NovelToon NovelToon

Tempat Untuk Kembali

tempat untuk kembali *1

"Sayang, kamu tidak apa apa? Apa kamu sakit?" panggil Vano kepada Kayla saat Vano melihat Kayla memegang kepalanya yang terasa sakit. Apalagi dari kening Kayla sekarang sudah keluar keringat sebesar besar biji jagung yang menandakan kalau orang tersebut sedang dalam keadaan tidak baik baik saja, atau sedang merasakan sakit dan menahan rasa sakit.

Kayla yang sedang memijit kepalanya tersenyum ke arah Vano. Dia memang sedang sakit, tetapi Kayla tidak mau membuat Vano menjadi cemas akan hal itu. Kayla ingin menikmati kencan mereka hari ini berdua saja. Kayla tidak ingin ada sesuatu hal yang mengganggu kencannya dengan Vano. Kayla berusaha menahan rasa sakit di kepalanya itu.

"Tidak apa apa sayang, aku tidak sakit." jawab Kayla sambil memberikan senyumannya kepada Vano. Kayla menghapus keringatnya dengan tisu yang diambilnya dari atas meja.

Vano menatap ke arah Kayla.

"Beneran aku nggak apa apa" lanjut Kayla masih berusaha meyakinkan Vano kalau dirinya memang dalam kondisi yang baik baik saja dan sama sekali tidak perlu dicemaskan oleh Vano.

Vano menatap lama Kayla. Vano tahu kalau Kayla sedang dalam keadaan tidak baik baik saja sekarang ini. Kayla yang sadar kalau sedang diperhatikan oleh Vano berusaha untuk terlihat baik baik saja. Dia tidak ingin Vano mengantarnya pulang dan mengakhiri kencan mereka pada hari ini.

"Kamu yakin kalau kamu dalam keadaan baik baik saja? Aku tidak yakin kalau kamu dalam keadaan baik baik saja. Kalau kamu sakit mari aku antar puang, kapan kapan kita bisa jalan lagi." kata Vano yang masih ragu dengan jawaban yang diberikan oleh Kayla kepada dirinya.

Jawaban Kayla dan ekspresi wajah Kayla saat ini sangat bertolak belakang sekali. Vano sangat yakin kalau kekasihnya itu tidak dalam keadaan baik baik saja. Kayla yang yakin kalau Vano masih ragu dengan apa yang dikatakan oleh dirinya langsung berdiri dari kursi yang sudah didudukinya satu jam yang lalu.

"Aku baik baik saja" ujar Kayla sambil memeluk Vano dari belakang. Kayla merangkulkan tangan kanannya di leher Vano. Sedangkan tangannya yang kiri di pakai Kayla untuk mengelus lembut tangan Vano. Vano menghentikan pekerjaan tangan kiri Kayla. Vano lebih memilih untuk menggenggam tangan kiri Kayla di pangkuannya.

Kayla tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh Vano. Kayla sudah tidak terkejut lagi dengan hal itu, berbeda dengan waktu sebeum sebelumnya, Kayla akan merasa sedih karena Vano menolak untuk di sentuh. Tetapi sekarang Kayla sudah terbiasa dengan apa yang dilakukan oleh Vano setiap Kayla mencoba peruntungannya.

Kayla menaruh dagunya di bahu Vano. Kayla menatap jauh ke depan. Dia tahu kalau dia tidak dalam kondisi baik baik saja. Tetapi keegoisan hatinya dan kekerasan hatinya membuat dia untuk mengingkari semua itu. Kayla tidak ingin kesempatannya untuk berkencan dengan Vano terbuang percuma saja. Kesempatan untuk berdua dengan Vano sangat jarang didapati oleh Kayla, karena kesibukan Vano di perusahaan dan juga kesibukan Kayla di butik miliknya. Makanya walaupun kondisi Kayla sedang dalam keadaan tidak baik baik saja, Kayla tidak mau menyerah kalah dengan kondisi fisiknya itu, dia akan terus melawannya sekuat tenaga.

Vano memeng pipi kekasihnya itu. Dia merasakan kalau pipi dan juga dahi Kayla sama sekali tidak panas. Jadi, sekarang Vano sedikit yakin kalau Kayla memang dalam keadaan baik baik saja, tidak seperti yang dicemaskan oleh Vano tadi.

