itu hanya tinggal dirinya dan beberapa pembantu saja, sedangkan kedua orangtuanya jarang pulang.
Bahkan di umurnya 10 tahun itu, ia harus menerima kenyataan bahwa kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah. Tak ada yang mau diantara keduanya untuk mengasuh dirinya hingga sejak saat itu pengasuhan dirinya diambil alih oleh kakeknya.
"Lio, kamu akan ikut kakek karena kami tak bisa mengasuhmu. Terlebih kami juga akan menikah dan mempunyai keluarga baru, tak mungkin jika kamu ikut dengan salah satu diantara kami" ucap mamanya saat itu.
Ucapan mamanya yang tak menerima dirinya itu tentu membuat goresan luka menganga dalam hatinya. Hal ini juga yang membuatnya sering mempermainkan perasaan cewek-cewek di sekolahnya. Setelah tinggal di rumah kakeknya, Lio di didik begitu hangat yang membuatnya sedikit merasakan kebahagiaan. Namun tetap saja karena kurang kasih sayang dari orangtua kandungnya itu membuat dia menjadi bengal dan mempunyai sifat keras.
Sang kakek yang berulang kali menasehati cucunya itu sekarang hanya bisa pasrah karena Lio tak pernah mau mengubah sifat buruknya itu. Berulangkali ia harus berurusan dengan pihak sekolah karena ulah Lio yang entah bolos, merokok, atau berantem dengan temannya. Walaupun begitu, Lio merupakan cucunya yang mempunyai hati baik baginya. Beruntung juga sekolah itu adalah miliknya hingga tak ada yang berani mengeluarkannya.
"Terimakasih kakek sudah memberikanku kasih sayang. Suatu saat nanti, Lio akan membuat kakek bangga dengan apa yang Lio lakukan. Lio juga akan berubah jika memang aku sudah menemukan hal lain yang membuatku nyaman" janji Lio pada kakeknya.
***
Setelah tersadar sedikit dari rasa pusingnya, Lio mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ia merasa begitu asing dengan tempat yang kini dipijakinya. Sepi dan gelap karena memang waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Bahkan disini banyak sekali pepohonan besar seperti di hutan dengan beberapa rumah yang sederhana.
"Dimana ini?" gumamnya bertanya di keheningan malam.
Lio segera saja mengambil ponsel yang ada di saku jaketnya. Saat melihat ponselnya, dirinya hanya bisa mendengus kasar. Tak ada sinyal disini membuatnya tak tahu berada di daerah mana. Sialnya dia yang tak memperhatikan jalanan yang dilewatinya sehingga asal masuk gang sempit dan jalan kecil untuk menghindari kejaran lawannya membuat kini ia tersesat.
"Harus tanya siapa aku? Mana disini nggak ada orang lagi" ucapnya pada dirinya sendiri.
Ia melajukan motornya kembali kemudian mencari orang yang mungkin saja masih berkeliaran disana. Disaat dirinya masih mencari orang, tiba-tiba saja motornya berhenti mendadak.
"Sialan... Bensin habis segala" umpatnya.
Mau tak mau Lio harus menuntun motornya di tengah malam begini demi mencari orang untuk membantunya. Sudah jauh beberapa meter dirinya berjalan, namun tak ada satu pun orang yang ia temui. Saat dirinya sudah kelelahan bahkan putus asa, tiba-tiba saja ada seseorang yang mendekat kearahnya yang sedang berjongkok didekat motornya.
"Motornya kenapa, bang?" tanya seseorang itu.
Dari suaranya adalah seorang perempuan membuat Lio yang masih berjongkok langsung saja menatap lurus kedepan. Baju putih yang menjuntai hingga menutupi kakinya terlihat langsung didepan matanya membuat Lio merasakan bulu kuduknya merinding.
"Bang..." panggilnya lagi.
Lio tak berani mengangkat pandangannya karena berpikir jika yang ada dihadapannya ini adalah hantu. Tanpa kata lagi, Lio langsung beranjak berdiri kemudian berlari hingga melupakan keberadaan motornya.
"Setan...." teriak Lio.
