NovelToon NovelToon

Bring me to life in your love

Epsd 1. PROLOG

"Bagaimana bisa bapak melakukan ini? saya kan belum mengatakan iya, kenapa bapak pake mutusin segala kalau saya setuju," Mathca atau yang sering dipanggil Acha ini protes saat bosnya mengatakan akan menikah dengannya.

"Berisik banget sih lu! gue bosnya, jadi terserah gue dong mau mutusin kek gimana." Sahut Milo kepala direksi perusahaan bidang marketing ekspor import Anggara Group.

"Elu tuh cuma ngejalanin perjanjian kita. Ga usah banyak ceng-cong, mau gue cabut perjanjian kita!" Ancam Milo.

Acha langsung saja melipat bibirnya saat Milo mulai membicarakan surat perjanjian mereka.

Mathca wanita berusia 20 tahun. Dia hanya memiliki seorang ayah yang sakit-sakitan. Saat Matcha berusaha mencari obat untuk ayahnya, Milo yang bersama kekasihnya tak sengaja menyerempet Acha. Acha yang tak sadarkan diri, Milo bawa ke Rumah sakit dan menyuruh kepercayaannya untuk memantau perkembangan Matcha.

Saat Acha tersadar, Acha bersikeras untuk minta pulang dikarenakan ayahnya yang sedang sakit. Acha sangat khawatir dengan kondisi papanya. Tiar orang kepercayaan Milo memberi pengertian kepadanya jika urusan ayahnya dan dirinya akan ditanggung total oleh bosnya. Mendengar itu Matcha merasa tenang, dia meminta Tiar untuk berbicara kepada dokter untuk memintanya pulang.

"Pak, tolong saya harus pulang sekarang juga. Ayah saya sedang sakit, saya sangat khawatir dengannya... tolong pak, please...," pinta Acha memohon kepada Tiar.

Tiar yang bingung, " Lu tunggu disini gue mau menghubungi bos dulu. Sekali lagi, jangan panggil gue pak karena gue masih terlalu muda untuk panggilan pak!" Ucap Tiar kesal karena daritadi Acha terus memanggilnya dengan sebutan bapak.

'Emang dia tua, masa' iya aku panggil mas... aduh, ga pantas sama sekali' batin Matcha.

Tiar mengambil ponsel didalam sakunya, dia menghubungi Milo sayangnya dia tak menjawab panggilannya hingga panggilan ke 10.

"Gimana pak, aku tak bisa menunggu lama. Ayahku sedang sakit keras, aku takut ayahku kenapa-napa. " Ucap Matcha sekali lagi.

Tiar yang sedaritadi mendapatkan rengekan dari Matcha, pada akhirnya mengikuti keinginan Matcha. Dia terpaksa mengambil keputusan di luar keputusan Milo. Tiar meminta ijin dokter untuk mencabut Matcha lebih awal.

"Terimakasih pak, aku pulang dulu." Pamit Acha.

"Hey...!" panggil Tiar.

"Karena elu masih di bawah tanggung jawab gue, elu gue antar pulang." Ucap Tiar ga bisa diganggu gugat.

Matcha hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah Tiar. Sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, Matcha mengikuti langkah Tiar.

Setelah sampai di kediaman Matcha langkah mereka berdua terhenti dikala banyaknya orang-orang ramai di kediamannya. Kaki Matcha bergetar tak kuat lagi melangkah setelah dirinya menoleh ke bendera kuning disampingnya.

"Cha darimana saja kamu, ayahmu mencarimu sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya," ujar salah satu tetangga menemui Mathca.

Tiar yang ada disampingnya menoleh kearah Matcha. Dia melihat wajah sedih Matcha, matanya yang sudah berair tanpa sepatah kata menunjukkan jika Matcha sangat terpukul kehilangan ayahnya.

Matcha berusaha kuat melangkahkan kakinya untuk melihat sendiri jenazah ayahnya. Tiar terus mengikuti langkah Matcha, dia berjaga-jaga takut jika wanita itu terjatuh karena tak kuat menerima kenyataan dihadapannya.

Matcha membuka penutup kain yang menutupi wajahnya ayahnya. Tangisnya mulai tak terkendali.

"Ayah, ini Acha datang membawa obat ayah. Maafkan Acha karena baru tiba... Acha baru saja keluar dari Rumah sakit saat mencari obat untuk ayah. Seseorang tak sengaja menabrakku, Acha baru tersadar disaat pagi menjelang. Maafkan Acha ayah... Hiks... Hiks... Hiks...," ucap Acha menangisi jenazah ayahnya.

