Suara keras yang memekakkan telinga dan membuat sebuah bangunan pabrik hancur di bagian atas dari sisi kiri sampai tengah. Banyak orang berseragam warna biru muda yang berhamburan ke luar dari sana dengan ekspresi wajah ketakutan.
Beberapa di antara mereka mengalami luka dan badannya dipenuhi oleh darah. Suara teriakan dan tangisan dari buruh pabrik sebuah makanan terdengar setelah bunyi ledakan.
"Tuan Besar Li masih di dalam!" teriak seseorang.
"Apa?" Seorang pemuda berbaju jas hitam dengan tag nama Daniel terkejut, karena tuan yang dia layani masih berada di lokasi kejadian.
Tanpa berpikir panjang Daniel pun berlari masuk ke bangunan yang sudah hancur sebagian. Laki-laki itu bertabrakan dengan beberapa orang yang sedang berlari ke luar untuk menyelamatkan diri.
'Tuan Besar Jimmy, sedang berada di mana saat ini?' tanya Daniel dalam hatinya.
Pemuda berbadan proposional dengan wajah yang memiliki rahang kokoh itu berlari menaiki anak tangga. Daniel berpikir kalau tuannya sedang berada di kantor kepala pimpinan cabang, karena memang itu tujuan Tuan Besar Jimmy Li ke sini hari ini. Laki-laki tua itu sedang melakukan pengecekan di salah satu pabrik miliknya.
Setelah naik sampai ke lantai lima, Daniel pun melihat kalau bagian kantor kepala cabang ini dalam keadaan hancur. Dia pun berteriak memanggil nama tuannya sambil memeriksa di setiap sudut bangunan yang sudah tidak berbentuk lagi.
"Tuan, apa Anda mendengar suara saya! Jika mendengar berikan tanda!" teriak Daniel sambil memfokuskan pendengarannya.
Sayup-sayup dia mendengar ada suara pukulan benda meski lemah. Daniel masih menyuruh tuannya untuk memberikan tanda karena dia bisa mendengar ada bunyi tapi tidak tahu di mana sumbernya.
Pemuda itu mencoba menyingkirkan puing-puing yang akan dilalui olehnya. Suara itu semakin bisa di dengar olehnya meski hanya seperti ketukan. Saat melihat ada papa bekas lemari rak buku yang terguling Daniel pun mencoba menyingkirkannya. Terlihat ada laki-laki tua yang bagian kepala dan badannya penuh dengan darah.
"Tuan!" Daniel pun menyingkirkan beberapa reruntuhan tembok yang menimpa kedua kaki Tuan Besar Jimmy Li.
Daniel menggendong tubuh laki-laki tua itu dengan sangat hati-hati agar tidak terguncang, karena tuannya akan merintih kesakitan saat tubuhnya terguncang. Saat tiba di lantai tiga kembali terdengar suara ledakan yang keras dan di depan mata keduanya bangunan sisi kanan hancur luluh lantak. Untungnya jalur tangga tidak ikut hancur dan masih bisa di lalui meski banyak reruntuhan yang menghalangi.
Hampir satu jam Daniel di dalam bangunan yang hancur itu. Tony sang asisten Tuan Besar Jimmy Li, pun berjalan di dekat pintu depan pabrik dengan terseok-seok, tubuh dia juga penuh dengan darah.
"Tuan Besar Li!" teriaknya antara senang dan cemas.
"Syukurlah kamu selamat," ucap Tuan Besar Jimmy dengan suaranya yang lemah.
***
Para korban yang mengalami luka-luka mendapatkan perawatan di 3 rumah sakit yang ada di kota itu, karena jumlah mereka sangat banyak. Sementara itu, korban yang meninggal langsung di serahkan kepada pihak keluarga.
Polisi langsung menyelidiki penyebab ledakan di Pabrik Li. Menurut keterangan beberapa korban bunyi ledakan berasal dari lantai paling atas dan di sana tidak ada mesin. Semua mesin di pabrik itu berada di lantai dua sampai empat.
Kondisi Tony memang parah, tetapi masih dalam keadaan sadar. Berbeda dengan Tuan Besar Jimmy Li, yang kini dalam keadaan kritis. Sudah tiga hari laki-laki tua itu koma setelah menjalani operasi karena ada beberapa potongan besi yang menancap di tubuhnya.
