NovelToon NovelToon

KETIKA ADAM TANPA HAWWA

Menjemput

Pagi.

Di saat semua orang sedang sibuk. Namun seorang pemuda dengan malas masih meringkuk di dalam selimut tebalnya enggan dirinya untuk bangun apalagi ia tertidur Saat pukul 05.00 subuh, kesibukan di pagi hari memang biasa terus terjadi di rumahnya hingga suara nyaring terdengar dari balik pintu Mengusik tidur nyenyaknya Siapa lagi kalau bukan sang Bunda yang super duper cerewet dan bawel namun super-super penyayang dan penuh cinta kasih untuk putra dan putrinya.

"Adam…!!! sampai kapan kau mau tidur? Bukankah hari ini Hawwa harus dijemput, dan semalam kau sudah menyanggupinya kan? Adam!!! Ayo bangun cepat…! nanti kalau Ayahmu marah tahu rasa loh." teriak Yumna pada putra pertamanya itu.

"Bunda, kenapa Bunda tidak menyuruh sopir atau Alaya saja menjemputnya,?" ucap Adam dengan malas dari balik selimut yang masih menutup seluruh tubuh nya.

"Tidak! Adam, Alaya hari ini sedang sibuk, dan tidak bisa diganggu gugat, kau tahu sendiri kan Hawwa tidak ingin dijemput oleh sopir. Hawwa itu ingin dijemput sama kamu saja Adam. Adam Cepatlah sayang,!" Teriak Yumna kembali.

"Iya, iya Bun. Tunggu sebentar, Adam akan mandi dulu sejenak," dengan sedikit malas Adam pun terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya, kalau Dia boleh memilih Dia tidak ingin pergi dan merasa sangat menyesal telah menyanggupi kalau Dia akan menjemput Hawwa.

'Tapi, bagaimana wajah anak itu ya, sekarang? Perasaan baru kemarin dia pergi. Tidak terasa sudah 13 tahun tidak bertemu sama sekali, Aku jadi penasaran?' gumamnya sambil melangkah masuk ke dalam Bhat room.

Ya! karena kesibukan Adam selama ini ia tidak pernah saling berkirim kabar hanya saja Hawwa akan menelpon Alaya adiknya Adam yang memang hampir seumuran dengannya namun Alaya pun tak pernah memberitahu Adam bagaimana bentuk wajah sepupunya itu sekarang, begitupun Alaya tak pernah memberitahu Bagaimana bentuk wajah Adam, meski kadang-kadang Hawwa akan meminta sebuah gambar Adam untuk melepaskan Rindunya, namun Alaya tak pernah ingin mengirimkannya entah apa sebabnya.

Sulit untuk Hawwa mencari tahu bagaimana sepupunya itu karena Adam bukanlah orang yang suka untuk bermain media sosial, jadi dia tidak bisa mendapatkan informasi apapun tentang Adam di media sosial, sungguh menyebalkan sekali bukan. Pernah suatu hari Hawwa melakukan video call hanya untuk menyuruh Alaya mengambil foto Adam namun Alaya tetap bersikukuh tak ingin memberikannya Alaya yang hanya ingin sepupunya itu datang kembali ke Indonesia, jika ia ingin bertemu dengan kakaknya Adam, dan dengan berbagai macam cara akhirnya Hawwa pun di izinkan untuk pulang ke Indonesia dengan catatan ia harus tinggal di rumah Vano dan Yumna agar dirinya itu tak keluyuran kemana-mana, namun Justru itu yang membuat Hawwa sangat bersemangat untuk pulang ke Indonesia setelah mengurus kepindahannya untuk sekolah di Makassar Ia pun segera berangkat meninggalkan Singapura untuk kembali ke Indonesia Mengejar Cinta masa kecilnya, itulah tujuan Hawwa yang sebenarnya ingin datang ke Indonesia, untuk mendapatkan Adam lelaki yang sangat dicintainya sejak usianya masih belia itu.

Ya Hawwa memang sangat mencintai Adam semenjak ia masih sangat kecil mungkin bisa dibilang setelah brojol kali ya, karena semenjak Ia lahir Adam lah yang selalu berada di dekatnya, jika orang tuanya sedang sibuk maka dirinya dengan Adam pun seperti Tak Terpisahkan namun lambat laun Adam merasa bosan karena Hawwa selalu akan mengacaukan segala urusannya.