"Kau! darimana saja kau baru tiba Cha! apa kau sengaja membuat ayahmu meninggal dunia! aku sudah memperingatkanmu berkali-kali untuk membawanya ke Rumah sakit. Sekarang kau Terima akibatnya! gara-gara kau terlambat membawa obat, suamiku meninggal dunia dan kau membuat anakku menjadi tak memiliki seorang ayah!" Hardik wanita yang diketahui adalah ibu tiri Matcha.

Matcha tak bisa lagi membantah ibu tirinya seperti yang dia lakukan sebelumnya. Hubungan Matcha dan ibu tirinya memang tak baik. Begitupun dengan saudara tirinya yang usia mereka berjarak kurang lebih 2 tahun.

Wanita disamping ibu tiri Matcha memulai aksinya meminta perhatian serta belas kasih kepada orang-orang disekitar.

"Ayah, bagaimana dengan kuliahku? siapa yang akan membiayainya jika kau tak ada... Hiks... Hiks... Hiks...," ucap saudara tiri Matcha bernama Hana.

Matcha sebenarnya sudah sangat muak dengan sikap mereka, tapi apalah daya demi ayahnya dia terus bertahan bersama mereka yang sama sekali tak memiliki belas kasih terhadap ayah serta dirinya.

Singkat cerita selesai pemakaman ayahnya, Tiar berpamitan sebenarnya dia juga kesal dengan Milo. Sudah daritadi dia menghubunginya namun tak ada balasan sama sekali.

"Hey, gue pulang dulu. Soal urusan elu sama bos gue kita lanjut setelah 7 hari ayahmu. Elu tenang saja semua biayanya tanggung jawab gue dan bos gue." Pamit Tiar.

"Pak...," panggil Matcha.

Tampak Tiar menarik nafasnya mengeluarkannya perlahan, sepertinya dia mengerti bukan saatnya dirinya emosi dengan panggilan Matcha.

"Aku ingin mengucapkan banyak terimakasih atas semua bantuan bapak dengan bos bapak." Ucap Matcha sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.

Tiar hanya tersenyum kemudian pergi.

"Eit...!" Hana sengaja menghadang Tiar diluar. Sebenarnya sudah sejak tadi Hana penasaran dengan Tiar yang selalu berada disamping Matcha. Hana memutari Tiar memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Katakan apa hubunganmu dengan si Acha?" selidik Hana.

"Aku sarankan sebelum terlanjur mending kau jauhi si Acha. Dia itu wanita pembawa sial. Aku takut kau terkena sialnya dia." Ucap Hana sengaja memfitnah Acha.

Tiar tak merespon ucapan Hana, dia berlalu begitu saja membuat Hana semakin kesal.

**

"Milo...!" teriak kakeknya.

Milo yang baru saja tiba setelah semalaman tak pulang sontak terkejut.

'Bagaimana bisa kakek tua ini bangun sepagi ini,' batin Milo.

"Milo...! darimana saja kau semalaman tak pulang? kakek peringatkan sekali lagi padamu. Jika dalam sebulan ini kau tak mendapatkan calon istri, maka kakek akan menjodohkanmu dengan putri sahabat kakek!" Ucap kakek Hermawan dengan lantang.

"Kakek... tolong jangan terburu-buru, Milo akan membawa calon Milo---"

"Lisa maksudmu! seumur hidup kakek, kakek tak akan pernah menyetujui hubunganmu dengan wanita itu!" Sahut kakek Hermawan sengaja memotong ucapan Milo.

"Papa... papa sebaiknya istirahat, kondisi papa sedang tak baik-baik saja. Ingat kata dokter, jika papa harus banyak beristirahat." Papa Angga berusaha menenangkan kakek Hermawan.

"Milo, tolong dengarkan kakekmu sekali ini saja... mama tak pernah meminta apapun darimu selama ini, mama mohon kepadamu tolong dengarkan ucapan kakekmu." Mama Rika juga ikut mendamaikan emosi putranya.

Milo yang tadinya hampir emosi, tak pernah tega jika melihat kakeknya kesakitan seperti saat ini. Dengan berat hati, Milo menerima permintaan kakeknya.

"Maafkan Milo kakek," ucap Milo.