Anak, menantu, dan cucu dari keluarga besar Li merasa sedih melihat keadaan pemimpin keluarga mereka. Jika laki-laki tua itu meninggal dengan cara mendadak seperti ini, pasti akan terjadi perebutan harta kekayaan.
"Kakek adalah orang yang kuat, pasti dia akan segera sadar, Papa," ucap seorang perempuan cantik yang memakai pakaian kasual karena baru pulang dari kuliah.
"Kamu benar, Sandra. Kakek itu orang kuat," sahut laki-laki paruh baya yang terlihat perlente.
"Kak Leon, pasti senang, melihat ayah seperti ini, 'kan?" Seorang laki-laki yang berdiri di samping papanya Sandra tersenyum mengejek.
"Diam kamu, Damian! Apa mau aku hajar kamu sampai ikut terbaring di salah satu kamar di bangunan ini, hah!" bentak Leon kepada adik bungsunya.
Damian hanya berdecih lalu pergi dari sana. Kini tinggal ada Leon putra sulung dari keluarga Li dan putri semata wayangnya. Daniel hanya diam saja, bagi dia percekcokan keluarga itu sudah tidak asing lagi.
"Pa, Kakek siuman. Tadi tangannya bergerak!" seru Sandra senang dan Tuan Besar Jimmy Li membuka matanya saat Leon melihat ke arahnya.
Semua keluarga kumpul saat dokter memeriksa keadaan Tuan Besar Jimmy Li. Lalu, dia mengatakan kalau laki-laki tua itu masih membutuhkan proses kesembuhan dan pengobatan yang intensif. Masa kritis sudah terlewati, tetapi bisa juga ada kemungkinan akan kembali drop kesehatannya jika terlalu banyak beban pikiran.
"Kita akan kirim Ayah ke Eropa. Di sana ada Arthur yang bisa mengawasi, menjaga, dan memantau kesehatan Ayah," ucap Leon.
"Iya, aku setuju," balas Damian, agar tanggung jawab menjaga ayahnya kini dilempar ke kakak keduanya.
"Sebelum aku pergi, aku ingin melihat Sandra menikah," kata Tuan Besar Jimmy Li dan membuat semua orang di sana terkejut.
"Kakek, Ronald saat ini sedang ada di Amerika. Dia sedang sibuk merintis usahanya," tutur Sandra dengan mimik wajah sendu.
"Kamu akan menikah dengan Daniel," tukas laki-laki tua itu dengan serius.
"Apa? Maksud Kakek ... aku menikah dengan seorang sopir!" pekik Sandra merasa tidak terima sambil menunjuk ke arah Daniel.
Bukan hanya keluarga Li yang terkejut, Daniel yang sedang berdiri di dekat pintu pun sama terkejutnya. Pemuda itu tidak menyangka kalau tuan yang dia layani menginginkan dirinya menjadi cucu menantu.
"Ya. Menikahlah dengan Daniel, Sandra. Hanya dia yang bisa Kakek percaya untuk bisa menjaga kamu dan keluarga Li," jelas Tuan Besar Jimmy Li.
Leon merasa keberatan dengan permintaan ayahnya. Dia tidak mau mempunyai menantu dari kalangan rendahan. Begitu juga dengan Damian yang tidak setuju, alasan dia adalah takut kalau Daniel akan memanfaatkan status sebagai suami Sandra untuk mengeruk harta keluarga Li.
"Jika kalian tidak mau menerima Daniel di keluarga kita, maka aku akan memberikan tujuh puluh persen harta milikku kepadanya. Lalu sisa yang tiga puluh persen akan diberikan kepada yayasan milik pemerintah," ucap laki-laki tua itu dengan terbata-bata dan napas yang terdengar kasar.
"Apa? Jadi kita tidak diberi sedikit pun harta dari Ayah?" Damian emosi.
Leon memberi kode kepada putrinya agar mau menerima permintaan sang kakek. Meski dengan berat hati akhirnya Sandra pun menyetujui.
'Begitu sudah menikah, akan aku ceraikan dia,' batin Sandra.
"Jika kalian menginginkan harta warisan ada syaratnya," lanjut Tuan Besar Jimmy Li dan semua orang kembali melihat ke arahnya.
Jantung Sandra sudah berpacu dengan kencang. Perempuan ini merasa syarat itu akan memberatkan dirinya.
"Sandra dan Daniel harus memberikan keturunan untuk keluarga Li," ucap Tuan Besar Jimmy Li dan itu bagikan sambaran petir bagi orang-orang yang ada di sana.
