NovelToon NovelToon

PETAKA MAPALA MERAH

Bab 1 - Kematian Ajeng

Bab 1 Petaka

...*****...

Seorang gadis berhijab tengah membersihkan tangannya di wastafel toilet kampus. Sesekali ia rapikan kerudungnya serta make up natural yang ia kenakan.

Ponsel Ajeng berbunyi, wallpaper ponsel yang memperlihatkan kebersamaan bersama para sahabatnya itu sempat membuatnya terenyuh. Namun, Ajeng buru-buru menerima panggilan masuk tersebut di ponselnya.

"Ya, Lan," sahut Ajeng.

"Kita ketemu di kelas, ya! Buruan!" seru seorang gadis dari dalam ponsel Ajeng.

"Oke," sahut Ajeng lalu memutuskan sambungan ponsel itu.

Tiba-tiba, gadis bernama Ajeng itu menemukan secarik kertas yang terlipat dan ia temukan dari dalam tas saat hendak mencari bros untuk hijabnya. Kertas tersebut bertuliskan,

..."KALIAN HARUS MATI!"...

Tulisan tangan yang ditulis dengan darah itu sontak saja membuat Ajeng bergidik. Gadis itu segera meremas secara kertas tersebut dan melemparnya ke tong sampah. Ajeng berlari dan hendak menemui sahabatnya untuk menceritakan hal tersebut.

Ajeng membuka pintu ruangan kelasnya yang terletak di lantai lima. Gedung kampus tersebut memiliki delapan lantai dan fakultas ekonomi berada di lantai lima gedung B. Tak ada siapa pun di sana, tetapi Ajeng diminta menunggu setelah mendapatkan pesan dari Lani.

Sepasang mata lentik itu menangkap secarik lembaran foto yang menempel di kaca jendela yang tengah terbuka. Lembaran foto itu hampir saja terbang jika Ajeng tak buru-buru menangkapnya. Lembaran foto yang berisikan foto aib Ajeng.

"Sial! Kenapa foto ini ada di sini?" maki Ajeng.

"Karena gue yang nempelin di sana, Jeng!" Suara itu terdengar muncul tiba-tiba dari belakang Ajeng.

"Elo! Apa yang mau elo lakuin ke gue?!" pekik Ajeng seraya menatap tak percaya pada sosok yang mengenakan jaket hitam berhodie tersebut.

"Kan, udah gue bilang kalau kalian semua harus mati. So... bye bye, Ajeng!" Sosok misterius itu lantas mendorong Ajeng dengan sebuah tendangan yang menyebabkan Ajeng jatuh seketika dari lantai lima tersebut.

Kepala Ajeng menghantam aspal jalan dan tubuhnya sempat terlindas pengendara mobil yang melintas. Sontak saja teriakan para mahasiswi yang tengah berada di depan gerbang kampus langsung terdengar. Beberapa mahasiswa lainnya juga berdatangan dan mengambil video dari kematian tragis yang menimpa Ajeng. Parahnya lagi, gadis itu dinyatakan tewas karena bunuh diri.

...***...

Seminggu sebelumnya…

"Bundaaaaaa! Aku berangkat dulu, ya." Raja mencium punggung wanita tersayangnya, sang bunda.

"Berapa hari kamu di sana?" tanya Anan yang muncul seraya memeluk punggung sang istri.

"Ummmm, paling tiga harian, Yanda." Raja mengikat tali sepatutnya kemudian.

"Kak, jangan lupa oleh-oleh, ya," ucap Dira seraya menunjukkan senyum termanisnya.

"Hidih, emangnya Kak Raja mau traveling ke tempat wisata yang jual oleh-oleh, gitu? Kak Raja mau naik gunung tau! Mau dibawain oleh-oleh daun tanaman langka? Apa macan sekalian?" tantang Raja.

"Halah, kayak berani aja bawa macan!" celetuk Adam.

Ocehannya sukses membuat Raja memiting kepalanya dan menjepit sang adik laki-laki nya itu di ketiak.

"Elu udah mandi belum, sih? Asem banget ketek luh, Kak!" sungut Adam.

