"Bapak yang sudah menghilangkan kepercayaan Zia sekarang Bapak mau Zia ngelakuin apalagi? belum cukup Pak semua yang Zia lakukan untuk Bapak," ucap Zia.
"Zia, Bapak melakukan ini karena Bapak sayang sama kamu dan ini adalah yang terbaik buat kamu," ucap Bapak.
"Kalau memang ini yang terbaik untuk Zia bukan begini Pak, Zia tetap menolaknya, Zia tidak ingin pergi meninggalkan Bapak sama Ibu," ucap Zia.
"Sekarang Bapak tanya sama Zia, siapa yang mendaftar untuk kuliah?" tanya Bapak.
"Zia," ucap Zia.
"Terus kenapa sekarang Zia malah gak mau ninggalin Bapak sama Ibu?" tanya Bapak.
"Zia takut Pak, nanti kalau Zia kuliah siapa yang nemenin Bapak sama Ibu," ucap Zia.
"Kan ada Mas Ghali, Zi," ucap Ibu.
"Tapi Bu, Mas Ghali kan juga sibuk di sekolah," ucap Zia.
"Zia, Ibu sama Bapak gapapa kok kalau kamu pergi karena kuliah, malahan Ibu sama Bapak bakal sedih kalau kamu gak kuliah, inget nak di dunia ini kita butuh ilmu yang luas bukan hanya dari dalam pesantren, tapi juga dari luar pesantren terus nanti setelah kamu lulus kamu amalkan ilmu kamu di lingkungan kamu," ucap Bapak dan diangguki Zia.
"Jadi kamu bakal terima beasiswa itu?" tanya Bapak.
"Insyaallah, Pak," ucap Zia.
"Alhamdulillah, Bapak seneng dengernya, kalau gitu sekarang kamu bersih-bersih dulu sebentar lagi ashar terus kamu harus ngajar di masjid kan," ucap Bapak.
"Iya Pak, Zia ke kamar dulu ya, assalamu'alaikum," ucap Zia lalu pergi menuju kamarnya.
"Bapak yakin Zia bisa beradaptasi di dunia luar apalagi Zia nanti sendirian loh Pak dan ini kali pertama Zia ke kota besar seperti kota A?" tanya Ibu.
"Insyaallah Bu, Zia bisa melindungi diri Zia karena niat Zia mencari ilmu," ucap Bapak.
"Semoga Pak," ucap Ibu.
Beberapa saat kemudian, Zia sudah siap dengan memakai gamis berwarna merah muda dan juga kerudung berwarna senada yang menjuntai panjang ditambah kitab di tangannya.
"Pak, Bu. Zia berangkat dulu ya," pamit Zia.
"Iya Zi, hati-hati ya," ucap Ibu.
"Assalamu'alaikum," pamit Zia dengan mencium tangan Bapak dan Ibu.
"Waalaikumsalam," ucap Bapak dan Ibu.
Saat dalam perjalanan menuju masjid, Zia bertemu dengan Bu Ajeng, "Eh Zia mau ngajar ya?" tanya Bu Ajeng.
"Iya Bu," ucap Zia.
"Saya dengar kamu dapat beasiswa buat melanjutkan sekolah di kota A ya, Zi?" tanya Bu Ajeng lagi.
"Iya Bu, Alhamdulillah," ucap Zia dengan tersenyum.
"Selamat ya, tapi kamu jangan sombong loh Zi, mentang-mentang kamu bisa kuliah di kota A, soalnya kamu tuh bisa kuliah juga kan karena beasiswa gak kayak Putri anak saya dia kuliah juga di kota A, tapi pake uang sendiri," ucap Bu Ajeng.
"Iya Bu, insyaallah Zia akan selalu rendah hati," ucap Zia dengan tersenyum.
"Nah gitu, kamu inget juga kalau keluarga kamu juga susah di kampung," ucap Bu Ajeng.