***
Bab 2
Daniel dan Sandra menikah sesuai dengan keinginan Tuan Jimmy Li. Pernikahan mereka hanya pergi ke catatan sipil tanpa adanya pesta meriah layaknya orang-orang kaya. Bahkan tidak ada kerabat yang tahu akan pernikahan ini. Hanya keluarga inti Jimmy dan beberapa orang kepercayaannya.
Wajah Sandra sejak tadi ditekuk, karena dia masih tidak terima dirinya sudah menjadi seorang istri dari sopir pribadi kakeknya. Ini merupakan penghinaan baginya.
"Ingat, aku menikah sama kamu karena perintah kakek! Bukan keinginan aku. Kita akan bercerai setelah kakek sembuh. Jadi, kamu jangan harap mengaku-ngaku di kepada orang lain kalau kita adalah pasangan suami istri," kata Sandra dengan tatapan mengintimidasi.
"Ya, terserah kamu saja Nona. Aku juga tidak tertarik dengan dirimu," balas Daniel sambil berlalu jalan ke mobil yang sering dia kemudikan.
"Hei, buka pintu yang belakangan! Aku ini majikan kamu bukan pelayan kamu," bentak Sandra saat Daniel membuka pintu depan mobil.
Leon menatap dengan ekspresi datar ke arah putrinya. Dia juga tidak rela kalau harus menyerahkan Sandra kepada orang yang tidak jelas masa depannya. Namun, demi mengamankan harta warisan keluarga Li, putrinya harus menerima perintah sang pewaris. Mobil mereka pun meninggalkan kantor catatan sipil, tanpa mereka tahu ada mobil yang terparkir tidak jauh dari sana dan penumpangnya mengambil beberapa foto mereka.
***
"Mau apa kamu duduk di sini?" tanya Leon saat Daniel hendak sarapan bersama. Wajah laki-laki itu mengekspresikan keheranan.
"Sarapan bersama kalian," jawab Daniel dengan polos karena merasa sudah bagian dari keluarga Li.
Keempat orang yang ada di sana langsung tertawa terkekeh, karena laki-laki muda yang notabenenya seorang sopir atau pegawai rendahan ingin makan di tempat yang sama dengan majikannya.
"Kamu memang sudah menikah dengan Sandra, tapi bukan berarti kamu boleh bergabung bersama kami layaknya bagian dari keluarga Li," ucap Leon dengan tatapan merendahkan.
Daniel terdiam begitu mendengar ucapan ayah mertuanya. Saat bola matanya mengedar terlihat Sandra dan Sindy menatapnya dengan penuh ejekan dengan mulut yang ditutupi oleh jari-jari lentik tangan mereka.
"Iya. Sana pergi! Tempat kamu bukan di sini," lanjut Sandra dengan sinis setelah berhasil menahan tawanya.
"Iya, bener apa yang dikatakan oleh suami dan putriku. Tempat kamu itu di dapur bersama para pelayan yang lain," tambah Sindy sambil menunjuk ke arah dapur.
"Kasihan sekali kamu, Sandra. Punya seorang suami tidak ada harganya sama sekali," goda Damian kepada keponakannya sambil tertawa terkekeh sampai air matanya keluar.
Sandra menatap tajam kepada Daniel. Gara-gara laki-laki itu hidup dia yang berantakan.
Daniel yang baru tiga menit duduk di kursi meja makan langsung saja berdiri. Dia melihat Leon, Sindy, Damian, dan Sandra secara bergilir. Mereka adalah penghuni asli rumah mewah ini. Setelah semalam mereka juga meributkan kamar tidur tempatnya menghabiskan malam-malam nantinya di rumah itu, akhirnya Daniel menempati kamar tamu yang paling ujung dan pojok. Jarang ada orang ke sana, kecuali pelayan yang bagian membersihkan kawasan itu. Padahal selama ini laki-laki itu tidur di kamar samping milik Tuan Jimmy Li. Hal itu memudahkan dirinya untuk segera datang jika ada panggilan dari kakek tua itu.
Akhirnya Daniel pun sarapan bergabung bersama para pelayan di dapur. Kehadiran pemuda ini di sana membuat pelayan wanita heboh. Maklum saja, selama ini Daniel sering menempel kepada Tuan Jimmy hampir 24 jam. Jadi jarang ikut nimbrung jika ada apa-apa di kalangan pelayan.