"Heh, makin jadi ini bocah!" Raja semakin kencang menjepit leher Adam.

"Bundaaaaa, Kak Raja nakal, nih!" seru Adam mengadu.

"Rajaaaaaaaaa! Udah udah jangan iseng sama adiknya gitu. Tuh, Rara udah dateng!" tunjuk Indah.

Rara yang menjemput Raja turun dari mobil avanza milik Rio. Ia segera menghampiri Dita dan keluarga besar pemburu hantu itu untuk pamit.

"Om, Tante! Maaf nggak turun lagi buru-buru! Raja buruan!" seru Rio dari dalam mobil.

"Iya, kalian hati-hati, ya! Sukses buat kegiatan mapala-nya!" seru Dita.

Raja dan Rara kemudian pamit. Mereka menuju Universitas Budi Angkasa, atau kerap disebut Kampus Merah. Entah kenapa disebut demikian, mungkin karena cat dinding kampus yang berwarna merah atau karena peristiwa pembantaian zaman penjajahan di danau belakang kampus yang membuat airnya menjadi lautan darah. Sehingga sejak saat itu disebut Kampus Merah.

Raja pindah dari kampus yang lama demi menemani Rara di kampus tersebut atas saran Rio dan Ryujin. Tiga orang pemuda menyambut Raja dan Rara. Mereka adalah, Devan si ketua mapala, Dikta atau yang biasa dipanggil Tata, si palyboy kampus, serta ada Tyo si bandar judi online yang terlihat cupu tetapi suhu.

Mereka bersahabat karib sejak SMA dan sangat mencintai kegiatan penjelajahan alam sehingga membuat komunitas mahasiswa pecinta alam atau mapala di Kampus Merah menjadi lebih hidup. Saking cintanya, mereka selalu menghabiskan setiap hari libur dan setiap waktu luang dengan melakukan pendakian atau kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan menjelajahi pegunungan.

Akan tetapi, Devan selalu beranggapan kalau kegiatan mapala mendaki gunung merupakan kegiatan mutlak milik kaum pria saja. Sama sekali terlarang untuk para kaum cewek. Karenanya dia tak pernah bersedia melibatkan para kaum perempuan untuk ikut serta. Sampai Rara datang meminta untuk bergabung bersama beberapa perempuan lainnya.

Sebenarnya mahasiswi bernama Raisa, Pacarnya Devan, sudah lama melancarkan protes keras atas sikap itu. Bukan saja karena mereka jadi jarang bersama karena sibuknya Devan yang kerap naik gunung, tetapi juga karena kenyataan ada satu sisi dari Devan yang tidak dipahaminya selama berhubungan. Namun protesnya tidak pernah mendapatkan tanggapan dari sang kekasih.

Sampai Rara datang dan membuat Devan tertarik dengan pendapat gadis itu. Raisa sampai cemburu terhadap Rara. Akan tetapi, beruntung Raja mau pindah ke kampusnya sehingga Rara bisa mengenalkan Raja pada yang lainnya kalau Raja merupakan kekasihnya.

Dan hari itu untuk pertama kalinya para kaum perempuan dapat mengikuti kegiatan "Mapala Merah" dalam pendakian menuju Gunung Hijau di sebuah dusun bernama Dusun Merapi.

"Sa, elu yakin mau jalanin misi elu buat ngerjain Devan?" bisik Lani sahabat Raisa sejak awal masuk kampus tersebut.

"Yakin, lah. Gue bakal buat Devan bertekuk lutut sama gue dan sentuh gue. Romantis kan kegiatan romansa gue di gunung?" Raisa terlihat sumringah.

"Hadeh, gila luh. Apa yang mau elu buktiin, sih? Elu takut Devan jadian sama Rara? Lah si Rara kan udah pacaran lama sama Raja," tukas Lani.

Lani mencoba protes, meskipun seperti biasa dia selalu mendukung segala sepak terjang Raisa. Tapi kali ini rencana Raisa itu bisabmembahayakan dirinya sendiri.

"Udah ikutin aja rencana gue," bisik Raisa.

