NovelToon NovelToon

Perjodohan With Dosen

Perdebatan Kecil

Selamat membaca ....

“Tidak Ayah! Aku tidak mau menikah! Karena aku baru saja berusia 19 tahun!” Suara penolakan itu berasal dari bibir tipis milik Agna Yumna Ezza, seorang gadis cantik yang memiliki kulit putih bak seorang artis korea.

Sehingga membuat banyak laki-laki tertarik pada Agna, dan ini untuk yang kesekian kalinya gadis itu harus adu mulut dengan sang ayah di saat mereka sedang sarapan bersama. Hanya karena sebuah perjodohan yang disampaikan oleh ayahnya.

Sebab Agna menolak mentah-mentah ketika Al, sang ayah memberitahunya kalau gadis itu akan menikah.

"Baiklah jika kamu tidak mau maka, Ayah akan mengurus surat kepindahan kamu untuk kuliah di negara A," timpal Al, laki-laki yang sudah hampir berkepala empat itu terlihat sangat tenang. Meskipun suara Agna terdengar mulai meninggi.

"Selalu saja, itu sebagai kalimat ancaman Ayah, karena Ayah sudah tahu kalau aku tidak bisa jauh-jauh dari Ayah apalagi Bunda!" ucap Agna berkata ketus. "Pokoknya, aku tetap tidak mau, jika Ayah terus memaksa maka aku akan mongok makan," sambung Agna yang malah memajukan bibirnya beberapa senti meter

"Om Bagas sudah mengurus semuanya, besok pagi kamu tinggal berangkat saja ke Negara A," kata Al masih dengan raut wajah yang begitu tenang. Ia sama sekali tidak terpancing meskipun putrinya itu mengancam kalau gadis itu malah mau mongok makan. "Tugasmu hanya mengemasi barang-barang yang akan kamu bawa ke sana," lanjut Al.

Agna mendesis, sebab gadis itu masih tidak terima dengan keputusan ayahnya sendiri.

"Ayah!!” Agna menghentakkan kakinya kesal karena ucapan Al. “Aku masih mau bebas Ayah, aku juga ingin mengejar cita-citaku dan juga impianku. Tapi Ayah, malah mau menghancurkan segalanya!" ketus Agna yang kembali meletakkan sendoknya. Karena mendadak nafsu sarapan gadis itu di pagi yang cerah ini menjadi hilang. "Bunda harus tahu, kalau Ayah main jodoh-jodohkan aku saja."

"Bundamu sudah tahu, dan dia juga setuju dengan rencana perjodohan ini," balas Al sambil menatap putrinya.

"Tidak mungkin Bunda akan setuju, karena setahuku Bunda ingin melihatku sukses menjadi seorang dokter ahli bedah," timpal Agna tiba-tiba.

"Calon suami kamu adalah ahli bedah saraf juga Agna. Jadi, kamu bisa belajar darinya. Selain Dokter ahli bedah dia juga adalah Dosen yang mengajar di salah satu Universitas paling terkenal di kota Jakarta ini."

"Jadi, apa ini adalah salah satu alasan Ayah, yang ingin menjodohkan aku dengannya?"

"Tentu saja Agna, mengingat kamu sering kali bolos kuliah, dan pe–"

"Pemalas Ayah!" seru Gino menyahut, saat anak kedua dari pasangan Al dan Ranum itu menuruni anak tangga.

"Gino, awas kau!" Agna yang memang sudah kesal dari tadi, merasa malah semakin kesal di buat oleh sang adik.

"Gino, jemput Bunda kamu sekarang katanya Adik kamu Nino rewel di rumah sakit," ucap Al yang tidak mau kalau sampai Agna dan Gino akan malah bertengkar. Mengingat putra dan putrinya itu tidak pernah akur, dan selalu saja ada yang diperdebatkan setiap hari entah itu masalah sepele tapi malah di besar-besarkan.

"Siap, Yah, aku pergi dulu, mumpung hari ini aku libur." Gino lalu terlihat pergi begitu saja. Tanpa melihat wajah Agna yang masam.

Setelah Gino pergi Al akan kembali membuka suara ingin berbicara lagi pada putrinya. Namun, Agna sudah berdiri dan juga segera pergi dari ruang makan itu tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Sebab suasana hati gadis itu malah menjadi tidak karuan.

***

Sore menjelang, saat Agna akan merebahkan tubuhnya. Karena seharian ini gadis itu sangat sibuk sebab banyak tugas kuliah yang ia selesaikan. Membuatnya ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak.

