"Sayang, aku cari kerja dulu ya. Kamu doakan supaya aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk kita berdua. Sehingga kamu tidak perlu bekerja paruh waktu saat kamu selesai kuliah. Kamu hanya perlu duduk manis menunggu aku pulang kerja." ujar seorang pria tampan yang terlihat sudah memakai kemeja putih tetapi belum dikancing itu dan celana dasar hitam serta tak lupa sepatu lokak andalannya yang juga cuma itu satu satunya yang dimiliki oleh pria tampan tersebut. Pria itu menatap lurus ke wajah cantik kekasih hatinya yang sangat dipuja oleh dirinya itu.
"Jadi, kamu tidak terlalu lelah dalam menjalani hari hari kamu sayang. Kamu hanya fokus mengurus aku saja. Suami tampan kamu ini yang sampai saat ini masih berjuang mencari pekerjaan untuk menyenangkan istri tercintanya ini. Untuk membawa istri tercintanya itu keliling dunia untuk menikmati keindahan dunia yang diciptakan oleh Tuhan dengan segala keindahannya" lanjut pria tampan itu sambil membelai pipi istrinya yang sedang sibuk memasangkan kancing kemeja putih yang dipakai pria tersebut.
"Iya sayang, hati hati. Semoga hari ini adalah hari keberuntungan kamu sayang." jawab sang istri yang sedang memasangkan kancing baju pria tampan tersebut.
"Aku selalu mendoakan kamu sayang. Sehingga kamu bisa membawa aku keliling dunia sesuai dengan apa yang kamu cita citakan. Cayo sayang" lanjut sang istri sambil mengepalkan tangannya dan memberikan semangat kepada suami tampannya itu. Istri tersebut akhirnya selesai juga memasangkan kancing kemeja sang suami. Istri selalu melakukan hal tersebut karena, asal sang suami yang memasang sendiri kancing kemejanya, maka tidak akan pernah rapi, makanya selalu yang mengerjakan hal sepele itu adalah istri.
Setelah dirasa tampilannya sudah sempurna, sang suami kemudian keluar dari dalam rumah kontrakan mereka berdua. Suami menggandeng tangan kecil istrinya itu. Tangan yang selalu menyiapkan makanan dan pakaian untuk dirinya. Tangan yang tidak pernah merasa lelah saat dia harus melakukan pekerjaan ganda semenjak memiliki suami. Istri yang sama sekali tidak pernah mengeluh dengan semua kegiatan yang bertumpuk di depan matanya. Pekerjaan yang sama sekali tidak ada habisnya, sejak mulai pagi dengan di mulai mengikuti perkuliahan sampai dengan bekerja paruh waktu menjadi kasir serta harus memasak menyiapkan semua makanan dan juga pakaian suaminya.
"Op kamu jangan keluar sayang. Cukup di sini saja. Daster kamu tipis sayang. Aku nggak mau semua orang menatap kamu seperti aku menatap kamu selama ini" ujar sang suami yang melarang istrinya untuk mengantarkan dirinya ke tepi jalan. Suami menaruh istrinya tepat di bagian belakang tubuhnya.
"Haha haha haha, posesif banget sayang, padahal belum diapa apain juga" ujar sang istri yang menurut apa yang dikatakan oleh suaminya itu sekaligus menggoda suaminya. Apa yang dikatakan oleh suaminya adalah hal terbaik untuk dirinya. Istri akan selalu mengikuti apa yang akan dikatakan oleh suaminya.
Sang Istri kemudian hanya melihat kepergian suaminya dari teras rumah yang hanya berjarak satu meter dari jalan kampung. Dia memandang kepergian suaminya dengan tatapan penuh kebahagiaan.
"Hati hati di jalan sayang. Cayo lagi" ujar sang istri memberikan suntikan semangat kepada suaminya itu.
"Muach" ujar sang istri memberikan ciuman jauh kepada suaminya itu.
"Haha haha haha. Terimakasih sayang. Kamu juga harus semangat kuliahnya" jawab sang suami sambil tersenyum indah menatap ke arah istri cantiknya yang setiap pagi memiliki rutinitas yang sama.