Lani merupakan pacar dari Dikta, si playboy kampus. Mereka jadian karena terpaksa. Lani selalu bersama Raisa sejak hari pertama masuk kuliah. Raisa tidak bisa membiarkan Lani sendirian. Raisa selalu melibatkan Lani di tiap kali dia berkumpul dengan Devan dan kawan-kawan. Akibatnya, sahabatnya itu kemudian jadi target Dikta.

Dengan cara licik, Dikta yang punya sederet mantan itu berhasil memaksa Lani untuk menjadi pacarnya yang terbaru. Raisa sendiri tidak bisa menolong banyak, karena Dikta terkenal nekat. Padahal, Lani sudah menjaga jarak yang jauh karena reputasi Dikta di kampus yang terkenal buruk. Akan tetapi, hal itu malah membuat Dikta semakin bernafsu menjadikan Lani sebagai pacar terbarunya.

Fakta bahwa statusnya bukan jomblo, alias punya kekasih, sama sekali bukan masalah. Dikta langsung mendepak kekasih sebelumnya yang bernama Shinta, begitu di depannya ada target baru yang jauh lebih menarik dan menantang.

Raisa juga memiliki sahabat yang bernama Ajeng. Mahasiswi berhijab itu justru berpendapat bahwa Raisa dan Lani sudah melewati batas jika ikut serta dalam kegiatan mapala hari itu. Kedua perempuan itu langsung saja dibombardir dengan ceramah yang panjang-panjang, dengan cara yang jelas-jelas menyalahkan. Lagipula, jika hari itu Raisa mau mendengarkan ocehan dari Ajeng dan menurutinya, mungkin saja perempuan muda berparas ayu itu akan tetap hidup.

...*****...

...To be continued, see you next chapter....

Bab 2 - Puncak Gunung Hijau

Bab 2 MKM

Raisa semakin jengkel dan tetap memaksa Ajeng ikut dengan ancaman. Raisa punya foto Ajeng saat berbusana bikini saat mereka di SMA dulu, yang tanpa segan akan Raisa sebarkan. Raisa juga punya foto Ajeng yang asik berdugem ria dengan pakaian seksi dan mencium para pria hidung belang. Jadilah Ajeng diberi gelar oleh Raisa, siang soleha malam solehot! Pada akhirnya Ajeng terpaksa untuk ikut mendaki.

"Semuanya siap, ya! Kita bakalan naik bis menuju Dusun Merapi. Dari sana nanti kita bakalan mulai pendakian. Kalau ngerasa bakalan nggak kuat, mending pulang aja!" Devan melirik ke arah gengnya Raisa.

"Huuuuuuuu!" Sontak seruan kompak dari para anggota berjumlah tiga belas orang menyahut bersamaan.

"Elu anak baru! Elu angkut kardus bahan makanan ini ke dalam bis, ya!" Devan berseru menunjuk Raja.

"Tenang aja nanti aku bantuin," bisik Rara.

Namun, Devan meminta Rara untuk membuat daftar pengeluaran selala tiga hari ke depan. Devan menunjuk Rara sebagai bendahara komunitas Mapala Merah.

Seorang pemuda berkacamata mendekat ke arah Raja. Namanya Tyo, mahasiswa teknik informasinya yang dijuluki raja slot judi online. Meskipun penampilan Tyo terlihat cupu, tetapi kepintarannya sangat diandalkan oleh Devan.

"Yuk, aku bantuin!" ucap Tyo.

"Thanks, Bro!" sahut Raja.

"Sayang, aku punya tantangan di sana nanti. Siapa yang duluan sampai ke puncak, boleh buat permintaan yang harus dituruti sama yang kalah, gimana?" tanya Raisa mendekati Devan.

"Oke, siapa takut!" sahut Devan penuh keyakinan.

Di dalam hati Devan, rasanya sangat tidak mungkin jika kaum perempuan yang amat awam gunung, alias baru pertama kali melakukan pendakian, berhasil mengalahkan kelompoknya yang punya jam terbang tinggi.