"Iya Bu, kalau gitu Zia permisi takut telat ngajarnya, assalamu'alaikum," ucap Zia lalu pergi meninggalkan Bu Ajeng.
"Astaghfirullah sabar Zi," gumam Zia selama perjalanan menuju masjid.
Saat sampai di masjid, Zia segera masuk dan melihat anak-anak yang akan ia ajari, "Assalamu'alaikum, Ustadzah Zia," sapa Nia.
"Waalaikumsalam Nia," balas Zia.
"Ustadzah Zia, ini ada titipan dari Bang Rizky untuk Ustadzah Zia," ucap Julio.
"Terima kasih ya Julia," ucap Zia lalu menaruh kotak tersebut.
"Sama-sama ustadzah Zia," ucap Julio.
"Baik, sekarang ibu mau kalian membaca alfatihah terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran," ucap Zia.
Skip...
Setelah mengajar, Zia pun langsung pulang, saat dalam perjalanan pulang setelah mengajar di masjid ia bertemu dengan Rizky salah satu pria di desanya yang menyukai Zia.
"Assalamu'alaikum Zi," sapa Rizky.
"Waalaikumsalam Mas Rizky, ada apa ya?" tanya Zia.
"Kamu tadi udah terima kotak dari aku kan?" tanya Rizky.
"Oh itu, iya Mas. Terimakasih," ucap Zia.
"Kamu suka gak Zi?" tanya Rizky.
"Zia suka kok Mas," ucap Zia.
"Beneran Zi, yes terus rasanya gimana?" tanya Rizky.
"Rasa apa mas?" tanya Zia.
"Rasa rotinya," ucap Rizky.
"Oh tadi Zia kasih ke anak-anak Mas terus saat Zia mau makan udah habis jadi Zia belum ngerasain rotinya," ucap Zia.
"Oh kamu kasih ke anak-anak kalau gitu besok aku bawain lagi aja deh Zi," ucap Rizky.
"Gak usah Mas terima kasih, Mas Rizky gak usah repot-repot bawain Zia kayak gitu lagi dan Zia juga pernah bilang ke Mas Rizky untuk tidak mengharapkan apapun dari Zia karena Zia menganggap Mas Rizky sebagai Mas Zia sama seperti Mas Ghali bukan, kalau begitu Zia permisi dulu Mas, assalamu'alaikum," ucap Zia lalu pergi meninggalkan Rizky.
"Ky Rizky, udah kesekian kalinya kamu ditolak sama Zia, mungkin udah saatnya kamu menyerah memperjuangkan Zia, selama ini sikap Zia itu petunjuk dari Allah jika kamu bukan jodohnya Zia dan mungkin Allah udah pilihkan wanita yang baik untukku," gumam Rizky.
Zia sampai di depan rumahnya dan masuk, "Assalamu'alaikum," salam Zia.
"Waalaikumsalam Zi, kamu udah pulang," ucap ibu dan Zia menyalami tangan Ibu.
"Iya Bu, Bapak mana?" tanya Zia.
"Bapak lagi di kamar habis ini pasti keluar," ucap Ibu dan benar saja tak lama setelah itu Bapak pun keluar dari kamar dan Zia pun segera menyalami tangan Bapak.
"Oh iya Zi, kamu coba baju ini cocok gak?" tanya Ibu dengan memberikan Zia beberapa baju.
"Baju untuk Zia Bu?" tanya Zia dan mengambil baju tersebut.
"Iya Zi, kamu coba bajunya cocok gak," ucap Ibu.
"Tapi, buat apa Bu? kan bajunya Zia masih ada di lemari?" tanya Zia.
"Buat nanti kamu kuliah di kota A Zi, kan lumayan sih, masa kamu pakai bajunya itu-itu terus," ucap Ibu.
"Tapi kan Bu, baju Zia masih layak di pakai jadi gapapa kok kalau Zia harus pakai baju itu-itu aja, Zia juga gak ada masalah," ucap Zia.