"Muach" sang suami membalas perlakukan yang diberikan oleh istrinya kepada dirinya.
Suami kemudian meneruskan perjalanannya menuju jalan besar yang berada di bagian depan jalan kampung untuk menuju tempat yang ditujunya selama ini. Sepanjang jalan menuju jalan besar yang dilaluinya, sang suami tersenyum terus memikirkan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Dia sangat bahagia dengan semua perlakuan yang didapatkan oleh dirinya dari sang istri tercinta.
Setelah memastikan kalau suaminya sudah hilang di tikungan jalan untuk mencari kendaraan di jalan utama, yang jaraknya dari rumah kontrakan mereka adalah seratus meter, sang istri kemudian kembali ke dalam rumah kontrakan itu untuk menukar pakaiannya dengan pakaian kuliah.
"Ayo Julian kamu harus semangat untuk cepat menyelesaikan kuliah kamu. Suami kamu saja semangat mencari kerja masak kamu nggak semangat untuk menyelesaikan kuliah gratis itu" ujar sang istri yang ternyata bernama Julian Bernadet. (Maaf kalau ada kesamaan nama tokoh dalam novel lain atau dalam dunia nyata)
Julian terdiam sesaat, saat dia mengatakan kata suami. Julian teringat bagaimana bisa dia memiliki seorang suami tampan seperti itu. Kejadian yang sampai sekarang membuat Julian tidak habis pikir dan hanya bisa bertanya tanya saja kenapa semua itu bisa terjadi. Sekarang Julian hanya bisa menjalani semua yang sudah terjadi pada malam yang sangat penuh kenangan itu.
"Apakah itu sebuah keberuntungan atau sebuah kekhilafan. Tapi yang jelas itu adalah takdir aku yang harus aku jalani. Tanpa harus mengeluh" ujar Julian berkata setiap kali dia mengingat kalau dia sudah punya seorang suami yang tampan dan juga sangat menyayangi Julian. Malam yang akan selalu diingat oleh Julian Bernadet sepanjang hidupnya.
Julian telah selesai merapikan dirinya, dia hari ini memakai kemeja dengan rok sebatas lutut serta memakai sepatu kets. Dia kemudian menatap ke dalam cermin. Cermin memantulkan kembali wajah seorang wanita cantik yang memakai riasan natural untuk melengkapi penampilannya. Julian hari ini mengikat rambutnya tinggi tinggi dan sedikit memberikan kesan bergelombang di rambut indahnya yang berwarna coklat muda itu.
"Tinggal selangkah lagi. Semoga mereka tidak mengetahui kalau aku sudah punya suami. Kalaupun mereka tahu aku tidak ingin dipecat dari kampus. Aku harus bisa menyembunyikan semuanya dengan sangat rapat" ujar Julian sambil memberikan pesan dan mengingatkan dirinya kembali untuk tidak membuat sebuah kerugian untuk dirinya sendiri.
Julian harus bisa membuat semua orang untuk tidak ingin mengorek kehidupan pribadinya. Bagi Julian sekarang fokus utamanya setelah suami adalah tamat kuliah dan mencari kerja. Setelah meyakinkan penampilannya untuk kesekian kalinya, Julian kemudian melangkahkan kakinya keluar dari dalam rumah kontrakan mungil tersebut.
Julian memakai sepatunya. Setelah itu Julian mengunci pintu rumah dan menaruh kunci rumah kontrakannya di tempat biasa dia menyimpan kunci. Hari ini Julian akan pulang sangat malam sekali, karena dia harus menghitung barang yang ada di swalayan tempat dia bekerja.
"Oke siap berangkat dan menjalankan aktifitas" ujar Julian sambil menyandang tas ranselnya.
Tas hitam yang sudah kusam itu, tetapi di dalam tas itu sangat lengkap isi peralatan yang dibawa oleh Julian kemana mana. Mulai dari laptop, bahan skripsi, serta bekal makan siang yang akan disantap oleh Julian untuk makan siang dan makan malamnya.
