NovelToon NovelToon

Love Scandal

Part 1 ~ Love Scandal

"Aaaaaaaaaaa!"

Suara teriakan seorang gadis mengema di dalam kamar hotel ketika bangun mendapati tubuhnya hanya terbungkus selimut tanpa sehelai benangpun. Terlebih ketika melihat pria tertidur pulas di sampingnya sama-sama tidak mengenakan apapun.

Dengan sekuat tenaga, gadis bernama Aurora Lovani Anders menendang tubuh pria tersebut hingga terjatuh ke lantai.

Pria itu adalah Dito Deandy Yudantara, pria yang usianya baru saja memasuki 19 tahun. Semalam baru merayakan ulang tahun bersama teman-temannya.

Dito mengerjapkan matanya perlahan, mengusap kening dan pinggangnya secara bergantian sebab merasakan sakit akibat tendangan seorang gadis yang sangat dia kenali.

"Lo gila?" tanya Dito dengan kesal tanpa menyadari dia berdiri hanya menggunakan pakaian dalam yang menutupi inti tubuhnya.

Aurora yang mendapatkan bentakan pantas saja menatap Dito penuh permusuhan.

"Lo yang udah gila Dito! Lo ngapain gue semalam hah? Lo waras?" Aurora melempar bantal tepat di wajah Dito, membuat pria itu tersadar akan apa yang terjadi.

"Aaaakkkkkhhhhh, bodoh!" Menyambar pakaiannya yang tergelak di lantai lalu berjalan ke kamar mandi. Menyisakan Aurora yang memeluk tubuhnya dengan mata berkaca-kaca.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Dito kembali dengan pakaian lengkap di tubuhnya. Duduk di sisi ranjang membelakangi Aurora.

Pria itu menunduk, meski tidak banyak bicara dan bertanya banyak hal, Dito bisa menyimpulkan sesuatu apa yang terjadi antara dirinya dan Aurora semalam. Terlebih dia sadar telah mabuk berat bersama sahabatnya di sebuah club malam.

"Apa pikiran kita sama?" tanya Dito setelah menenangkan jantungnya yang berpacu sangat hebat.

Aurora bukanlah orang asing dalam hidup Dito, gadis itu satu kelas dengannya dan sering kali bertemu sebagai mahasiswa semester 2.

"G-gue nggak tau, tapi gue takut," lirih Aurora. Gadis dengan rambut sedikit gelombang tersebut menundukkan kepalanya dengan air mata terus saja mengalir tanpa diminta.

Isakan demi isakan mulai terdengar jelas di telinga Dito, membuat pria itu semakin merasa bersalah.

"Cengeng banget sih lo! Bisa diam nggak? Gue nggak bisa mikir!" bentaknya.

Aurora mengingit bibir bawahnya, berusaha menahan agar isakan tidak lagi lolos dari mulutnya. Sementara Dito mengacak-acak rambutnya.

"Kenapa harus lo sih? Kenapa juga gue harus ketemu lo semalam?"

"Jangan bentak gue terus, gue takut Dito. Gimana kalau orang tua gue tau ki-kita ...."

"Gue juga takut."

Dito menghela nafas panjang, pria tinggi nan tampan itu lantas berdiri dan memungut seluruh pakaian Aurora yang tergeletak di lantai. Sungguh, Dito tidak mengingat apapun selain bertemu dengan Aurora di parkiran, setelahnya lupa.

Terlebih Dito pria yang pelupa jika sudah mabuk berat.

"Gue nggak suka cewe cengeng. Pakailah!" Menyodorkan pakaian Aurora lalu berjalan menuju balkon kamar hotel, memberikan Aurora waktu untuk mengganti baju.

Baru kali ini seorang Dito, pusat informasi dari geng motor yang di juluki raja jalanan kecolongan sampai mabuk tidak terkendali. Semua ini karena teman-temannya yang tidak mempunyai akhlak, terlebih meninggalkan dalam keadaan mabuk.

Pria itu kembali memejamkan matanya, berusaha berpikir jernih agar tidak menyakiti siapapun, baik Aurora maupun orang tuanya yang tentu tidak setuju jika dia menikah muda.

"L-lo bakal tanggung jawab kan, To?" tanya Aurora mendekati Dito dengan langkah pelannya. Rambut yang tergerai membuat Aurora terlihat sangat cantik. Namun, sayangnya itu tidak bisa mengerakkan hati Dito yang masih mencintai sahabatnya.