"Zia, Ibu itu pengen yang terbaik buat kamu, Ibu sama Bapak ngasih ini anggap aja sebagai rezeki dari Allah," ucap Ibu.
"Iya Ibu, Bapak makasih ya, yaudah kalau gitu Zia ke kamar dulu cobain bajunya," ucap Zia.
Zia pun menuju kamarnya dan mencoba baju tersebut, "Masyaallah bagus banget bajunya," ucap Zia dengan terkejut saat ia memakai baju tersebut.
Zia pun selesai mencoba baju tersebut dan menuju ke ruang tamu, "Ibu, Bapak. Zia udah cobain bajunya bagus banget, Ibu gak salah belinya pasti mahal dan juga Ibu gak beli satu loh tapi 4 baju," ucap Zia.
"Gak Zi, Alhamdulillah Bapak dapet rezeki dari Allah dan Bapak beliin ini," ucap Bapak.
"Terima kasih Bapak, Ibu dan juga Allah karena udah beri rezekinya," ucap Zia.
"Zi kamu berangkat ke kota A, 2 hari lagi kan?" tanya Ibu.
"Iya Bu, Zia berangkatnya 2 hari lagi," ucap Zia.
"Terus tiket kamu ke kota A gimana udah bilang Mas Ghali?" tanya Ibu.
"Udah Bu, tadi Zia udah bilang sama Mas Ghali dan kata Mas Ghali bakal nganterin Zia ke terminal," ucap Zia.
"Terus tempat tinggal kamu gimana?" tanya Ibu.
"Mas Ghali jiga udah nyariin kos kok Bu, jadi Zia tinggal nempatin aja," ucap Zia.
"Itu kosnya khusus perempuan kan?" tanya Ibu.
"Iya Bu, kata Mas Ghali itu kosnya insyaallah terpercaya bahkan ada jam malamnya," ucap Zia.
"Yaudah Bapak sama Ibu cuma berharap kamu hati-hati disana ingat kota A itu kota besar, satu lagi Bapak ingatkan sama kamu Zi jangan pernah tinggalkan sholat 5 waktu maupun sholat Sunnah dan kalau ada rezeki jangan lupa berbagi," ucap Bapak.
"Iya Pak, Zia akan ingat pesan Bapak buat hati-hati dan akan terus melaksanakan perintah Allah," ucap Zia.
"Yaudah kamu pasti capek kan kamu istirahat sana, tapi sebelum istirahat kamu sholat isya' dulu," ucap Ibu.
"Iya Bu, kalau gitu Zia ke kamar dulu ya," ucap Zia lalu pergi ke kamarnya.
"Bapak gapapa?" tanya Ibu saat Zia sudah masuk kedalam kamarnya.
"Bapak, gapapa kok Bu. Sekarang Bapak mau ke rumah Pak Abdul dulu ya," ucap Bapak.
"Pak, Ibu cuma pengen Zia menjadi manusia yang lebih baik lagi dan tetap berpegang teguh dengan ajaran Islam, Ibu khawatir jika nanti Zia kuliah di kota terus Zia terjerumus kedalam pergaulan bebas dan meninggalkan segala perintah Allah," ucap Ibu.
"Bu, kita sebagai orangtuanya Zia harus mendukung Zia, Bapak ingin Zia mengejar cita-citanya menjadi seorang guru, Ibu ingat kata-kata Bapak, Allah akan selalu melindungi umatnya yang memiliki niat baik dalam hidupnya dan Zia disana mencari ilmu, jadi kita harus percaya dengan Zia," ucap Bapak.
"Tapi Pak," ucap Ibu.
"Bu, Zia melanjutkan kuliahnya untuk memperkaya ilmunya baik itu ilmu agama maupun ilmu lainnya. Memang bagus jika Zia memiliki ilmu agama yang insyaallah bermanfaat, tapi alangkah baiknya jika Zia juga memiliki ilmu pengetahuan juga," ucap Bapak dan diangguki Ibu.