Bahkan pernah suatu hari ia meminta untuk ikut ke sekolah Adam dan itu mempermalukan Adam di sana karena Adam diejek-ejek oleh temannya dikatakan kalau dia masih kecil sudah punya anak yang tak tahu ibunya kemana.

''Hai…Adam! itu anak kamu ya? Lalu ke mana mamahnya, Kenapa kau yang merawatnya? Apakah kau sudah mengganti popoknya? atau sudah memberikannya susu?'' itulah kalimat-kalimat ejekan dari teman-temannya pada waktu itu membuat Adam merasa Jengah di ikuti oleh Hawwa kemanapun ia pergi, walau Sebenarnya dia sangat menyayangi sepupunya yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri, terlebih lagi ada sebuah janji yang pernah ia ucapkan, itulah yang membuat Adam ingin selalu menjaga Hawwa.

Kini Hawa tumbuh sebagai gadis manis yang tak luput dari kacamata bulat tebal dan Gigi kawatnya, Gadis itu akan menjadi gagap ketika ia berbohong dan hari ini Adam berharap kalau sepupunya itu sudah jauh berubah, tidak manja dan tidak suka merepotkan.

''Apa kau tidak sarapan dulu sebelum berangkat,?'' tanya Yumna pada Adam begitu Adam turun dan mendekatinya.

''Tidak usah lah Bun, nanti telat apalagi kalau pagi-pagi Jalannya macet, Ayah ke mana Bun,?'' tanya Adam saat tidak mendapati sosok sang Ayah. ''Biasalah ayahmu pasti ke ketemu sama rekan-rekannya setelah sholat subuh, itu yang akan terjadi jika Ayahmu sedang tidak ada kegiatan, oh ya sebenarnya kemarin Ayah meminta untuk bertanya padamu kapan kau akan menikah,? Kami memberikan kebebasan untuk kamu memilih pendamping tapi bukan untuk menunda-nunda" Yumna mengalihkan tatapan nya menatap Adam yang berdiri tepat di samping nya setelah ia sibuk menata meja makan dengan segala makanan lezat di atas piring.

''Mmm...baiklah Bun, Adam berangkat dulu. Assalamualaikum,'' ucapnya tanpa ingin menjawab pertanyaan sang bunda.

''Waalaikumsalam, hati-hati di jalan ya! bawa mobilnya pelan-pelan saja'' cicit Yumna sambil menggelengkan kepala melihat Adam hanya memilih diam dan pergi tanpa ingin menjawab pertanyaannya.

''Iya Bun..." Adam bergegas meninggalkan kediamannya untuk segera menuju ke bandara internasional sultan Hasanuddin Makassar.

'Anak itu kalau di tanya tentang menikah pasti, tidak ingin menjawab, ia selalu saja menghindar,' gumam Yumna dalam hati.

Adam yang baru saja hendak berangkat.

Namun ia akan mengecek dulu apakah ada telepon atau pesan masuk di handphonenya, dan benar saja satu pesan masuk Di benda pipih nya itu.

("Assalamualaikum Sayang, selamat pagi semoga harimu selalu ceria dan bahagia I love you)," tulis kontak yang tersimpan dengan nama Alexa sayang. Adam pun tersenyum membaca pesan singkat dari tunangannya itu.

Iya Adam memang bertunangan dengan Alexa, Namun tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, Ia hanya akan memberitahukan kepada orang tuanya Jika ia sudah ingin menikahi Alexa sebenarnya Adam ingin sekali menikahinya namun Alexa beralasan ingin mengejar karir nya di dunia modeling dulu, hubungannya dengan Alexa sudah terbilang cukup lama Semenjak mereka masih kuliah dan itu pun tak sengaja terjadi ketika Adam ingin berkunjung ke Singapura karena tugas dari kampus dan tentu saja dengan Alexa, dan teman-teman kampus lainnya. Namun sayang saat sebuah acara diadakan di hotel Adam terjatuh ke sebuah kolam renang entah bagaimana ceritanya hingga ia terjatuh seperti itu, sedangkan Adam takut dengan yang namanya kolam renang karena waktu kecil ia pernah tenggelam hanya untuk menyelamatkan Hawwa.