Epsd 2. Dunia terbalik

Setelah peristiwa pagi itu, Milo terus kepikiran ucapan kakeknya.

"Bagaimana bisa aku mencari calon istri selama sebulan sedang aku tak bisa melepaskan Lisa. Aku sangat mencintai Lisa," gumam Milo di meja kerja kantornya.

Ceklek!

"Milo rupanya lu disini? semalaman gue hubungi kemana aja lu, ada hal penting yang perlu gue sampaikan." Ucap Tiar masuk tanpa mengetuk pintu.

Melihat Milo tak meresponnya, Tiar mencoba mendekati Milo. Telapak tangannya dia sengaja lambaikan kedepan wajah Milo.

"Hisssh... gue ngomong serius yang ono malah ngalamun, dasar si susu Milo!" gerutunya.

"Milo...!" teriak Tiar sengaja tepat di telinganya membuat yang punya telinga langsung melemparkan pulpen kearah wajahnya.

"Kampret lu! suara lu uda mirip speaker masjid." Ejek Milo sengaja.

"Speaker masjid adem coy, berarti gue mentrentamkan jiwa," ucapnya jemawa.

Milo langsung memasang wajah kesal kearah Tiar yang mulai tak kepedean.

"Ngapain lu masuk ruangan gue? awas kalau gak penting, gue usir elu dari buku saham gue." Ucap Milo.

Mendengar kata saham, wajah Tiar langsung berubah pucat. Kalau sampai itu terjadi, bisa langsung jatuh miskin dirinya. Secara Milo yang sudah berpengaruh besar dari bisnis properti yang sudah dia lakoni selama ini.

"Jangan ngomongin saham, gue ngeri dengernya...," sahut Tiar.

"Gue cuma mau ngasih tau soal wanita yang elu tabrak semalam. Dia sudah sadar dan kembali ke rumahnya kemarin siang." Ucap Tiar menyampaikan kondisi Matcha.

"Baguslah kalau dia hidup, gue ga harus berurusan dengan hukum." Sahut Milo dengan santainya.

"Tapi dia kehilangan ayahnya." Ucap Tiar kembali langsung membuat Milo beralih serius kearahnya.

"Maksud lu?" tanya Milo tertarik dengan cerita Matcha.

"Elu kudu tau ini sebelum tuh cewek nuntut elu." Bukannya menjawab Tiar malah menakut-nakuti Milo.

"Eh kampret... kalau cerita yang jelas, mau gue bilangin ke Naomi mengenai ****** ***** yang tersangkut di---"

Buru-buru Tiar menutup mulut Milo dengan kedua tangannya takut para karyawan mendengar rahasia yang sudah dia tutup rapat-rapat.

"Gue bakal cerita secara jelas tapi tolong skip soal itu." Pinta Tiar akhirnya disetujui oleh Milo. Tentunya Milo sambil mengeluarkan senyum smirknya.

"Wanita semalam bernama Matcha---"

"Hahaha...!"

Belum selesai Tiar melanjutkan ceritanya, Milo tertawa terbahak-bahak.

"Elu mau gue lanjutin ceritanya atau elu mau nyelesein ketawa dulu," sindir Tiar.

"Siapa tadi namanya? Mathca? hahaha...!" Kembali Milo menertawakan nama wanita itu.

"Emang napa kalau namanya Matcha? orang nama elu juga aneh susu Milo," gumam Tiar pelan tapi masih bisa terdengar Milo.

"Apa elu bilang?" Sahut Milo tak terima.

"Gue gak bilang apa-apa, cuma merasa lucu juga saat mendengar namanya," jawab Tiar pura-pura.

"Matcha itu rasanya pahit, gue yakin orangnya juga pahit. Hahaha...!" Tawa Milo kembali pecah.

"Gue jadi lanjut cerita kagak nih?" sindir Tiar.

"Oke... oke... lanjutkan cerita lu," sahut Milo masih mengatur tawanya.

"Semalam itu dia mencari obat untuk ayahnya yang sedang sakit keras. Kemarin pagi saat dia tersadar, dia memaksa untuk cabut dari Rumah sakit. Gue udah nahan dia sih... tapi dia kekeh maksa buat keluar dari Rumah sakit." Tiar menceritakan semuanya.

"Sesampainya di rumahnya ternyata ayahnya sudah meninggal dunia. Ngenes banget hidupnya, udah miskin, dicaci maki sama ibu dan saudara tirinya. Apa lu gak berkeinginan bantuin kehidupan dia gitu Mil?" tanya Tiar serius.

