Davina berlari saat beberapa pasien, kecelakaan lalu lintas tiba di IGD. Terlihat banyak anak sekolah yang terluka, kecelakaan beruntung antara mobil bus sekolah dengan mobil truk besar dan beberapa mobil lainnya.
"Tolong tenaga medis, di luar IGD untuk ikut masuk membantu, kita tidak bisa menggunakan tenaga medis disini." ucap Davina pada semua yang ada di IGD.
Aaarrrrggghhhh
"Sakit..!! " teriak salah satu pasien korban kecelakaan, yang dekat dengan Davina berdiri.
"Apa yang sakit?" tanya Davina pada pria, berseragam loreng.
"Kaki saya, sepertinya patah." ucapnya sambil memegang kaki kirinya.
"Bapak salah satu korban kecelakaan?" tanya Davina memeriksa kakinya.
"Iya, tapi saya menggunakan motor." jawabnya.
Davina yang rambutnya tergerai, dia lantas kuncir kuda, pria yang sedang di tangani Davina terpana, melihat kecantikan Davina.
"Cantik sekali, apa dia Bidadari?" ucap nya dalam hati.
"Nama saya Arjuna, panggil saja Arjun atau Mas Arjun." ucapnya.
"Anita, tolong kamu bawa dia, untuk di rontgen kakinya, saya takut ada yang retak." ucap Davina, lantas pergi.
"Kita cek kaki Bapak dulu ya." ucap suster Anita.
"Ta - tapi saya belum di periksa sama dokter tadi?" ucap Arjuna.
"Maaf Pak, sekarang sedang darurat. Ibu dokter harus periksa pasien lain." ucap Suster Anita.
****
Aaahhhhh
"Hari ini cukup melelahkan, korban kecelakaan hampir 50 orang, sampai rumah sakit kita, harus memindahkan beberapa pasien ke rumah sakit lain." ucap Davina.
"Kecelakaan akibat, sebuah truk muatan pasir berhenti mendadak, hingga membuat yang di belakangnya bertabrakan." ucap Farah.
"Yang meninggal tadi berapa informasinya?" tanya Davina.
"Sekitar, 10 orang." ucap Farah.
Tok.. tok..
Ceklek pintu ruangan dokter Davina terbuka, terlihat Suster Anita datang, sambil membawa laporan dan di berikan ke dokter Davina.
"Ini dok." ucap Suster Anita.
"Apa ini?" tanya Anita.
"Data pasien, kecelakaan." jawab Suster Anita.
"Pasien saya?" tanya kembali dokter Davina.
"Benar." jawab Suster Anita.
"Saya kan dokter IGD."
"Pasien ini, spesial. Dia ingin dokter Davina yang menjadi dokternya."
Davina membaca rekam medis, pasien yang baru masuk hari ini. Terlihat kondisi patah tulang, dan luka lecet di bagian belakang punggung.
"Mana bisa, dia kan pasien dokter Toni."
"Dia hanya ingin, dokter yang menanganinya."
"Pindahkan saja ke rumah sakit lain." ucap dokter Farah.
"Nah susah amat, pindahkan saja." ucap Davina.
Ceklek
"Kamu ke sana dulu deh." ucap dokter Toni.
"Ngapain?" tanya Davina.
"Kamu jelaskan sama pasien saya, dia ngotot mau kamu yang jadi dokternya." jawab dokter Toni.
"Aneh benar sih tuh orang."
"Kayaknya dia naksir kamu deh, atau dia memang pacar kamu atau mantan?"
"Jangan ngaco deh."
"Sudah sana, kamu temui dia."
****
"Hi dok. " ucap Arjuna.
"Kenapa?" tanya Davina.
"Saya minta, dokter yang menangani saya." jawab Arjuna.
"Saya ini, dokter IGD. Jadi tidak bisa, saya yang menjadi dokter Bapak."
"Jangan panggil Bapak lah, panggil Mas." ucap Arjuna, dan membuat Davina ingin muntah.
"Maaf ya, tidak bisa. Kalau Bapak tidak mau silahkan pindah ke rumah sakit lain. Nanti dokter Toni, akan buatkan surat rujukan ke rumah sakit lain."
"Kalau saya pindah rumah sakit, saya tidak bisa bertemu sama dokter."
"Dokter Toni, apa pasien anda sudah di suntik obat tidur?" ucap Davina.