Dan beruntung hari itu ada Alexa, yang menyelamatkannya di hari yang naas itu di saat teman yang lainnya sibuk di tengah-tengah acara. Ia pun memutuskan kembali ke Indonesia membiarkan temannya itu terus mencarinya, padahal waktu itu ia berencara ke Tampines di mana tempat tinggal Hawwa selama ini, namun dengan kejadian itu ia mengurungkan niatnya itu.

(''Waalaikumsalam Selamat pagi juga. Hari ini aku akan ke bandara untuk menjemput adik sepupuku yang baru saja tiba,") terang Adam lewat pesan singkatnya.

("Apa boleh kita bertemu nanti malam?") tanya Alexa.

("Ada hal penting yang ingin aku bicarakan")

("Baiklah, insya Allah akan aku usahakan")

("Kok diusahakan sih sayang, Seharusnya kamu bilang iya saja,") protes Alexa.

("Sayang hari ini sepupuku datang pasti bunda akan menyuruhku untuk terus menemaninya, karena dia baru saja tiba di sini, kau tahu sendiri kan kalau Alaya sedang sibuk dengan urusan sekolahnya.") Terangnya lagi.

("Percayalah aku janji padamu aku pasti akan datang kamu tidak usah khawatir tentang hal itu.")

Bertemu

Hawwa terus memperhatikan lelaki yang berdiri di depannya itu, dari atas sampai bawah, dari bawah sampai atas, matanya tak pernah berpaling, bahkan jika Dia bisa berubah menjadi sebuah gasing dia akan berputar-putar mengelilingi tubuh Adam sungguh ia terpesona dengan ketampanan lelaki di depannya itu, sedangkan Adam sangat merasa Jengah diperhatikan seperti itu sejak tadi oleh seorang wanita yang tidak dikenalnya, apalagi penampilan wanita itu sangatlah aneh menurutnya, kacamata tebal dengan gigi kawat yang menempel di dalam mulutnya sedangkan hijab menutup di kepala. Sejenak Hawwa terdiam dengan alis yang berkerut.

''Sepertinya aku pernah melihat lelaki ini, tapi di mana ya?'' Pikir Hawwa, namun dalam hati sambil mengetuk-ngetukkan jemari telunjuknya di kepala.

Adam menarik nafas panjang jengah melihat tingkah gadis culun di depannya itu yang membuatnya risih.

"Maaf, Permisi…," ucap mereka berdua pada akhirnya karena mereka sebenarnya saling menghalangi jalan masing-masing.

"Oh…ya, silakan," ujar mereka kembali secara bersamaan.

"Kak Adam, di mana sih? kenapa lama banget,?" gerutu Hawwa, Adam pun sama dia merasa kesal telah menunggu lama Namun orang yang ditunggu tak kunjung juga tiba. Hawwa pun segera menelpon Adik sepupunya itu, begitupun dengan Adam segera menelpon sang Bunda.

"Assalamualaikum,"

"Assalamualaikum," terdengar uluk salam dari kedua orang tersebut, saat merasa panggilan teleponnya tersambung.

"Alaya! aku sudah menunggu lama di sini tapi kenapa Kak Adam tidak datang juga? apa Dia tidak mau menjemputku?" kesal Hawwa.

"Wa'alaikum salam, Sudah kok Kak, Kak Adam sudah pergi menjemput kakak,"

"Bunda Adam tidak tahu di mana Hawwa, dari tadi Adam menunggu Dia tidak muncul-muncul, apa Dia takut bertemu dengan Adam? apa sekarang wajahnya jelek atau dia berubah menjadi bunglon, makanya Dia mau muncul?" ucap Adam dengan nada kesalnya.

"Adam jaga bicaramu! Biar bagaimanapun Dia itu adik sepupumu!" tegur Yumna mengingatkan.

"Iya… Iya… maaf Bunda," sesal Adam, seharusnya Dia tidak berucap seperti itu di depan sang bunda, karena Yumna sangat menyayangi gadis itu.

"Sebaiknya sekarang kau matikan teleponnya dan tunggu, Mungkin sebentar lagi dia akan datang," suruh sang bunda kembali.

"Iya Bun, Assalamualaikum," Adam pun mengakhiri sambungan telponnya dengan sebuah salam.

"Waalaikumsalam," dan di balas Yumna.

Begitupun dengan Hawwa saat ini.

"Kak matikan dulu teleponnya, siapa tahu Kak Adam sudah sampai,''

''Oke baiklah, Assalamualaikum.''

