NovelToon NovelToon

SANG MAFIA HUKUM

SECTION 001

Kisah ini akan dimulai pada seorang pria dewasa bernama Christianto. Tepat di umurnya yang ke 35 dia mengundurkan diri dari sebuah firma hukum terbesar di Jakarta, dan menjadi seorang pengacara tunggal.

Dia menghabiskan hari-harinya untuk melayani klien yang menyewa jasa dan keahliannya dalam bidang hukum.

Menjadi pengacara tersohor selama 15 tahun, menjadikan Christ sebagai pengacara yang tak pernah kalah sekalipun, selama sidang yang dihadapinya.

Hal itu membuat Christ mendapatkan keuntungan besar dari uang yang didapatkannya dari para klien. Christ mendapatkan seratus juta rupiah, disetiap masalah yang berhasil diselesaikannya dengan baik.

Nominal yang sangat fantastis. Christ bahkan mendapatkan bayaran tinggi dua kali lipat lebih dari pengacara pada umumnya saat itu.

Hal itu membuat Christ dapat membeli semua hal yang diinginkannya. Rumah mewah di tengah kota, mobil sport yang gagah, dan kehidupan mewah yang dijalaninya saat itu.

Ditambah dengan statusnya yang masih seorang diri, Christ dapat menikmati semua kekayaannya itu sendirian. Dia tak memiliki seorang anak, istri, pacar, disaat semua orang yang seusianya telah menikah dan memiliki seorang anak.

Beberapa orang di dekatnya, bahkan pamannya sendiri menyuruh untuk Christ segera memacari seorang wanita, menikah dan punya anak, agar dia bisa hidup bahagia.

Akan tetapi, Christ hanya mengabaikan semua itu, karena dia memang belum menemukan wanita yang menurutnya cocok untuk dijadikan pasangannya.

Di suatu pagi yang cerah, di kediaman Christ. Di pagi itu, Christ sudah bersiap dan berpakaian rapi dengan setelan jas biru dongker dan kemeja berwarna putih, dan dasi hitam yang melingkar di lehernya.

Rumahnya tak hanya luas, tapi juga memiliki kemewahan dan kemegahan yang luar biasa. Memiliki 2 lantai dengan hiasan dan pajangan yang megah di setiap sudut rumahnya.

Dengan luas tanah sekitar 1.000 Meter persegi, atau satu hektar, rumah megah berdiri kokoh di atas tanah.

Di setiap sudut rumah dan luar rumah Christ, telah dilengkapi oleh beberapa kamera pengawas CCTV yang bisa dipantau melalui ponselnya.

Christ tinggal sendirian di rumahnya yang luas itu. Dia tak memiliki seorang pembantu rumah tangga ataupun satpam yang menjaga rumahnya.

Seluruh rumahnya telah dipenuhi sensor motorik. Jika ada seseorang yang masuk tanpa sepengetahuan Christ, maka alarm di rumah itu akan berbunyi dengan kencang, sehingga Christ tak memerlukan lagi satpam atau penjaga.

*BRUM!!!!

Christ menyalakan mobil untuk sekedar memanaskan mesin, sebelum dia pergi menggunakan mobil itu.

Mobil Porsche berwarna hitam mengkilap. Suara knalpot dan mesin bersatu mengeluarkan suara yang cukup gahar.

Mobil Porsche keluaran asli dari Jerman, memiliki desain eksterior yang cukup mewah, elegan dan sporty. Memiliki garis-garis tajam berwarna putih dan bentuk aerodinamis.

Bahan yang digunakan untuk konstruksi bodi mobil menggunakan alumunium atau baja ringan untuk mengurangi berat mobil, sehingga, mobil itu dapat melaju dengan kecepatan penuh.

Mesin yang digunakan oleh mobil Porsche, dikenal dengan mesin yang kuat dan bertenaga. Semua mesin itu dilengkapi dengan pendingin air maupun udara.

Kapasitas mesin Porsche sendiri juga bervariasi. Mulai dari empat silinder, delapan silinder dan bahkan mesin hybrid. Begitupun dengan mobil Porsche milik Christ yang memiliki delapan silinder.

