“Ayo Mas Bram, do it more!”
“As you wish, baby!
Terdengar ceracauan sepasang manusia yang sedang bercinta di dalam kamarnya membuat Reyna yang baru saja pulang dari fisioterapi langsung membuka pintu kamarnya.
Betapa terkejutnya Reyna saat melihat suaminya tengah bersama dengan wanita lain dan tidak mengenakan sehelai kain pun yang menutupi tubuh mereka.
“Mas Bram!” teriak Reyna dengan mata yang berkaca-kaca.
“Apa yang sedang kau lakukan! Siapa wanita ini?” bentak Reyna yang sudah tidak kuat lagi menahan deraian air matanya.
Wajah Reyna seketika basah dengan air matanya yang jatuh karena melihat suaminya bercinta dengan wanita lain.
Tidak hanya Reyna yang terkejut, Mawar dan juga Bram yang hampir sampai di puncak permainan mereka pun turut terkejut dengan kedatangan Reyna yang tiba-tiba.
Bram tahu jika saat ini istrinya tengah fisioterapi bersama dengan sopir pribadinya. Biasanya Reyna tidak pulang secepat itu, makanya dia berani membawa Mawar untuk bercinta di rumahnya seperti biasanya.
Sayangnya kali ini keberuntungan tidak berpihak sepenuhnya pada mereka berdua. Reyna pulang lebih awal dari biasanya.
Mawar pun cepat-cepat menutupi tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Bram langsung memakai boxernya begitu saja dan mendekati istrinya.
“Sayang, aku mohon jangan menangis! Ini tidak seperti yang kau pikirkan!” ucap Bram.
“Apa maksudmu tidak seperti yang aku pikirkan?” sarkas Reyna mulai menggila.
Ia menjauh dari Bram dan mendekati tempat tidurnya. “Hei pelacur jalanan! Cepat keluar dari kamarku!” gertak Reina sambil menyibakkan selimutnya yang kini digunakan Mawar untuk menutupi tubuhnya.
Tangan Reyna terulur untuk menarik tangan Mawar, namun Mawar langsung memanggil nama Bram dan meminta pertolongan darinya.
“Mas Bram, tolong aku, Mas!” pinta Mawar dan Bram pun langsung memeluk tubuh Reyna dari belakang.
“Mawar, cepat pakai pakaianmu dan tunggu aku di ruang tamu!” titah Bram yang langsung dituruti oleh Mawar.
Sedangkan dengan geram Reyna pun langsung berbalik dan menampar pipi suaminya sekuat tenaga.
“Kamu tega, Mas! Kenapa kamu selingkuh dan menodai pernikahan kita?!” cecar Reyna yang keadaannya sudah tidak karuan.
Bram hanya diam tidak menjawab pertanyaan Reyna dan tentunya membuat Reyna semakin naik pitam dibuatnya.
“Jawab aku, Mas!” teriak Reyna membuat suaranya terdengar sampai di ruang tamu karena saat ini kamarnya masih terbuka lebar.
“Aku pria normal, Reyna! Aku butuh untuk melampiaskan hasratku selama ini. Sedangkan kamu sendiri masih dalam masa pemulihan dan tidak mungkin aku melakukannya denganmu.”
Penjelasan Bram kali ini membuat kaki Reyna langsung terasa begitu lemas. Ia langsung terjatuh di tepi tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya.
Bram yang tidak tega pun langsung memeluk istrinya.
“Aku melakukan ini karena aku sayang sama kamu, Reyna.”
Reyna langsung mendorong tubuh Bram untuk menjauh darinya. Kali ini ia benar-benar merasa sangat tidak berguna menjadi seorang istri untuk seorang Bramantyo Adijaya.
Penyakit stroke yang dideritanya sejak 6 bulan belakangan ini membuatnya tidak bisa melayani suaminya sama sekali. Bahkan dirinya lah yang selama ini menggantungkan hidupnya pada Bram.
Segala urusan tentang dirinya diurus dengan baik oleh Bram mulai dari membersihkan dirinya, mengganti pakaiannya, bahkan makan pun juga disuapi oleh Bram.
Sejak Reyna terjatuh dari tangga dan menyebabkan separuh tubuhnya mati rasa dan ia mengalami kesulitan bicara, Bram sepenuh hati merawatnya dengan baik.