Julian selalu membawa bekal makanan untuk dinikmati oleh dirinya, hal ini di sebabkan karena dia harus berhemat dengan sisa uang gaji yang dimiliki oleh Julian.
"Semoga suami ganteng aku mendapatkan pekerjaan hari ini, karena sisa uang yang aku punya sudah sangat menipis" ujar Julian sambil berjalan dengan santai.
Seorang pria terlihat mengiringi langkah kaki Julian. Tetapi dasarnya Julian yang selalu cuek dengan keadaan sekitar tidak ambil pusing dengan langkah kaki orang tersebut. Julian menikmati sendiri perjalanannya itu.
"Nyonya ini mau kemana? Kenapa dia mengambil jalan kecil ini" ujar orang yang mengikuti Julian dari belakang.
Julian memang sengaja mengambil jalan tikus itu.
"Aku harus jalan kaki untuk berhemat. Aku nggak mau uang aku yang tingal sedikit ini habis dengan percuma saja, karena aku gunakan untuk naik angkot ke kampus" ujar Julian sambil berjalan santai dan menikmati perjalanannya menuju kampus pada pagi hari ini.
"Nyonya muda, ini mau kemana? Bukannya dia harus ke kampus? Kenapa dia mengambil jalan kecil ini. Apa mungkin dia mau ke suatu tempat dulu, sebelum dia pergi ke kampus???" ujar orang yang mengikuti Julian Bernadet dari belakang sambil terus mengikuti langkah kaki Julian Bernadet yang panjang panjang dan terlihat menikmati perjalanannya kali ini. Pengawal itu berpikir keras dengan apa yang dilakukan oleh Julian Bernadet. Pengawal tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Nyonya Muda mereka kali ini.
Julian Bernadet memang sengaja berjalan melewati jalan tikus itu untuk menuju kampusnya yang terletak beberapa kilo dari rumah kontrakan yang sudah selama empat tahun di tempati oleh Julian Bernadet. Julian Bernadet baru dua kali lewat jalan kecil ini ke kampus. Alasannya juga sama antara jalan kaki yang pertama dan yang kedua ini. Alasan yang sebenarnya tidak masuk di akal untuk anak muda zaman sekarang. Tetapi bagi seorang Julian Bernadet tidak ada kata tidak masuk di akal dalam kamus hidupnya, selama itu halal dan layak untuk dikerjakan oleh dirinya. Rasa malu sudah lama tidak dimiliki oleh seorang Julian Bernadet.
"Aku harus jalan kaki untuk berhemat. Aku nggak mau uang aku yang tingal sedikit ini habis dengan percuma saja, karena aku gunakan untuk naik angkot ke kampus, lebih baik uang yang tidak tinggal seberapa itu aku pakai untuk biaya hidup kami berdua. Aku belum tau apakah penghasilan aku bulan depan bisa mencukupi kebutuhan kami berdua." ujar Julian sambil berjalan santai dan menikmati perjalanannya menuju kampus pada pagi hari ini.
Julian melihat beberapa ibu ibu juga melalui jalan yang sama untuk pergi melakukan aktifitasnya. Beberapa orang ibu ibu melihat terperangah kepada pengawal yang dari tadi setia mengikuti Julian. Tetapi tatapan kekaguman ibu ibu itu dibalas pengawal dengan tatapan mengancam plus dingin sedingin udara di kutub selatan dan kutub utara. Tatapan para ibu ibu itu sudah biasa dilihat oleh Pengawal. Setiap mereka berada di keramaian, ibu ibu dan wanita mmuda selalu menatap mereka dengan tatapan yang sama. Makanya pengawal bersikap santai dan beranggapan tidak tahu dengan apa yang terjadi.