"Huh... Mau ditolongin kok malah kabur sih, mana neriakin aku setan lagi" kesal seorang gadis dengan mengerucutkan bibirnya.
Dia adalah seorang gadis yang berniat membantu Lio yang tengah berjongkok didepan motornya. Ia meyakini bahwa motor yang ada didepan pemuda itu tengah mengalami masalah sehingga ia berniat untuk membantunya. Namun bukannya berhasil membantu, pemuda itu sudah keburu kabur karena berpikir bahwa dirinya adalah hantu padahal belum melihat dirinya sepenuhnya.
Gadis itu segera saja melihat penampilannya sendiri hingga pemuda itu mengira jika dirinya adalah hantu. Saat melihat penampilannya sendiri, gadis itu hanya bisa menggaruk kepalanya yang tertutup hijab. Ia menepuk keningnya pelan sambil meringis saat tahu bahwa dirinya memakai gamis atau pakaian serba putih dari ujung rambut hingga kakinya.
"Pantas saja dia berpikir bahwa aku adalah setan. Ternyata pakaianku yang serba putih ini penyebabnya" gumam gadis itu.
Seorang gadis itu bernama Adinda Ratu Felisya atau yang biasa dipanggil Ratu. Dia merupakan seorang anak ustadz dan juga tetua di desa ini. Bahkan ayahnya ini dihormati oleh seluruh warga di desanya dan juga murid-murid pengajiannya. Namun kehidupannya tak seindah yang orang lihat walaupun ayahnya begitu dihormati. Dia kehilangan ibunya saat berumur dua tahun membuat ayahnya harus mengurusnya sendirian.
Ayahnya juga sangatlah keras dalam mendidiknya terutama dalam perihal agama. Karena status ayahnya yang begitu dihormati ini, Ratu dituntut menjadi sosok yang sempurna dan tak boleh melakukan kesalahan. Tindak tanduknya selalu diatur oleh ayahnya sehingga ia menjadi seorang sosok gadis yang lemah lembut, penurut, polos, dan baik hati. Malah terkadang karena terlalu baik membuat dirinya sangat mudah dimanfaatkan orang. Dia juga merupakan sosok yang taat beribadah dan memakai pakaian yang menutup auratnya.
Malam itu memang dirinya pulang malam karena tadi sempat di suruh ayahnya untuk mengambil buku dan Al-Qur'an yang tertinggal di mushola dekat rumahnya. Namun saat akan pulang ke rumah, ternyata dia bertemu pemuda yang berjongkok didekat motornya itu.
***
Ratu berjalan santai meninggalkan tempatnya bertemu pemuda tadi. Bahkan dengan merasa tak bersalahnya, ia juga meninggalkan sepeda motor laki-laki itu. Lagi pula selama ini kampungnya aman-aman saja walaupun ada yang memarkirkan motornya didepan rumah.
Ratu memang pemberani jika keluar malam-malam begini namun hanya saat masih di sekitar desa ini saja. Lagi pula banyak juga orang yang malam-malam begini keliling untuk ronda.
"Kemana ya pemuda tadi?" gumamnya.
Ia begitu penasaran dengan pemuda tadi yang berlari kearah memasuki area kebun-kebun yang ada di desa itu. Terlebih disana hanya dikelilingi oleh sungai yang jika tak hati-hati tentu saja bisa celaka.
Sepanjang perjalanan menuju rumahnya ia memikirkan kemana pemuda itu pergi. Ia merasa bersalah karena telah menakut-nakuti pemuda itu dengan penampilannya sehingga pergi.
Tak berapa lama ia berjalan, Ratu sampai juga di sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat tinggalnya bersama sang ayah. Ia segera saja masuk kedalam setelah mengucapkan salam. Saat pintu terbuka, terlihatlah dalam rumah itu gelap dan sangat sepi.
"Sepertinya ayah udah tidur" gumamnya.
Ratu pun memilih untuk masuk dalam kamarnya kemudian membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah selesai membersihkan diri, ia segera merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya kemudian terlelap dalam mimpi.
***
Keesokan harinya...