Perhatian Bram pun membuahkan hasil yang sangat baik untuk Reyna. Tiga bulan kemudian, Reyna mulai bisa berbicara dengan baik dan menggerakkan tubuhnya yang mati rasa dengan perlahan.
Dan kini ia tinggal melanjutkan fisioterapi agar ia tidak tertatih-tatih lagi saat berjalan karena satu bulan terakhir ini Reyna sudah bisa lepas dari kursi rodanya.
Sayangnya, kini Reyna harus menelan pil kekecewaan saat melihat suaminya bercinta dengan wanita lain.
“Urus saja wanitamu itu dan tinggalkan aku sendiri di sini!”
“Tapi Reyna, aku ...”
“Pergi dari sini!” teriak Reyna yang kemudian langsung tidak sadarkan diri.
Melihat istrinya pingsan, membuat Bram sangat panik. Ia pun langsung memakai pakaiannya dan bergegas membawa Reyna ke rumah sakit.
Sedangkan Mawar melihat Bram menggendong istrinya menuruni anak tangga pun buru-buru mendekat.
“Reyna kenapa Mas?” tanya Mawar.
“Ia langsung tidak sadarkan diri setelah marah-marah tadi!”
“Mawar, maafkan aku, kali ini aku tidak bisa mengantarkanmu pulang!” ucap Bram yang kemudian memanggil Glen, sopir pribadi Reyna untuk bergegas mengantar mereka ke rumah sakit.
Mawar pun tersenyum smirk melihat Reyna yang tidak berdaya itu dibawa ke rumah sakit.
“Reyna... Reyna...”
“Sungguh malang nasibmu! Menikah di usia muda dan langsung terkena stroke tepat satu tahun usia pernikahanmu.”
“Ternyata anak sultan tidak selamanya hidup bahagia. Buktinya Reyna justru hidup dengan kondisi penyakitan dan sangat menyusahkan suaminya.”
“Lihat saja, sebentar lagi aku pastikan kau akan meregang nyawa, Reyna. Dan setelah itu suamimu akan menjadi milikku sepenuhnya.”
“Dasar!”
“Cantik, cantik tapi penyakitan!”
Mawar pun langsung meninggalkan rumah Reyna dengan gayanya yang angkuh. Sedangkan pembantu rumah tangga Reyna hanya bisa melihatnya dengan tatapan kesal.
“Ck, kurang ajar!” umpat Mbok Darmi yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk membela Nona mudanya.
Selama ini Mbok Darmi mengetahui perselingkuhan Bram dengan Mawar sejak sebulan pernikahan Reyna.
Namun Mbok Darmi diminta untuk tutup mulut oleh Bram dengan ancaman tidak akan memberikan gaji kepada Mbok Darmi jika ia membocorkan rahasia tersebut.
Bahkan Mbok Darmi juga sangat tahu jika Mawar adalah orang yang menyebabkan Reyna terpeleset dan terjatuh di tangga.
Selama ini, Mbok Darmi menyimpan semua informasi yang ia ketahui dengan rapat dan tentunya justru membuat Mawar dan juga Bram semakin semena-mena terhadapnya.
🍄🍄🍄
Pengenalan Tokoh
🍄 Reyna Hirata (24 tahun) Wakil CEO Hirata Group (Perusahaan Pembuatan Obat Terbesar)
Cantik, pandai, memiliki riwayat keturunan penyakit hipertensi. Dijodohkan oleh Bramantyo Adijaya, Kepala Manager kepercayaan papanya saat ia berusia 23 tahun dan sampai saat ini belum dikaruniai anak.
🍄 Glen Ainsley (26 tahun) Mahasiswa S2 yang diminta oleh Pak Hirata untuk bekerja sebagai sopir pribadi Reyna.
Tampan, cool, sangat perhatian dengan Reyna dan diam-diam jatuh cinta dengan Reyna sejak pandangan pertama.
🍄 Bramantyo Adijaya (31 tahun) Kepala Manager di Kantor Hirata Group.
Tampan, namun tidak bisa berhubungan dengan 1 wanita saja. Bersedia menikahi putri CEO Hirata Group dengan alasan Reyna sangat cantik dan kaya raya.
🍄 Mawar Anjani (29 tahun) kekasih Bram yang masih menjalin hubungan dengan Bram meski sudah menikah dengan Reyna.
Mawar rela menjadi simpanan bahkan istri kedua Bram asalkan hidupnya bergelimang harta.
🍄🍄🍄
Hai semuanyaaa. Mohon dukungannya yaa untuk novel baru Author kali ini.