.
.
.
Tbc.
Hari yang ditunggu pun tiba, hari dimana untuk pertama kalinya dalam hidup Zia, ia akan meninggalkan Bapak dan Ibu serta Mas Ghali.
"Bapak, Ibu, Zia pamit ya, maafin Zia kalau selama ini Zia udah ngerepotin Bapak sama Ibu hiks hiks," ucap Zia.
"Astaga Zia jangan nangis dong nanti Ibu juga ikutan nangis loh ini," ucap Ibu.
"Bapak, Ibu, Zia ingin minta restu dari Bapak sama Ibu dalam mencari ilmu semoga ilmu yang Zia dapatkan bisa bermanfaat bagi semua orang dan semoga Zia mendapat ridho dari Allah dalam mencari ilmu tersebut," ucap Zia.
"Insyaallah Zia karena niat Zia baik, Allah pasti memberikan ridho nya dan jangan lupa kamu harus terus beribadah jangan sampai bolong, meskipun gak ada Bapak sama Ibu kamu harus konsisten sama ibadah kamu selain itu juga jangan lupa muraja'ah hafalan kamu terus ya," ucap Bapak.
"Amin, iya Pak. Zia akan ingat pesan Bapak untuk tetap menjaga ibadah serta hafalan Zia, kalau gitu Zia pamit dulu ya Bapak, Ibu. Assalamu'alaikum," pamit Zia lalu memeluk dan menyalami Bapak dan Ibu dan ia pun masuk kedalam mobil dengan Mas Ghali.
"Waalaikumsalam," jawab Bapak dan Ibu.
"Pak, Ghali pamit dulu ya," pamit Mas Ghali lalu menyalami tangan Bapak dan Ibu.
"Iya Li, hati-hati ya jangan ngebut," ucap Bapak.
"Iya Pak, assalamu'alaikum," ucap Mas Ghali lalu masuk kedalam mobil.
"Waalaikumsalam," jawab Bapak dan Ibu.
.
Zia dan Mas Ghali sudah berada di terminal keberangkatan untuk ke kota A, "Gak ada yang ketinggalan kan?" tanya Mas Ghali.
"Insyaallah gak ada Mas, terimakasih ya Mas Ghali karena udah anterin Zia," ucap Zia.
"Iya Zia sayang, Mas seneng kok bisa anterin kamu. Ingat ya jangan lupa kabari Mas kalau kamu udah sampai di sana dan semua uang untuk kebutuhan kamu udah Mas kirim ke ATM kamu, kamu gunain seperlunya aja jangan boros-boros hidup di kota A dan yang terpenting kamu harus kuat mental," ucap Mas Ghali.
"Iya Mas, Zia akan ingat pesan Mas Ghali," ucap Zia.
"Nah gitu dong Adiknya Mas Ghali yang cantik jelita ini," ucap Mas Ghali.
"Yang insyaallah Sholehah," ucap Zia.
"Amin, udah kamu masuk nanti kamu ketinggalan loh," ucap Mas Ghali.
"Zia pamit dulu ya Mas, assalamu'alaikum," pamit Zia.
"Waalaikumsalam," jawab Mas Ghali dan Zia pun masuk kedalam busnya.
Setelah perjalanan yang panjang, Zia pun sampai di kota A dan ia segera menuju ke kosnya yang berada di dekat kampusnya menggunakan ojek.
"Ini Mbak tempatnya," ucap ojek tersebut.
"Oh iya Pak terimakasih ya ini Pak uangnya," ucap Zia lalu memberikan ongkos kepada ojek tersebut.
"Mbak ini kembaliannya," ucap ojek tersebut.
"Gak usah Pak, buat Bapak aja kembaliannya," ucap Zia.
"Tapi Mbak," ucap ojek tersebut.
"Anggap aja ini sebagai rezeki dari Allah, Pak," ucap Zia.
"Makasih ya Mbak," ucap ojek tersebut lalu pergi dan Zia pun masuk kedalam tempat kos tersebut.