Pengawal yang dari tadi mengikuti Julian, bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Julian Bernadet melalui alat penyadap yang di pasang oleh pengawal tersebut di sepatu yang dipakai Julian untuk ke kampus. Pengawal itu sangat beruntung saat memasang alat penyadap di sepatu Julian Bernadet. Dia tidak perlu susah susah menebak sepatu yang mana yang akan dipakai oleh Julian ke kampus. Hal ini disebabkan karena Julian Bernadet hanya memiliki satu pasang sepatu yang dipakainya untuk berangkat kuliah. Sebuah sepatu merk conver yang dibelinya waktu pertama masuk kuliah, sampai sekarang masih sepatu itu juga yang setia menemani kegiatan Julian Bernadet selama di kampus.
" Nyonya muda memang betul betul orang yang keren dan hebat. Dia hanya punya satu sepatu untuk di pakai ke kampus. Sepertinya Tuan Muda tidak salah memilih istri. Tetapi apa, Nyonya dan Tuan besar akan menerima Nyonya muda apa adanya di keluarga besar itu?" ujar pengawal yang sangat tahu bagaimana keadaan keluarga Tuan mudanya.
"Pasti sulit membawa Nyonya muda ke tengah tengah keluarga besar. Tuan Muda harus berjuang ekstra keras untuk melakukannya. Kalau tidak, maka Nyonya muda tidak akan pernah bisa masuk ke dalam keluarga besar itu. Sebuah keluarga yang masih menjunjung kasta dan kedudukan seseoang di dalam dunia bisnis. Keluarga yang katanya modern tetapi kenyataan masih kuno." lanjut pengawal yang sibuk dengan pemikiran yang ada di otaknya saat ini. Pengawal itu bukanlah orang jauh oleh keluarga suami Julian Bernadet. Pengawal itu bisa dikatakan sudah sangat lama hidup di tengah tengah keluarga suami Julian Bernadet. Makanya dia tahu semua hal tentang keluarga tersebut.
"Huf apa yang gue pikirin. Tugas gue hanya memastikan keamanan Nyonya Muda, tidak lebih tidak kurang" ujar Pengawal yang sadar dengan kesalahan pikiran yang telah dilakukannya sebentar ini. Dia tidak mau ikut campur dalam urusan keluarga besar itu. Seperti pesan kedua orang tuanya yang dulu bekerja untuk keluarga terpandang tersebut.
Pengawal kembali menatap ke depan. Dia melihat Julian Bernadet masih berada di depannya saat ini, berjalan dengan santainya, tanpa merasa takut dengan orang yang dari tadi mengikuti dirinya sejak dari kontrakan sampai di tengah jalan sepi seperti sekarang ini.
"Nyonya muda sangat santai sekali, padahal ada orang tak di kenal yang berjalan mengikutiya. Dia sama sekali tidak takut" ujar pengawal saat melihat Nyonya mudanya itu sama sekali tidak takut dengan kehadiran dirinya yang berjalan mengikuti Nyonya muda dari belakang.
Tiba tiba saat pengawal itu asik dengan pemikirannya sendiri, ponsel miliknya yang berada di dalam saku jas bagian dalam bergetar.
"Siapa pula yang nelpon pagi - pagi begini. Nggak tau dia apa, orang yang di telponnya lagi kerja" ujar pengawal mengomel sambil mengambil ponselnya dari dalam saku jas bagian dalam.
Dia terperangah saat melihat nama siapa yang muncul di layar ponsel miliknya. Pengawal sangat tidak percaya saat melihat siapa yang menghubunginya.
"Dasar bucin" ujar pengawal sebelum mengangkat panggilan itu.
"Tuan muda" ujar pengawal menyebut nama penelpon yang muncul di layar ponsel miliknya itu.
Pengawal kemudian mengangkat panggilan dari bosnya itu. Dia tidak mau menunda terlalu lama,karena dia tahu bagaimana marahnya Tuan muda saat seseorang mengangkat panggilannya dengan sangat lama. Apalagi sampai Tuan Muda di awab oleh wanita cantik di seberang sana. Maka tidak bisa dibayangkan bagaimana marahnya Tuan muda saat hal itu terjadi.
"Selamat pagi Tuan muda" sapa pengawal saat baru saja mengangkat panggilan dari Tuan Muda tersebut.