Satu tahun yang lalu, di Perusahaan Hirata Group.
Reyna Hirata yang baru saja pulang dari studi Magisternya di Australia langsung diangkat oleh papanya sebagai Wakil CEO Hirata Group yang nantinya akan menggantikan papanya memimpin perusahaan.
Ia pun dikenalkan kepada Kepala Manager kepercayaan papanya, Bramantyo Aditya yang kemudian diminta untuk membantu Reyna mempelajari seluk beluk perusahaan.
Bram langsung terpesona saat bertemu dengan Reyna untuk pertama kalinya. Dan saat Pak Hirata meminta Bram untuk melamar putrinya, dengan penuh antusias Bram menerima tawaran tersebut tanpa perlu berpikir panjang lagi. Padahal saat itu ia sudah memiliki seorang kekasih yang bernama Mawar Anjani.
Mendengar kekasihnya akan menikahi putri kesayangan dari atasannya membuat Mawar naik pitam dan tidak terima. Ia pun langsung memberi ancaman kepada Bram untuk membeberkan hubungan mereka berdua yang sudah seperti suami istri meski keduanya belum menikah.
“Aku akan memperlihatkan semua foto kemesraan kita kepada Pak Hirata agar dia tidak jadi menikahkan putrinya denganmu, Mas Bram!” ancam Mawar membuat Bram langsung kelimpungan.
Jauh di dalam lubuk hati Bram saat itu, ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Mawar dan menikahi Reyna yang sangat cantik dan juga kaya raya. Namun ia takut jika Mawar membuka kartunya di depan Pak Hirata dan membuatnya gagal menikah dengan Reyna.
“Jangan sayang! Aku mohon jangan lakukan itu!” pinta Bram mengiba.
“Kalau begitu, jangan terima tawaran dari Pak Hirata untuk menikahi putrinya!”
“Jangan bodoh Mawar sayang! Aku menikahi putrinya juga demi masa depan kita berdua! Apa kau tidak menginginkan menjadi seorang CEO kaya raya?” tanya Bram membuat Mawar langsung berfikir apa yang sedang dimaksud dengan kekasihnya itu.
“Jadi, kau menerima tawaran Pak Hirata untuk merebut perusahaannya?” tanya Mawar membuat kesimpulan dan langsung diangguki kepala oleh Bram.
“Tentu saja! Kalau tidak seperti ini, bagaimana kita bisa hidup kaya raya, sayang? Kau tahu bukan jika aku bukanlah keturunan dari konglomerat?”
“Dan sekarang adalah kesempatan emas yang tidak boleh aku lwatkan sedikit pun!” jelas Bram membuat Mawar akhirnya luluh dan memperbolehkan kekasihnya menikahi wanita lain.
“Baiklah, aku memperbolehkanmu menikahi Reyna. Tetapi bagaimana jika aku merindukanmu, membutuhkan belaianmu, dan sangat ingin dimanjakan olehmu, Mas?” tanya Mawar.
“Bagaimana jika aku merasa cemburu melihat kalian berdua bermesraan?”
“Bagaimana jika kecemburuanku justru akan membuatku melabrak Reyna dan menganggapnya sudah merebutmu dari sisiku?”
Bram membuat nafasnya kasar. “Aku akan membagi waktuku untuk kalian berdua!”
“Cih, aku tidak yakin kau bisa memberikan waktumu untukku setelah menikah dengan anak konglomerat itu! Kalian akan terus bersama sepanjang waktu bukan?”
“Di kantor, kalian akan terus bersama karena Reyna butuh banyak informasi darimu. Apalagi saat kalian berada di rumah. Aku yakin kau tidak pernah ada lagi waktu untukku!” cerocos Mawar membuat Bram semakin bingung harus bagaimana.
Keduanya terdiam cukup lama sampai tiba-tiba Bram memiliki ide cemerlang dan langsung ia sampaikan kepada Mawar. “Begini saja, Mawar! Aku akan mempekerjakanmu sebagai asisten managerku di Kantor. Dengan begitu, aku masih bisa memberikan perhatianku padamu ketika di Kantor.”
“Sedangkan Reyna, akan aku berikan sedikit waktu untuk bersama denganku karena ia sendiri memang harus fokus menyelesaikan apa yang akan menjadi tugasnya!”