Menggunakan transmisi manual dilengkapi dengan transmisi ganda dual clutch yang memberikan perpindahan gigi yang cepat dan halus. Sangat cocok untuk orang seperti Christ yang suka berkendara dengan kencang.

Tak hanya itu. Mobil Christ juga memiliki fitur lainnya, seperti fitur keselamatan dan kenyamanan.

Airbag, sistem pengereman canggih, kontrol stabilitas, untuk fitur keamanan. Untuk fitur kenyamanan, terdapat sistem infotainment canggih, sistem navigasi GPS, audio berkualitas tinggi dan kursi yang terbuat dari bahan kulit asli.

Christ juga sengaja memasang kaca anti peluru untuk mobilnya. Hal itu diperlukan untuk menghindari banyaknya tindakan kriminalitas yang terjadi di kota metropolitan.

Lima belas menit, waktu yang lebih dari cukup untuk memanaskan mesin mobil itu.

Christ segera memacu mobilnya dengan kencang. Melesat keluar dari halaman rumah menuju jalan raya.

Di pagi itu, jalan raya kota Jakarta tak cukup padat seperti biasanya. Mobil Christ dengan lincah menyalip dan melewati semua pengendara yang melintas di depan Christ.

Hari itu dia akan menemui kliennya yang sedang memiliki masalah dan terlibat dengan salah satu geng kelas teri yang ada.

*KRING!!! Ponsel Christ berdering.

“Dimana kau, Bos? Aku sudah berada di lokasi tempat klien mu berada. Para geng itu sudah memukul klien mu hingga babak belur.”

“Bersabarlah, Gun. Sebentar lagi aku akan sampai.”

Christ mematikan telepon, dan menginjak pedal gas sedalam-dalamnya, untuk menyelamatkan salah satu kliennya.

Dia adalah Guntur, orang yang menelpon Christ. Seorang pria yang direkrut Christ menjadi anak buah  sekaligus asistennya.

Guntur merupakan mantan kriminal yang mengabdikan dirinya pada Christ setelah Christ membantunya untuk menyelamatkan masalah yang dihadapi ibunya dulu.

Tak berselang lama, Christ telah sampai di sebuah gudang kosong yang cukup besar.

Di luar gudang itu, terlihat Guntur yang sedang berdiri dari balik tembok untuk mengintip keadaan di dalam.

CIITT!!!  Mobil berhenti tepat di depan gudang. Christ membuka jendela mobilnya.

“Akhirnya kau datang juga, Bos,” seru Guntur.

“Bagaimana keadaan di dalam?”

“Sangat kacau. Klien mu sepertinya dipukuli oleh para geng itu. Kau tak dengar teriakan itu?” Guntur menengok ke dalam.

“Masuklah!”

“Ya? Aku? Baiklah.” Guntur tergopoh-gopoh dan masuk ke dalam mobil Christ.

Christ kembali menyalakan mobilnya dan memasuki gudang itu. Melaju dengan kencang, berputar menabrak beberapa personil geng yang ada di dalamnya.

Beberapa orang dari geng itu ada yang tersungkur karena tertabrak, dan beberapa lainnya yang menghindar.

“Sial!”

“Siapa itu?”

“Apa-apaan ini?”

Semua anak orang geng itu saling bergunjing dan mendekati mobil Christ. Mereka semua memegang balok dan senjata tajam lainnya.

Di lantai gudang, terlihat seorang pria yang diikat dengan kondisi yang babak belur. Dia adalah salah satu klien Christ yang terlibat dengan geng itu karena berhasil menggugat di persidangan.

Christ keluar dari mobil dan merekam semua wajah personil geng itu satu persatu dengan ponselnya. Bertindak konyol dan tak memperdulikan para anggota geng yang sedang mengepungnya.

SECTION 002

“Menjauhlah, Teman-teman. Kalian harus tersenyum saat di kamera. Jangan menunjukkan wajah yang ketus. Bersikaplah sewajarnya.” Christ masih asyik merekam wajah anggota geng itu.

“Apa yang kalian lakukan? Cepat tangkap dia!” ucap ketua geng itu.