"Sekarang apa kamu sudah sangat yakin kalau aku dalam keadaan baik baik saja?" tanya Kayla sambil tersenyum melihat ke arah Vano.

Vano mengambil tangan kekasihnya itu. Vano mendudukkan Kayla di atas pangkuannya.

"Sedikit yakin sayang." jawab Vano sambil membalas senyuman yang diberikan oleh Kayla kepada dirinya.

Kayla menatap tidak percaya ke arah Vano. Jarak wajah meraka antara satu dengan yang lainnya sangatlah dekat dengan posisi Kayla duduk di atas pangkuan Vano.

'Hanya ada satu cara membuat Vano percaya bahwasanya aku memang dalam kondisi baik baik saja' ujar Kayla dalam hatinya.

Kayla meraih salah satu tangan Vano yang melingkar di pinggang ramping Kayla, pinggang seorang model yang sekarang sudah menjadi perancang busana terkenal di negara tersebut. Siapa yang tidak akan kenal dengan brand KnS, sebuah brand singkatan dari nama Kayla Supomo. Tangan Vano yang di ambil oleh Kayla, di bawa Kayla ke depan wajahnya. Kayla menciumi telapak tangan dan juga punggung tangan Vano berkali kali. Terakhir dari semua tingkah Kayla itu adalah, Kayla menaruh telapak tangan Vano tepat di pipinya. Tujuan Kayla hanya satu, Kayla ingin Vano merasakan kalau suhu tubuhnya masih sama dengan suhu tubuh orang yang sehat.

Vano tersenyum ke arah Kayla. Vano sangat tahu apa yang dilakukan oleh Kayla kepada dirinya. Kayla yang melihat Vano tersenyum, membalas senyuman kekasihnya itu. Kayla kemudian mengangguk kepada Vano supaya Vano percaya kondisinya saat ini, bahwasanya Kayla dalam kondisi sehat dan tidak sakit seperti yang dipikirkan oleh Vano dari tadi.

"Sekarang apa kamu sudah percaya kepada aku kalau aku tidak sakit?" tanya Kayla kepada kekasih hatinya itu.

"Ya aku percaya sayang" jawab Vano

"kalau masih belum, maka aku akan lakukan cara yang lebih ekstrim lagi, supaya kamu percaya kalau aku dalam keadaan baik baik saja" ujar Kayla memberikan sedikit ancaman kepada Vano agar Vano memang menukar pikirannya.

"Hem, jangan lampaui batasan sayang" jawab Vano yang memang sudah menjalin hubungan cinta dengan Kayla selama lima tahun, tetapi Vano tidak pernah melakukan hubungan yang dilarang oleh masyarakat, sehingga sampai sekarang Kayla masih aman aman saja.

"Sayang, kenapa kamu tidak mau melakukan itu sama aku? Apa aku kurang menarik?" tanya Kayla yang sudah membahas masalah itu selama tiga tahun dan sama sekali tidak menerima jawaban yang berbeda dari Vano.

Vano akan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Kayla yang sudah tidak terhitung sudah berapa kalinya Kayla bertanya akan hal yang sama kepada Vano.

"Nggak perlu di jawab sayang, aku sudah tahu jawabannya, dan aku mengerti akan keputusan dan prinsip kamu itu" jawab Kayla yang nggak mau mendengar jawaban dari mulut Vano yang pada akhirnya akan menambah sakit hati Kayla saat mendengar jawaban itu.

"Maafkan aku sayang. Maafkan aku sekali lagi" ujar Vano meminta maaf kepada kekasihnya itu.

Vano sangat tahu kalau Kayla menginginkan hal itu dari dirinya, Tetapi ntah kenapa Vano masih tidak ingin melakukan hal itu kepada Kayla. Vano saja tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikirannya, Vano bukanlah pria suci, tetapi ntah kenapa kepada Kayla, Vano tidak ingin melakukannya tanpa ikatan yang sah antara dirinya dengan Kayla.

"Iya sayang, aku maafkan, aku akan menunggu sampai hal itu bisa kamu lakukan kepada aku" jawab Kayla sambil tersenyum ke arah Vano.

"Terimakasih sayang. Aku sangat berhutang banyak kepada kamu" ujar Vano

Kayla menggeleng, dia tidak menyalahkan Vano akan prinsipnya itu.

tempat untuk kembali *2

"Sayang, ayo kita pulang" ujar Vano mengajak Kayla untuk pulang.