"Zia ya?" tanya seorang ibu yang memakai daster degan alis tebal dan bibir merah merona.
"Ah iya Bu," ucap Zia.
"Jangan panggil Bu dong keliatan tua banget panggil ya saya, panggil Madam Molly atau Mama molly, tapi biasanya anak-anak kos panggilnya Madam Molly sih ada juga yang manggilnya cuma Madam aja sih," ucap Madam Molly.
"Eh iya Madam," ucap Zia.
"Yaudah yuk saya tunjukkin kamar kamu," ucap Madam Molly lalu menuju ke kamar Zia.
"Ini kamar kamu, kamar mandinya ada di dalam jadi kamu gak usah khawatir kalau mau mandi, tapi kalau dapur ada di luar ya bisa dibilang dapur bersama lah," ucap Madam Molly.
"Madam saya tanya boleh?" izin Zia.
"Tanya apa?" tanya Madam Molly.
"Arah kiblat ini ke arah mana ya Madam?" tanya Zia.
"Oh kalau mau sholat," ucap Madam Molly.
"Iya Madam," ucap Zia.
"Ke arah sana," ucap Madam Molly sambil menunjuk kiblat.
"Makasih Madam," ucap Zia.
"Kalau ada apa-apa kamu bisa tanya langsung, kamu udah punya nomor saya kan," ucap Madam Molly.
"Iya Madam," ucap Zia lalu Madam Molly pun pergi.
Zia langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat ashar dan menggabungkannya dengan sholat dhuhur atau Jamak Ta'khir yang dilakukan saat sholat ashar.
Tak lupa setelah sholat, Zia pun menyempatkan diri untuk muraja'ah hafalannya dan setelah itu Zia segera membereskan barang-barangnya.
Saat Zia membuka tasnya ternyata terdapat beberapa Al-Qur'an yang dibawakan Bapak, "Masyaallah Bapak, " gumam Zia dan menaruh Al-Qur'an tersebut di meja.
Zia pun keluar dari kamar dan melihat beberapa orang yang duduk di ruang tamu untuk menonton tv.
"Assalamu'alaikum," sapa Zia.
"Anak baru ya?" tanya Delia.
"Iya kenalin, aku Zia. Aku mahasiswi baru," ucap Zia.
"Hey gue Delia, semester 5 sih," ucap Gea.
"Wulan, gue kerja," ucap Wulan.
"Hai, gue Tiara satu angkatan sama Delia," ucap Tiara.
"Ini masih beberapa aja Zi, yang lainnya masih ada yang kerja sama kuliah belum pulang," ucap Delia dan diangguki Tiara.
"Lo asli mana Zi?" tanya Wulan.
"Aku asli kota E Kak," ucap Zia.
"Halah santai aja Zi, panggil Wulan aja gue gak terlalu suka dipanggil Kak, Mbak atau apapun sejenis nya," ucap Wulan.
"Tapi, gak sopan," ucap Zia.
"Disini mah emang kayak gitu, nanti lama kelamaan lo juga bakal terbiasa kok," ucap Tiara.
"Iya," ucap Zia.
"Lo gak gerah pakai jilbab di dalam rumah?" tanya Delia.
"Gak kok malahan nyaman pakai nya," ucap Zia.
"Kalau gue, pulang langsung gue lepas tuh jilbabnya," ucap Delia.
"Emangnya lo pakai jilbab Del?" tanya Tiara.
"Ya gak sih," ucap Delia.
"Hello teman-temanku yang cantik jelita," ucap Hani.
"Berisik tau gak sih lo, Ni," ucap Delia.
"Heh ada penghuni baru ya kenalin gue Hani eh aku maksudnya," ucap Hani.
"Lah lagak lo Ni biasanya aja lo-gue," ucap Delia.
"Ya kan kalau sama lo pada pakai lo-gue, tapi kan kalau sama siapa namanya?" tanya Hani.