Tawaran Bram kali ini langsung disetujui oleh Mawar dan keduanya sepakat untuk meneruskan hubungan mereka meski sudah menikah. Meski sudah bekerja menjadi asisten manager Bram, Reyna sama sekali tidak pernah bertemu dengan Mawar sekali pun saat di kantor karena ia sudah sibuk dengan tumpukan berkas di ruangannya dan juga jadawl meeting yang padat.
Sebulan setelah pernikahan Bram dan juga Reyna, Mawar merasakan kecemburuann yang besar karena Bram tidak pernah menyentuhnya sama sekali setelah menikah dengan Reyna. Berbagai alasan selalu ia dengar dari mulut Bram saat ia meminta Bram untuk melayaninya.
Hingga suatu hari saat Reyna dan juga papanya harus meeting ke luar kota untuk menandatangi project besar, Mawar memberanikan dirinya mendatangi Bram di rumah Reyna.
“Aku sudah sebulan lebih kau acuhkan, Mas Bram! Mana janjimu yang akan membagi waktu untukku juga? Kau bahkan lebih memperhatikan Reyna dari pada aku!” sarkas Mawar yang kini sudah berada di dalam rumah Reyna.
“Beri aku waktu untuk beradaptasi, Mawar! Aku masih harus mencari celah agar hubungan kita tidak tercium oleh Reyna!” jelas Bram.
“Bohong! Kau bukan sedang beradaptasi dengannya, tapi kau tampak begitu menikmati pernikahan kalian berdua. Katakan padaku, lebih lihai siapa antara aku dengan Reyna dalam melayanimu di atas tempat tidur?” tanya Mawar yang begitu meledak-ledak.
Bram terdiam sesaat. Ia mengakui jika Mawar bisa memberikan service dengan berbagai macam gaya dibandingkan dengan Reyna. Namun saat pertama kalinya ia melakukan dengan Reyna, ia justru merasakan kenikmatan yang tiada tara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya dengan wanita manapun yang pernah tidur dengannya.
“Reyna dan kamu sangat jauh berbeda, Mawar! Kalian berdua tidak bisa dibandingkan!” jawab Bram membuat Mawar semakin kesal.
Perdebatan mereka di ruang tamu pun tanpa sengaja didengar dan direkam oleh Mbok Darmi, pembantu kepercayaan keluarga Hirata yang merawat Reyna sejak kecil. Keberadaan Mbok Darmi yang tengah merekam perbincangan mereka berdua pun langsung tertangkap oleh Bram.
“Tunggu di sini, Mawar! Aku harus membereskan sesuatu!”
Bram langsung melangkahkan kakinya menuju ke Mbok Darmi. Mbok Darmi pun cepat-cepat berbalik dan menyimpan ponselnya. sayangnya ia tidak bergerak dengan cepat. Ponsel Mbok Darmi pun langsung direbut oleh Bram dan dibanting sampai rusak parah.
“Jika Mbok Darmi berani ikut campus dengan urusanku, maka bukan hanya ponselmu saja yang aku hancurkan! Tapi seluruh keluarga Mbok Darmi yang ada di kampung juga akan saya hancurkan!” ancam Bram.
“Tidak hanya itu! Aku juga tidak akan memberikan gaji sepeser pun jika Mobokk Darmi berani mengadukan ini kepada Reyna atau keluarga besar Pak Hirata!”
“Am-ampun Tuan! Ampuni saya! Saya berjanji tidak akan menceritakan semua ini kepada Non Reyna!”
“Bagus! Jaga rahasia ini rapat-rapat!”
“Ba-baik Tuan!”
Bram pun tersenyum kemudian berbalik dan mendekati Mawar yang masih ada di ruang tamu.
‘Dari pada aku menganggurkan Mawar dengan berdebat panjang, lebih baik aku mengajaknya bermain di kamar!’ gumam Bram dalam hati.
“Sekali lagi maafkan aku, sayang!” Bram meneluk Mawar dan mulai menciumnya dengan mesra.
“Bagaimana jika kali ini aku mengobati kerinduan dan juga rasa cemburumu di kamarku?” tawar Bram yang langsung dijawab dengan anggukan kepala.
Mawar pun langsung melingkarkan tangannya di leher Bram, kemudian Bram menggendongnya ala koala dan membawanya menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan Reyna. Permainan panas mereka pun terjadi.
Sedangkan Mbok Darmi hanya bisa menangis meratapi kebodohannya yang tidak bisa melakukan apa-apa melihat kegilaan mereka berdua.