Vano mengajak Kayla pulang bukan tanpa alasan, mereka sudah di sini terlalu lama, di tambah lagi hari mulai gelap dan angin laut sudah mulai terasa dingin.

Kayla masih asik memandang lautan luas yang sekarang sudah gelap sekali, sepanjang mata memandang ke arah lautan, Kayla hanya bisa melihat lampu lampu kapal yang berada di kejauhan, selain itu tidak ada lagi yang bisa dilihat oleh Kayla.

"Sayang, ayo kita pulang" ujar Vano sekali lagi mengajak Kayla untuk pulang.

Tetapi Kayla sama sekali tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Vano. Kayla masih terdiam saja, Kayla tidak memberikan respon akan ajakan Vano.

"Sayang" ujar Vano mengguncang badan Kayla.

Kayla menatap lama ke arah Vano. Kayla tidak ingin berpisah dengan Vano.

"Bentar lagi ya" ujar Kayla.

Hanya kata bentar lagi yang bisa dikatakan oleh Kayla kepada Vano. Kata kata yang selalu sama yang dikatakan oleh Kayla kepada Vano saat mereka berdua akan berpisah dan kembali ke rumah masing masing dan kegiatan atau aktivitas masing masing keesokan harinya.

"Sayang, hari sudah malam, lagian cuaca sudah tidak mendukung kita untuk terus duduk di sini" Vano berkata sambil melihat ke arah mata Kayla dengan tatapan memohon Kayla untuk paham dengan keadaan yang sudah malam tersebut.

"Aku takut dan aku nggak mau berpisah" ujar Kayla yang pada akhirnya mengatakan apa yang sulit untuk dikatakannya kepada Vano.

"Maksudnya bagaimana? Aku tidak mengerti"

Vano mengernyitkan keningnya ke arah Kayla saat mendengar alasan yang diberikan oleh Kayla kepada dirinya, saat Vano mengajak Kayla untuk pulang.

"Ya di saat kita sudah berpisah, kita tidak akan tahu lagi kapan akan bertemu lagi. Sejujurnya aku nggak mau kita bertemu sekali dalam sekian hari, aku pengennya kita ketemu setiap hari" kata Kayla yang pada akhirnya mengatakan apa yang sudah lama dipendamnya. Vano harus tahu apa yang diinginkan oleh Kayal. Vano harus mengerti apa keinginan Kayla. Selama ini Kayla saja yang harus mendengarkan Vano Sekarang Vano juga harus mendengarkan Kayla, jadi hubungan mereka berdua akan aman dan tidak ada yang merasa harus selalu mengalah.

"Kamu kan tahu Kay, kenapa aku tidak bisa bertemu dengan kamu setiap hari?" ujar Vano masih dengan nada suara tenang.

"Aku juga ingin bertemu dengan kamu setiap harinya Kayla, tetapi dengan tuntutan pekerjaan seperti inilah yang membuat aku tidak bisa bertemu dengan kamu setiap hari" lanjut Vano masih berusaha menjelaskan kepada Kayla.

"Kamu itu CEO Vano, bukan pekerja. Masak kamu tidak bisa pergi sebentar menemui aku. Aku tidak butuh berjam jam Vano, hanya setengah jam saja dari waktu kamu yang dua puluh empat jam untuk bekerja itu" Kayla benar benar sudah emosi, sehingga dia tidak menyaring lagi kata kata yang akan diucapkannya ke Vano. Kayla sudah benar benar emosi dan marah sekarang. Kayla sudah tidak bisa lagi menahan dirinya, semua yang dirasakannya selama ini dikeluarkan oleh Kayla kepada Vano.

Vano terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Kayla kepada dirinya.

"Tau kamu Vano, terkadang aku merasa kalau aku harus ada saat kamu membutuhkan aku, Sedangkan saat aku membutuhkan kamu, aku harus menunggu sampai pekerjaan kamu selesai dahulu, Apa salah aku Vano, sampai kamu tega seperti itu kepada aku?" lanjut Kayla yang ternyata masih belum selesai mencurahkan semua perasaannya kepada Vano.