"Eh buat apa? saya baru saja bangun, masa di suruh tidur lagi."
"Kalau tidak ingin di suntik obat tidur, tutup mulut kamu, jangan teriak - teriak panggil saya." ucap Davina pergi.
"Makannya, kalau tidak mau di pindah rumah sakit, bapak sebaiknya terima prosedur disini. Kalau mau, dirawat sama dokter Davina, bapak loncat dari lantai ini, nanti masuk IDG dokter Davina yang akan menangani." ucap dokter Toni meledek, dan pergi.
"Dasar sableng. " ucap Arjuna.
****
"Terus kaki kamu gimana?" tanya Farhan.
"Kaki saya retak, tapi tidak terlalu parah." jawab Arjuna.
"Kita kaget, dan nggak menyangka saja kalau salah satu korban, kecelakaan beruntun kemarin itu kamu." ucap fuji.
"Waktu itu, saya di belakang mobil bus sekolah, tiba - tiba mobil bus di depan itu terbalik, dan saya kaget mengerem mendadak jatuh, dan di belakang bertabrakan, dan mobil berguling mengenai tubuh saya, hingga terpental." ucap Arjuna.
"Untung kamu masih selamat." ucap Farhan.
"Iya, Alhamdulillah."ucap Arjuna.
Ceklek
"Arjuna..!! " teriak seorang wanita paruh baya, datang langsung menangis dengan memeluk tubuhnya.
Hiks.. hiks.. hiks..
"Kamu nak, emak kaget kamu itu kecelakaan. Untung nyawa kamu selamat, bagaimana kalau tidak nak, hiks.. hiks.. Emak sama siapa nanti."
"Emak, sudah jangan nangis. Arjuna baik - baik saja, hanya kaki yang retak."
"Apa!! " ucap kaget Emak.
"Kamu bilang baik - baik saja, tapi kaki kamu retak?"
"Emak, retak juga nggak parah."
Plaaakkk
Emak memukul lengan Arjuna sangat keras, hingga Arjuna meringis kesakitan.
"Emak kok pukul saya." ucap Arjuna.
"Gimana tidak pukul kamu, retak juga sama namanya musibah. Orang tua, disana khawatir kamu nya malah enak - enak saja."
"Emak maaf, maksud Arjuna itu, biar Emak tidak kepikiran." ucap Fuji.
"Tapi tetap saja Fuji, Emak itu khawatir. Namanya juga orang tua, anak laki satu - satunya, belum nikah juga. Padahal umur sudah kepala tiga." ucap Emak sedikit curhat.
"Tuh mulai deh." ucap Arjuna.
"Yaiyalah, kamu belum bawa calon istri ke Emak. Coba kamu bawa calon istri, hati Emak itu tenang."
"Sudah Mak, jangan nyanyi terus. Ini rumah sakit."
*****
"Ini rumah sakit besar amat ya, mumpung ada disini, Emak mau cek kesehatan." ucap Emak sambil berjalan di koridor rumah sakit.
"Bu dokter."panggil Emak.
"Saya bu, ada apa?" ucap Davina.
"Maaf Bu dokter, saya ingin cek kesehatan. Ruangannya dimana ya?"
"Kalau ibu mau, silahkan daftar dulu, untuk mengambil nomer antriannya."
"Dimana ya, saya tidak paham."
"Mari saya antar." ucap Davina.
"Maaf merepotkan." ucap Emak.
"Tidak apa - apa Bu."
"Bu dokter baik deh, sudah cantik lagi. Sudah menikah?" ucap Emak.
"Belum bu." ucap Davina.
"Aduh sama seperti anak saya, ganteng tapi belum menikah."
Davina hanya tersenyum, lantas membantu mendaftarkan Emak ke poli umum. Dan setelah membantu, Davina memberikan nomer antrian pada Emak.
"Bu, ini nomernya. Nanti ibu tunggu di panggil, ibu duduk disini saja, kalau pintu yang di depan ibu terbuka dan panggil nomer antrian 30,ibu masuk saja."
"Terima kasih bu dokter."
"Sama - sama." ucap Davina.
****
"Emak kemana sih? sudah satu jam lebih, kok belum kembali ke sini. Jangan - jangan Emak pulang lagi." ucap Arjuna.
Ceklek
"Mas, maaf baru datang." ucap seorang gadis remaja masuk kedalam kamar rawat Arjuna.
"Sinta, Emak mana?" tanya Arjuna.