Ratu sudah bangun semenjak adzan shubuh. Setelah menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, ia segera memasak sarapan untuk ayahnya yang kini masih berada di masjid. Menu sarapan telah ia siapkan, ia bergegas membersihkan seluruh rumahnya.
Tak lupa juga ia menyapu halaman dan menyirami tanamannya sembari menunggu pedagang sayur lewat. Beberapa menit menunggu, ternyata pedangang sayurnya tak lewat juga hingga sang ayah kembali pulang dari masjid.
"Ratu, ayo sarapan dulu bersama ayah" ajak Ayah Ratu yang bernama Hakim.
"Iya ayah" jawab Ratu dengan lembut.
Walaupun ayahnya keras dalam mendidik anaknya, namun ia tetaplah menjadi sosok yang akan lembut pada Ratu. Urusan makan bersama dan segala macam aturan lainnya selalu diterapkan oleh ayahnya agar hubungan keduanya lebih dekat.
Ratu segera saja masuk ke dalam rumahnya mengikuti langkah sang ayah. Keduanya langsung saja makan bersama dalam keadaan hening. Saat-saat seperti inilah yang ditunggu Ratu karena ayahnya takkan bersikap galak kepadanya.
"Ayah, Ratu ijin pergi ke pasar ya. Ini pedagang sayur yang biasanya lewat nggak datang soalnya" ijin Ratu dengan sopan.
"Hati-hati, nak. Oh ya jangan lupa nanti beli jajanan pasar untuk disajikan ke masjid yang mengadakan pengajian" pesan Ayah Hakim.
"Baik ayah" jawab Ratu dengan patuh.
Ratu pun segera bersiap kemudian pergi ke pasar menggunakan sepedanya. Ratu masihlah anak gadis SMA jenjang akhir yang hari ini libur karena merupakan hari minggu. Ia selalu menggunakan sepedanya atau jalan kaki untuk menuju ke sekolah bersama dengan teman-temannya yang lain.
Ratu dengan segera mengayuh sepedanya dengan senyum yang terus merekah dari bibirnya. Wajahnya yang cantik dengan pipi chubby dan mata bulat tentu membuatnya menjadi incaran para laki-laki diluaran sana. Namun tentu jika ingin mendekati gadis itu haruslah berurusan dengan ayahnya dulu.
"Lho... Ini motor sejak semalam kok masih disini. Berarti itu cowok masih ada di desa ini" gumam Ratu sambil memperhatikan sekitarnya.
Tak ada orang yang dicarinya semalam di sekitarnya membuat Ratu yakin jika laki-laki itu masihlah di dalam kebun atau pos ronda terdekat. Walaupun semalam tak melihat secara jelaa bagaimana wajah pemuda itu, namun Ratu masihlah ingat bagaimana postur badan dan juga jaket yang dikenakannya.
"Biarlah... Nanti ku ceritakan saja sama ayah. Semoga ayah nggak marah kalau aku cerita tentang semalam ingin membantu seorang laki-laki" gumamnya.
Selama ini ayahnya selalu membatasi dirinya berinteraksi dengan laki-laki sehingga ia sedikit takut dengan kemarahan ayahnya karena semalam berniat membantu pemuda yang tak dikenalnya. Terlebih pemuda itu menggunakan motor besar yang identik dengan sebuah geng motor.
Akhirnya Ratu memilih untuk melanjutkan perjalanannya kearah pasar. Tak berapa lama, sampailah ia di sebuah pasar yang sudah sangat ramai pembeli dan penjual. Ratu memarkirkan sepedanya di tempat khusus kemudian berjalan masuk ke area pasar.
Namun tiba-tiba saja perhatiannya tertuju pada sesuatu yang ia kenal berada di ujung gang kecil yang ada di area pasar itu. Karena penasaran, Ratu memilih mendekat untuk membuktikan apa yang menjadi pemikirannya.
"Benar, ini pemuda yang semalam. Kok bisa dia tidur disini? Mana udah siang gini kok belum bangun" gumamnya.
"Bangun..." pekik Ratu sambil membuka sedikit jaket yang menutupi wajah pemuda itu.
Baaaaaa....
Aaaaaaa...