"Kamu dimana?? Kenapa lama sekali angkat panggilan dari saya?? Apa istri saya sudah sampai di kampus??" ujar Tuan Muda yang langsung saja memberikan pertanyaan berlipat lipat kepada pengawal yang di tugaskan untuk selalu menjaga keamanan dari istrinya, Julian Bernadet. Istri yang dinikahinya karena suatu hal.
Pengawal hanya bisa geleng geleng kepala mendengar pertanyaan yang seperti gelombang tsunami itu. Pertanyaan yang seperti tidak ada ujungnya saja. Mengalir seperti ombak pasang menerpa pantai.
"Saya sedang di jalan menuju kampus, mengiringi Nyonya Muda, Tuan Muda" kata pengawal menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tuan Muda kepada dirinya.
" Masih di jalan? Bukannya sudah setengah jam semenjak kamu mengirim pesan kepada Kelvin. Kenapa belum sampai? Apa istri saya, singgah di suatu tempat?" ujar Tuan Muda yang kaget saat mendengar kalau istrinya belum sampai di kampus padahal sudah berjalan selama setengah jam.
"Maafkan saya Tuan Muda. Nyonya Muda, berangkat ke kampus dengan berjalan kaki" jawab pengawal sambil menundukkan kepalanya.
Pengawal berbicara seperti sedang berhadapan langsung dengan Tuan Mudanya. Pengawal sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi Tuan mudanya saat ini. Saat mendengar istri tercintanya itu berjalan kaki menuju kampus yang memiliki jarak yang lumayan jauh dari kontrakan mereka tempati berdua.
"Apa kamu katakan? Istri saya berjalan kaki menuju kampusnya yang jauh itu?" ujar Tuan Muda menyuarakan apa yang ada dipikirannya kepada pengawal yang mengiringi istrinya itu setiap hari.
"Maaf Tuan Muda. Nyonya Muda memang berjalan kaki" jawab pengawal sekali lagi meyakinkan kepada Tuan muda,kalau istrinya memang berjalan kaki menuju kampus.
"Kenapa?" ujar Tuan Muda yang sangat kaget mendengar apa yang dilakukan oleh istrinya itu
"Sebelumnya saya mintak maaf Tuan Muda, saya sudah melakukan sesuatu tanpa izin dari Tuan Muda terlebih dahulu" ujar pengawal sambil tetap berjalan melihat ke arah Julian Bernadet yang sudah menyebrang untuk masuk ke dalam gerbang kampusnya.
"Ya ada apa? Masalah maaf memaafkan nanti saja. Sekarang katakan ada apa?" ujar Tuan Muda yang penasaran dengan apa yang telah dilakukan oleh pengawalnya, tanpa berdiskusi dengan dirinya terlebih dahulu.
"Sebelumnya saya mintak maaf Tuan Muda, saya sudah melakukan sesuatu tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Tuan Muda. Saya benar benar minta maaf kepada Tuan muda,atas kelancangan saya kali ini. Tapi saya rasa apa yang saya lakukan ini tidak lah melanggar semua aturan yang pernah kita buat berempat Tuan muda" ujar pengawal sambil tetap berjalan melihat ke arah Julian Bernadet yang sudah menyebrang untuk masuk ke dalam gerbang kampusnya. Pengawal juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Julian Bernadet. Dia akan mengawal Nyonya mudanya itu sampai pintu gerbang kampus sebelum beralih tugas kepada pengawal wanita yang juga sudah disiapkan untuk mengawal Nyonya muda selama di kampus.
