NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Si Penipu Hati

Bab 1 - Difitnah

Pagi ini Nadine bersiap-siap akan berangkat kerja. Wanita cantik itu duduk di depan cermin sembari memoles wajahnya. Ponselnya berdering tertera nama Darwin-kekasihnya.

"Hai!" ketusnya.

"Sayang, kenapa pagi-pagi wajahmu begitu murung?" tanya Darwin dalam panggilan video.

"Kenapa baru menghubungi aku? Kemana seminggu ini? Lalu mengapa ponselmu tak pernah aktif?" cecarnya.

"Sorry, sayang. Aku sangat sibuk sekali," jawab Darwin.

"Tak bisakah kamu menyempatkan waktu untuk menghubungi aku walau hanya lima menit?" tanya Nadine.

"Maaf, sayang. Aku benar-benar menyesal," jawabnya.

"..."

"Sayang, aku lihat kemarin malam kamu begitu bahagia dengan penyanyi idolamu."

"Ya, Dito temanmu itu begitu perhatian dengan aku. Dia sampai memanggil khusus Mahalika untuk menghiburku." Nadine berkata dengan wajah sumringah.

"Aku senang jika Dito bisa menyenangkanmu, tapi ingat kamu jangan main hati dengannya."

"Harusnya aku yang bertanya, apa kamu benar-benar menjaga hati di sana?" Nadine memasang tatapan menyelidik.

"Sayang, aku di sini kerja. Tak sempat mencari wanita lain, hanya kamu wanita yang ku sayangi." Darwin berkata penuh rayuan.

"Kapan kamu pulang ke tanah air?" tanya Nadine.

"Mungkin dua atau tiga minggu lagi."

"Kenapa lama sekali?"

"Sayang, aku harus terbang ke Swiss lagi."

"Apa!" Nadine tampak terkejut.

"Sayang, setelah dari Swiss aku tidak pergi lagi. Dan kita akan fokus untuk persiapan pernikahan."

"Kamu janji, kan?"

"Iya, sayang."

"Baiklah, aku tunggu kamu pulang. Dan ingat selalu balas pesan dariku."

"Iya, sayang. Kalau begitu aku tutup teleponnya, sampai jumpa!"

Nadine menutup teleponnya, ia kembali melanjutkan memoles wajahnya.

Selesai berdandan, ia melangkah ke meja makan.

"Punya siapa ini, Ma?" tanya Nadine ketika melihat sebuah buket bunga lily terletak di meja.

"Dari Dito," jawab Rita.

Nadine tersenyum, ia mencium bunga itu.

"Sepertinya kamu menyukainya?" tanya Rita.

"Ma, Dito itu orang yang baik. Kami hanya sebatas teman saja," jawab Nadine.

"Sepertinya tidak dengan dia, Nadine." Tuding Rita.

"Ma, sudahlah. Papa yakin Nadine takkan mungkin mengkhianati Darwin, apalagi mereka tahun depan akan menikah," Malik memotong pembicaraan istrinya.

"Mama takut saja, putri kamu ini membuat ulah," ucap Rita.

"Ma, jangan khawatir. Aku tidak akan tergoda padanya," ucap Nadine.

"Papa percaya padamu, Nadine."

"Terima kasih, Pa. Telah percaya padaku," ucap Nadine.

-

Sesampainya Nadine di kantor, sekretarisnya memberikan amplop coklat kepadanya.

"Dari siapa?"

"Tidak tahu, Nona. Tadi di antar kurir, katanya buat Nona Nadine."

"Kalau begitu, terima kasih!" Nadine masuk ke ruangannya.

Nadine membuka amplop tersebut, seketika matanya membulat ketika melihat foto kebersamaan dirinya dengan Dito. Mulai dari makan siang, di acara konser hingga makan sate pinggir jalan.

Wajah Nadine mendadak pucat, ia takut jika foto ini dilihat orang tuanya atau kekasihnya. Apalagi ada foto yang terlihat jelas ketika dirinya memeluk Dito.

Nadine lantas menelepon pria yang menemaninya beberapa hari ini.

Panggilan ketiga Dito baru mengangkatnya, "Halo, Nadine!"

"Apa kamu yang mengirimkan foto-foto kita ke kantor?" tanyanya.

"Foto apa?" Dito balik bertanya.

"Jangan balik bertanya, kamu sengaja 'kan mengirimkan ini semua agar aku dan Darwin batal menikah," tudingnya.