"Jawab aku Vano. Apa aku salah sebagai yang katanya Kekasih dari Vano Wijaya meminta waktu kamu hanya setengah jam untuk menemui aku?" ujar Kayla bertanya dengan mata yang sudah memerah dan terlihat air mata Kayla sudah menganak sungai di mata cantiknya itu. Bola mata biru safir itu sudah mulai berair.

Vano bisa melihat bagaimana sedihnya Kayla saat ini karena keegoisannya yang sama sekali tidak memberikan waktunya kepada Kayla. Vano sadar dia sudah tidak adil dengan Kayla. Vano lebih mementingkan pekerjaannya selama ini dan sama sekali tidak perduli dengan kekasihnya itu.

Vano tahu permintaan Kayla tidaklah rumit dan sulit. Kayla hanya meminta dirinya untuk bertemu selama setengah jam saja setiap harinya. Kayla tidak meminta yang rumit rumit kepada Vano.

"Baiklah, aku berjanji akan memberikan waktu ku setiap hari kepada kamu. Tapi aku tidak janji akan memberikan tiga puluh menit, tapi yang pasti setiap hari kita akan bertemu, kalau aku tidak sedang perjalanan ke luar kota" ujar Vano yang pada akhirnya mengalah kepada keinginan Kayla.

Ini bukanlah kali pertama Kayla mengatakan hal itu kepada Vano. Cuma kali ini Vano bisa melihat kalau Kayla benar benar sudah marah dan sudah tidak bisa menerima lagi semua alasan yang diberikan oleh Vano kepada dirinya. Sehingga semua yang diucapkan oleh Kayla kepada Vano tadi membuat mata hati dan pikiran Vano terbuka dan bisa menuruti keinginan Kayla untuk bertemu setiap hari dengan Vano.

Kayla terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Vano. Vano bersedia bertemu dengan dirinya setiap hari walaupun tidak selama tiga puluh menit. Bagi Kayla itu adalah sebuah kemajuan, kemajuan dalam hubungannya dengan Vano.

'Yes akhirnya aku mulai bisa mengendalikan kamu Vano. Dengan air mata. Oke kuncinya sabar dan air mata'

' Aku akan pastikan setelah ini, kamu akan menuruti semua keinginan aku Vano Wijaya. Aku akan pastikan itu terjadi, sekarang aku hanya tinggal memainkan kartu ku saja lagi' ujar Kayla di dalam hatinya.

Tanpa sepengetahuan Vano, Kayla tersenyum licik dan culas. Semuanya sudah ada di dalam rencana Kayla. Kayla sudah memainkan bidak caturnya dan sudah memakan satu pion Vano. Kayla tinggal memainkan bidak caturnya lagi supaya bisa membunuh Raja bidak cator Vano.

'Sabar Kayla, sebentar lagi Vano Wijaya akan berada di dalam genggaman tangan mu' ujar Kayla di dalam hati dan pikirannya.

"Jadi, apakah kita bisa pulang sekarang? Atau masih harus menunggu beberapa jam lagi?" tanya Vano kepada Kayla.

"Kita pulang sekarang" jawab Kayla.

Vano dan Kayla kemudian berdiri dari posisi duduk mereka. Vano mengganggam tangan Kayla. Mereka berdua berjalan bergandengan tangan meninggalkan tempat tersebut. Vano dan Kayla menjadi tatapan semua orang yang berada di kafe tersebut. Mereka semua memandang takjub ke arah Vano dan Kayla. Sepasang kekasih yang sangat sepadan sekali, yang pria tampan dan berwajah bule, sedangkan wanita cantik dan sedikit berwajah oriental. Siapapun yang memandang pasti akan takjub melihat mereka berdua.

Seorang wanita yang duduk sendirian di pojokkan cafe, melihat dan memandang dari tadi ke sepasang kekasih yang pertama telihat diam, kemudian pelukan, kemudian bercerita satu sama lain, tertawa dan tadi marah marah.

"Kayla, kamu silahkan mainkan kartumu sekarang"

"Silahkan buat Vano menjadi mengikuti semua keinginan licik mu itu"

"Tetapi akan aku pastikan kalau Vano akan menikah dengan ku dan melupakan kamu" ujar wanita yang duduk di pojokan tersebut

tempat untuk kembali *3

"Aku akan pastikan Kayla, kalau Vano pasti akan aku dapatkan."