***

"Pokoknya gue mau kelompok cewek nggak boleh gagal. Kita harus bisa mengalahkan grup cowok itu besok," ucap Raisa.

"Cowok kan lebih kuat dari cewek tenaganya. Kayaknya kita bakal kalah, deh," sahut Rara.

"Elu kalau nggak mampu mending pulang aja, deh! Katanya kan elu yang buat Devan ngebolehin naik gunung, masa gitu aja nggak mampu," ketus Raisa menunjuk Rara.

"Tapi kayanya Rara bener, deh," sahut Ajeng.

"Elu juga jangan mulai, ya! Gue udah punya rencana, kok. Kita buat grupnya Devan sakit perut atau kita telanjangi mereka, hihihi," ucap Raisa.

"Gila luh, Sa. Tapi, boleh juga tuh. Gue kan kesel banget sama si Dikta. Biar dia malu dan tau rasa," sungut Lani.

Namun, Ajeng tetap berpendapat bahwa Raisa dan Lani sudah melewati batas. Kedua perempuan muda itu diberi ceramah panjang-panjang, dengan cara yang jelas-jelas menyalahkan. Soal batasan antara laki-laki dan perempuan. Kodrat alami masing-masing gender. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jelas saja itu membuat Raisa bertambah jengkel.

"Berisik elu, Jeng. Jangan sok suci deh mentang-mentang udah berhijab. Gue tau aib elu dulu," ucap Raisa membuat Ajeng tertunduk diam.

Lani menoleh pada Briana, perempuan berdarah Amerika yang wajahnya mirip Selena Gomez.

"Menurut elu gimana, Bri?" tanya Lani.

"Terserah elu pada, deh. Gue mau cepet pulang aja! Males gue di sini gara-gara ini cewek." Briana melirik ke arah Rara dengan tatapan tajam lalu pergi.

Raisa segera menemui Iwan, asisten tim mapala kampus lain. Gadis itu meminta bantuan karena Iwan yang juga hobi naik gunung dan keluar-masuk hutan pasti paham dengan medan Gunung Hijau.

Iwan dan timnya yang berjumlah enam orang bersedia membantu. Raisa benar-benar buta soal gunung, karena itu ia meminta Iwan untuk menyusun strategi bagaimana cara menantang Devan untuk kemudian mengalahkan mereka.

...***...

Malam itu, Raja yang tengah membuat kopi dikejutkan dengan penampakan hantu pendaki. Raja tahu kalau dia hantu karena kedua kaki yang tanpa alasan itu berbau busuk. Wajahnya pucat dan sedari tadi hanya menunduk.

"Mau kopi, Mas?" tanya Raja menawarkan.

Hantu pria dengan rambut ikal yang batok kepalanya memperlihatkan luka menganga itu, menggeleng.

"Kalau nggak mau ya udah. Situ matinya kenapa?" tanyanya.

"Jatuh dari puncak," akunya dengan suara lirih.

"Serem juga, ya." Raja menyeruput kopi buatannya.

"Kamu nggak takut sama saya?" tanyanya.

"Saya cuma takut sama Allah, sama Bunda, sama Yanda, ya kadang takut juga sama Kak Anta, hehehe."

"Kamu harus hati-hati. Di puncak sana kejadian mengerikan bisa terjadi karena‐"

Belum juga hantu pemuda itu menyelesaikan kalimatnya, Devan dan Tyo keluar dari tenda untuk menyesap rokoknya.

"Wuih, ngopi sendirian nih! Entar ditemenin setan baru tau rasa loh!" Devan berniat menakuti Raja.

"Kalian mau kopi?" tanya Raja.

"Boleh, boleh. Ide bagus, tuh!" sahut Devan.

Tyo menyerahkan beng beng pada Raja. Pemuda itu terlihat baik. Sesekali ia membetulkan kacamata tebalnya dan tersenyum pada Raja.

"Makasih, ya," ucap Raja lalu selesai membuat kopi untuk Devan dan Tyo.

Hantu pemuda tadi lantas menghilang. Raja tak lagi melihatnya.