Dia adalah Roy. Ketua Geng sekaligus seorang pengusaha kaya raya yang memiliki masalah dengan klien Christ.

Semua anak buahnya saling menatap dan bersiap untuk menyerang Christ.

“Tunggu dulu!” Christ mengangkat tangan menghentikan beberapa anak buah geng yang mulai mendekat.

“Jika kalian menyentuhku, kalian akan menyesal. Sungguh, aku tak sedang bercanda.” Christ memasukkan ponselnya kembali ke dalam mobil.

“Gun, berikan surat itu padanya.”

Guntur mengeluarkan surat perintah dari sakunya, lalu memberikannya pada bos gangster itu.

“Aku adalah perwalian hukum dari pria yang sedang berdarah disini.” Christ berjalan mendekati pria yang terikat di lantai. “Astaga, lukanya cukup parah. Kalian bisa dipenjara atas kasus ini.”

“Dia seorang pengacara, Bos,” ucap salah satu anggota geng pada bosnya itu.

Roy merobek surat dan melemparkan sobekannya ke depan Christ. “Hahahaha. Kenapa pengacara tengil ini berani masuk kemari?”

“Hmmm. Aku hanya menjalankan tugasku, Kawan. Aku datang kemari untuk menyelesaikan masalah dengan salah satu klienku dengan jalur hukum,” jawab Christ santai.

“Hukum? Astaga, Sial! Hukum apa? Memangnya kau pikir ini pengadilan?”

Semua anak buah Roy tertawa. “Hajar dia!!”

“Eitss, tunggu sebentar!” Christ kembali mengangkat tangan sebelum semua geng menyerangnya. “Aku tahu ini akan sulit untuk berbincang dengan kalian, tapi kalian sangatlah berlebihan.” Christ tersenyum kecil.

Semua geng hanya diam dan menatap Christ dengan sinis.

“Baiklah, jika ini yang kalian inginkan. Mari kita lihat.” Christ memandang semua wajah anggota geng itu satu persatu. “Kau yang disana! Kemarilah lebih dulu!”

Salah satu anggota geng yang ditunjuk Christ berdiri di depan Christ dengan wajah bengis.

“Kemari? Kau bilang kemari?”

Belum sampai orang itu memukul Christ, Christ menghindar, berbalik, lalu menendang bokong pria itu hingga tersungkur. “Astaga. Kalian begitu lemah.”

“Apa yang kalian tunggu? Serang dia!!!” Roy mulai geram dengan kelakuan tengil Christ.

“Tunggu, semuanya!” Lagi-lagi Christ mengulur waktu saat semua anggota geng telah bersiap dengan senjata di tangannya masing-masing.

Dan bodohnya semua anggota geng itu menuruti perkataan Christ.

“Sepertinya kalian tidak tahu.” Christ melepaskan jas dan merenggangkan dasinya. “Ini adalah setelan Borrallo asli dari Italia. Aku tak ingin ini kusut. Mari kita mulai setelah aku melepas ini.”

Christ meletakkan jas itu ke atas mobilnya. “Baiklah, sudah. Mari kita mulai.”

Salah satu anggota geng yang paling dekat dengan Christ mengacungkan pisau ke lehernya.

“Dasar, Brengsek! Berani-beraninya kau.” Guntur dengan sigap langsung melindungi Christ.

Christ menahan Guntur, menyuruhnya mundur kembali.

“Kau akan mendapatkan hukuman setidaknya lima tahun penjara jika memegang pisau seperti ini.” SYUT! Dengan cepat Christ merebut pisau itu dan balik menodongkannya, lalu menjatuhkannya.

“Dan hukumanmu akan dikurangi menjadi dua tahun, jika kau menjatuhkan pisau itu. Hakim yang baik akan mengurangi hukumanmu.”

Semua anak buah geng itu terkesima melihat tangan Christ yang lincah memainkan pisau.

“Itu artinya, kau akan lolos lebih mudah daripada yang tidak pernah memegang senjata sama sekali.”

“Baiklah, mari kita bertarung!” ucap salah satu anak buah sudah tak memegang senjata lagi.