Pengawal kemudian berbelok, saat melihat Julian Bernadet sudah diiringi oleh salah seorang pengawal wanita yang memang ditugaskan untuk mengawal Julian Bernadet di kampus dan tempat kerja paruh waktunya setelah selesai kuliah. Pengawal pria itu tidak mungkin mengiringi Julian, karena hal itu akan membuat orang menjadi curiga dengan Julian. Tuan Muda tidak mau bertaruh dengan hal itu. Makanya selain pengawal yang mengikuti Julian Benadet dari rumah, dia juga menaruh pengawal wanita yang berupa pura sebagai teman Julian. Hal itu dilakukan suami Julian untuk membuat Julian aman selama menjalani hari harinya. Pengawal kemudian berjalan munuju penjual makanan yang berada di depan kampus. Dia akan menunggu nyonya mudanya selesai kuliah di sana. Seperti kebiasaan yang dilakukan oleh dirinya selama ini, semenjak Tuan muda menikah dengan Julian Bernadet.
"Ya ada apa?" ujar Tuan muda.
"Masalah maaf memaafkan nanti saja. Sekarang katakan ada apa? Baru saya bisa memutukan, apakah saya memaafkan kamu atau tidak." ujar Tuan Muda yang penasaran dengan apa yang telah dilakukan oleh pengawalnya, tanpa berdiskusi dengan dirinya terlebih dahulu, sehingga membuat pengawal itu harus mengatakan meminta maaf sebelum dia mengatakan apa yang telah dilakukan oleh dirinya terhadap Julian Bernadet, istri tercintanya tersebut.
"Hal itu akan dilihat dari kesalahan yang kamu buat. Apa lagi tadi kamu sudah mengatakan kalau hal yang kamu buat ini tidak melanggar ketentuan yang sudah kita sepakati selama ini" lanjut Tuan muda yang masih mengingat semua keepakatan yang telah disepakati antara dirinya dengan tiga pengawal pribadi yang selama ini setia kepada Tuan muda itu.
"Saya dengan lancang menaruh alat penyadap di sepatu Nyonya Muda, tadi pagi Tuan Muda" ujar pengawal mengatakan apa yang telah dilakukannya kepada Nyonya muda mereka itu.
"Saya melakukan hal itu, karena saya dan Vina tidak akan bisa mengikuti Nyonya muda seratus persen.Makanya saya memasang alat penyadap di sepatu. Sedangkan nanti Vina juga akan memasang alat penyadap di ponsel Nyonya muda" lanjut pengawal mengatakan apa yang akan dilakukan oleh mereka selanjutnya kepada Tuan muda.
Tuan muda terdiam, dia tidak menyangka kalau pengawalnya akan memiliki pemikiran itu. Dia selama ini tidak terpikir untuk memasang alat penyadap di sepatu istrinya. Dia benar benar bangga dengan cara kerja pengawalnya itu.
"Tidak sia sia saya menaruh kamu untuk menjaga istri saya Felix. Kamu melakukan semuanya dengan sangat rapi. Saya tidak marah kamu memasang alat itu di sepatu istri saya" ujar Tuan muda menjawab permintaan maaf yang diajukan pengawal kepada dirinya.
"Terima kasih Tuan Muda. Sudah mau memaafkan saya atas kelancangan yang telah saya lakukan. Seharusnya saya meminta izin kepada Tuan Muda terlebih dahulu, sebelum melakukan hal itu" kata pengawal yang ternyata bernama Felix, Felix sangat bersyukur karena Tuan muda tidak marah sama sekali kepada dirinya akan kelancangan yang telah dilakukan oleh Felix.
Sebenarnya Felix adalah pengawal pribadi Tuan Muda. Tetapi semenjak Tuan Muda menikah dengan Julian Bernadet, Tuan Muda meminta Felix untuk menjaga istrinya. Dia kemudian memilih Kelvin untuk selanjutnya menjadi asisten sekaligus pengawal pribadinya. Hal itu disebabkan karena Felix dan Kelvin serta pengawal wanita yang bernama Vina, hanya mereka bertiga yang tahu akan pernikahan Tuan Muda dengan Julian Bernadet, makanya Tuan Muda mepercayakan keselamatan istrinya kepada Felix dan Vina.
"Jadi, apa yang menyebabkan istri cantik saya itu berjalan kaki menuju kampusnya yang berjarak lumayan jauh itu Felix?" ujar Tuan muda yang penasaran dengan alasan yang menyebabkan istrinya harus berjalan kaki ke kampus yang lumayan jauh itu.