"Kasihan sekali nasib kamu, Daniel! Dulu saat ada Tuan Besar Jimmy, kamu akan makan di sampingnya. Kini kamu tidak ada bedanya dengan pelayan rendah seperti kami," ucap salah seorang pelayan laki-laki.
***
Dalam mobil Daniel diam dan fokus dengan kegiatannya menyetir. Dia harus mengantarkan Sandra ke kampusnya.
"Ingat, kamu jangan banyak bicara dan banyak tingkah," ucap Sandra dengan penuh penekanan.
Selama ini yang teman-temannya tahu kalau kekasih dia adalah Ronald. Seorang laki-laki yang terlahir dari golongan atas dan sedang berada di luar negeri.
Saat Sandra turun dari mobil, Daniel membukakan pintunya. Dengan angkuhnya gadis itu mengeluarkan kakinya yang jenjang dan mulus. Ternyata beberapa teman Sandra juga baru datang.
"Siapa dia? Tampan sekali!" puji Mery saat melihat Daniel.
"Dia sopir pribadi kakek, yang kini menjadi sopir aku juga," balas Sandra dengan sombong.
"Aku tidak menyangka kalau seorang sopir bisa setampan dan segagah itu. Dia pantasnya menjadi seorang eksekutif muda," ucap Anna dan disetujui oleh Mery.
Ada perasaan tidak suka yang dirasakan oleh Sandra saat ini. Kedua teman baiknya terus-menerus memuji Daniel. Sebanyak apa pun pujian untuk pemuda itu, tetap saja di mata dia, Daniel adalah seorang sopir rendahan.
***
"Daniel, apa yang sedang kamu lakukan? Cepat antarkan pelayan itu belanja keperluan dapur!" perintah Sindy, ibu mertuanya.
"Baik, Nyonya!" Daniel pun mengantarkan pelayan perempuan itu ke pasar dengan anggukan mobil khusus yang bisa digunakan untuk para pelayan.
Pemuda itu saat ini harus mau menuruti perintah atau keinginan keluarga Li. Dia tidak ubahnya menjadi seorang pelayan multifungsi. Padahal setiap pekerjaan di rumah itu punya tugas masing-masing. Sementara dia harus mengerjakan semua pekerjaan yang diperintahkan kepadanya.
Bagi Daniel yang sudah terbiasa hidup sebagai seorang pesuruh dan dari kalangan bawah, sudah terbiasa disuruh ini itu oleh orang-orang berkuasa. Namun, mendengar ucapan yang sering keluar dari mulut mertua dan istrinya membuat dia muak dan berjanji suatu saat nanti akan membuat mereka mengakui kehebatan dirinya. Bahkan akan mengagung-agungkan dirinya bagian dari mereka.
***
Damian yang ikut ke luar negeri untuk pengobatan sang ayah bertemu dengan kakak keduanya. Mereka sengaja bertemu di hotel yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Jimmy Li dirawat.
"Apa benar ayah sudah memberikan sebagian hartanya kepada sopir itu?" tanya Arthur, putra kedua Tuan Besar Jimmy Li. Terlihat jelas dari wajah laki-laki itu kalau dirinya merasa tidak rela dengan keputusan ayahnya itu.
Damian hanya tersenyum miring, karena dia juga adalah orang yang menentang pernikahan keponakan dengan laki-laki dari kalangan rendahan.
"Sepertinya kita harus merawat ayah sampai sembuh dan memintanya untuk mengubah isi surat wasiatnya." kata Arthur dan disetujui oleh saudaranya.
***
Damian kembali ke rumah sakit, dia ingin memastikan kalau ayahnya aman dalam mendapatkan perawatan di sini.
'Kalau ayah sampai meninggal saat ini, maka akan membuat musuh dan saingan bisnis akan merasa senang,' batin Damian.
Laki-laki itu berdiri di depan sebuah ruangan yang dijaga ketat dan berdinding kaca. Di dalam sana ada seorang laki-laki tua sedang terbaring tidak berdaya.
'Semoga saja pilihan yang tepat membawa ayah ke sini,' lanjut Damian dalam hatinya.
***
Bab 3
Daniel datang menjemput Sandra ke kampus, sampai sekarang gadis itu tidak diizinkan untuk membawa mobilnya sendiri. Saat dia masuk ke area parkir universitas, banyak mahasiswa memandangi dia. Mereka menyangka kalau pemuda itu adalah seorang eksekutif muda, karena naik mobil mewah dan berpakaian rapi.