"Ah Zia," ucap Zia.
"Iya kalau sama Zia harus aku kamu lah soalnya takut masuk neraka hahaha," ucap Hani dan tertawa.
"Biarin aja Zi, emang gitu anaknya dia juga seangkatan gue sama Delia, dia anak ilmu sosial," ucap Tiara.
"Oh iya btw lo kuliah kan?" tanya Delia.
"Iya masih semester awal," ucap Zia.
"Fakultas apa?" tanya Tiara.
"Ilmu pendidikan Mbak," ucap Zia.
"Wah ada Bu guru dong disini," ucap Tiara heboh.
"Amin," ucap Zia.
"Delia nih dari akuntansi dan gue dari manajemen," ucap Tiara dan diangguki Zia.
"Udah makan belum lo pada?" tanya Wulan.
"Belum Lan, katanya Madam lagi masak," ucap Tiara.
"Aduh lama banget sih Madam masaknya laper nih," ucap Wulan.
"Nih udah selesai sabar dulu dong nona-nona," ucap Madam yang membawa makanan ke meja makan.
"Si Olla belum pulang?" tanya Madam Molly.
"Belum, lagi pacaran kali tuh anak," ucap Tiara.
"Dasar anak jaman sekarang bucinnya keterlaluan," ucap Madam Molly lalu pergi menuju rumahnya yang berada di samping.
"Yuk kita makan," ajak Hani lalu mereka pun makan bersama di ruang tamu dengan menonton tv.
Adzan Maghrib berkumandang Zia pun bersiap untuk sholat dan Zia melihat yang lainnya sedang asik menonton, "Kalian gak sholat?" tanya Zia.
"Kita lagi kedatangan tamu Zi," ucap Tiara.
"Kalian semuanya?" tanya Zia.
"Iya kita semua," ucap Delia lalu melanjutkan menonton tv.
Zia pun menuju kamarnya dan mengambil air wudhu setelah itu melaksanakan sholat Maghrib dan setelah itu berdzikir untuk menunggu sholat isya.
Selsai sholat, Zia keluar dari kamarnya dan melihat hanya ada Tiara dan Delia di sana, "Yang lain kemana?" tanya Zia.
"Yang lain lagi telponan sama pacarnya masing-masing," ucap Tiara.
"Zi, lo masuk kapan? eh ospek dulu kan?" tanya Delia.
"Iya, 3 hari lagi kalau gak salah," ucap Zia.
"Lo harus kuatin mental lo soalnya ospek itu bakal bikin lo kurang tidur, makan gak teratur pokoknya semua hidup lo bakal berubah semenjak ospek, lo percaya sama gue" ucap Delia.
"Lo jangan nakut-nakutin Zia," ucap Tiara.
"Gue bukannya nakutin, tapi gue cuma kasih spoiler aja," ucap Delia.
.
.
.
Tbc.
Zia bangun tepat jam 3 pagi untuk melaksanakan sholat tahajud dan berdzikir hingga adzan subuh berkumandang.
Setelah sholat l, Zia tak lupa membaca Alqur'an dan setelah itu Zia pun keluar dari kamarnya dan ia melihat Hani yang tengah berada di ruang tamu sambil menatap layar laptopnya.
"Mbak Hani dari tadi disini?" tanya Zia.
"Iya Zi, biasa masih ada tugas yang nanti pagi dikumpulin," ucap Hani.
"Mbak Zia udah sholat?" tanya Zia.
"U-udah kok," bohong Hani.
"Yaudah kalau gitu, Mbak Hani mau sekalian dibikinin sarapan gak Mbak?" tanya Zia.
"Mau bikin apa emangnya Zi?" tanya Hani.
"Hem, ini Zia mau bikin singkong rebus mumpung Zia punya singkongnya," ucap Zia.
"Eh gak deh Zi, lagian nanti kan Madam bakal bikin sarapan," ucap Hani.