"Aku tidak bisa membiarkan Vano selalu kamu tipu dengan tingkah polah tipu muslihat kamu itu"

"Aku akan pastikan itu Kayla" kata wanita yang duduk di pojokan kafe sambil menatap dengan penuh kebencian kepada Kayla.

"Nona, maaf kafe sebentar lagi akan tutup" ujar pelayan menegur wanita tersebut dengan ramah.

"Oh maafkan saya. Saya terlalu menikmati pemandangan yang disajikan oleh kafe ini. Viewnya luar biasa menarik" ujar wanita itu berkata sambil meminta maaf kepada pelayan kafe dan tak lupa memberikan pujian terhadap pemandangan yang disajikan oleh kafe itu.

"Terimakasih atas pujiannya Nona. Silahkan mampir kembali, kalau Nona mampir saya merekomendasikan Nona untuk mencoba roti tenong. Itu adalah cemilan terenak dan rekomended di kafe kami" kata pelayan menyarankan apa yang seharusnya di pesan oleh wanita itu saat dirinya kembali lagi berkunjung ke kafe tersebut.

"Terimakasih atas infonya. Saya akan pertimbangkan untuk memesan makanan itu, saat saya kembali lagi ke sini" jawab sang wanita dengan ramah.

Wanita muda yang tidak kalah cantiknya dengan Kayla itu berjalan keluar dari dalam kafe. Dia berjalan menyebrangi kafe, wanita itu datang hanya menggunakan kendaraan umum saja. Sedangkan hari sudah terlalu larut malam, sehingga kendaraan umum yang biasa ditumpanginya sudah tidak ada lagi. Tetapi taksi dan taksi online masih banyak, cuma wanita itu tidak mungkin menggunakan taksi online karena dia tidak akan mampu membayar harga sewa dari taksi online tersebut.

"Pada akhirnya, gue harus jalan kaki lagi untuk berhemat" ujar wanita tersebut sambil menatap ke atas langit yang sudah sangat gelap.

"Seandainya hari itu, pria tua itu tidak menikahi nenek lampir tersebut, tentu gue tidak akan menderita seperti sekarang ini" lanjut wanita tersebut mengingat jauh ke belakang, ke kehidupannya yang dulu.

Kehidupan yang sangat membuat wanita itu bahagia karena terlahir dari keluarga yang sangat di segani. Siapa orang orang di negara ini yang tidak kenal dengan keluarga Sanjaya. Tetapi karena ketamakan seorang wanita, membuat wanita itu dan ibunya harus keluar dari mansion mewah keluarga Sanjaya dan harus berakhir di sebuah gubuk yang sudah sangat tua.

"Tapi aku tidak akan pernah menyalahkan keadaan. Aku masih bersyukur masih bisa hidup dan makan serta kuliah seperti yang lainnya. Walaupun bisa dikatakan untuk bersantai aku tidak punya waktu karena tuntutan kehidupan yang harus aku jalani pada saat ini" lanjut wanita tersebut.

Wanita itu terus melanjutkan perjalanannya di tengah gelapnya malam. Tepat pada saat itu sebuah mobil mewah berhenti di depan si wanita. Wanita itu tidak takut sama sekali karena dia sudah tahu siapa yang berhenti di depannya itu.

"Anggi ayo masuk" ujar pria tampan tersebut memanggil wanita itu dengan nama Anggi.

"Nggak usah Vano. Aku jalan kaki saja. Kamu terus saja pulang. Hari sudah malam" ujar Anggi menolak ajakan Vano. Pria yang dari tadi dilihatnya dengan kekasih hatinya itu.

"Ayolah Anggie. Bagaimanapun juga kamu adalah kakak dari calon istri aku. Jadi, aku harus mengantarkan kamu pulang ke rumah kamu" ujar Vano berkata kepada Anggi.

Anggie tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Vano kepada dirinya. 'Ternyata kamu mau mengantarkan aku ke rumah, karena Kayla. Kenapa hidup aku harus di bawah bayang bayang wanita itu' ujar Anggie dalam hatinya.

"Ayolah Anggie, hari sudah terlalu larut. Kalau kamu bersikeras jalan kaki ke rumah, maka bisa dipastikan kamu akan sampai dini hari. Apa kamu mau membuat ibu kamu memikirkan kamu, anak gadisnya belum pulang jam segini?" ujar Vano berusaha meyakinkan Anggie untuk naik ke atas mobilnya itu.