Ratu menutup matanya dengan kedua tangannya sambil berteriak karena terkejut dengan aksi laki-laki yang ternyata pura-pura tertidur itu. Ternyata dugaannya sepertinya benar karena jaket yang digunakan dan postur tubuh laki-laki itu sama dengan yang dilihatnya semalam. Namun yang membuatnya terkejut, entah apa yang direncanakan laki-laki itu hingga mengejutkannya dengan aksi jahilnya.
"Mau ngapain kau kesini?" sentak Lio tiba-tiba.
Lio paling tak suka jika acara tidurnya diganggu, terlebih semalam ia habis kena sial karena dikeroyok oleh beberapa warga disana. Ia yang tengah sembunyi di kebun dari kejaran hantu disangka bahwa tengah mencuri sayur-sayuran yang ada disana. Padahal tangannya saja tak memegang sayuran disana satupun.
"Hei... Kau mau maling sayuran ya disini. Pantas saja setiap hari sayuran disini pada hilang" seru salah satu warga yang melihat dirinya tengah berdiri dibalik pohon kelapa.
Tentu saja seruan itu terdengar oleh beberapa warga yang memang sedang melakukan ronda. Akhirnya mereka main hakim sendiri dengan memukuli Lio tanpa mau mendengarkan penjelasan dari pemuda itu terlebih dahulu. Namun setelah beberapa kali dipukul, Lio akhirnya berhasil kabur dan disinilah ia berada saat ini. Tidur di pojok gang sempit didekat pasar agar bisa menghindari para warga yang malam tadi mengejarnya.
***
"Eng... Enggak, Ratu cuma mau mastiin kalau kamu itu laki-laki yang semalam kabur saat aku mau nolongin. Padahal semalam Ratu itu tanya tentang motor kamu tapi kamunya malah pikir kalau aku hantu" ucap Ratu dengan mengerucutkan bibirnya kesal.
Jika mengingat kejadian semalam, Ratu masih saja kesal terlebih dikira bahwa dirinya hantu. Padahal memakai gamis putih pada malam hari kan tidak ada salahnya. Yang penting ia keluar dengan pakaian yang tertutup. Mendengra ucapan Ratu, sontak saja mata Lio membelalak kaget.
"Oh... Jadi loe yang semalam gue kira hantu sampai harus sembunyi di kebun dan dikeroyok warga. Gara-gara loe nih" kesalnya Lio memarahi Ratu.
Ratu yang baru pertama kali ini dimarahi dan dibentak-bentak oleh oranglain pun ketakutan bahkan langsung memundurkan langkahnya. Terlebih Ratu melihat jika di wajah pemuda itu banyak lebamnya mungkin karena hasil dikeroyok semalam membuatnya merasa bersalah. Ada tatapan kasihan pada pemuda itu terlebih saat ia sedang berbicara pasti ada suara ringisan kecil yang keluar.
"Bukan mahram" seru Ratu saat laki-laki itu hendak menggapai tangannya.
Mendengar seruan gadis didepannya tentu laki-laki itu tak paham terlebih selama ini dirinya sudah sangat jauh dari agama. Saat masuk sekolah pada jam pelajaran agama pun ia lebih memilih membolos. Melihat Lio terdiam, Ratu segera saja melangkahkan kakinya mundur agak jauh dari laki-laki itu. Bahkan kini tak sadar jika keduanya sudah tak berada di gang sempit itu.
"Aku akan membantumu mengobati luka-luka itu, tapi aku harus mencari seseorang yang ku kenal untuk membawamu agar tak terjadi fitnah nantinya jika kita hanya berdua saja" ucapnya.
Sebenarnya Ratu begitu gugup berbincang dengan laki-laki yang tak dikenalnya ini, terlebih ia tak pernah dekat dengan seorang cowok di sekitarnya selain sang ayah. Akhirnya Ratu mengedarkan pandangannya kearah sekitar pasar dan matanya bersibobrok dengan orang yang dikenalnya.
"Ustadzah Siti..." panggil Ratu dengan berjalan mendekat kearah ibu-ibu yang terlihat membawa belanjaan itu.
"Lho Ratu... Ke pasar juga kamu?" tanya Ustazah Siti dengan senyumnya.