"Jadi, besok kita nanggepin tantangan si Raisa. Gue mau lihat juga seberapa jagonya si Rara naik gunung. Elu sendiri udah pernah naik gunung Rara, Ja?" ledek Devan sambil tertawa.

"Jaga ucapan kamu, Van! Nggak lucu! Nggak pantes kamu ngomong kayak gitu!" Raja yang terlihat marah lantas meninggalkan Devan dan Tyo.

"Halah! Baperan amat jadi cowok!" sungut Devan.

...***...

Keesokan harinya, Devan dan para pendaki pria bersiap menerima tantangan dari Raisa. Devan terkejut ketika melihat rombongan mapala kampus lain milik Iwan melintas. Rupanya, Raisa meminta bantuan dari Iwan.

Raisa bisa lebih cepat sampai puncak atas bantuan Iwan bersama Lani. Dia bahkan meninggalkan Ajeng, Rara, dan Briana. Setelah itu, rombongan Iwan pergi lebih dulu. Sebuah gubuk di dekat puncak Gunung Hijau menjadi pusat perhatian Raisa.

"Kita masuk yuk, Lan!" ajak Raisa.

"Gue nggak berani!" sahut Lani.

Lani memeriksa ponselnya. Tertera nama Ajeng di sana meninggalkan pesan.

"Ajeng ada di jembatan gantung. Dia nggak bisa naik lagi. Dia bilang kakinya sakit," ucap Lani.

"Suruh tunggu rombongannya Devan aja! Terus suruh Rara sama Briana naik!" titah Raisa.

"Tapi, Sa–"

"Udah nurut aja sama gue!" Raisa lantas memasuki rumah gubuk tadi.

Banyak terdapat bangkai binatang dan kulit binatang yang dijemur di dalam sana. Raisa mengamati dengan penuh kengerian. Sampai ia tiba di sebuah cermin yang berdebu. Saat ia membersihkannya, sontak saja Raisa terkejut karena melihat wajahnya sendiri. Namun, ada yang beda. Wajah di cermin itu memiliki tahi lalat yang menonjol di dahi sebelah kanan.

"Sa, Briana sama Rara udah sampai. Rombongan Devan juga udah," ucap Lani.

Raisa melihat kembali cermin di hadapannya. Kali ini ia memastikan bayangan di cermin tersebut adalah dirinya. Setelah itu, Raisa keluar dari gubug tersebut.

Raisa langsung menyambut Devan dengan hinaan. Dia bersikap angkuh karena berhasil mengalahkan Devan dan kaum laki-laki lainnya.

"Elu curang karena Iwan udah kasih tau elu rute tercepat, kan?" tuding Devan.

"Makanya pakai otak jangan cuma bisanya pakai otot!" sungut Raisa.

Terjadi pertengkaran seru antara Raisa dan Devan yang langsung dilerai oleh Raja. Suara petir terdengar menggelegar. Hujan mulai turun dengan derasnya.

"Ayo, kita balik aja!" ajak Tyo.

"Kaki aku sakit banget. Aku kayaknya nggak bisa jalan jauh lagi," ucap Ajeng.

"Lagian udah tau dia lumpuh gitu bukannya tinggalin aja di jembatan biar dijemput tim SAR malah dibawa ke sini," ucap Raisa.

Semua mata langsung menatapnya dengan pandangan tak suka.

...******...

...To be continued, see you next chapter!...

Bab 3 - Petaka Mapala Merah

Bab 3 PMM

"Jaga mulutmu, Sa!" seru Briana.

"Gue kan cuma ngomong kenyataan. Kalau udah gini kita makin ribet buat turun dari sini, kan?" sungut Raisa.

HT yang ada pada Devan berbunyi. Terdengar pemberitahuan kalau jembatan gantung itu putus.

"Sial, terus gimana kita bisa pulangnya?" seru Devan.

"Ya udah hubungi tim SAR sekarang!" seru Raja.

"Gue juga tahu! Elu anak baru nggak usah perintah gue kayak gini," tegasnya.

"Lah, kenapa elu jadi nyolot, Van! Raja cuma kasih masukan doang," sahut Tyo.