"Aku memang menyukaimu, tapi ku tak pernah mengirimkan foto itu!" Dito membantahnya.

"Jangan bohong!" sentaknya.

"Nadine, percayalah padaku. Aku sama sekali tidak mengirimkan foto itu ke kantormu. Pasti ada orang yang ingin memfitnah kita." Dito berusaha memberikan penjelasan.

"Aku benar-benar takut, Dito. Bagaimana kalau Darwin salah paham?" tanya Nadine dengan wajah cemas.

"Aku akan menjelaskannya padanya." Janji Dito.

"Aku ingin kita bertemu," ucap Nadine.

"Baiklah, kamu ingin kita bertemu di mana?" tanya Dito.

"Makan siang nanti kita bertemu di restoran depan kantor ku, bagaimana?"

"Baiklah." Dito menyetujui.

-

Makan siang pun tiba, Nadine membawa amplop coklat lalu memberikannya kepada Dito.

Pria itu membukanya dan terkejut.

"Apa kamu tahu siapa yang mengirimnya?" tanyanya.

Dito menaiki bahunya.

"Maksud pengirim ini apa coba?"

"Aku juga tidak mengerti, Nadine."

"Bukankah orang tua kamu tahu kita hanya berteman?" tanya Dito.

"Iya, tapi bagaimana dengan orang tuanya Darwin?" tanya Nadine.

"Darwin pasti menjelaskannya."

"Kalau mereka tidak terima, bagaimana?" tanya Nadine lagi.

"Kita 'kan memang tidak memiliki hubungan serius."

Nadine lantas diam dan berpikir.

"Jangan pikirkan masalah ini, semua akan baik-baik saja. Mungkin ada seseorang yang memang tidak menyukai hubungan kalian," ujar Dito.

Nadine mengarahkan pandangannya kepada Dito.

"Aku memang tidak suka dengan hubungan kalian, tapi tidak dengan cara fitnah seperti ini."

-

Malam harinya...

Nadine yang masih kepikiran dengan foto lantas menghubungi sahabatnya.

"Halo, Mitha. Kamu di mana?"

Setelah Mitha memberikan alamatnya, Nadine meluncur ke sebuah klub malam.

Di sana Nadine menceritakan semuanya kepada Mitha termasuk foto-foto kebersamaannya dengan Dito.

Mitha percaya dengan semua ucapan sahabatnya itu.

"Aku harus bagaimana, Mitha?" tanyanya dengan wajah panik. "Aku tidak mau pisah dengan Darwin, kamu tahu 'kan jika ku sangat sayang dengannya," lanjutnya.

"Iya, aku percaya. Darwin pasti menerima penjelasan kamu," ujar Mitha.

Ponsel Mitha bergetar, ia lalu membaca pesan. "Nadine, aku harus pergi. Kamu tidak apa-apa 'kan aku tinggal."

"Kamu mau ke mana?"

"Aku lupa kalau belum memberikan berkas laporan kerjaan. Ini aku mau bertemu dengan teman kantorku di ujung jalan." Mitha memberi alasan.

"Nanti kamu kembali lagi ke sini, kan?" tanya Nadine.

"Iya, aku akan kembali lagi."

Nadine pun masih berada di tempat duduknya, ia menenggak jus jeruk hingga kandas.

Seketika matanya terasa berat dan pandangannya gelap. Nadine pun tertidur.

***

Keesokan harinya, matahari belum terbit namun beberapa orang mendatangi sebuah kamar hotel dan memaksanya masuk karena memang tidak terkunci.

Nadine tersentak bangun ketika mendengar suara teriakkan orang tuanya memanggil namanya.

Nadine bangkit dan duduk memegang kepalanya, ia tampak bingung melihat kedua orang tuanya serta Darwin kekasihnya.

"Kenapa kamu bisa seranjang dengannya, Nadine?" tanya Rita marah.

Nadine melihat pria di sampingnya, matanya seketika membulat, "Ma, Pa, Baby, ini tak seperti yang kalian lihat. Ini salah paham!" berkata dengan ketakutan.

Darwin lantas mendekati dan membalikkan tubuh pria yang ada disamping Nadine dan menghajarnya.

Dito yang terbangun karena tubuhnya di tarik dan di pukul, terjatuh ke lantai.

Nadine gegas bangkit mendekati kekasihnya, "Darwin hentikan!" teriaknya menahan tubuh kekasihnya.