*BUKK!!! “DASAR BODOH!” Roy menendang anak buahnya sendiri hingga tersungkur. “Kau malah berlagak ingin melawannya dengan tangan kosong.”

“Gun, tunjukkan padanya.”

“Baik, Bos.” Guntur mengambil laptop dari dalam mobil dan menunjukkan sesuatu pada bos gangster itu.

“Hei, Berandal! Lihat ini!” Guntur menyeringai lebar.

Laptop itu menunjukkan semua penggelapan dana dan pengalihan pajak yang dilakukan oleh Roy.

“Lihat itu.” Christ mendekat menunjuk tabel di laptop. “Seperti yang kau lihat, ini adalah riwayat penghindaran pajak, penggelapan dana, dan pencucian uang semenjak perusahaanmu berdiri.

Dan dari bukti yang disini, kau akan dihukum sekitar tujuh sampai sepuluh tahun penjara. Jika ditambah dengan apa yang kau lakukan padaku dan pada klien ku ini, kau akan mendapatkan 15 tahun penjara, setidaknya.

Dan jika aku melaporkan penggelapan pajak ke Ditjen Pajak, kau mungkin akan dikenakan denda sebesar 2 milyar rupiah. Hal itu tidak sebanding dengan kerugian yang dihasilkan oleh klienku, yang kau siksa itu.

Kerugian finansial yang disebabkan oleh klienku atas perusahaanmu hanyalah 500 juta rupiah, itu jelas tidak sebanding dengan denda yang akan kau bayar.

Kau akan lebih rugi setidaknya 1,5 M jika aku melaporkan penggelapan dana yang kau lakukan, jadi, bukankah kau lebih baik melepaskan klienku?” Christ menyeringai lebar.

Bos gangster dan semua anak buahnya terdiam mendengar penjelasan Christ.

“Cukup, Gun. Kembalikan itu.”

Guntur kembali menutup laptop dan meletakkannya di dalam mobil.

“Lagi pula, uang yang kau hasilkan pun berasal dari bisnis yang ilegal dan cukup beresiko. Aku pun tidak yakin jika kau akan memberikan semua uang itu pada negara yang tidak melakukan apapun padamu?” lanjut Christ.

Roy menghela nafas panjang. Dia berpikir keras untuk mencari jalan keluar.

“Lantas, siapa yang bisa menjamin itu?” tanya Roy ketus.

“AKU BISA MENJAMINNYA!!” teriak seseorang yang baru datang ke gudang kosong itu.

Dia adalah Bagaskara, paman Christ yang telah merawatnya sejak kecil. Seorang Bos Mafia tersohor di kota Jakarta, bahkan di Indonesia,

Bagas berjalan dengan gagah. Saat itu dia menggunakan jaket blazer hitam tebal dan kaca mata hitam. Sekitar 20 orang tukang pukul berjalan tegap di belakang Bagas, mengawalnya ke gudang itu.

Tak hanya itu. sepuluh mobil sedan memasuki gudang. Setiap mobil itu berisi 4 orang tukang pukul, yang semuanya adalah anak buah Bagas.

Christ tersenyum lebar karena mendapat bantuan dari pamannya. Sebelum Christ datang ke tempat itu, dia sempat menghubungi paman nya untuk meminta bantuan.

Christ sadar dia tak mungkin menang melawan satui kelompok geng itu hanya bersama Guntur.

Roy dan semua anak buahnya langsung menunduk memberi hormat pada Bagas.

Sekelompok gangster kecil itu bahkan bukan tandingan Bagas yang mempunyai anak buah di setiap penjuru kota yang tersebar di Indonesia.

“Paman, Bagas!” sapa Christ tersenyum.

Semua anggota gangster menyingkir memberikan jalan kepada Bagas dan tukang pukul yang mengawalnya.

“Paman?” Roy terkejut saat mendengar Christ memanggil Bagas dengan paman.

“Apa kau juga terlibat dalam hal ini, Pak?” tanya Roy pada Bagas.

“Ya, begitulah.” Bagas mengeluarkan cerutu. Salah satu tukang pukulnya langsung sigap mengeluarkan korek dan menyalakan cerutu milik Bagas.

