Di sebuah klub malam seorang wanita sedang menenggak minuman langsung pada botol nya. Pikirannya kacau, pakaiannya sudah sangat terlihat kusut karena dari pagi belum berganti pakaian. Ia dengan tega meninggalkan putri kecilnya di rumah yang masih berusia tiga tahun bersama baby suster nya. Beberapa pria hidung belang menggoda dirinya karena melihat paras dan kecantikan Mauren. Wanita cantik keturunan ras Jawa dan Cina. Mata indahnya dan kulitnya yang putih akan membuat siapa saja terpesona. Kecantikan yang ia miliki tak menjamin hidupnya berjalan baik-baik saja.
"Pelayan, aku mau satu botol lagi!" Racaunya yang meminta minuman lagi kepada seseorang pelayan klub malam di Jakarta.
"Mbak yakin? Udah teler kayak gitu lo mbak." Jawab seorang pelayan.
"Gue mau mati saja. Percuma hidup gue ngga ada artinya. Suami gue brengsekkkk padahal jalan hidup gue lurus. Gue udah kasih dia seorang putri cantik yang lucu tapi kenapa dia seolah tidak menganggap putriku ada. Gue pengen mati saja," lirih Mauren sambil terisak dengan memukul dadanya yang terasa sesak.
Drett... drett.... Bunyi ponsel dari dalam tas Mauren berbunyi. Seorang pria yang berulang kali makasih menelepon dirinya.
" Ada yang telepon gue, pasti bukan suami gue. Sebenarnya siapa sih suami gue?" tanya Mauren pada dirinya sendiri yang masih merancau tidak jelas.
Dengan bantuan salah satu pelayan ia mengangkat telepon tersebut.
"Iya, Darren. Aku, -" tangis Mauren pecah. Ia menangis tersedu sambil meletakkan ponsel di telinga kanannya.
Di seberang telepon seorang pria bernama Darren menghembuskan napas kasar berulang kali. Tangan nya terkenal erat, tak pernah Mauren seperti ini. Masalah apa lagi yang harus di hadapi wanita itu sehingga harus melampiaskan rasa sakitnya dengan minum alkohol.
"Kamu dimana? Aku jemput sekarang!" Ucap Darren di seberang telepon.
"Ngga tahu, aku di neraka." Jawab Mauren.
"Mauren!" Darren sedikit membentak wanita yang diam-diam sudah ia cintai dari lama tersebut.
Seorang pelayan mengambil ponsel milik Mauren lalu ia berbicara pada Darren dan memberikan alamat klub malam dimana Mauren sedang mabuk.
Tanpa pikir panjang Darren langsung bergegas menuju klub malam tersebut. Mobilnya membelah jalanan Jakarta yang masih ramai dengan kendaraan roda empat lainnya.
"Mas ngapain sih, ngasih alamat nya." Protes Mauren uang yang masih merancau.
Pelayan pria itu tidak menghiraukan Mauren karena hal seperti ini sudah biasa terjadi. Hal yang wajar ia di minta untuk menghubungi saudaranya yang mabuk atau hanya sekedar memesankan taksi untuk pulang.
Darren menyapu ke seluruh ruang yang sedikit temaram tersebut yang di hias lampu kerlap kerlip dan musik yang menusuk telinga. Pandangan nya terhenti pada seorang wanita yang duduk dengan kepala di atas meja. Langkahnya lebar dan kepalan tangan nya semakin kuat. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Mauren nanti kalau ia tidak segera datang. Karena ia melihat dari jauh Mauren sudah di goda beberapa pria.
"Ayo, pulang!" Ajak Darren tanpa basa-basi yang langsung menarik tangan Mauren.
Wanita itu terbangun karena ada sentuhan di tangan yang mengejutkan dirinya. Matanya perlahan terbuka dan melihat siapa ya g menarik tangan nya dengan paksa.
"Darren, sakit. Jangan kasar dong!" pinta Mauren kini pandangan nya sudah sedikit jelas untuk bisa mengenali siapa pria yang ada di hadapannya tersebut.
"Maaf, ayo kita pulang! Jangan seperti ini. Hatiku hancur melihat kamu seperti ini. Ayo, kita pulang!" Ajak Darren dengan sabar, dan tanpa terasa ia meneteskan air mata.