"Tadi saya mendengar apa yang dikatakan oleh Nyonya Muda saat menyemangati dirinya untuk berjalan ke kampus Tuan Muda" jawab Felix yang memang mendengar apa yang dikatakan oleh Julian Bernadet saat dirinya memutuskan untuk berjalan kaki menuju kampus tempat dia akan kuliah.
"Apa?" ujar Tuan muda yang sudah tidak sabaran lagi mendengar alasan apa yang dijadikan oleh istrinya itu, saat dirinya memutuskan untuk berjalan kaki menuju kampus.
Felix terdiam sesaat, dia ingin tertawa mendengar nada tidak sabaran dari Tuan mudanya itu. Sudah lama sekali Felix tidak melihat Tuan mudanya bersikap seperti ini. Tuan muda yang selama ini dingin terhadap wanita, menjadi sangat sangat perhatian, saat sudah bertemu dengan wanita yang tepat. Felix tidak menyangka hal itu bisa terjadi.
"Tadi, Nyonya muda megatakan, kalau uang yang dimilikinya tinggal pas pasan." ujar Felix menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tuan muda kepada dirinya.
"Maksudnya Felix? Bisa lebih diperjelas lagi?" ujar Tuan Muda yang mendadak menjadi sedikit ogeb saat berhubungan dengan istri cantiknya itu.
'Tuan muda kenapa bisa jadi ogeb begini ya' ujar Felix di dalam hatinya, saat mendengar pertanyaan berikutnya yang diajukan oleh Tuan muda kepada dirinya, perihal alasan istri cantiknya itu.
"Maksudnya Tuan Muda. Nyonya muda hanya tinggal memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan hidup Tuan muda dan Nyonya muda menjelang Nyonya muda menerima gaji dari tempat dia bekerja. Hal ini membuat Nyonya muda memilih untuk berjalan kaki ke kampus" ujar Felix menerangkan kepada Tuan muda, alasan kenapa nyonya muda memilih untuk berjalan kaki ke kampus tanpa naik angkutan umum.
"Apa kamu katakan Felix???????" ujar Tuan muda dengan kaget dan berteriak.
Felix dengan spontan menjauhkan ponsel dari telinganya. Dia tidak mau gendang telinganya pecah karena teriakan Tuan muda yang mendengar apa yang dikatakan oleh Felix tentang Nyonya muda.
"Istri cantik aku itu memilih untuk berjalan kaki ke kampus karena ingin berhemat uang?" ujar tuan muda dengan nada tidak percaya dan kagum dengan apa yang dikatakan oleh Felix kepada dirinya sebentar ini.
"Serius Tuan muda, Nyonya muda memilih untuk berjalan karena tidak mau menghabiskan uang yang dimilikinya untuk membayar sewa angkutan umum. Makanya Nyonya muda memilih untuk berjalan kaki saja ke kampus. Itu yang saya dengar langsung Tuan muda" ujar Felix kembali meyakinkan Tuan mudanya, akan alasan yang dikatakan oleh Julian Bernadet saat memilih untuk berjalan kaki menuju kampus tempat dia menuntut ilmu guna menghadapi masa depan yang sampai sekarang Julian Bernadet tidak mengetahui ujungnya.
Tuan muda terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Felix. Dia tidak menyangka istri cantiknya akan melakukan hal itu.
"Makasi Felix atas informasinya. Lanjutkan pekerjaan kamu" ujar Tuan muda.
Tuan muda menutup panggilan telpon itu. Dia menatap lama layar ponselnya. Dia tidak menyangka kalau istrinya akan melakukan hal seperti itu. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh Felix akan dilakukan oleh seorang wanita yang cantik dan berpendidikan. Tuan muda benar benar langsung semakin jatuh cinta setengah mati kepada istrinya itu.
"Aku sangat bahagia memiliki kamu menjadi istriku" ujar Tuan muda dengan nada bangga dengan apa yang dilakukan oleh istrinya saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!