“Kudengar, ada seorang karyawan akuntan hebat yang hebat sedang mencari pekerjaan baru.” Bagas melihat klien Christ yang terikat dengan kondisi babak belur.

“Aku hanya ingin merekrut dia sebagai salah satu staf keuangan ku, dan aku juga yang telah memperkenalkan dia pada pengacara hebat ini, jadi, aku jelas berkaitan dengan hal ini.” Bagas menyeringai lebar.

SECTION 003

Roy dan semua anak buahnya tertunduk mendengar itu. Mereka semua tak bisa dan bahkan tak akan mungkin melawan bos mafia terbesar di negara itu.

Dengan berat hati, Roy menyuruh anak buahnya untuk melepaskan klien Christ, lalu pergi meninggalkan gudang itu.

Guntur membantu klien Christ untuk berdiri.

Satu masalah terselesaikan. Si Bos gangster bersama anak buahnya akhirnya pergi dan merelakan uangnya yang hilang.

Christ dan Bagas tersenyum lebar. Mereka saling mendapatkan keuntungan dari itu. Christ mendapat upah dari kliennya, sedangkan Bagas mendapatkan seorang akuntan baru yang akan bekerja mengatur keuangan bisnisnya.

Mereka berdua bersalaman, lalu pergi meninggalkan gudang itu.

***

Di sebuah pengadilan tinggi kota Jakarta suatu hari. Beberapa kursi dan meja telah didesain secara formal. Mulai dari tempat duduk, Hakim, Jaksa, Pengacara, dan para penonton yang datang di hari itu.

Para hakim dan jaksa telah menggunakan jubah resmi berwarna hitam, dan melaksanakan dengan hikmat.

Saksi, terdakwa, pengacara pembela terdakwa, dan juga pengacara oposisi saling berdebat mengeluarkan argumennya masing-masing.

Salah satu terdakwa adalah seorang wanita ibu rumah tangga. Dia digugat atas pembunuhan yang dilakukan pada suaminya sendiri.

Seorang wanita cantik bernama Yuli, dia menjadi pengacara sekaligus wali hukum dari terdakwa.

Yuli adalah seorang pengacara junior yang baru bergabung dengan firma hukum yang dimiliki pengadilan tertinggi setempat.

“Berikut putusannya!” Setelah sekian menit para hakim berpikir, akhirnya sampailah di puncak keputusan tertinggi untuk terdakwa. Hakim utama dengan gagah membacakan keputusan itu.

“Meskipun terdakwa melindungi dirinya dan anaknya dari KDRT yang dilakukan oleh suaminya, namun, perbuatan terdakwa sudah melewati batas pertahanan diri.

Apa yang telah diperbuat tidak bisa dibenarkan, dan itu tidak bisa dianggap sebagai pembelaan diri. Dengan ini, Majelis Hakim menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara pada Terdakwa.” DOK DOK DOK

Hakim telah mengetuk palu. Pertanda keputusan itu sudah tidak bisa diganggu gugat.

Semua penonton langsung pergi begitu mendengar keputusan Sang Hakim. Beberapa kecewa, dan beberapa yang tak menghiraukan hal itu.

Petugas pengadilan langsung membawa Terdakwa untuk segera ditahan.

“Nona Yuli, kenapa begini? Tolong aku Nona.” Terdakwa meronta-ronta, dan meminta bantuan kepada pengacara yang membelanya.

Saat itu Yuli tak bisa melakukan apapun. Dia sebenarnya sama sekali tak setuju dengan hukuman yang diberikan Hakim pada Terdakwa.

Yuli mengalami kekalahan telak di sidang pertama kalinya. Dia tak bisa membuat seseorang yang dibelanya menghindari hukuman, ataupun mengurangi hukuman itu.

Yuli hanya menatap Terdakwa dengan iba dan meminta maaf sebanyak-banyaknya.

Sebelum Hakim utama meninggalkan pengadilan, Yuli berdiri dan menghampiri Hakim itu.