"Ngga mau pulang. Disini enak, masalah ku hilang seketika. Musik yang keras tapi tidak terasa berisik," jawab Mauren dengan menggelengkan kepala.
"Miska di rumah nungguin kamu. Yakin, kamu ngga mau pulang?" tanya Darren.
Mauren menangis lagi, seketika hatinya sedih saat mengingat putri kecilnya yang baru berusia tiga tahun sedang menunggu di rumah. Lalu Mauren mengangguk. Dan ia berusaha berdiri walaupun masih sempoyongan.
Tanpa menunggu lama, Darren langsung menggendong Mauren ala bridal style.
"Turunin aku, Darren! Malu di lihat orang," protes Mauren yang meronta ingin di turunkan dari gendongan.
"Diam, atau kamu mau aku cium di sini!" Ancam Darren.
Seketika Mauren terdiam. Ia tidak ingin hal itu terjadi. Tentu saja hal itu tidak boleh karena ia masih berstatus sebagi istri orang. Bahkan dirinya saja tidak bisa membayangkan bagaimana kalau sang suami tahu kalau dirinya pulang dalam keadaan mabuk dan di antar pria lain.
"Darren, kenapa dulu aku mau nikah sama dia, ya? Kenapa?" tanya Mauren. Kini ia lebih tenang dan meletakkan kepalanya di dada bidang Darren.
"Karena kamu bodoh." Jawab Darren.
"Hem," jawab Mauren yang sudah memejamkan mata.
Darren meminta bantuan seseorang yang bekerja di klub tersebut untuk membuka kan mobil nya. Dengan pelan ia mendudukkan Mauren di kursi depan samping kemudi, tak lupa Darren memasangkan sabuk pengaman untuk Mauren. Sedetik ia memandang wajah tenang Mauren yang sedang terlelap. Bibir nya yang tipis menggoda ingin rasanya ia cium. Tapi, sesaat kesadaran nya kembali bahwa hal itu tidak boleh ia lakukan.
Darren masuk ke dalam mobil. Ia tidak langsung menjalankan mobil tersebut. Pikirannya sedikit kacau, bagaimana mungkin ia mengantar Mauren dalam keadaan mabuk. Dan sekarang sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
"Kalau mama di rumah, pasti udah aku ajak pulang. Sekarang gimana? Mau ku bawa ke hotel? Dasar, wanita bodoh." Ucap Darren.
Pandangan nya tak lepas dari Mauren. Wajah wanita itu meneduhkan, sikap dan sifatnya juga sangat ia suka dari dulu. Tapi keadaan tak menyatukan mereka. Darren tidak pernah jujur tentang perasaannya. Dan saat ia ingin mengutarakan cintanya, setalah pulang dari Amerika. Mauren sudah menerima perjodohan yang di lakukan orang tuanya. Hanya bisa melihat lihat wanita yang ia cintai dari jauh dan hanya bisa melihat tangis wanita itu setiap hari.
Darren tidak habis akal, ia berusaha menelepon nomor rumah Mauren. Beberapa kali ia melakukan telepon akhirnya diangkat.
"Halo, bapak Thomas ada, mbk? tanya Darren.
" Dari mana? Maaf bapak sedang pergi ke luar kota."
" Oke, mbak. Pantas saja ponselnya tidak bisa saya hubungi. Baiklah, terima kasih kalau begitu. Saya akan datang besok saja. Terima kasih."
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Darren langsung tancap gas menuju ke rumah Mauren. Dan malam ini beruntung suaminya yang bernama Thomas tidak di rumah. Karena kasian Miska kalau di tinggal sendiri bersama baby suster dan pembantu di rumah sendiri.
Kehidupan yang serba ada dan semua terpenuhi tak cukup membuat Mauren bahagia. Bukan karena harta, tapi tidak adanya cinta yang tulus dari suami.
Mauren sudah tiba di rumah. Ia masuk pun di gendong oleh Darren. Pembantu mereka tidak kaget karena semua sudah kenal dengan Darren iya, mereka bersahabat dari lama. Begitupun suami Mauren tahu kalau Darren adalah teman baik sang istri.