"Ya udah kita istirahat aja di sini dulu, kasian Ajeng kakinya sakit," ucap Rara yang membawa Ajeng masuk ke dalam rumah tersebut.

"Ra, emang nggak ada orangnya main masuk aja?" tanya Raja.

"Kayaknya nggak ada. Kalau pun ada ya nanti kita izin sama dia buat numpang di sini sampai tim SAR datang," ucap Rara.

Raja akhirnya mengangguk dan membantu Rara memapah Ajeng. Brian terpaksa mengikuti Rara akhirnya.

Semuanya terpaksa bermalam di dalam gubuk tersebut.

Sementara itu, Dikta menghilang bersama Raisa. Devan mengetahui hal tersebut lalu mencarinya. Ia mengintip dari balik pepohonan kalau Raisa dan Dikta terlihat berbincang mesra. Bahkan Devan melihat Dikta mencium Raisa kala itu.

"Sialan! Dasar cewek murahan! Bukannya dia suka sama gue dan niat banget ikut naik gunung biar gue nggak deket sama Rara? Kok, bisa-bisanya dia malah selingkuh sama temen gue sendiri," ucap Devan seraya memukul batang pohon tersebut.

Tak lama kemudian saat Raisa dan Dikta kembali, Devan menarik tangan Dikta yang terperanjat karena Devan sudah menunggunya.

"Elu ngapain sama Raisa?" tanya Devan.

"Gue nggak ngapa-ngapain," sahut Dikta.

"Nggak usah bohong, deh! Gue tahu yang elu lakuin sama dia!" Devan hendak memukul Dikta, tetapi pria itu menghindar.

"Gue justru kesel sama Raisa karena dia berani ngancam gue. Dia minta gue bikin tim kita kalah supaya dia hapus foto gue bareng Chika anak kampus sebelah. Gue nggak mau dia nunjukin itu ke Lani," sahut Dikta.

"Jadi, elu sengaja memperlambat jalan tim kita tadi biar kita kalah?" Devan bersungut-sungut.

"Sorry, Van."

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dari arah belakang. Briana terlihat ketakutan kala Raisa memegang kepala kelinci yang ia temukan di belakang rumah gubug tersebut.

"Apa-apaan ini?!" pekik Devan.

"Apa sih? Santai aja kali, Van! Gue cuma mau isengin Briana ternyata lucu juga," ucap Raisa tanpa rasa bersalah.

"Gila luh! Ini nggak lucu tau!" Briana berseru seraya mendorong bahu Raisa.

"Sinting tuh cewek luh! Putusin aja!" bisik Tyo membetulkan posisi kecamatanya lalu beralih kembali ke ponselnya untuk bermain slot.

"Tyo! Gue denger ya kalau elu ngatain gue sinting!" seru Raisa.

Tyo tak peduli dan hanya mengangkat jari tengah yang kanan ke arah Raisa.

"Ini kenapa pada kayak gini, sih?" gumam Raja.

"Aura rumah ini nggak enak, Ja. Bikin panas dan emosi. Kayaknya kita harus buru-buru keluar dari sini," kata Rara dengan nada berbisik pada Raja.

"Tapi di luar hujan, Ra. Belum lagi jembatan yang putus," sahut Raja.

"Iya juga, sih. Tapi, mereka makin pada emosional gitu," ucap Rara.

"Ya udah kita tim sabar aja," ucap Raja.

"Ja, Lani ke mana?" tanya Rara seraya memandang berkeliling.

"Ta, Lani ke mana?" tanya Raja pada Dikta.

"Emangnya nggak ada sama kalian?" Dikta mulai meradang.

Dia hanya melihat Ajeng yang sedang tertidur dan juga Briana yang tampak sibuk memainkan ponsel sama seperti Tyo.

"Sial!" Dikta lantas keluar dari rumah gubug itu untuk mencari Lani.

Devan juga mengajak Raisa untuk mencari Lani.

Sementara itu di dalam gubug, tampak tubuh Briana mulai kejang-kejang. Seperti ada yang merasuk ke dalam tubuhnya.

"Waduh, Briana kesurupan kayaknya," ucap Raja lalu meminta Tyo dan Rara untuk memegangi Briana.