Kedua teman Sandra juga ikutan heboh saat melihat Daniel. Mereka dengan sengaja menggoda pemuda itu.
"Daniel, kapan kamu punya waktu luang?" tanya Anna sambil menatap penuh damba.
"A—"
"Dia sibuk," potong Sandra dengan memasang wajah galak dan menatap tajam kepada Daniel.
"Hei, setidaknya dia punya hari libur, 'kan?" Anna kini protes kepada temannya.
"Dia itu selain menjadi sopir, dia juga merangkap menjadi pelayan pribadi aku. Jadi, sewaktu-waktu aku memerlukan dirinya, maka dia harus siap," balas Sandra dengan lirikan merendahkan kepada Daniel. Seolah dia mengatakan kalau suaminya itu hanyalah seorang pelayan baginya.
"Kamu sebagai majikan seharusnya kasih jatah libur minimal satu hari dalam seminggu," ucap Mery kepada Sandra karena dia juga ingin mencoba pergi kencan dengan Daniel.
"Dia tahu apa konsekuensi dalam pekerjaannya," tukas gadis berambut panjang dengan muka masam.
Daniel juga merasa kesal dengan tingkah Sandra dan keluarganya. Namun, dia harus sabar sampai waktu yang pas untuk membalas semua perlakuan mereka kepadanya. Keluarga itu lupa kalau nasibnya saat ini sedang berada di tangannya.
***
Saat dalam perjalanan pulang mobil mereka dibuntuti. Daniel sadar itu ketika masih di kampus tadi. Saat dirinya sedang bicara dengan Sandra dan teman-temannya, dia tetap mengawasi keadaan sekitar mereka. Setelah kejadian bom di pabrik, pemuda itu jadi semakin meningkatkan pengawasan disekitarnya.
"Sandra, kamu pegangan yang kuat. Aku akan meningkatkan kecepatan laju mobil," kata Daniel.
"Sandra? Nona Sandra! Ingat itu. Kamu harus tahu kedudukan kamu itu ada di mana," pekik Sandra dengan menatap tajam kepada laki-laki yang sedang memegang setir.
Daniel tidak memedulikan ucapan wanita itu. Dia langsung tancap gas melaju lebih cepat untuk lepas dari kejaran mobil berwarna hitam yang terus mengikutinya.
"Hai, bodoh! Jangan ngebut, aku tidak mau mati!" umpat Sandra kepada Daniel sambil memegang kencang kursi dan sabuk pengamannya.
Pemuda itu masih tidak mendengar ucapan sang gadis. Dia masih fokus pada jalanan agar bisa menyalip kendaraan lain tanpa terjadinya tabrakan. Sesekali dia juga melihat ke belakang, ternyata mobil itu juga meningkatkan kecepatannya.
'Aku harus tenang dan berpikir bagaimana caranya agar bisa secepatnya lolos dari mereka,' batin Daniel.
Sandra merasa jantungnya mau copot karena Daniel mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan dirinya takut akan terjadi kecelakaan. Ocehan dia pun tidak didengarkan oleh laki-laki itu.
"Kalau aku sampai mati, maka aku akan terus menghantui kamu!" teriak Sandra sambil semakin kencang memegang kursi dan menutup matanya.
Di sebuah jalan pertigaan Daniel membelokan mobil dan belok lagi ke gang sempit. Tidak lama kemudian mobil yang membuntuti mereka lewat dan jalan terus. Dirasa sudah aman, Daniel pun memutar arah laju kendaraannya ke jalan biasa dia lalui jika hendak pulang ke rumah.
Sandra membuka matanya dan melihat keadaan sudah aman. Laju mobil juga sudah normal seperti biasanya.
"Dengar, ya! Aku tidak suka cara mengemudi kamu tadi. Akan aku laporkan kepada Papa kalau kamu mau membunuhku!" bentak Sandra sambil memasang wajah galak.
Daniel masih tetap saja terdiam sambil mengemudi. Tidak sampai 30 menit mereka sudah sampai dengan selamat. Lalu, Sandra turun tanpa menunggu dibukakan pintu untuknya. Dia membanting pintu dengan keras tanpa mengucapkan terima kasih.