Malik dan Rita menarik tubuh Nadine menjauh dari Darwin.

"Ma, Pa, Dito tak salah!" ucap Nadine.

"Kenapa kamu membelanya? Apa kamu menyukainya?" tanya Malik dengan suara lantang.

Nadine terdiam.

"Teman brengsek seperti dia memang harus diberikan pelajaran!" Darwin menatap wajah kekasihnya dengan amarah.

Dito terduduk di lantai memegang bibirnya yang sakit.

"Om, Tante, maaf saya tidak bisa melanjutkan pertunangan ini!"

"Tidak, Baby. Apa yang kamu katakan?" tanya Nadine.

"Ini semua karena kamu!" Rita melayangkan tamparan ke wajah putrinya.

"Ma, cukup!" Malik memegang tubuh istrinya.

"Dia sudah mempermalukan kita, Pa!" Rita berkata penuh emosi.

"Kita akan bicarakan ini di rumah," ucap Malik.

"Pa, Ma, aku bisa jelaskan!" Nadine memegang pipinya.

"Tak ada yang bisa dijelaskan, semua sudah terbukti!" sentak Rita.

Malik mengarahkan matanya kepada Dito, "Kamu ikut kami ke rumah dan jelaskan semuanya!"

Malik sangat marah ketika melihat putrinya tidur seranjang di kamar hotel dengan pria yang bukan suaminya. Apalagi putrinya itu beberapa bulan lagi akan segera menikah.

Bab 2- Diinterogasi

Mereka kini sudah berada di kediaman Malik. Nadine dan Darwin duduk bersebelahan. Sementara Dito duduk di seberang mereka.

Rita duduk masih dengan hati kesal dan marah.

"Siapa yang lebih dahulu memberikan penjelasan?" tanya Malik dengan posisi berdiri.

Nadine, Darwin dan Dito saling pandang.

"Aku, Pa!" jawab Nadine.

"Jelaskan!" ucapnya mencoba menahan emosi.

"Semalam aku bertemu dengan Mitha di klub malam, aku memesan minuman jus jeruk seperti biasanya. Aku tidak tahu entah kenapa setelah meminumnya kepalaku pusing, Pa."

"Lalu kenapa kamu ada di kamar dengan Dito?" tanya Darwin.

"Aku juga tidak tahu," jawabnya.

"Telepon Mitha sekarang juga!" perintah Malik pada putrinya.

"Baik, Pa." Nadine lantas menelepon sahabatnya itu.

Nadine menjelaskan alasan dirinya menelepon Mitha dan wanita itu bersedia menjadi saksi.

Sambil menunggu teman putrinya datang, Malik bertanya kepada Dito, "Apa benar semalam kamu tidak berdua dengan Nadine?"

"Saya datang ke hotel karena mendapatkan pesan dari seseorang. Isi pesan mengatakan kalau Nadine dalam bahaya," Dito menunjukkan chat di ponselnya.

"Dia berbohong, Om!" Darwin berdiri menunjukkan wajah Dito. "Nadine sering bercerita jika dia tak merasa nyaman dengan Dito, tapi dia terus selalu mendekati Nadine," lanjutnya.

"Saya memang menyukai Nadine, tapi tidak dengan cara gila ini!" Dito juga berdiri dan memberi pembelaan.

"Darwin, Dito, duduklah!" perintah Malik berusaha tenang.

"Saya punya bukti foto kebersamaan Nadine dan Dito!" Darwin membuka ponselnya lalu menunjukkan beberapa foto kepada Malik.

"Pa, aku dan Dito hanya teman," jelas Nadine. Ia lalu mengalihkan pandangannya kepada Darwin, "Kenapa kamu tega menuduhku seperti itu?" tanyanya dengan raut wajah sedih.

"Ini ada buktinya, Nadine. Kamu dan Dito jelas-jelas berselingkuh!"

Nadine berdiri lalu berkata dengan tegas, "Itu semua fitnah, kamu harus percaya aku!"

"Aku tidak bisa mempercayai kamu lagi, setelah kejadian di hotel tadi," ucap Darwin.

Nadine terduduk, ia kembali menangis.

Mitha pun datang, Nadine lantas berdiri dan memeluk sahabatnya itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Mitha.

"Tolong kamu jelaskan pada orang tua ku dan Darwin. Semalam aku bersama dengan siapa," jawab Nadine dengan bibir gemetar.