"Mau apa kalian di sini? Pergi atau kalian harus mati!" seru Briana.

"Bri, sadar Bri!" ucap Rara.

"Bacain ayat kursi, Ra!" seru Raja.

Kondisi Briana semakin menjadi-jadi sampai ia mendorong Tyo. Pemuda itu malah tak sengaja jatuh di kaki Ajeng yang sedang sakit.

"Tyoooo! Sakit tau! Sial banget sih gue hari ini ikut kalian," sungut Ajeng.

"Maaf Jeng, gue nggak sengaja. Ini gue mau megangin Briana!" seru Tyo.

"Ini semua gara-gara Raisa. Harusnya dia nggak ngajakin kita ke sini," ucap Ajeng.

"Kalian harus mati! Kalian harus mati!" Briana yang tengah kerasukan sampai menggigit tangan Rara. Raja lantas meraih ponsel Briana dan mencari playlist seorang qori yang melantunkan surah yasin. Raja mengatur untuk memutarnya ulang berkali-kali.

"Ra, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Raja khawatir.

"Aku nggak apa-apa, pegang si Briana!" seru Rara.

Akhirnya setelah Raja membacakan Briana ayat kursi dan memukul dahi gadis bule itu, Briana mulai tenang. Tyo juga membantu Rara untuk membalut lukanya dengan perban setelah dibubuhi betadine.

Tampak sosok Lani menangis memasuki gubug disusul dengan Raisa, Dikta, dan Devan.

"Pada kenapa ini? Kok, jadi berantakan gini rumah orang?" tanya Devan.

"Tadi Briana kesurupan," sahut Tyo.

"Hah? Kesurupan? Hari gini masih percaya dia kesurupan? Kena gangguan mental kali," sahut Raisa.

Briana bangkit dan menampar pipi Raisa.

"Elu yang kena gangguan mental!" Briana yang masih lemah lantas merebahkan tubuhnya kembali.

Raisa hendak membalas dan memukul balik Briana, tetapi Raja menahannya.

"Bisa nggak kita semua pada tenang sampai tim sar datang? Udah jam satu pagi kalian semua nggak pada capek apa?" tukas Raja.

Raisa langsung luluh pada Raja. Gadis itu lalu duduk di sudut ruangan yang beralaskan tanah itu. Raisa meraih salah satu kulit binatang untuk dijadikan alas duduk.

Dikta masih saja berusaha mendekati Lani, tetapi gadis itu memilih untuk berdekatan dengan Rara. Lani tampak ketakutan. Rara lantas meminta Dikta untuk menjauh.

"Lan, kamu nggak apa-apa?" tanya Rara.

"A-ku, aku benci sama Raisa, Ra." Lani pun menutup wajahnya di bahu Rara seraya terisak.

"Hus, nggak boleh ngomong gitu. Udah kamu tenangin dulu diri kamu, ya," bisik Rara seraya menepuk punggung tangan Lani.

Rara melihat ke arah Raja untuk memastikan apa ada makhluk astral di sekitar gubug yang ingin mengganggu. Namun, Raja menggelengkan kepalanya. Dia akan berjaga sampai memastikan yang lainnya beristirahat.

***

Keesokan paginya, tim SAR telah tiba. Salah satu petugas membuka pintu gubug tersebut dan meminta Raja dan yang lainnya untuk terjaga.

"Karena jembatan gantung menuju puncak belum bisa diperbaiki, maka kalian akan dievakuasi menggunakan heli. Kami hanya bisa menampung lima orang, sisanya menunggu dulu, ya!" Petugas bernama Han tersebut memberi perintah.

Raja meminta Ajeng, Briana, Rara, Lani, dan Raisa untuk pergi lebih dulu. Namun, Raisa tak ada di tempatnya.

Salah satu petugas melapor ke Pak Han.

"Kapt, ada mayat perempuan di jurang sana!" serunya.

"Mayat?" Kapten Han menatap tak percaya begitu juga dengan para anggota Mapala Merah.

...******...

...To be continued, see you next chapter!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!