"Lah bukannya, Emak masih di rumah sakit?" jawab Sinta.
.
.
Ceklek
"Lah tuh Emak." tunjuk Sinta, saat Emak Euis datang.
"Mak, dari mana sih? sudah nggak punya ponsel, ngilang nggak bilang - bilang." ucap Arjuna.
"Ini bocah, pada heboh dah. Emak ini, habis konsuletasional." ucap Emak.
"Hah.. konsetasional?" ucap Sinta.
Iya tadi, Emak itu ke dokter. Mau periksa kesehatan. Tadi di cek, gula darah, asal urat, jantung semuanya normal." ucap Emak.
"Itu maksudnya, konsultasi sama dokter." ucap Sinta.
"Nah itu maksudnya."
"Mak, kalau pergi itu, bilang sama Arjuna. Emak kan nggak bawa ponsel, suruh bawa ponsel jawabnya kagak ngerti." ucap Arjuna.
"Emak itu kagak ngerti barang gituan, Emak mah hanya orang tani. Kalian saja yang pada pintar teknologi, biar Emak mah begini saja." ucap Emak.
"Yah Emak, di ajak gaul kagak mau. Tuh lihat, istrinya Haji Sobri, dia gaul walau tua nggak mau kalah sama yang muda." ucap Sinta.
"Sudah, jangan di bandingkan sama orang. Eh kalian harus tahu, tadi Emak di bantu sama dokter cantik."
"Nama dokternya siapa Mak?" tanya Sinta.
"Mak lupa namanya, dia belum nikah. Kayaknya, kalau ketemu lagi, Emak mau jodohkan sama Mas mu." jawab Emak.
"Jangan bikin malu Mak, ini rumah sakit, bukan tempat cari jodoh." ucap Arjuna.
"Yeee kali saja jodoh."ucap Emak.
***
"Kamu baru pulang Davina?" tanya Ibu Tika, Mami Davina.
"Iya Mam, capek banget rasanya. Setelah di pindah ke IGD, kurang tidur apalagi kemarin korban kecelakaan yang banyak, sampai rumah sakit tidak bisa menampung dan harus di pindah ke rumah sakit lain." ucap Davina.
"Daddy kamu tadi telepon, katanya kamu jadi melanjutkan kuliah S3 tidak di Amrik?"
"Nantilah Mam, saya ingin menyegarkan otak dulu. Baru tahun kemarin saya lulus S2, masa sekarang kuliah lagi."
"Kan Daddy kamu yang biayain."
"Memangnya, istri Daddy tidak marah?"
"Ngapain Vera marah, kamu kan anaknya."
"Mami rela di madu, Daddy malah tinggal sama perempuan mandul itu."
"Hus kamu tidak boleh bicara seperti itu, Vera juga sayang sama kamu."
"Sayang apanya, di depan Mami. Di belakang, malah wajah aslinya keluar."
"Sekarang kamu mandi, terus makan."
****
"Dok, kalau dokter Davina itu sudah lama jadi dokter disini?" tanya Arjuna.
"Sudah lama, sekitar 5 tahun." ucap dokter Toni.
"Boleh saya titip salam?"
"Aduh berat, soalnya yang titip salam itu banyak. Tapi dokter Davina malah membiarkan, salamnya sampai kering." ucap dokter Toni.
"Kok bisa?" tanya Arjuna.
"Jelas bisa lah, karena yang naksir dokter Davina itu banyak. Malah banyak pasien, yang tidak mau cepat keluar dari sini, bahkan ada yang rela masuk IGD setiap hari, demi lihat dia. "
"Kok gitu."
"Ya, kalau mau ketemu, caranya jadi pasien IGD dulu." ucap dokter Toni sambil tersenyum, bahkan dua Suster di belakang dokter Toni ikut tertawa.
**
"Bisa berdiri Mas?" tanya Sinta.
"Nggak dek, kaki masih sakit." jawab Arjuna.
"Fuji, bantu saya duduk di kursi roda dong. Saya bosan di dalam kamar terus, ajak saya jalan - jalan keliling rumah sakit. " ucap Arjuna.
"Ok bos." ucap Fuji, lantas membantu turun dan duduk di kursi roda.
"Mas, saya disini saja. Nunggu Emak, kalau kamar kosong nanti takutnya Emak bikin heboh." ucap Sinta.