Mendengar cerita Tiar, Milo merasa prihatin juga. Sebab mau tak mau semua ini juga karenanya. Jika saja malam itu dia fokus mengemudi tidak bercanda dengan Lisa, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Eh tapi apa peduli Milo, secara Matcha bukan siapa-siapanya.

"Elu ngadi-ngadi ya... emangnya siapa dia? gue ga peduli." Jawab Milo seperti biasanya selalu tak peduli dengan hal-hal sepele menurutnya.

"Mendingan elu temui dia, daripada elu dilaporkan ke pihak berwajib. Secara dia masuk korban tabrak elu...," saran Tiar.

"Elu gak mikir apa jika sampai elu dipenjara ? Bisa-bisa kakek Hermawan makin tak menyetujui hubungan elu sama Lisa."

Milo sedikit berpikir, apa yang diucapkan Tiar ada benarnya semua. Jika sampai kakek dan kedua orangtuanya mengetahui perbuatannya ini, bisa jadi mereka semua tak menyetujui hubungannya dengan Lisa.

Milo langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Lu mau kemana?" tanya Tiar.

"Ketempat si pahit." Jawab Milo.

Sesampainya ditempat Matcha, dia makin merasa tak tega melihat kondisi rumahnya. Rumah yang hampir ambruk itu masih ditempati oleh Matcha dan ibu juga saudara tirinya.

Melihat Milo dan Tiar tiba, Hana yang kegatelan langsung saja pasang aksi menjalani dramanya.

"Orang kota itu kembali lagi, apa dia sudah termakan dengan ucapanku kemarin?" gumam Hana dengan senyum yang mengembang.

Hana buru-buru menyambut kedatangan Milo dan Tiar.

"Kakak tampan kesini lagi pasti mencari aku kan?" tanya Hana kepedean.

"Waow... kenapa yang ini lebih tampan," ucap Hana saat memperhatikan Milo.

"Maaf, gue kesini mau cari Matcha bukan elu." Jawab Tiar dengan ketus.

Mendengar nama Matcha, wajah Hana yang tadinya sumringah berubah menjadi kesal.

"Kenapa harus Acha lagi sih...! Aku sudah mengatakan jika dia itu wanita pembawa sial!" Ejek Hana memberi penilaian tentang Matcha.

Tiar dan Milo tak mempedulikan ucapan Hana, mereka berdua masuk begitu saja. Saat Milo masuk kedalam rumahnya, dia terkejut melihat foto kakek Hermawan bersama sahabatnya.

"Eh bapak, maaf Pak tempatnya masih berantakan." Sapa Matcha baru keluar dari kamarnya.

"Kok bapaknya bawa teman, bentar aku buatin minuman dulu."

"Cha... Elu disini aja, gue ngeri sama mak Lampir takut digondol...," sindir Tiar melirik kearah Hana yang berdiri di dekatnya.

Matcha menahan senyumnya kala mengerti apa yang Tiar maksud dengan sebutan mak Lampir adalah Hana saudara tirinya.

Hana yang merasa tersindir langsung melengos begitu saja. Hana langsung pergi meninggalkan semuanya.

"Cha, gue kesini bersama bos...," Tiar sengaja memperkenalkan Milo kepada Matcha.

"Oh... jadi ini orang yang gak bertanggung jawab menyerempetku malam itu? eh gara-gara kau, aku jadi telat memberikan obat ayah. Aku jadi kehilangan ayahku? apa kau tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat dicintai?" Tanya Matcha dengan tatapan yang sangat kecewa.

Milo yang tadinya bersikeras tak ingin mempedulikan Matcha, tiba-tiba merasa sangat bersalah. Wajah serta bola mata Matcha entah mengapa mampu membuat Milo berubah.

"Tapi semua sudah terjadi, aku tak akan menuntut apapun dari bapak. Sekarang aku mohon jangan ganggu aku lagi pak." Pinta Matcha dengan memohon.

"Gue kesini mau bawa elu." Ucap Milo langsung menggandeng tangan Matcha.

Tiar sampai terbelalak dengan sikap Milo. Tak biasanya Milo bersikap hangat seperti yang dia lihat saat ini.

"Sepertinya dunia sedang terbalik."

Epsd 3. Yes!