"Tanggung jawab apa?"

"Kalau gue hamil nanti."

Dito membalik tubuhnya, menatap Aurora dari ujung rambut sampai unjung kaki. Terlihat sangat pucat, terlebih matanya yang memancarkan ketakutan.

"Harus banget?"

"Dito!" bentak Aurora. "Lo-lo yang narik gue ke sini, lo-lo yang maksa gue buat ngelakuin hal-hal yang nggak gue mau. G-gue nyesal ketemu sama lo!" Luruh sudah air mata Aurora. Gadis itu mengira Dito akan bertanggung jawab nyatanya tidak.

"Gue nggak ingat apapun jadi gue harus tanggung jawab gimana? Bisa jadikan bukan gue yang pertama ...."

Plak

Sebuah tamparan lantas mendarat di wajah mulus Dito, membuat pria itu tertoleh ke samping.

"Bren*gsek!"

Part 2 ~ Love Scandal

Dito, pria itu merenung di dalam kamarnya setelah sampai di rumah. Mengingat kejadian pagi tadi saat di hotel juga tatapan Aurora yang sangat menyakitkan membuat Dito tidak tenang.

Terlebih hati pria itu memanglah lembut jika menyangkut seorang perempuan. Merasa telah lebih baik setelah dibuatkan teh jahe oleh mamanya, Dito akhirnya memutuskan untuk keluar kamar.

Langkahnya berhenti di anak tangga melihat kedua orang tuanya yang tampak sangat ceria satu sama lain.

"Sudah baikan Nak?"

Dito mengangguk pelan, menunduk untuk mengecup kedua punggung tangan orang tuanya.

"Dito mau ke markas dulu Mah, Pah." Pamitnya.

"Kamu nggak lelah Nak? Istirahatlah sebentar sebelum bertemu teman-temanmu. Lagi pula besok kamu mulai kuliah lagi."

"Dito udah sehat Mah, jadi nggak perlu khawatir." Pria itu melambaikan tangannya dan berlari keluar dari rumah bernuansa hitam campur gold sehingga terkesan gelap namun tampak mewah.

Dito melajukan motornya membelah padatnya jalan raya. Tujuan pria itu bukan markas, melainkan rumah Aurora untuk membicarakan sesuatu yang tidak sempat mereka selesaikan tadi pagi.

Setelah Aurora menampar Dito, wanita itu pergi tanpa kata di mana membuat Dito merasa bersalah.

Dito memarkirkan motornya dengan aman setelah sampai di depan rumah Aurora yang tidak kalah mewahnya.

"Auroranya ada?" tanya Dito pada wanita paruh baya, mungkin pelayan di rumah besar tersebut.

"Ada Den, tunggu saya panggilkan dulu."

Dito mengangguk sebagai jawaban, segera duduk di kursi teras rumah Aurora sambil memainkan ponselnya. Terdapat banyak pesan menghampiri ponsel pria itu, terlebih dari para sahabatnya yang tega meninggalkan saat mabuk berat.

Setelah berpikir jernih, akhirnya Dito memutuskan untuk bertanggung jawab pada Aurora, terlebih pria itu sudah mengingat dengan jelas apa yang terjadi semalam.

Memang benar adanya, Dito yang menyeret Aurora ke sebuah hotel dekat club malam. Selain mabuk, Dito merasakan sesak meminta untuk dipuaskan, sangat diuntungkan bertemu dengan Aurora di parkiran club malam. Entah apa tujuan Aurora sehingga datang ke sana, intinya Dito beruntung meniduri orang yang dia kenal, bukan gadis asing tanpa tahu asal-usulnya.

"Kenapa?"

Dito mendonggakkan kepalanya, tersenyum pada Aurora yang matanya masih memerah, mungkin habis menangis.

"Orang tua lo ada?" Dito berdiri dan berhadapan dengan Aurora yang jauh lebih pendek darinya.

Aurora mengeleng. "Orang tua gue lagi keluar negeri. Kalau lo nggak mau tanggung jawab sebaiknya pergi aja. Gue yakin nggak bakal hamil kok." Menunduk, tidak ingin Dito melihat pancaran ketakutan pada manik indahnya.