"Iya, bilang kalau Emak datang, Mas lagi keluar."
"Iya Mas."
***
"Fuji, saya itu keluar dari kamar, ingin ke ruang IGD." ucap Arjuna.
"Ngapain?" tanya Fuji.
"Kamu nurut saja, bawa saya kesana." ucap Arjuna.
Fuji pun mendorong kursi roda ke arah IGD, namun Arjuna meminta Fuji berhenti, saat itu juga tanpa berunding, Arjuna mencopot paksa jarum infus hingga punggung tangannya, mengeluarkan darah.
Bruuugghhhh
Arrrggghhh
"Arjuna." teriak Fuji, saat melihat temannya itu jatuh dari kursi roda.
"Aduh.. sakit." ucap Arjuna.
"Kamu kok, bisa jatuh sih." ucap Fuji.
Saat itu dua orang perawat membantu Arjuna , untuk duduk di atas kursi roda. Arjuna terus berpura - pura kesakitan, padahal kaki yang sakit berhasil dia selamatkan.
"Aduh, tolong saya bawa ke dalam." teriak Arjuna.
"Baik Pak, nanti dokter akan periksa kondisi Bapak di dalam." ucap perawat.
Arjuna langsung di baringkan di atas tempat tidur, Arjuna menatap kecewa ternyata yang menangani bukan dokter Davina.
"Dokter siapa?" tanya Arjuna.
"Saya dokter jaga di IGD." jawab dokter perempuan, sambil memeriksa kaki Arjuna.
"Dokter Davina mana?" tanya Arjuna.
"Oh dokter Davina sedang rapat, dengan Pak Direktur rumah sakit." jawabnya.
Fuji menatap kesal ke arah Arjuna, seakan sakit nya di pakai untuk mainan. Saat dokter meninggalkan Arjuna, Fuji langsung memukul kaki Arjuna yang sakit.
Plaaakkk
Awwwww
"Linu Kampret." ucap Arjuna.
"Kamu itu, nggak kasih tahu tujuan masuk kesini? kamu kenapa sih, sakit di jadikan mainan." tegur Fuji.
"Saya itu sedang naksir, dokter Davina. Dia itu bagian dokter sini, makannya biar ketemu sama dia, saya harus buat cedera dulu. Eh ternyata, dokter Davina kagak ada."
"Rasain, makannya jadi cowok jangan ganjen."
"Namanya juga usaha, saya harus dapatkan tuh dokter."
****
"Davina." panggil Rizal.
"Ada apa?" tanya Davina.
"Nanti malam, kamu tidak jaga kan?".
" Kenapa memangnya?"
"Saya ingin ajak kamu makan malam."
"Saya tidak bisa."
"Kenapa, kamu sudah ada acara ya?"
"Nggak juga, saya malas saja keluar."
"Kamu kenapa sih, setiap di ajak sama saya tidak mau. Padahal saya itu, niat nya baik." ucap Rizal, dokter spesialis kandungan.
"Malas saja, maaf ya kalau tidak ada hal penting saya pergi." ucap Davina.
"Susah mendapatkan hati dia, cantik tapi angkuh." ucap dokter Pram.
"Betul kata Pak dokter, saya sudah lama suka sama dia. Tapi dia selalu menghindar."
"Jangan patah semangat, kamu dekati dia terus."
"Siap dok."
****
Davina menatap Arjuna saat masuk ke dalam IGD, terlihat Arjuna sedang di tangani dokter Kiki.
"Kenapa dia?" tanya dokter Davina.
"Habis di rontgen lagi, tadi dia jatuh dari kursi roda di depan pintu IGD." jawab dokter Kiki.
"Terus?" ucap Davina.
"Tidak ada masalah." ucap dokter Kiki.
Arjuna tersenyum, saat melihat Davina. Fuji menatap mata Arjuna, yang sedang menatap dokter wanita itu.
"Kenapa bisa jatuh?" tanya Davina.
"Karena saya jatuh cinta sama kamu." jawab Arjuna, dan terdengar gelak tawa dokter Kiki namun segera berhenti saat Davina menatapnya.
"Mau betah di IGD?" tanya Davina.
"Iya mau." jawab Arjuna.
"Suster Lia, tolong ambilkan pisau bedah dan jarum jahit." ucap Davina.
"Buat apa?" tanya Arjuna.
"Buat mengambil otak kamu, dan menjahit nya agar tetap di dalam IGD terus."