“Yang Mulia Hakim! Anda memberikan tuntutan selama 20 tahun, bukankah itu lebih panjang dari tuntutan Jaksa?” seru Yuli tak terima.

“Beraninya kau mempertanyakan keputusan itu.” Hakim geram menatap Yuli di depanya.

“Terdakwa diperlakukan tidak adil selama 10 tahun berumah tangga. Suaminya selalu memukul dan menindas, bahkan pada anaknya yang masih kecil.”

“Meski begitu, apa itu membenarkan jika dia membunuh suaminya?” tanya Hakim ketus. Kau membuatku kesal, Yuli. Sudahlah, kau harus  cepat bergegas kembali ke kantor. Masih banyak masalah yang akan kita bahas.”

“Tidak, Yang Mulia Hakim!” Yuli masih tak terima. Suaminya pernah menendang Terdakwa hingga mengalami retak pada tulangnya.  Dia juga dipukul pakai ikat pinggang, sapu, dan masih banyak lagi.”

Hakim mendengus. “Memang dia pantas untuk mendapatkan itu. Apa-apaan kau ini?”

“Terdakwa bahkan juga ditikam di beberapa kali. Itu terjadi karena dia harus melindungi dirinya sendiri. Apa kau tak mengerti itu?”

“Hahahaha. Apa kau membelanya karena kau juga seorang wanita? Hah?” Sang Hakim malah mendorong pundak Yuli hingga meja penonton.

“Karena seorang pengacara wanita sepertimu tidak akan pernah berhasil di pengadilan. Kau hanya akan membuat pengadilan menjadi wangi riasan make up dan parfum mu yang menyengat itu.”

Sang Hakim berbalik pergi meninggalkan Yuli.

“Tidak. Bukan karena aku seorang wanita!” tegas Yuli. “Tapi andalah yang bersalah dalam memberi keputusan dalam kasus ini.”

Sang Hakim menghentikan langkahnya dan, “Kau dan aku jelas berbeda. Keputusan yang kubuat merupakan keputusan Tuhan yang harus……”

BUK BAK BUK!!!!

Saking geramnya, Yuli malah memukul mulut dan Hakim tua itu berkali-kali. Sang Hakim pun tersungkur jatuh.

“Sial! Berani-beraninya kau!”

“Hanya karena anda Hakim Utama, bukan berarti anda bisa melakukan sesuka hati! Aku yakin tuhan akan memberikanmu balasan yang setimpal dengan semua perbuatanmu. CAMKAN ITU!”

Yuli membentak dan memaki Sang Hakim yang masih meringkuk di lantai pengadilan.

Beberapa petugas pengadilan langsung membawa Yuli keluar dari ruangan itu.

Tanpa Yuli sadari, ternyata Christ sedari tadi hadir dan menyaksikan pengadilan itu. Dia melihat semua yang dilakukan Yuli kepada Sang Hakim, hanya untuk membela kliennya.

Sejak saat itulah muncul rasa dalam hati Christ pada Yuli. Christ menyeringai lebar saat melihat Yuli yang masih memberontak saat beberapa petugas pengadilan menyeretnya keluar.

Dan mulai detik itulah. Firma hukum pengadilan mencabut kuasa Yuli sebagai pengacara di firma hukum tertinggi itu.

Sama sekali Yuli tak menunjukkan rasa penyesalan, atas dipecatnya dari firma hukum itu.

Yuli melangkahkan kakinya perlahan, menuruni tangga pengadilan. Sejenak dia berhenti di depan patung lady justice, dan berbicara pada patung itu.

“Aku ingin hidup adil sepertimu. Akan tetapi, hal itu sangatlah mustahil di Negara ini.”

Yuli menghela nafas panjang, lalu berjalan pergi meninggalkan gedung pengadilan tertinggi.

Setelah Yuli berlalu, muncullah Christ dari balik tembok dan berjalan ke patung itu.

Dari kejauhan, Christ memandang Yuli yang berjalan pergi menjauh dan menghilang dari pandangannya.

Christ berbalik dan menatap patung keadilan di depannya.

“Keadilan? Hanya tuhan lah yang mampu mengadili semua umat manusia,” gumam Christ dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!