'Aduh Zi, lo kok nawarin gue singkong ya gak mau lah gue,' ucap Hani dalam hati.
"Oh yaudah kalau gitu Mbak," ucap Zia.
"Zi, gue ke kamar dulu ya ngantuk soalnya," pamit Hani.
"Tapi, Mbak tidur setelah subuh gak baik loh," ucap Zia.
"Gapapa Zi, gue udah ngantuk parah," ucap Hani lalu menuju ke kamarnya.
Zia pun membuat beberapa singkong rebus untuk dirinya dan anak kos lainnya yang ia letakkan di meja makan.
Setelah itu, Zia kembali ke kamar dan mulai merapikan pakaiannya karena kemarin Zia hanya menatanya asal-asalan.
Saat tengah merapikan pakaiannya tiba-tiba pintu kamarnya diketuk, "Iya sebentar," ucap Zia lalu membuka pintunya.
"Kamu mau ikut gak Zi, kita mau ke mall?" tanya Delia.
"Gak deh Mbak, nanti Zia mau cari perlengkapan buat ospek," ucap Zia.
"Yaudah nanti kamu beli di mall aja," ucap Delia.
"Gak usah Mbak, Zia beli di toko alat tulis aja," ucap Zia.
"Oke deh kalau gitu kita berangkat ya kamu sendirian loh di kos," ucap Delia.
"Iya Mbak," ucap Zia.
Zia pun bersiap untuk pergi ke toko alat tulis untuk membeli beberapa perlengkapan ospek, Zia berjalan kaki dari kosnya menuju toko karena jarak yang tidak terlalu jauh dan juga Zia tidak membawa sepeda motor.
Zia pun berjalan menuju toko alat tulis dan ia tidak sengaja melihat pemulung yang sedang mencari sesuatu di tempat sampah lalu Zia pun memutuskan untuk membeli beberapa makanan di warung dan memberikannya ke pemulung tersebut.
"Pak ini untuk Bapak," ucap Zia dengan memberikan makanan tersebut.
"Makasih ya Mbak," ucap pemulung tersebut.
"Iya Pak, sama ini ada sedikit rezeki untuk Bapak," ucap Zia dan memberikan beberapa lembar uang untuk pemulung tersebut.
"Ya Allah Mbak, Bapak sudah syukur di kasih makanan," ucap pemulung tersebut.
"Gapapa Pak, ini semua rezeki dari Allah," ucap Zia.
"Sekali lagi terima kasih ya Mbak, oh iya nama Mbak siapa?" tanya pemulung tersebut.
"Nama saya Zia, Pak," jawab Zia.
"Wah nama yang cantik kayak Mbak nya," ucapnya.
"Amin, kalau gitu saya permisi Pak jangan lupa dimakan ya Pak," ucap Zia.
"Iya Mbak, Bapak yakin suatu hari nanti Allah akan membalas kebaikan Mbak Zia dan bapaknya doakan supaya Mbak Zia selalu di beri kesehatan dan dilancarkan rezekinya," ucapnya.
"Amin, terima kasih ya Pak, saya duluan, Pak assalamu'alaikum," ucap Zia lalu pergi dari tempat tersebut dan menuju ke toko alat tulis.
"Masyaallah jaman sekarang ternyata masih ada perempuan yang baik dan mau menutup auratnya andai Indah juga mau menutup auratnya seperti Mbak Zia," gumam pemulung tersebut.
Zia pun masuk kedalam toko alat tulis dan memilih beberapa barang, namun Zia merasa risih karena sedari tadi terdapat beberapa karyawan yang terus saja melihat ke arahnya.
Zia pun bertanya ke salah satu karyawan letak pita dan gunting, karyawan itu pun menunjukkan tempatnya, Zia kira karyawan itu akan pergi, namun ia terus saja melihat ke arah Zia.
Saat Zia akan membayar tiba-tiba kasir memanggil beberapa karyawan, "Tolong kalian periksa apa ada barang lain yang dia sembunyiin di bajunya," suruh kasir tersebut.