"Jangan, saya masih ingin hidup" ucap Arjuna.
"Cepat bawa pasien satu ini kembali ke kamarnya." perintah dokter Davina.
.
.
.
"Mas sedang apa sih? dari tadi pegang ponsel terus?" tanya Sinta.
"Sedang cari tahu sosmed nya, tulang rusuk Mas." jawab Arjuna.
"Hah.. memangnya Mas punya calon?" ucap Sinta.
"Lagi berusaha." ucap Arjunan
"Memangnya, Mas kenal dimana?"
"Kenal disini, baru kemarin."
"Memangnya siapa Mas? saya kepo deh."
"Ketemu." ucap Arjuna, saat menemukan sosial media akun milik Davina.
Sinta langsung melirik ke ponsel Mas nya, dan mengambil ponselnya. Terlihat photo wanita cantik, yang banyak berlatar belakang photo di luar negeri.
"Ini siapa Mas?" tanya Sinta.
"Calon kakak ipar kamu." jawab Arjuna dengan pede nya.
"Hah, calon kakak ipar? kok belum pernah Mas bawa ke rumah." ucap Sinta.
"Kan Mas lagi usaha deketin dia, jadi kamu bantu dengan doa ya." ucap Arjuna dengan pede.
"Saya baru tahu, orang yang sedang deketin perempuan, rela sakit bahkan rela untuk tidak berdaya. Aneh bin ajaib, tapi kaki tuh yang retak, kok bisa nggak sekalian aja patah gitu." ucap Fuji.
"Jangan dong, kalau patah bisa bahaya. Masa saya pedekate sama dokter Davina kakinya pincang." ucap Arjuna.
"Oh dokter Davina? dia dokter apa Mas?" tanya Sinta.
"Dokter spesialis jiwa Mas mu." ucap Fuji sambil terkekeh.
"Sembarangan kalau ngomong." ucap Arjuna sambil melempar Apel ke arah Fuji, dan berhasil di tangkap dan langsung di makan.
"Serius Mas tanya, dia dokter apa?" tanya Sinta.
"Dokter umum, dia ada di IGD. Kamu cari saja dia, pasti ketemu." jawab Arjuna.
****
Sinta yang penasaran, dengan dokter cantik yang di taksir Mas berjalan masuk ke ruang IGD. Banyak suster, dan ada beberapa dokter uang sedang menangani pasien, dan Sinta menemukan yang di carinya, lantas Sinta langsung berjalan ke arah dokter Davina yang sedang membaca beberapa laporan.
"Dokter Davina." sapa Sinta.
"Iya, ada apa?" tanya Davina.
"Masya Allah cantiknya, pantas Mas Arjun naksir." jawab Sinta, yang melihat takjub Davina yang cantik, putih, tinggi.
"Dokter Davina kayak model ya, pantas jadi model." ucap Sinta.
"Ehm.. maaf ada perlu apa ya? kalau tidak ada, saya harus periksa pasien." ucap Davina.
"Kenalkan, nama saya Sinta Nirmala Binti Sueb , calon adik ipar dokter Davina."ucap Sinta meminta berjabat tangan, dan Davina membalas jabatan tangannya.
" Masya Allah, telapak tangannya halus." ucap Sinta.
Davina hanya tersenyum bingung, menatap gadis remaja yang bernama Sinta. Suster Anita dan Suster Vera, langsung menyenggol lengan dokter Davina.
"Dok, dia bukan pasien rumah sakit jiwa yang lepas." bisik Suster Vera.
"Hus.. nggak boleh bicara begitu." ucap Davina.
****
"Mas, Mak benar cantik kayak artis." ucap Sinta.
"Cocok nggak Sinta?" tanya Arjuna.
"Cocok, mas saya salaman sama dia, masya Allah telapak tangannya halus Mas, nggak seperti saya kasar, apalagi telapak tangan Emak." jawab Sinta.
"Kalian itu sedang bicara apa?" tanya Emak.
"Gini loh Mak, Mas Arjun sedang jatuh cinta sama dokter sini. Namanya dokter Davina, tadi saya sudah kenalan sama dia. Ya Allah Mak, sumpah cantik kayak artis." jawab Sinta.
"Emak sih, mau nya sama dokter yang kemarin Emak ketemu, dia juga cantik." ucap Emak Euis.
"Emak, kalau tahu Emak pasti bakalan terpana melihat kecantikannya." ucap Sinta.