***
"Hei, Daniel! Cepat antar aku ke mall. Aku dan teman-teman akan pergi nonton," perintah Sandra dengan ketus kepada pemuda yang sedang mengotak-ngatik sebuah handphone yang sudah rusak milik salah satu pelayan di rumah itu.
Mau tidak mau Daniel pun meninggalkan pekerjaannya itu dan mengantar istrinya untuk bermain dengan teman-temannya di kampus. Kalau dulu, Tuan Besar Jimmy akan memberinya uang untuk jajan selagi menunggu urusan tuanya selesai.
Selagi menunggu Sandra kembali, Daniel memilih duduk di sebuah cafe sambil menikmati segelas kopi hangat dan sepotong cake. Laki-laki itu ngambil satu batang rokok untuk menghilangkan rasa bosan. Sudah 2 jam lebih Sandra belum juga menghubungi dirinya. Maka dia pun berjalan ke arah basement mall. Saat dia melewati sebuah tong sampah daur ulang. Tanpa sengaja dia melihat ada selembar kertas undian dengan nomer 12121999. Lalu, dia pun mengambilnya.
"Nomer yang cantik," gumam Daniel diiringi senyuman tipis..
"Eh, sama dengan tanggal kelahiran mama," lanjut pria itu dengan tatapan sendu karena mengingat kembali sosok mendiang ibunya.
"Eh, sama dengan tanggal kelahiran mama," lanjut pria itu dengan tatapan sendu karena mengingat kembali sosok mendiang ibunya.
Dia pun memasukan selembar kertas undian yang dipungutnya dari tong sampah ke dalam saku celana.
***
Sandra marah-marah kepada Daniel karena wanita itu ingin pergi ke klub malam bersama teman-temannya, tetapi laki-laki itu melarang karena keadaan sedang tidak aman baginya.
"Aku yakin orang seperti kamu tidak punya teman seorang teman pun. Iya, 'kan?" Sandra memandang rendah Daniel.
Laki-laki itu tidak menjawab satupun ocehan gadis itu dari tadi. Dia hanya menjalankan tugas atau janjinya kepada Tuan Jimmy Li. Selain harus melindungi keluarga Li, dia juga harus mencari tahu dalang dari semua yang sudah melakukan kejahatan ke keluarga ini.
"Kamu jangan besar kepala karena status kamu yang sudah menjadi suami aku. Itu hanya hitam di atas putih. Aku tidak akan mengakui kamu sebagai suamiku," ucap Sandra meracau meluapkan rasa marahnya kepada Daniel.
"Laki-laki yang aku cintai adalah Ronald! Ingat itu!" bentak Sandra dan Daniel diam seakan dia tidak peduli akan hal itu.
Jalanan malam ini sangat ramai karena sedang akhir pekan. Banyaknya orang-orang dan kendaraan yang lalu lalang membuat jalanan padat merayap. Daniel melihat ke arah layar Videotron yang sedang menampilkan pengumuman pemenang undian lotre dari perusahaan FJK. Pemuda itu ingat dengan kertas yang dia ambil dari tong sampah tadi. Di sana juga ada nama perusahaan FJK.
"Dan sekarang kita akan acak nomer beruntung yang akan mendapatkan uang sebesar 300 juta Yuan. Hadiah yang fantastis!" ucap pembawa acara.
"Ayo, kita putar rodanya!" Seorang laki-laki memutar tuas dan bola-bola kecil terlihat masuk ke lubang yang berderet menampilkan angka 12121999.
"Nomer yang beruntung adalah 1 2 1 2 1 9 9 9. Siapakah pemilik nomer ini? Silakan hubungi admin kami. Hadiah bisa diambil keesokan hari," ucap pembaca acara.
'Eh, apa? Nomer itu ...!' Mata Daniel memicing untuk memastikan nomer yang terlihat jelas dilayar Videotron adalah nomer yang sama dengan di selembar kertas yang dia pungut dari tong sampah.
'Benar! Itu nomer yang sama dengan lembar undian lotre di saku celanaku ini.' Daniel merasakan jantungnya berdebar kencang, tapi terselip rasa bahagia di hatinya. Hadiah yang akan dia dapatkan sangatlah besar.
Senyum tipis terlukis dari wajah Daniel sambil menatap ke arah layar raksasa yang masih memperlihatkan deretan angka yang sangat berarti baginya.
'Bagaimana caranya aku menghubungi mereka saat ini, ya? Mana mungkin aku menelepon mereka di depan Sandra,' batin Daniel.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!