''Waalaikumsalam,'' Adam dan Hawwa yang merasa kesal karena lama menunggu, akhirnya mereka sama-sama memilih duduk di satu kursi yang sama.

"Kak Adam, kau benar-benar menyebalkan!,"

"Hawwa, Kau benar-benar menyebalkan," ucap mereka secara bersamaan.

Keduanya pun terkejut dan saling menatap.

"Kau…!kau…!" kejut mereka pada akhirnya secara bersamaan dan saling menunjuk.

"Kenapa kau menyebut namaku,?" sentak Adam.

"Kau juga kenapa memaki Namaku,?" kesal Hawwa tak mau kalah.

"Aku tidak tahu siapa namamu? Aku hanya sedang memaki sepupuku yang bernama Hawwa," ucapnya jujur.

"Aku juga tidak tahu namamu, Aku hanya memaki sepupuku yang bernama Adam."

"Apa? Jadi kau…!" Kejut merka kembali setelah saling menyadari kesalahan masing-masing.

*

"Untuk apa kau datang ke Indonesia,?" tanya Adam begitu ia berada di dalam mobil setelah lama saling terdiam, ia pun membuka percakapan terlebih dahulu.

"Untuk apa ya? eeem… aku akan tinggal di sini," jawab nya santai.

''Apa Iya! aku akan tinggal di sini,?" kejut Adam karena ia tidak ingin di repotkan kembali dengan ke hadirkan Hawwa di dekatnya.

"Apa Bunda tidak memberitahukannya padamu,?" tanya Hawwa bingung.

"Tidak Bunda tidak berbicara apa-apa padaku tentang rencanamu untuk tinggal di sini," tutur Adam jujur.

"Ya! sudah kalau begitu Sekarang aku yang memberitahukannya kepada Kakak," Hawwa berujar sambil tersenyum bahagia karena tidak menyangka jika sepupunya berubah setampan ini.

"Apa kau benar-benar ingin tinggal di sini,?" tanya Adam kembali tak percaya.

"Iya, aku akan tinggal dan tinggal di rumah Kakak aku akan sekolah bersama Alaya, Oh ya Kak Bagaimana dengan kelinci putih kesayanganku itu apa kau merawatnya dengan baik?" pertanyaan Hawwa justru membuat Adam terkejut.

"Kelinci putih? apa kau lupa ini sudah 13 tahun kita berpisah tentu saja mereka semua sudah mati," ucap Adam, yang terus fokus menatap jalan.

"Yah…, aku kira mereka sudah beranak-berinak menjadi banyak padahal aku sangat suka sekali kelinci itu," Hawwa berucap dengan nada sedikit sedih.

"Sudah biar nanti aku akan mencarikan kelinci baru untukmu," hibur Adam saat ia melihat raut wajah kesedihan Hawwa.

"Aku tidak mau, jika Iya aku ingin keturunan kelinci putih itu saja," rengek Hawwa, karena kelinci itu sangatlah berharga untuk dirinya.

"Kau itu bukan anak kecil lagi yang harus menyukai kelinci, kau tahu kelinci itu sangat menjijikan sekali," kata-kata Adam sontak membuat Hawwa mendengus kesal.

"Manusia dengan hewan itu juga sama-sama menjijikan, bedanya manusia dengan hewan itu adalah, ketika hewan membuang kotoran dia tidak akan bisa membersihkan dirinya sendiri, tapi manusia sengaja mengotori dirinya meski kadang yang terlihat adalah kebersihan jasmaninya saja sedangkan rohaninya kita tidak tahu kotor seperti apa,'' timpalnya dengan nada kesal. Adam pun hanya terdiam

''Oh ya Kak, Kakak- itu kenapa semakin tampan dan kakak semakin membuatku jatuh cinta,'' ucap Hawwa jujur apa adanya, setelah terjadi keheningan beberapa saat.

''Apa-apaan sih kamu!! aku itu memang tampan dari dulu, lalu kamu sendiri kenapa bisa hancur seperti ini,?'' Adam pun tersenyum membanggakan diri nampak ia memasang raut wajah sinis karena ia tidak suka cara Hawwa yang blak-blakan mengungkapkan perasaan padanya.

''Apa Kakak menghinaku?" kesal Hawwa mendelik tajam.