Namun, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari arah luar, bersamaan dengan itu Ranum, sang ibu memanggilnya.

"Agna, buka pintunya karena Bunda mau bicara sama kamu," kata Ranum, wanita yang semakin tua tapi terlihat semakin cantik dan menawan serta mempesona.

"Bunda, ngapain sore-sore begini memanggilku, apa jangan-jangan ada yang terjadi?" batin Agna yang malah bertanya pada dirinya sendiri.

Meski ngantuk gadis itu tetap berjalan ke arah pintu. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, karena jika gadis itu ngantuk otomatis tubuhnya akan terasa sangat lemas. Seolah-olah tubuhnya perlu di isikan daya dengan cara istirahat sejenak.

"Agna Sayang, ini Bunda," ucap Ranum dan semakin keras mengetuk pintu kamar sang putri. Karena wanita itu pikir kalau saat ini Agna sedang tidur. "Agna ...," sambung Ranum memanggil anak pertamanya itu sekali lagi. Dan pada saat ia akan kembali mengetuk pintu. Putrinya kini terlihat sudah terlebih dahulu membuka pintu itu untuk dirinya.

"Bunda, ada apa?" tanya Agna sambil terlihat menguap beberapa kali. Ketika gadis itu sudah membuka pintu kamarnya dengan sangat lebar.

"Ganti pakaianmu, karena calon mertuamu akan datang," jawab Ranum tiba-tiba sambil tersenyum manis menatap Agna.

Agna yang mendengar itu langsung saja melotot sempurna. Karena gadis bermata sipit itu tidak percaya dengan apa yang ia dengar untuk saat ini, sehingga mulut Agna terbuka sangat lebar saking shocknya. Dan membuat matanya yang tadi sayu kini malah terjaga lagi.

"Bunda, aku tidak mau!" teriak Agna membuat seisi rumah itu mendengar suara cemprengnya.

Bersambung ....

Hai kakak² salam kenal dari Ayuza yak, mohon kerja samanya jika sudah di baca usahan tinggalkan jejak dengan cara Like dan Komen😉

Kedatangan sang Dosen

Selamat Membaca ....

Meski mulut Agna mengatakan tidak dan terus saja berkata ketus. Namun, gadis itu terlihat tetap saja menuruti semua yang dikatakan oleh sang ibu.

Seperti saat ini saat ia sedang di dandani oleh Ranum. Agna terus saja menggerutu tidak jelas membuat Ranum hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala karena baginya anak-anaknya adalah segala-galanya. Oleh karena itu, Ranum selama ini tidak pernah marah pada ketiga anaknya. Membuat sang suami, Al semakin mengagumi sosok Ranum, wanita yang ia temui paling sabar dan tabah menerima ujian serta lika-liku kehidupan didunia fana ini dengan hati yang lapang.

"Agna, sudah cantik. Sekarang Bunda keluar dulu ya, nanti kalau calon mertua kamu datang baru Bunda akan menyuruh adik kamu Gino untuk memanggilmu," kata Ranum sebelum ia keluar dari kamar Agna.

"Bunda, kok gini sih, malah ikut-ikutan setuju sama kek Ayah," gerutu Agna saat Ranum sudah menutup pintu kamar itu. "Tapi kok aku malah menjadi penasaran begini ya, karena kata Ayah, laki-laki yang akan dijodohkan denganku itu adalah seorang dosen yang juga dokter bedah. Ini sih terdengar sangat luar biasa sekali. Selain dosen dia dokter. Apa aku harus menerima perjodohan ini saja?" Otak Agna langsung saja bekerja dengan sangat keras hanya untuk memikirkan siapa dosen itu. "Tapi tunggu, apa jangan-jangan dosen itu sudah tua? Idih, amit-mait kalau begitu." Kini bulu kuduk Agna tiba-tiba saja berdiri. Saat ia membayangkan sosok laki-laki yang akan dijodohkan dengannya itu pasti sudah tua.

"Jangan sampai, Karena bisa-bisa Saras mengejekku nanti." Agna lalu terlihat meraih ponselnya. Karena ia ingin menghubungi Saras, anak dari pasangan suami istri Sonia dan Bagas. Sebab saat ini Agna butuh teman curhat.