Anggie memingat ibunya di rumah yang sekarang pasti sudah cemas karena Anggie masih belum pulang juga. Akhirnya Anggie terpaksa mengalah dengan keadaan, dia kemudian mengangguk ke arah Vano. Anggie masuk ke dalam mobil Vano dan duduk di kursi penumpang sebelah Vano.

"Jadi kamu masih kuliah sambil bekerja?" ujar Vano saat kaget mendengar jawaban yang diberikan oleh Anggie saat Anggie mengatakan kalau dia lanjut kuliah magisternya.

"Ya, mama meminta aku untu terus kuliah. Mama tidak ingin aku menjadi orang yang tidak dianggap lagi" ujar Anggie menjelaskan penyebab kenapa dirinya masih melanjutkan kuliahnya ke jenjang magister. Padahal keuangannya tidak mumpuni untuk membiayai kuliah magisternya itu.

"Untuk biaya kuliah bagaimana?" tanya Vano yang masih syok mendengar apa yang dikatakan oleh Aggie.

"Aku dibiayai oleh beasiswa, jadi aku hanya mencari uang untuk keperluan hidup aku dan mama serta kebutuhan aku untuk ke kampus" lanjut Anggie menjelaskan kepada Vano.

"Kenapa kamu tidak minta bantuan Papi kamu saja lagi. Atau Kayla" ujar Vano yang sebenarnya tidak ingin mengatakan hal itu kepada Anggie. Tetapi melihat Anggie yang seperti ini membuat Vano menjadi kasihan dan terpaksa harus mengatakan hal itu kepada Anggie.

"haha haha haha" Anggie tertawa lebar mendengar apa yang dikatakan oleh Vano kepada dirinya.

"Sudahlah Vano, jangan katakan lagi keluarga itu kepada aku dan Mama. Kami berdua sudah tidak bagian dari keluarga itu lagi" ujar Anggie yang memang tidak mau lagi disangkut pautkan dengan keluarga Sanjaya.

"Kamu berhenti di sini saja Vano. Terimakasih sudah mau mengantarkan aku pulang" ujar Anggie.

Vano terdiam, dia memang sudah melewati batasannya sebagai seorang sahabat yang sudah sangat lama mengenal Anggie. Kejadian yang dialami oleh Anggie dahulu itu memanglah kejadian yang sangat pahit, tetapi untung saja Anggie sama sekali tidak marah kepada Vano, setelah Anggie tahu kalau Vano menjalin kasih dengan Kayla saat ini.

"Maafkan aku Nggie. Aku hanya mencoba saja" ujar Vano

"Aku mohon maafkan aku, jangan marah ya?" lanjut Vano meminta supaya Anggie tidak marah kepada dirinya atas apa yang telah dikatakan oleh Vano tadi kepada Anggie.

"Tidak sama sekali aku tidak marah sama kamu. Tapi aku berharap, saat kamu berjumpa lagi dengan aku, jangan pernah kamu membawa bawa nama keluarga Sanjaya lagi. Aku tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga kaya itu" ujar Anggie memohon kepada Vano untuk tidak lagi menyebut nama keluarga Ayahnya itu.

Vano mengangguk menyetujui apa yang diminta oleh Anggie kepada dirinya.

"Aku turun dulu, terimakasih atas tumpangannya" ujar Anggie kepada Vano sekali lagi sebelum dirinya beneran turun dari mobil orang yang dicintainya semenjak mereka tumbuh bersama dari kecil, sampai sebelum wanita itu datang merebut apa yang dimiliki oleh Anggie, semua semuanya termasuk Vano sahabat yang juga dicintai oleh Anggie.

"Beneran nggak aku anter sampai ke dalam?" tanya Vano

"Nggak usah deket kok" jawab Anggie sambil tersenyum

"Oke. Aku pulang dulu" ujar Vano

Vano melajukan kembali mobilnya menuju mansion keluarga Wijaya. Sedangkan Anggie meneruskan berjalan kaki masuk ke dalam gang kecil nan gelap itu untuk menuju rumah kecil yang sudah dibelinya itu dengan sisa tabungan yang dimiliki oleh Mama dan hasil kerja keras Anggie yang rela melakukan apa saja supaya mereka cepat memiliki rumah untuk berteduh. Walaupun rumah itu kecil, tetapi Anggie dan Mamanya merasa nyaman tinggal di sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!