"Tidak! aku tidak menghinamu, aku hanya heran saja kau tahu sendiri kan kalau Papa dan Mama itu orangnya seperti apa, Papa ganteng, dokter lagi, sedang Mama cantik tapi kenapa kau seperti bukan anak mereka ya? Apakah kau ini anak pungut?"

Plak.

Satu pukulan mendarat di lengan kokoh Adam.

''Sembarangan kalau bicara,'' protes Hawwa kesal.

"Oh ya Kak, kalau aku boleh tahu selama ini Apa saja kegiatan kakak?" tanyanya lagi.

"Aku tidak punya kegiatan apapun selain bekerja dan bekerja, Memangnya kenapa?" timpal Adam menatap sekilas.

"Tidak, tidak apa-apa, itu bagus dan aku minta pada kakak mulai sekarang kakak harus punya kegiatan baru untuk ku" ucapnya antusias

"Apa itu,?" tanya Adam dengan perasaan mulai tak enak.

"Kakak harus mengantarku setiap pagi ke sekolah,"

"What…!!!" Adam begitu terkejut dengan perkataan Hawwa "Apa kau sudah gila? kau datang jauh-jauh dari sini hanya akan menjadikanku sopir pribadimu? Oh Noo" kata Adam tak setuju, enak saja gadis itu akan menjadikan nya sopir pribadi.

"Untuk calon istri kan nggak apa-apa Kak," ledek Hawwa.

"Calon istri dari Hongkong. Siapa juga yang akan menikah denganmu, anak ingusan bau kencur," kesal Adam dengan wajah masam.

"Kak Adam, kenapa kau terus berkata seperti itu? aku kan han__"

"Hah… sudahlah lupakan, persiapkan dirimu kita sudah sampai," sela Adam.

"Hah, sudah sampai,? cepat sekali?" Hawwa pun tersenyum lebar.

"Apa! Cepat kau bilang? apa Kau tidak lihat jalan yang tadi sangat macet dan butuh satu setengah jam dari bandara menuju kemari itu kau bilang cepat sekali, dasar anak-anak?" gerutu Adam kembali karena begitu kesal, ia pun memilih segera keluar dari mobil.

"Kak, Adam!" pekik Hawwa saat melihat Adam berlalu begitu saja.

"Ya ada apa lagi?" kesal Adam.

"Kenapa kau tidak memelukku?" gurau Hawwa.

"Untuk apa?" tanya Adam menatap heran.

"Aku kan baru datang," jawab Hawwa.

"Kau itu bukan istriku atau kau itu masih haram, untuk aku sentuh Jadi untuk apa dipeluk? kalau kau adalah istriku baru aku akan memelukmu," tutur Adam.

"Benarkah seperti itu? kalau begitu bersiap-siaplah jadi suamiku karena aku pun akan bersiap-siap ingin menjadi istrimu, halal kan Aku secepatnya ya!" Adam hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sepupunya itu Bahkan ia pun ingin tertawa mendengar apa yang dikatakan gadis kecil itu. Namun berbeda dengan Hawwa setiap kata yang ia keluarkan memang seperti bercanda, namun dalam hatinya serius dengan apa yang baru saja diucapkannya, Hawwa yang sedari dulu memang sangat mencintai Adam, kini saat melihat Adam yang begitu tampan pun cintanya semakin bertambah dan Ia datang ke Indonesia hanya ingin mencari jalan atau cara untuk menikah dengan Adam Karena ia merasa sudah pantas Adam menjadi miliknya karena kini ia sudah dewasa, Hawwa memang tidak seperti para wanita pada umumnya, yang aneh dari Hawwa adalah ketika Adam sakit pasti dia akan sakit begitu juga dengan Adam saat Hawwa sakit maka dia merasa tidak akan baik-baik saja, namun mereka berdua belum menyadarinya.

Perdebatan.

"Asalamualaikum, Bunda..." cicit Adam, begitu Dia tiba di rumah dan mendapati sang bunda tengah sibuk di dapur.

''Wa'alaikumsalam sayang, Apa kau sudah datang dan bertemu Haw__, Hawwa sayang Benarkah ini kamu Nak,?'' cicit Yumna begitu senang saat menatap seorang gadis berjilbab pink dan berkacamata bulat tebal, dan jangan lupa gigi kawat hitamnya itu menambah kesan culun pada dirinya. ''Sayang kok, kamu diam saja? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?'' tanya Yumna mendekat.