"Maksudnya apa ya Mbak?" tanya Zia.
Namun, kasir tersebut tidak menjawab dan karyawan lainnya pun menggeledah Zia dan tidak menemukan apapun, "Aman La," ucap salah satu karyawan setelah menggeledah Zia lalu pergi.
Kasir itu pun memberikan barang belanjaannya Zia, "Semuanya jadi tujuh puluh enam ribu," ucapnya.
Zia pun memberikan uangnya dan mengambil belanjaannya, sedangkan kasir tersebut tidak mengucapkan maaf atas apa yang sudah ia lakukan pada Zia bahkan kasir tersebut menatap Zia dengan sinis.
Namun, saat Zia akan keluar dari toko tersebut ia mendengar kasir itu berbicara, "Makanya jadi cewek kok ketutup banget sok alim, tapi nyatanya busuk juga," ucapnya.
Zia membalikkan tubuhnya dan menghampiri kasir tersebut, "Hanya Allah yan berhak menilai baik buruknya manusia, kita sebagai manusia hanya berusaha untuk melakukan apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah. Jika dengan menutup aurat saya dibilang busuk maka saya akan memilih itu," ucap Zia lalu pergi dari toko alat tulis tersebut.
Zia pun keluar dan menuju ke kosnya saat berada di kosnya ia melihat seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu.
"Astaghfirullah," ucap Zia kaget dan laki-laki itu pun melihat ke arah Zia lalu Zia menundukkan pandangannya dan menuju ke kamarnya.
Zia seharian berada di kamar karena ia takut jika ia keluar masih ada laki-laki tadi, hari menjelang sore Zia pun dikejutkan dengan suara teriakan dari seorang perempuan.
"Woy lo ya!" teriak seorang perempuan dan membuat Zia keluar dari kamar.
"Siapa dia?" tanya Olla pada Delia.
"Oh dia yang tadi gue ceritain namanya Zia, Zia ini Olla salah satu anak kos disini juga kok dia juga kuliah seangkatan sama gue," ucap Delia.
"Zia, Mbak," ucap Zia dengan mengulurkan tangannya, namun Olla mengabaikannya dan pergi menuju ke kamarnya.
"Gak usah diambil hati emang gitu Olla, dia jutek banget orangnya. Tapi, dia baik kok kalau lo udah kenal sama dia," ucap Delia.
"Iya Mbak," ucap Zia.
.
Malam harinya, Zia bergabung dengan penghuni lainnya dan mereka makan bersama, "Ini punya siapa sih?" tanya Olla kesal.
"Itu punya Zia, Mbak," ucap Zia.
"Oh punya lo," ucap Olla lalu membuang singkong yang tadi Zia rebus.
"Mbak kok dibuang?" tanya Zia.
"Kenapa gak terima? lagian gak ada yang makan juga, itu makanan orang kampung tau gak lo," ucap Olla.
"Tapi Mbak itu enak kok," ucap Zia.
"Yaudah kalau enak makan sendiri aja di kamar lo, ngapain lo taruh di situ," ucap Olla.
"Huh Madam, kok bisa nerima cewek sok alim gini sih di kos," gumamnya yang masih dapat di dengar Zia dan Zia menahan dirinya agar tidak meluapkan amarahnya.
Olla pun masuk kedalam kamar dengan membawa makanannya, "Sabar Zi, emang gitu Olla orangnya, agak kasar," ucap Wulan.
"Iya Mbak," ucap Zia.
"Kan gue bilang gak usah panggil Mbak Zi, serasa tua banget gitu umur gue," ucap Wulan.
"Ga enak Mbak kalau gak panggil Mbak soalnya kata orangtua Zia harus manggil yang lebih tua dengan Mbak atau apapun itu asal jangan nyebutin namanya langsung," ucap Zia.
"Yaudah deh Zi terserah lo," ucap Wulan.
.
.
.
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!