"Daritadi elu nangis sambil makan, sebenarnya elu sedih apa lapar?" ledek Milo melihat Matcha sedang menikmati semangkuk coto Makassar. Pasalnya ini sudah mangkuk ke 3 yang Matcha pesan. Anehnya Matcha menikmati coto Makassar sambil menangis.

"Gak usah berisik pak, rasa haru bahagiaku akan hilang kalau bapak berisik. " Sahut Matcha kembali menikmati makannya.

"Seumur hidupku ini baru pertama kali makan makanan yang enak. Untuk itu bapak jangan berisik karena akan merusak cita rasa makanan ini."

"Dasar wanita aneh!" cibir Milo. Sedangkan Tiar sedari tadi menahan ketawa gara-gara sikap Matcha.

Matcha memasukkan sendokan terakhir beserta buras ditangan kirinya. Setelah itu Matcha menghabiskan es teh jumbo dalam 6 perdetik kemudian.

"Busyet dah... cantik-cantik makannya ngalahin kuli," sindir Tiar.

Bukannya marah, Matcha hanya tersenyum menanggapi sindiran Tiar.

"Ini bukan kuli pak, tapi menyimpan cadangan makanan untuk 3 hari kedepan." Sahut Matcha.

"Cadangan makanan? emangnya elu onta?" sahut Tiar.

"Bukan onta tapi angsa," ucap Matcha membanggakan dirinya.

"Kalian berdua bisa gak diem! daritadi berisik membuat telingaku gerah." Ucap. Milo

"Elu," Milo melirik kearah Matcha.

"Besok pagi elu berangkat ke kantor gue, bawa juga baju-baju lu karena lu bakal tinggal di mes gue."

Matcha sangat terkejut dengan ucapan Milo. Bukan hanya Matcha tapi juga Tiar. Menurutnya Matcha tak bisa apa-apa jika harus bekerja di kantornya.

" Pak... kalau ngomong yang bener jangan ghosting," celetuk Matcha.

"Gue cuma ngasih tawaran sekali saja," ucap Milo sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Aku mau!" ucap Matcha dengan lantang dan mantap.

"Aku mau bekerja di kantor bapak."

Mendengar Matcha setuju, Milo menyunggingkan senyum jahatnya.

"Oke lu diterima. Tapi dengan 1 syarat," sahut Milo.

"Napa harus ada syaratnya pak?" tanya Matcha tak mengerti dengan jalan pikiran Milo.

"Syaratnya gampang ga ribet kaya sikap elu." Cibir Milo.

"Elu ga perlu memperpanjang masalah kemarin juga elu ga boleh ngebantah ucapan gue." Ucap Milo.

"Katanya cuma 1 tapi kenapa berubah jadi 2. Gak beres nih bapak." Sahut Matcha.

"Mau kagak pahit!" bentak Milo langsung membuat nyali Matcha menciut.

"Iya deh, daripada aku pengangguran. Setidaknya ayah akan bangga kepada putrinya sudah mendapatkan pekerjaan." Ucap Matcha bahagia.

"Sekarang segera kemasi barang-barang elu. Karena gue gak mau nunggu terlalu lama, terlalu banyak virus ditempat ini. Gue takut kesehatan gue terganggu." Sahut Milo kemudian melangkah pergi keluar mencari udara segar di luar.

Sementara Milo dan Tiar menunggu Matcha, didalam sana dua orang yang sering sekali mengganggunya sedang melakukan aksinya.

"Enak saja kau pergi begitu saja, kau tak bisa pergi dari sini Acha!" teriak mama tirinya. Disampingnya terdapat Hana yang menatapnya tak suka langsung merebut barangnya dan membuangnya begitu saja.

"Apa sih sebenarnya masalah kalian! selama ini aku tak pernah sedikitpun mengganggu kalian, semua yang ayah berikan kepada kalian sedikitpun aku tak pernah meminta. Sekarang aku ingin mewujudkan keinginan ayah masih saja kalian halangi, mau kalian apa sebenarnya!" bentak Matcha mulai berani membantah mereka yang seenaknya sendiri.

"Mulai berani kau ya...!" mama tiri Matcha mengangkat tangannya dan mulai mengayunkannya ke wajah Matcha.

Matcha langsung saja menutup matanya ketakutan jika tangan itu akan menyentuh pipinya. Untungnya tangan itu tak sampai ke pipi Acha, sebuah tangan menahan tangan mama tirinya.