"I-iya Bunda, maksudnya, Aku Hawwa, Assalamualaikum Bunda, bunda apa kabar?" jawabnya sedikit tergagap, Hawwa pun memeluk dan menyalami tangan Yumna.

"Alhamdulillah… sayang, bunda baik-baik saja, Bagaimana perjalananmu nak,?" tanya Yumna kembali.

"Alhamdulillah, Bun, lancar." Jawab Hawwa bahagia

"Alhamdulillah, Bunda senang dengarnya, Ayo! kemari Sayang, biar Bunda Tunjukkan kamar kamu di mana, setelah membersihkan tubuhmu kamu boleh turun makan setelah itu beristirahatlah! kamu pasti capek karena perjalanan jauh,'' Yumna menuntun tangan Hawwa untuk ikut dengan nya.

''Terima kasih Bunda" setelah selesai menyapa Yumna dan beramah tamah, kini ia tiba di di depan sebuah pintu Ia pun segera masuk ke kamar yang ditunjukkan Yumna tadi, sementara itu Adam dengan wajah yang kusut duduk di depan meja makan.

''Kamu kok masih duduk di sini? Emangnya kamu Tidak ke kantor hari ini?'' tanya Yumna heran.

"Enggak Bun, Adam mau makan, setelah itu Adam mau keluar karena ada hal penting yang ingin Adam urus dulu," terangnya, membuat Yumna mendekat.

"Hal penting apa Adam? dan ya, Kalau kamu emang nggak mau ke kantor kamu di sini aja temenin Hawwa Kasihan Dia kan, Dia baru datang dan Sendiri Lagi, Alaya kan belum pulang Dam,!'' ucap Yumna panjang lebar.

''Bunda saja yang nemenin Dia, Dia kan anak kesayangan Bunda,'' tukas Adam menolak.

''Hus… diam kamu Dam,! kamu dan Alaya anak kesayangan bunda, Bunda juga sayang sama kamu juga Adam, kalian itu semua seperti anak yang lahir dalam kandungan Bunda, kamu ini kenapa sama sepupu saja pakai cemburu seperti itu? Apa kamu masih kesel pada Hawwa dengan apa yang dilakukannya waktu masa kecil dulu? Adam kamu itu udah dewasa nak, sudah dewasa untuk bersikap, Seharusnya kamu berpikir Hawwa tidak mungkin kan akan mengerjaimu lagi, lagi pula Bunda liat Dia itu sepertinya unik dan cantik, juga manis,'' ujar Yumna panjang lebar dan berakhir dengan menggoda nya.

''Sudahlah, Bunda jangan memujinya, lagi pula untuk apa sih bunda mengizinkannya tinggal di sini apa tidak ada tempat lain selain tempat kita ini,''

''Adam jaga cara bicaramu! bagaimanapun dia itu sepupumu,!'' kesal Yumna.

''Tapi Dia kan bisa tinggal di rumah Oma kan? apalagi Oma sudah tua kenapa dia tidak tinggal di sana saja buat jaga Oma sekalian.'' Gerutunya.

''Adam jaga bicaramu! Apa pernah Bunda mengajarkanmu bersifat seperti ini pada tamu, apalagi Dia Adik sepupumu sendiri, Kalau kamu tidak suka dengan Hawwa tidak usah berkata seperti itu, biar bagaimanapun Hawwa adalah anak bunda juga, jadi jangan pernah katakan apapun tentang Hawwa di depan Bunda, Bunda tidak suka, apalagi jika ayahmu mendengar semua itu!'' tegur Yumna panjang kali lebar.

''Hawwa sayang Sejak kapan kau di sini nak?'' Yumna begitu terkejut saat melihat Hawwa yang berdiri mematung tak jauh dari tempat ia berdebat dengan Adam.

''Baru saja Bunda, A-a-aku mam-maksudnya i-itu,'' Adam dan Yumna mengerutkan alis karena entah kenapa tiba-tiba saja Hawwa berubah Gagap padahal sebelum-sebelumnya iya begitu, lancar berbicara, tanpa mereka ketahui kalau sebenarnya Hawwa tadi tengah berbohong karena ia mendengar semua perdebatan antara anak dan ibu itu. Namun bukan menampakkan raut wajah yang kecewa dan terluka Hawwa malah tersenyum penuh arti dengan sikap penolakan Adam padanya.

''Sayang kamu kenapa? Kok,tiba-tiba kamu menjadi Gagap seperti ini,?'' tanya Yumna heran.