Wanita itu tersentak ketika tangannya tiba-tiba digenggam oleh Dito. "Gue bakal tanggung jawab, gue ingat semuanya. Maaf karena kasar sama lo, Ra. Tapi lo harus tau gue nggak suka sama lo."

Aurora lantas menganggkat kepalanya menatap Dito, mengerjap perlahan mencerna kata demi kata pria tampan yang sayangnya sering kali cuek jika ada di dalam kelas. Pria yang hanya ingin tersenyum saat bersama sahabat-sahabatnya saja.

"Gue nggak minta dicintai, gue cuma minta lo tanggung jawab kalau aja gue hamil."

"Makasih karena udah mau ngertiin gue. Kapan orang tua lo balik? Gue bakal datang sama orang tua gue buat lamar lo."

"La-lamar?"

"Hm, semua orang tua pengen anak-anaknya nikah baik-baik Aurora, nggak mungkin kan kita nikah saat lo udah ketahuan hamil?"

Perlahan-lahan Aurora menganggukkan kepalanya, ada rasa bahagia di hati Aurora karena Dito ingin bertanggung jawab atas dirinya. Wanita itu tidak tahu harus bagaimana lagi jika kedua orang tuanya tahu tapi Dito tidak mau bertanggung jawab.

"Malam nanti gue jemput ya, gue mau kenalin lo sama orang tua gue." Usai mengatakan hal tersebut Dito akhirnya meninggalkan rumah Aurora, bertepatan datangnya sosok pria lain yang tidak kalah tampan. Sayangnya penampilan pria itu urak-urakan, belum lagi anting di salah satu telinganya.

Aurora yang mengenali pria tersebut lantas menutup pintu dan berlari memasuki kamarnya.

"Aurora keluar!" teriak Aron, mantan kekasih Aurora.

Bukannya menyahut Aurora malah memejamkan mata sambil menutup telinga. Wanita itu tidak ingin bertemu mantan kekasihnya lagi. Terlebih Aron tidak terima diputuskan olehnya.

Part 3 ~ Love Scandal

Sudah tidak mendengar teriakan lagi, Aurora diam-diam mengintip dari balik jendela kamarnya, dia terkejut ketika tatapannya langsung bertemu dengan Aron yang ternyata sejak tadi menatap jendela.

Wanita itu melirik ponselnya yang tiba-tiba berbunyi. Ternyata mendapatkan pesan dari mantan kekasihnya.

Turun atau gue yang manjat!

Itulah isi pesan yang dikirimkan oleh Aron. Tidak ingin orang rumah tahu bahwa dia pernah pacaran dengan ketua geng motor urak-urakan seperti Aron, Aurora akhirnya turun untuk menemui mantan kekasihnya.

Dengan langkah pelan dia mendekati Aron yang sedang tersenyum simpul. Jika ditanya masih cinta, tentu saja Aurora sangat mencintai mantan pacarnya. Namun, sebuah insiden membuat dia harus memutuskan pria tampan yang identik dengan anting di telingan kanan.

"Gue kangen banget Ra, demi apa." Aron langsung mendekap tubuh Aurora yang hanya terbalut piyama di atas lutut. Menumpukan dagunya di pundak wanita tersebut. Menghilangkan rasa sakit di dada setelah tawuran bersama teman-temannya.

Refleks Aurora mendorong tubuh Aron agar menjauh. "Pergilah, kita udah nggak punya hubungan apa-apa. Kita udah putus, Ron."

"Nggak, gue masih pacar lo sampai kapanpun!"

"Kita udah putus dan bentar lagi gue bakal nikah sama .... Hmmmpppppp." Aurora tidak dapat melanjutkan kalimatnya ketika Aron langsung ******* bibirnya tanpa abah-abah. Sekuat tenaga dia mendorong tubuh Aron, sekuat itu pula Aron mendekap tubuhnya.

"Aron berhenti!" pekik Aurora dengan mata memerah setelah pangutan keduanya terlepas.

"Lo mau nikah? Ngomong sama gue pria mana yang berani rebut lo dari gue, Ra!" Desak Aron mencengkram rahang Aurora, membuat wanita itu meringis kesakitan.

Aron jika marah bagaikan iblis, tidak tahu bahwa siapa yang dia sakiti, baik pria maupun wanita sama saja.