"Tuan, nyonya kenapa?" tanya Bi Inah asisten rumah tangga yang sudah ikut Mauren dari tiga tahun yang lalu.
"Hust, ayo bantu aku ganti pakainya bik! Dia ngga apa-apa." Jawab Darren dan juga meminta bantuan kepada Bik Inah.
Tanpa bertanya lagi bik Inah langsung menunjukkan di mana kamar Mauren. Setelah menidurkan Mauren ia segera keluar dari kamar tersebut.
"Miska sudah tidur bik?" tanya Darren.
"Sudah tuan. Tadi sempat rewel dua ngga mau bobok nyariin nyonya terus. Akhirnya setelah di paksa Rita dia mau tidur.
Rita adalah baby suster yang mengasuh Miska dari kecil. Mauren adalah keluarga yang berada, ia juga wanita karir yang cantik dan sukses. Sang suami memiliki usaha di bidang pertambangan di Kalimantan. Sementara Mauren dia menjadi manajer pemasaran di salah satu perusahaan jasa di kota Jakarta.
"Yasudah kalau dia tidur. Saya pulang dulu ya bil!" Ujar Darren.
"Makasih tuan Darren." Ucap bik Inah.
"Sama-sama. Jangan bilang ke Thomas kalau Mauren pulang dalam keadaan mabuk. Pasti ia akan marah besar kalau tahu Mauren keluar sampai larut malam seperti ini dan dalam keadaan mabuk." Darren berpesan kepada asisten rumah tangga Mauren agar menjaga rahasia sang majikan.
" Iya tuan, saya tidak mungkin mengatakan ini pada tuan Thomas. Bisa-bisa nyonya Mauren di-" bil Inah tidak jadi melanjutkan perkataan nya. Ia langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
"Di, apa? Apa Thomas pernah melakukan kekerasan pada Mauren bik?" Tanya Darren.
Ia semakin penasaran dengan apa yang di alami Mauren. Karena wanita itu tidak pernah cerita sedikit pun susahnya pada Darren tapi dari sikap Thomas yang tidak hangat dan dari pandangan nya kepada Mauren ia bisa mengambil kesimpulan kalau sang suami tidak pernah mencintai Mauren. Berbanding terbalik dengan dirinya yang sangat mencintai Mauren.
"Ngga apa-apa tuan. Ini sudah hampir subuh. Tuan hati-hati di jalan!" Bik Inah sengaja mengalihkan perhatian Darren agar segera pulang ke rumah. Ia tidak mau keceplosan lagi.
"Bik Inah ngusir saya?" tanya Darren sambil tersenyum.
"Ngga tuan. Tapi saya mau tidur." Jawab bik Inah berbohong.
Darren segera berpamitan pada bik Inah. Dengan langkah yang cepat ia menuju ke mobil dan segera melajukan nya dengan kencang. Pikiran Darren masih tidak mau lepas dari Mauren. Karena ini adalah hal kali pertama wanita itu lakukan. Karena biasanya ia akan pergi bersama sang putri berdua untuk sekedar makan dan jalan-jalan ke tempat bermain hanya untuk melepas penat nya.
"Apa yang kamu alami , Mauren? Semoga dugaan ku salah. Kalau sampai benar, jangan salahkan aku akan merebut paksa dirimu dari pria bereeengseek seperti itu. Punya berlian tapi masih saja suka mencari baru kali. Manusia tidak bersyukur dan tidak punya hati. Aku rela menjadi papa untuk Miska asal kamu bisa lepas dari dia. " Ucap Darren pada dirinya sendiri.
Cinta Darren pada Mauren yang sudah lama ia rahasiakan. Bahkan beberapa kali ia membuka hati untuk wanita lain hal itu tidak dapat ia lakukan.
Di tempat lain Thomas sedang bermesraan dengan seorang wanita di sebuah apartemen di kota Yogyakarta. Selama menikah Mauren tak sedikit pun cinta dirasakan Thomas. Menikah karena perjodohan mereka terlihat manis di depan orang tua dan publik. Tapi, kenyataan nya pernikahan yang Mauren jalani seperti neraka.
"Kamu ngga ngasih kabar dia dulu?" ucap Saina yang bergelayut manja di pangkuan Thomas.