''Maaf Bunda, tidak apa-apa tadi Hawwa cuma mau bilang itu, keran di dalam kamar mandi rusak, dan airnya tidak mengalir.'' Terang Hawwa menjelaskan untuk itulah dia kembali dan mendengar semuanya, namun tak di sangka Adam begitu membencinya.

''Astaghfirullah hal adzim, bunda lupa, Oh iya, Tadi bunda sudah menelpon tukang servisnya tapi kenapa belum datang juga ya?

Kamu tunggu sebentar ya sayang... ya sudah bagaimana kalau kamu mandi saja di kamarnya Adam dulu,'' usul Yumna.

''Bunda, kok di kamarnya Adam sih?'' ucap Adam ingin protes.

''Adam, diam kamu,!'' tatap Yumna dengan tatapan tajam.

''Baik Bunda, terima kasih Hawwa pergi dulu ya Assalamualaikum.'' Ucap Hawwa Ia tidak peduli seberapa bencinya Adam pada dirinya, namun ia akan terus berusaha menjadi orang yang suatu saat di cintai oleh Adam seutuhnya.

''Waalaikumsalam sayang…'' jawab uluk salam Yumna. Setelah memakan waktu 15 menit kemudian Hawwa pun keluar dengan balutan baju gamis yang sangat sempurna namun tetap saja bagi Adam Dia nampak biasa saja sedang di dalam hatinya ia masih kesal karena sang bunda masih selalu membelanya hingga sekarang.

''Kak Adam Terima kasih banyak ya,'' ucapnya saat Adam memilih pergi berlalu begitu saja di depannya. ''Untuk apa?'' tanya Adam sambil mengerutkan Alisnya heran.

''Tentu untuk semuanya Kak, untuk hari ini karena Kakak udah menyempatkan diri untuk menjemputku dan juga sudah meminjamkan kamar mandi untuk Hawwa meski dengan tidak ikhlas,'' sindir Hawwa. ''Tahu apa kamu tentang ikhlas? Emangnya kamu bisa melihat aku ikhlas dan tidaknya'' ujarnya kembali menimpali Ia pun memilih berlalu pergi.

''Dengarkan Aku, aku melarang Bunda memberikanmu memakai kamar mandiku karena aku tidak ingin kau mengacak-acak semua barang milikku di kamar mandi,'' ujarnya tanpa berbalik menatap Hawwa.

''Dasar aneh emangnya apa yang aku acak-acak di kamar mandinya menyebalkan, lihat saja kalau kita sudah menikah nanti, aku akan membuatmu menyesal sudah melakukan semua ini padaku,'' gerutu Hawwa dalam hati.

la pun segera bergegas masuk ke kamar Alaya yang ditunjuk Yumna tadi. Ya Hawwa di ijinkan tinggal sekamar dengan Alaya adik sepupunya yang tidak lain adik dari Adam, Tak lama kemudian ia di kejutkan dengan handphonenya yang bergetar menandakan ada panggilan masuk.

Drt…drt…drt…

''Mama,?'' ucapnya pelan.

''Ya Ampun aku lupa menelpon Mama, Mama pasti khawatir," gumamnya, Hawwa pun segera mengangkat panggilan hingga tersambung.

"Assalamualaikum sayang,"

"Waalaikum salam Mama, maaf Ma, Hawwa lupa menelpon Mama," Ujarnya begitu mengingat ia memang lupa untuk menelpon sang Mama.

"Bagaimana Sayang Apa kau sudah sampai?" tanya sang Mama dari seberang.

"Sudah Ma, Mama jangan khawatir Hawwa di sini baik-baik saja, Alhamdulillah yang menjemput Hawwa tadi Kak Adam Ma," tuturnya dengan penuh semangat.

"Hawwa dengarkan Mama sayang jaga sikap dan tingkah lakumu di rumahnya Bunda ya! meski mereka itu keluarga kita tapi kesopanan itu harus kamu jaga di mana pun kamu berada oke sayang," nasehat sang mama. "lya Ma," Mama jangan khawatirkan itu.

"Oh iya, Apa kamu tidak tahu kalau Daniel mencarimu ke rumah? Kenapa kau tidak memberinya kabar Kalau kau akan pulang ke Indonesia.?" tanya sang Mama sontak membuat Hawwa terkejut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!