Matcha membuka matanya terkejut melihat Milo menahan tangan mama tirinya.

"Jika anda melakukannya, maka akan berurusan sama gue." Ucap Milo langsung menepis tangan mama tiri Matcha.

"Pahit! buruan keluar dari sini, disini gue hampir kehabisan kehidupan." Imbuh Milo.

Matcha buru-buru mengambil koper pakaiannya dan segera mengikuti langkah Milo dan Tiar. Dengan perasaan senang akhir Milo berhasil pergi dari kediamannya .

"Yes!" ucap Matcha lega.

"Ngapain lu?" kali ini Tiar yang bertanya Sedang Milo memperhatikan ponselnya dengan senyum-senyum.

"Ada deh... mendingan bapak fokus nyetir aja deh... awas takut kelewatan janda muda," sahut Matcha asal.

"Lu pikir gue doyan janda apa...!"

"Bercanda pak...," sahut Matcha sambil mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.

Perjalanan mereka ditempuh kurang lebih 30 menit. Matcha dan kedua bosnya sekarang berhenti di sebuah apartemen bukan mes yang dijanjikan di awal.

"Wow... ini mes terbagus yang pernah aku lihat pak...," ucap Matcha dengan takjub. Matcha terus mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan tersebut.

"Lu kagak salah bawa dia kemari Mil?" tanya Tiar dengan berbisik.

"Kagak. karena gue ada rencana lain." Jawab Milo dengan santai.

"Lu ga bakal gunakan dia buat mengelabuhi kakek bukan?" selidik Tiar.

"Kalau iya kenapa?" sahut Milo.

"Busyet dah! Milo lu lihat Matcha tuh gadis lugu, kalau dilihat dia juga wanita baik-baik. Apa kau tega melakukan ini dengannya?" tanya Tiar mempertimbangkan.

"Kagak usah pake perasaan. Yang terpenting hubunganku dengan Lisa tidak terputus." Jawab Milo.

"Serah elu deh, tapi jangan salahin gue kalau suatu hari elu memiliki rasa sama dia." Ucap Tiar sengaja menakut-nakuti Milo.

"Kagak mungkin gue punya perasaan sama wanita kampungan kayak dia. Lu kan tau dihatiku hanya ada dan untuk Lisa seorang." Sahut Milo dengan percaya diri.

"Serah elu Mil... gue pokoknya kagak mau ikut campur kalau suatu hari elu bakal belok mudik," ucap Tiar dengan terkekeh.

"Pak... sepertinya aku bakal betah tinggal disini. Sekarang bapak katakan tugasku disini, aku siap kok kalau harus jadi apa saja...," sahut Matcha selesai melihat-lihat tempat tinggal barunya.

"Untuk hari ini elu istirahat aja, hari sudah mulai petang. Besok pagi-pagi sekali Tiar yang akan memberitahu tugas-tugas elu." Ucap Milo.

"Tiar, lu siapin berkas perjanjiannya!" perintah Milo.

"Berkas perjanjian?" gumam Matcha dengan lirih.

"O iya sekali lagi gue peringatkan, jangan panggil gue bapak karena gue bukan bapak elu!" ucap Milo sebelum pergi.

"Enak saja dia panggil gue bapak, emang gue bapak elu...," gerutu Milo.

**

"Dasar anak itu, pokoknya aku tak mau tahu Angga, Milo harus segera menikah dengan cucu sahabat papa. Kau harus segera mencari informasi dimana keberadaannya!" perintah kakek Hermawan.

"Baik pa. Angga sudah mengerahkan karyawan Angga untuk mencari keberadaan om Satya. Tapi maaf pa, karena sampai saat ini belum ada satu karyawanpun yang mendapatkan informasinya." Ucap papa Angga.

"Pokoknya papa tak mau tahu, Milo harus melaksanakan perjodohan ini. Lagian papa tak mau jika wanita itu terus mendekati cucu papa satu-satunya." Sahut kakek Hermawan.

"Angga akan berusaha lagi untuk mencari informasi mengenai om Satya." Ucap papa Angga.

**

"Ayah, berkat do'amu anakmu yang cantik ini sudah mendapatkan tempat tinggal serta pekerjaan yang jauh dari mama dan Hana." Ucap Matcha.

"Maafkan Acha jika sewaktu ayah masih hidup, Acha belum bisa memberikan yang terbaik untuk ayah...,"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!