"Ngga usah. Sudah biasa kayak gini. Palingan juga sudah tidur." Jawab Thomas dengan cuek.
"Tapi, kamu beneran ngga ada cinta sama dia? Kan kalian ada anak juga." Saina sengaja bertanya perihal perasaan Thomas pada Mauren.
"Entah lah, dia itu ngga ada gregetnya jadi wanita. Beda sama kamu. Kalau ngga dan jodohin aku juga ngga bakal mau sama dia. Kalau anak, hubungan biologis itu adalah kebutuhan kalau kita sudah menikah. Jadi walaupun tanpa cinta bisa melakukannya dan kalau sama-sama saat masa subur bisa hamil kan. " Jawab Thomas panjang lebar.
" Iya juga sih. " Jawab Saina.
Thomas dan Saina adalah kekasih saat mereka kuliah dulu. Namun keluarga Thomas tidak setuju dengan hubungan mereka karena Saina dari kalangan keluarga biasa. Menurut orang tua Thomas ia tidak layak menjadi menantu keluarga nya dah menjadi istri Thomas.
Hinaan dan cacian juga di dapat Saina saat di ajak berkunjung ke rumah orang tua Thomas. Kala itu ia hanya gadis biasa yang kuliah dengan beasiswa. Dirinya juga bekerja paruh waktu di sebuah cafe hingga larut malam saat pulang kuliah. Semua itu ia lakukan untuk membantu perekonomian keluarga nya. Mungkin itulah alasan keluarga Thomas tidak setuju. Lalu akhirnya mereka putus begitu saja. Saina pergi dari Jakarta tanpa memberikan kabar pada Thomas. Mereka lost kontak selama kurang lebih satu tahun. Pada akhirnya Thomas di jodohkan dengan Mauren dan langsung menerima nya. Itupun karena paras Mauren yang cantik tapi hati Thomas tak sedikit pun tertulis nama Mauren.
"Aku ngga bisa cinta sama dia. Ngga tahu kenapa. Jadi istri nurut-nurut aja, tapi hatiku hanya ada namamu. Seandainya dulu kamu ngga pergi gitu aja pasti aku udah nolak perjodohan itu. Sekarang sudah ada Miska di antara kami." Ujar Thomas.
"Aku begini saja sudah cukup kalau kau tidak bisa pisah dengan nya. Tapi, aku jauh lebih bahagia kalau kau bisa melepas Mauren dan utuh menjadi milikku." Ucap Saina.
"Beri aku waktu, akan aku selesaikan urusan di sana dulu." Thomas berusaha meyakinkan Saina bahwa ia akan menjadi milik Saina seutuhnya.
Tanpa ada perbincangan lagi, Thomas mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur. Bibir mereka bertaut dan lidah mereka membelit antara satu dan yang lain. Lenguhan sudah mulai terdengar dari keduanya dan malam itu menjadi malam mereka berdua di atas peluh dosa yang mengatasnamakan cinta.
Pagi harinya...
Mauren masih betah dalam balutan selimut tebal berwarna putih. Tidur nya nyenyak, entah mimpi apa dirinya seolah tak mau bangun. Tapi nyenyak nya karena mabuk pengaruh alkohol.
"Mommy... selamat pagi!" Sapa seorang gadis kecil yang berlari ke arah Mauren.
"Mommy kok belum bangun, Miska aja udah mandi udah cantik lo mommy." Ucapnya lagi saat berhasil naik ke atas ranjang tempat Mauren tidur.
Mauren perlahan membuka mata. Pandangan nya teduh saat melihat wajah cantik sang putri. Senyum indah lalu ia suguhkan untuk putri kesayangan nya tersebut.
" Pagi, juga kesayangan mommy. Wah, udah cantik dan wangi. Sini dong cium mommy!" Pinta Mauren.
Miska lalu mendekat dan menghujani wajah Mauren dengan banyak ciuman.
Drett.... drett.... Dering ponsel Mauren membuat nya mengalihkan pandangan.
"Hah, untuk apa dia telepon," keluh Mauren. Ia menarik napas berkali-kali saat mengetahui nama seseorang yang sedang menelepon.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!