Sepulang dari luar kota, Reyna membawa pulang sopir baru pilihan papanya dan membuat Bram merasa sangat cemburu. Sopir Reyna kali ini jauh lebih tampan darinya. Tidak hanya itu, sopir pribadi Reyna kali ini juga diminta untuk menjadi asisten pribadi saat Reyna harus meeting keluar kota.
“Hai Mas Bram, apa kabar?” sapa Reyna saat pulang meeting dari luar kota.
“Aku baik, sayang. Siapa ini?” tanya Bram sambil menunjuk ke arah lelaki yang berdiri di belakang Reyna.
“Oh, kenalkan dia Glen, sopir pribadi sekaligus asisten pribadi aku yang dipilih oleh papa. Jadi kamu bisa fokus terhadap tugasmu di kantor, Mas!” jelas Reyna membuat Bram sedikit kesal mendengarnya.
‘Apa-apaan ini Pak Hirata? Aku pikir dia akan memberikan mandat untukku agar terus mendampingi Reyna memimpin perusahaan dan nantinya juga akan mengangkatku sebagai CEO.’
‘Kenapa dia malah memberikan Reyna sopir yang sekaligus menjabat sebagai asisten, dan memintaku agar fokus pada pekerjaanku sebagai kepala manager perusahaan?’
‘Sial! Langkahku untuk menguasai perusahaan Hirata Group justru semakin jauh dan panjang jika seperti ini!’ gumam Bram dalam hati.
“Mas Bram!” panggil Reyna membuyarkan lamunan Bram. “Apa Mas Bram tidak mau berkenalan dengan Glen?”
Glen mengulurkan tangannya ke arah Bram. “Saya Glen, Pak!”
“Bram!” jawab Bram sambil membalas uluran tangan Glen dengan singkat.
“Sayang, apa aku boleh mengobrol dengan Glen?” tanya Bram kemudian kepada Reyna.
“Tentu saja! Aku justru merasa sangat senang jika kalian berdua bisa saling akrab!” balas Reyna yang kemudian melangkahkan kakinya untuk ke kamarnya.
Bram pun langsung mengajak Glen untuk berbincang di teras rumah.
“Ceritakan tentang dirimu, Glen! Aku harus tahu secara detail, siapa lelaki yang bekerja dengan istriku!” pinta Bram.
“Saya hanya mahasiswa S2 yang diminta oleh Pak Hirata untuk menjadi sopir pribadi Non Reyna, Pak Bram! Kebetulan saya sedang melakukan penelitian di perusahaan Pak Hirata untuk bahan tesis saya!” jelas Glen.
“Berapa usiamu?”
“Dua puluh enam tahun, pak!”
“Sudah punya kekasih?”
Pertanyaan Bram kali ini langsung dijawab oleh Glen dengan gelengan kepalanya. “Belum pak! Saya masih harus fokus dengan misi saya!”
“Oke, kalo begitu fokuslah bekerja dan jangan pernah tergoda dengan istri saya!” tegas Bram.
“Siap pak!”
Bram pun kemudian berdiri dan masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Glen kini menyandarkan tubuhnya di kursi teras.
“Oh My God!” Glen mengusap wajahnya kasar. “Kali ini aku benar-benar sudah gila karena jatuh cinta dengan wanita yang sudah bersuami!”
“Bahkan aku sampai rela untuk mengaku sebagai mahasiswa S2 yang sedang melakukan penelitian di perusahaan Hirata.”
Glen Ainsley, adalah dosen sekaligus pemilik Universitas Swasta Indonesia yang baru saja menyelesaikan gelar doktornya di Jerman. Saat tiba di bandara, ia langsung terpesona dengan kecantikan Reyna yang juga sedang menunggu jemputan di dekat pintu kedatangan.
Sayangnya saat Glen hendak berkenalan dengan Reyna, ia sudah dijemput oleh papanya. Sejak saat itu, Glen terus saja mencari informasi tentang Reyna. Satu bulan kemudian, Glen bertemu dengan pak Hirata di sebuah acara besar di kampusnya.
Akhirnya Glen memutuskan untuk menyamar menjadi mahasiswa S2 yang ingin melakukan penelitian di perusahaan Hirata Group. Permintaan Glen diterima. Sayangnya saat ia bertemu dengan Reyna untuk kedua kalinya, Glen harus menelan pil kekecewaan karena Reyna ternyata telah menikah.