***

Tepat pu kul 20.53 saat Agna sedang menuruni anak tangga bersama Ranum. Gadis itu terlihat begitu kaget, tatkala ia melihat sosok laki-laki yang bertubuh kekar sedang duduk di sebelah sang ayah. Dan ia tidak pernah menyangka kalau sang dosen yang ia benci bisa datang ke rumahnya.

"Mau apa dia? Kenapa dia datang di waktu yang tidak tepat? Apa dia mau memberitahu Ayah kalau aku ini sudah bolos di jam pelajarannya sebanyak tiga kali?"

Saat Agna masih saja bertanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba saja suara sang Ayah mulai terdengar memanggil namanya.

"Agna turun dan perkenalkan ini Darren," ucap Al membuka percakapan. Karena ia tahu saat ini Agna pasti sangat shock ketika melihat sosok Darren sang dosen yang gadis itu benci.

Al rupanya tahu kalau Agna sangat membenci Darren, karena selama ini laki-laki itu sering kali mengirim mata-mata untuk mematai putrinya sendiri. Supaya ia bisa tahu apakah Agna anak yang rajin atau malah sebaliknya.

Namun, rupanya hukum alam tetap adil. Al merasa kalau Agna adalah cerminan dirinya yang dulu. Dimana ia juga dulu sangat nakal sewaktu masih kuliah dan sekarang malah putrinya yang mengikuti jejaknya. Oleh sebab itu, Al tanpa pikir panjang langsung saja menerima tawaran Anggun, yang meminta untuk menjodohkan Agna dengan salah satu teman sang ibu.

Tapi ternyata dunia memang sempit, dimana laki-laki yang akan di jodohkan dengan Agna adalah dosen gadis itu sendiri. Membuat Al semakin menyetujui perjodohan ini.

"Bun, mana calon mertuaku? Kenapa malah si dosen galak itu yang datang ke rumah kita?" Agna mencolek sedikit lengan sang ibu sambil berbisik. Saking penasarannya kenapa malah Darren yang datang ke rumahnya. Agna juga mengabaikan kalimat sang ayah yang tadi terdengar memperkenalkan Darren.

"Turun saja, biar Ayah kamu yang akan menjelaskan semuanya nanti," jawab Ranum sambil terus saja melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga satu-persatu.

"Dia dosen galak yang sering Agna ceritakan, Bu. Sekarang usir saja dia. Karena pasti dia mau mengadu pada Ayah kalau aku ini sering bolos. Padahal aku anak paling ra–" Belum usai kalimat Agna. Tapi tiba-tiba saja sang dosen menatap ke arahnya, membuat Agna langsung saja terdiam.

Bersambung ....

Ingin Mengingkari Janji

Agna yang merasa sangat kesal, gara-gara melihat tatapan tajam Daren langsung saja menghentakkan kakinya dan segera kembali lagi menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Agna mau kemana?" tanya Ranum lembut.

"Mau buang air besar!" teriak Agna berbohong yang sebenarnya terjadi kalau saat ini gadis itu tidak mau menemui Darren karena ia pikir kalau dosennya itu akan mengadu pada Al.

"Ya sudah, jangan lama-lama, Bunda akan tunggu kamu di bawah saja," ucap Ranum yang tidak tahu kalau putrinya saat ini sedang berbohong.

"Kalau aku lama suruh saja dosen itu pulang Bun, karena sepertinya aku sedang mencret! Karena kaget tiba-tiba saja dosen galak itu datang!" sahut Agna dengan suara yang gadis itu buat seolah-olah sedang berusaha menahan rasa sakit.

"Ya ampun Agna, nggak bo–"

"Bun, sini," potong Al cepat. Karena laki-laki itu tidak bisa berbicara hanya berdua saja dengan Darren.

"Iya Mas, aku akan segera Turun." Dengan sangat hati-hati sekali Ranum terlihat menuruni anak tangga. sebab ia trauma berjalan cepat-cepat pada anak tangga itu, karena hampir saja membuatnya kehilangan nyawa Nino, anak ketiganya yang ia ajak jatuh dari tangga itu saat usia kandungannya baru saja masuk bulan ke lima.

***

"Om, Tante kalau begitu saya permisi dulu. Maaf karena Mami dan Papi saya tidak bisa datang," kata Darren sopan setelah laki-laki itu memberitahu kalau kedua orang tuanya tidak bisa datang ke rumah Al.

"Tidak jadi masalah Darren, karena saya sudah memaklumi akan hal itu," timpal Al yang merasa kalau Darren adalah calon menantu idaman. Dapat dilihat dari segi manapun.