Ratu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ceria. Ustadzah Siti ini juga hampir sama kedudukannya dengan sang ayah di desa ini. Ia merupakan seorang penceramah khusus ibu-ibu yang isi dalam ceramahnya selalu menjadi contoh bagi jamaahnya. Apalagi pembawaannya yang keibuan dan senyum tulusnya membuat semua orang nyaman jika berbincang dengannya.
"Ustadzah, itu ada pemuda yang tersesat di desa kita. Sepeda motornya rusak dan ditinggal di dekat mushola tapi semalam ada kejadian tak mengenakkan. Ia semalam dikira maling terus digebukin sama warga. Ratu boleh nggak kalau bantu dia untuk sekedar obatin? Ditemani ustadzah tentunya" jelas Ratu dengan lembut.
Ustadzah Ratu melihat kearah pemuda yang berdiri lumayan jauh dari kedua perempuan itu. Ia menatap menelisik kearahnya membuat Lio hanya bisa berdiri dengan kikuk. Ustadzah Siti hanya ingin memastikan jika yang ditolong oleh Ratu adalah benar orang baik bukan yang memanfaatkan kepolosan gadis itu. Terlebih tadi pagi ia juga sempat mendengar adanya maling yang digebuki.
"Saya beneran bukan maling, semalam saya itu sembunyi karena takut setan. Masa iya pemuda tampan dan kaya seperti saya bisa-bisanya mau maling" ucap Lio dengan ketus.
"Saya nggak peduli kalau kamu itu tampan atau kaya. Karena disini yang akan saya nilai adalah kaya hati dan ilmu agamanya" ucap Ustadzah Siti dengan sedikit menyindir.
Lio hanya bisa mendengus kesal dengan ucapan wanita paruh baya yang berpakaian gamis dengan kerundung menutupi dadanya itu. Ia merasa di desa ini seperti orang yang tak ada harga dirinya sama sekali padahal di kota ia begitu di hormati.
"Ya sudah ayo Ratu dan kamu, ikut saya ke balai desau untuk mengobati lukamu. Disana juga ada bapak-bapak yang bisa membantu kita untuk mengobatinya, kalau perlu diantar pulang ke planetnya sekalian" ucap Ustadzah Siti.
Ustadzah Siti memang orangnya ceplas-ceplos, namun sebenarnya ia sangatlah baik hati antar sesama. Bahkan kini Ratu sudah menahan tawanya karena melihat Lio ternistakan. Sedangkan Lio kini sudah berjalan pergi mengikuti kedua orang perempuan yang sedang bercengkerama bersama.
***
Tak berapa lama, ketiganya sampai di balai desa dekat pasar. Disana sudah ada bapak-bapak yang memang berkumpul karena ada sesuatu yang ingin dibahas. Melihat kedatangan dua orang perempuan yang mereka kenali tentunya semua segera mempersilahkan untuk duduk.
"Permisi, bapak-bapak. Kami minta tolong untuk mengobati luka pemuda ini kepada kalian" ucap Ustadzah Siti langsung.
Salah satu bapak-bapak menganggukkan kepalanya kemudian mengobati luka yang ada di wajah Lio. Sambil diobati, Lio bercerita mengenai kejadian sebenarnya tadi malam. Bahkan sedari tadi Lio terus curi-curi pandang kearah Ratu. Entah mengapa, ada rasa berbeda yang menelusup dalam hatinya setelah melihat Ratu yang berbeda dari perempuan yang selama ini ada didekatnya.
Namun mendengar celotehan bapak-bapak disana mengenai Ratu yang merupakan anak ustadz dan tetua di desa ini membuatnya sedikit ragu untuk mendekatinya. Terlebih ilmu agamanya sangat dibawah standar yang tentunya bukan masuk idaman mertuanya.
"Oh ya pak, ini desa apa ya? Soalnya saya baru pertama kali kesini" tanya Lio sambil menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Desa Rowodangun, nak. Memang letaknya di pinggir kota, mungkin kamu tak sadar jika sudah sampai sini. Mana mungkin tak ada sinyal internet disini juga" jawab salah satu bapak-bapak yang melihat Lio mengotak-atik ponselnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!