"Ayo ngomong! Sekali aja lo nikah sama orang lain maka dia bakal mati ditangan gue. Lo itu milik gue Rora!" bentaknya menghempaskan wajah Aurora kekiri.

Isakan mulai keluar dari mulut Aurora yang merasakan sakit di rahangnya. Inilah salah satu alasan Aurora ingin terbebas dari Aron, sayangnya tidak bisa. Kemanapun dia pergi, Aron akan terus menemukannya.

***

Dito, pria itu melempar tubuhnya ke sofa hingga mengenai sahabatnya Ricky dan Rayhan yang tampak serius bermain game.

"Anjir, goblok banget lo pea!" maki Ricky ketika kalah karena ulah Dito.

"Santai bro santai," cengir Dito tanpa dosa, membuat sahabatnya yang lain tertawa minus Samuel.

Avegas, nama geng motor mereka adalah Avegas. Geng motor yang ditakuti banyak orang juga dimusuhi beberapa geng motor, termasuk geng motor yang diketuai oleh Aron, mantan pacar dari wanita yang akan dia nikahi nantinya.

Dito tetap pada posisinya, bedanya ada sebuah ponsel di tangan. Pria itu sedang menatap foto wanita cantik yang menjadi incarannya sejak duduk di bangku SMA, sayangnya gadis itu menikah dengan pria lain.

"Gue bakal nikah," ujar Dito tiba-tiba pada temannya-temannya.

Inti Avegas melonggo tidak percaya mendengar penuturan Dito. Tidak ada angin tidak ada hujan pria itu ingin menikah muda. Padahal semua orang tahu, orang tua Dito menentang nikah muda anak-anak mereka.

"Candaan lo nggak lucu kali," celetuk Keenan, wakil dari Avegas.

"Gue serius, ini karena ulah lo pada!" Melempar tatapan tajam pada sahabatnya. "Kalian ninggalin gue di club sendirian Njir! Gue nidurin anak gadis orang!" bentak Dito kesal.

"Serius?" Mata ke empat temannya membuat sempurna.

"Hm."

"Ya udah sih, jaman sekarang tidur berdua tanpa nikah udah biasa. Ngapain tanggung jawab? Ngasih uang kan beres." Santai Rayhan menyandarkan tubuhnya pada sofa.

"Sesat lo njir!"

"Dahlah, lo nggak bakal ngerti. Gue takut dia hamil. Ya kali anak gue nantinya haram, enak aja." Dito beranjak dari duduknya.

Berjalan menuju dapur untuk mengambil Wine di bawah laci meja patri, lalu menuangkan segelas untuknya. Tidak lupa menyulut sebatang rokok untuk dia hisap.

Sebelum membawa Aurora kehadapan orang tuanya, Dito ingin mencari keberanian lebih dulu sebab tahu mereka tidak akan setuju dengan rencana yang tidak pernah dibicarakan sebelumnya.

Bebas menjadi anggota geng motor dan merokok sesuka hati Dito dapatkan karena telah berjanji pada orang tuanya tidak akan menikah muda. Sayangnya, malam nanti pria itu akan datang bersama seorang gadis.

Ketika matahari mulai bersembunyi, Dito akhirnya meninggalkan markas yang dipenuhi oleh anggota Avegas.

Melajukan motor sport milknya menuju rumah untuk berganti baju sekalian mengambil mobil agar Aurora merasa nyaman.

Ciiiitttttttt

Decitan ban motor Dito berbunyi sangat nyaring ketika motor hitam berhenti tiba-tiba di hadapannya. Pria itu menatap tajam pada pemilik motor yang dia kenali sebagai musuhnya.

"Lo gila?"

"Lo takut?" tantang Aron yang memang selalu mengincar anggota Avegas yang pergi sendirian.

Dito senyum sinis melihat Aron bersama 6 temannya. Pengecut, satu kata untuk Aron yang hobinya keroyokan.

Karena tidak ingin mati konyol, Dito hendak melajukan motornya setelah melakukan atraksi, namun lemparan helm yang menghenai pundaknya membuat pria itu naik pitam.

Tanpa kenal takut, Dito turun dari motor lalu menendang dada Aron, pelaku yang telah melempar helm padanya.

Peraduan antara siang dan malam di sambut akan perkelahian anak muda di jalanan yang sangat sepi. Satu lawan 7 bukanlah sepadan, tapi Dito juga tidak bisa diremehkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!