"Iya Nak, Darren jangan merasa tidak enakkan gitu. Karena kita hanya manusia biasa kita yang menentukan Sang pemilik alam semesta ini yang menentukan," kata Ranum yang ikut menimpali calon menantunya itu.

"Oh ya, bagimana apa Agna selama ini tidak pernah bolos? Atau membuat rusuh di kelasnya?" tanya Al yang menyempatkan diri bertanya sebelum Darren pergi. Meskipun Al tahu bagimana kelakuan Agna ketika putrinya itu sedang kuliah. Dimana Agna sangat bar-bar sekali.

Darren memaksakan bibirnya untuk tersenyum sambil menjawab, "Sejak Om memberitahu Agna supaya tidak bolos, mulai sejak itu dan dari sana Agna memiliki sedikit perubahan." Meskipun saat ini rasanya laki-laki itu merasa kalau Agna perlu dilaporkan pada Al atas apa saja yang dilakukan saat kuliah. Akan tetapi, Darren yang tidak mau berurusan dengan Agna malah memilih untuk berbohong.

"Tuh 'kan, Mas, Agna ada perubahan. Semoga saja setelah nanti menikah dengan 'Nak, Darren. Agna akan benar-benar berubah." Ranum yang memang mudah percaya sangat senang mendengar akan hal itu. "Kalau begitu katakan pada Mami kamu Darren, kalau kami setuju. Dengan apa yang tadi kamu sampaikan itu."

"Baik Tante, kalau begitu saya permisi. Karena malam ini saya ada jadwal untuk piket di rumah sakit." Sesaat setelah Darren mengatakan itu. Ia langsung terlihat pergi begitu saja, karena malam ini juga laki-laki itu memiliki pasien yang harus ia tangani. Membuatnya tidak bisa terlalu berlama-lama berada di rumah Al.

"Darren calon menantu idaman," ucap Al setelah Darren menghilang dari pintu utama rumahnya. "Pokoknya Agna harus menikah dengannya, Mas tidak peduli anak itu akan setuju atau tidak."

Ranum yang mendengar itu hanya bisa mengangguk saja. Sebab pilihan ibu mertuanya, Anggun tidak pernah salah. Di tambah sang suami sudah benar-benar setuju.

***

Di kediaman Hugo, ayah dari Darren. Pria paruh baya itu terlihat menasehati putranya yang baru saja pulang dari rumah sakit.

"Ini adalah permintaan terakhir mendiang Opa kamu Darren. Kalau kamu tidak setuju maka itu sama artinya dengan kamu yang tidak menepati janji. Atau lebih tepatnya kamu mengingkari janji."

"Pi, aku pikir gadis yang di maksud oleh almarhum Opa bukan dia. Gadis bar-bar yang suka bolos dan sangat nakal sekali. Dia juga adalah muridku. Bagaimana bisa Papi malah terus-terusan ingin melihatku menikah dengannya?" Darren rupanya tidak setuju kalau dirinya akan dijodohkan dengan Agna. "Ini zaman sudah modern Pi, bukan zaman Siti Nurbaya yang main jodoh-jodohkan saja. Sudah deh aku tidak akan mau dijodohkan dengannya," sambung Darren.

Hugo terlihat melempar beberapa lembar foto ke depan Darren. "Lihat Darren, kamu di besarkan oleh Opa kamu. Dan sekarang kamu malah seenak jidatmu mau mengingkari janji. Janji yang telah kamu dan almarhum Opa kamu sepakati sejak jauh-jauh hari. Bahkan saat kamu masih duduk di bangku SMA."

"Papi, harus berapa kali aku katakan kalau aku tidak ta–"

"Cukup Darren, dengan kamu terus menentang apa yang almarhum Opa kamu katakan dulu sewaktu beliau masih hidup. Maka kamu sama sekali ingin membuat Opa tidak tenang di atas sana," potong Hugo cepat. "Pokoknya kamu harus tetap menikah dengan gadis yang tadi kamu sebut bar-bar itu."

"Tapi Pi …."

"Tidak ada tapi-tapian, kamu sudah cukup dewasa Darren. Jadi, kamu sudah paham apa itu yang disebut perjanjian. Dan tentu saja janji itu juga tidak harus di ingkari," kata Hugo pada putranya. "Mami kamu juga pasti akan mengatakan ini, jika dia tahu kalau kamu ingin mengingkari janjimu yang dulu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!