"Mending kamu bawa tuh Emak ke IGD, biar ketemu sama dokter Sinta." ucap Arjuna.
"Ah betul itu, kalau perlu Emak pura - pura pingsan saja, biar di tangani sama tuh dokter." ucap Sinta.
"Ini satu keluarga pada kenapa sih? bawa rasa hawa kamar ini nggak enak ya, jangan - jangan nih kamar banyak setannya." ucap Fuji.
"Ya Kamu setannya." ucap Arjuna, Sinta dan Emak.
***
Davina merapikan tas nya, dan akan pulang. Saat hendak keluar, ada seseorang yang memanggilnya.
"Dokter Davina." panggilnya.
Davina menoleh, melihat perempuan yang tadi datang ke IGD, mengenalkan sebagai calon adik iparnya.
"Ada apa lagi?" tanya Davina sopan.
"Walah, ini kan ibu dokter yang kemarin bantu Emak. Jadi ini toh calon mantu? Emak yakin kamu itu cocok sama Arjuna." ucap Emak.
"Maaf ini maksudnya apa ya? saya tidak kenal sama kalian." ucap Davina.
"Kamu itu, ini Emak. Panggil Emak Euis, calon mertua kamu." ucap Emak Euis.
"Maaf ya, mertua? saya belum punya calon." ucap Davina.
"Kan calon nya Mas saya, Mas Arjuna." ucap Sinta.
"Arjuna? siapa dia?" ucap Davina bertanya.
"Sinta, kata kamu dia calon istri Mas mu. Kok. dia jawab begitu?" ucap Emak.
"Baru calon, calon pendekatan." ucap Sinta.
"Kamu itu, bikin malu saja. Tak kira Mas mu sama dia, sudah saling kenal."
"Nggak apa - apa kok Bu, ngomong - ngomong anak ibu sakit apa?" tanya Davina.
"Dia kakinya retak, akibat kecelakaan. Saat mau berangkat dinas, kecelakaan di jalan raya. Kecelakaan beruntun kemarin, dia masih belum boleh pulang." jawab Emak.
"Oh dia, salam saja buat anak ibu." ucap Davina.
****
"Bocah semprul, tak kira kamu itu sudah kenal dekat sama itu dokter, ternyata dia nggak kenal sama kamu." ucap Emak.
"Mak, saya naksir dia. Makannya saya tidak mau cepat keluar dari rumah sakit." ucap Arjuna.
"Ini anak, betah amat di rumah sakit. Kamu kira, Emak tidak repot apa di rumah. Tuh kambing, sapi siapa yang kasih makan. Nanti siapa yang cari rumput, kaki kamu itu tidak memungkinkan. Orang tua berdoa biar cepat sembuh, nih anak malah ingin lama - lama disini." ucap Emak kesal.
"Pulang juga Mak, saya belum bisa cari rumput." ucap Arjuna.
"Mas, tadi tuh dokter Davina titip salam buat Mas." ucap Sinta.
"Benar Sin? aduh sayang ya, Mas masih sakit. Kalau nggak sakit, Mas deketin dia langsung."
"Tenang Mas, tak dukung perjuangan Mas."
***
"Ngeselin banget Mam, tuh cowok suruh adik sama ibu nya, ke IGD bilang kalau saya itu calon istrinya. Kenal saja nggak, masa tiba - tiba datang orang tuanya coba." ucap Davina saat sedang makan malam.
"Cowoknya ganteng nggak?" tanya Ibu Tika.
"Ganteng sih, dia Tentara. Tapi ilfeel gitu Mam, saya nggak suka." jawab Davina.
"Kamu kenapa sih? setiap ada yang suka kamu tolak? padahal yang suka kamu itu, cowoknya berbobot semua."
"Nggak suka saja, nggak suka hubungan sama laki - laki. " ucap Davina, yang mengejutkan Maminya.
"Maksud kamu, suka sama sesama?" tanya Ibu Tika.
"Astagfirullah Mami, saya normal. Saya tidak mau saja, disakiti seperti Mami. Daddy menduakan Mami, dengan pelakor itu. Bahkan tanpa di cerai, tapi pelakor itu yang menang mendapatkan Daddy. "
"Sayang, kamu jangan samakan pria itu seperti Daddy kamu. Tidak semua pria seperti itu, kamu jangan seperti ini karena melihat Mami."
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!