Glen sebenarnya sudah ingin mundur dari awal mengetahui Reyna sudah menikah dengan Bram. Namun saat ia mengetahui Bram memiliki asisten pribadi yang tidak diketahui oleh Reyna, Glen menjadi curiga dan bertekad untuk mencari tahu siapa Mawar sebenarnya.
“Apa?! Jadi Mawar itu selingkuhannya Pak Bram?” tanya Glen terkejut saat mendapatkan informasi dari Mbok Darmi.
“Sssttt!”
“Jangan keras-keras ngomongnya! Nanti Pak Bram tau!” ucap Mbok Darmi.
Mbok Darmi pun akhirnya menceritakan ancaman Pak Bram yang ditujukan kepadanya jika tidak menjaga rahasia. Glen pun semakin geram mendengarnya.
‘Kali ini aku harus menguak kebusukan Bram di depan Reyna!’ tekad Glen dalam hati. ‘Aku tidak rela jika wanita yang aku cintai justru tenggelam mencintai pria yang salah seperti Bram!’
Namun beberapa bulan berlalu, Glen masih saja belum bisa mengumpulkan bukti perselingkuhan Bram dengan Mawar sampai akhirnya Reyna terjatuh dari tangga dan mengalami stroke di usia yang sangat muda.
Hal ini membuat Glen hanya bisa bertemu dengan Reyna jika dibutuhkan saat mengantar ke rumah sakit untuk terapi. Sedangkan hari-hari biasanya, Reyna dirawat secra khusus oleh seorang perawat dan juga suaminya sendiri.
🍄🍄🍄
Di rumah sakit, Reyna langsung ditangani oleh Dokter andalan Reyna. Sedangkan Glen dan juga Bram kini menunggu di luar ruangan. Glen memandangi Bram dengan tatapan jijik.
“Aku tahu apa yang sedang ada dalam pikiranmu, Glen! Kau pasti akan meremehkan aku yang sudah berselingkuh di belakang istriku, kan?” tembak Bram tanpa ada rasa malu sedikit pun.
“Kau tidak pernah tahu apa kebutuhan biologis seorang suami yang sudah enam bulan tidak melakukan hubungan suami istri!”
Bugh!
Glen langsung memukul rahang Bram dengan sangat keras sampai ujung bibirnya mengeluarkan darah segar.
“Harusnya anda tahu pak kalau istri anda sedang sakit dan masa pemulihan! Apa anda tidak bisa bersabar?!” gertak Glen yang sudah tidak bisa menahan amarahnya terhadap Bram.
Bram mengusap ujung bibirnya yang telah mengeluarkan darah dengan ibu jarinya. “Jangan sok menjadi pahlawan, Glen! Apa kau cukup tertarik dengan istriku yang penyakitan itu?” tanya Bram membuat Glen semakin tersulut amarah.
Bugh!
Pukulan Glen kembali mendarat di rahang Bram.
“Saya tegaskan kepada anda, Pak Bram! Saya memang sangat tertarik dengan istri anda! Saya harap anda segera menceraikan istri anda secepatnya!” balas Glen dengan tegas.
Bram pun terkekeh pelan dengan gaya meremehkan Glen. Ia memandangi Glen dari atas sampai ke bawah.
“Apa kau sungguh tidak punya kaca di rumah sampai kau tidak sadar siapa dirimu sebenarnya hah?!”
“Camkan baik-baik sopir tidak tahu diri! Aku tidak akan pernah menceraikan istriku, dan kau!” Bram menudingkan jari telunjuknya ke arah Glen. “Aku pecat dari sopir pribadi istriku!”
“Sayangnya bukan anda yang berhak memecat saya, Pak Bram! Karena saat ini saya bekerja dengan Nona Reyna atas perintah dari Pak Hirata!” tegas Glen tanpa gentar sedikit pun.
Tak lama kemudian, dokter yang memeriksa Reyna pun keluar dari ruangan dan memanggil Glen untuk masuk ke dalam.
“Pak Glen, Bu Reyna meminta anda untuk masuk ke dalam!” tutur dokter tersebut.
“Tapi dok, saya suaminya!” protes Bram tidak terima.
“Anda bisa ikut dengan saya ke ruangan saya untuk membicarakan tentang masalah yang dialami oleh istri anda!” ajak Dokter tersebut.
Dengan langkah yang sangat berat, Bram pun mengikuti dokter tersebut menuju ke ruangannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!