Mitha pun menjelaskan bahwa dia semalam memang bersama dengan Nadine, setelah itu ia pergi karena ada urusan.

Tak lama setelah urusannya selesai ia kembali lagi menemui Nadine, begitu sampai di klub malam dirinya Nadine telah pulang.

"Saya sempat menghubungi Nadine, tapi ponselnya tidak aktif," jelas Mitha.

"Mama, Papa, dengarkan semua penjelasan Mitha. Aku difitnah!" ucapnya.

"Maaf, Om. Saya tetap tidak bisa melanjutkan pertunangan ini, apalagi Nadine begitu sangat akrab dengan Dito. Bisa saja mereka bertiga sekongkol untuk menutupi perselingkuhannya," tuding Darwin.

"Saya dan Nadine tidak berselingkuh!" ucap Dito tegas.

"Benarkah? Lalu kenapa kamu memeluk calon istriku?" tanya Darwin.

"Aku yang memeluknya karena dia sudah memberikan kejutan untukku," Nadine menjawabnya.

"Wow, memberikan kejutan kepada kekasih orang lain," ujar Darwin.

"Iya, karena dia ada saat aku membutuhkanmu. Ke mana kamu selama ini? Kemarin pagi bilang akan terbang ke Swiss, kenapa bisa pagi-pagi di kota ini?" Nadine membela Dito.

"Aku ingin memberikan kejutan untukmu, ternyata aku yang malah mendapatkan kejutan darimu!" jelas Darwin.

Nadine tertawa getir.

"Apa aku boleh pulang?" tanya Dito.

Rita yang tak dapat menahan amarahnya, menghampiri Dito dan menamparnya.

"Mama!" pekik Nadine dan Malik.

"Gara-gara pria brengsek ini, putriku gagal menikah!" maki Rita.

Nadine mendekati Dito, ia berdiri membelakangi pria itu.

"Ma, Dito tak bersalah. Dia juga korban fitnah," ucap Nadine.

"Kamu terus membelanya, apa memang kalian memiliki hubungan?" tanya Rita.

"Tidak, Ma." Jawab Nadine tegas.

"Dito harus menikahi Nadine!" ucap Malik.

"Apa!" Rita dan Nadine tampak syok.

"Mama tidak setuju, Pa!" tolak Rita.

"Nadine dan Dito telah tidur seranjang, Ma." Kata Malik.

"Kami tidak melakukan apa-apa, Pa!" Nadine berkata tegas.

"Jika Om menikahkan Nadine dengan Dito itu hanya membuat keluarga Malik Ikssa tersudutkan. Semua orang pasti akan bertanya apa alasan Nadine dan aku mengakhiri pertunangan," sahut Darwin.

"Apa yang dikatakan Darwin benar, Pa. Kita tidak mungkin menikahkan mereka, nama keluarga besar kita akan tercoreng. Mereka akan menghina kita karena tak becus mengurus Nadine," Rita menimpali.

"Saya akan memberitahu kepada orang-orang kalau kami putus karena sebab yang lain," ujar Darwin.

"Kamu lihat, Nadine. Pria baik seperti dia telah kamu khianati!" ucap Rita.

Nadine hanya diam.

Dito mengepalkan tangannya, ia ingin meluapkan amarahnya namun ia berusaha menahannya.

-

-

Sore harinya ketika di kediaman orang tuanya Darwin.

Darwin telah menceritakan semuanya tentang pengkhianatan yang dilakukan Nadine kepadanya.

Perrie dan Selly sangat menyayangkan sikap Nadine, padahal mereka begitu menyukai wanita itu.

"Maafkan kami, Tuan Perrie. Kami sebagai orang tua tak bisa menjaga dan mendidik Nadine dengan baik," ujar Malik.

"Kami sangat berharap Nadine menjadi bagian dari keluarga ini," ucap Perrie.

"Sebagai permintaan maaf kami dan memenuhi janji. saya akan mentransfer uang ke rekening perusahaan anda, Tuan Perrie." Kata Malik.

Nadine yang sedari tadi duduk dan menundukkan wajahnya, mendongakkan kepalanya. "Uang? Maksudnya apa, Pa?"

"Kami berjanji jika salah satu diantara kalian berkhianat maka ia harus memberikan uang kompensasi," jawab Malik.

"Perjanjian macam apa itu," Nadine tampak tak senang.

"Makanya kamu jangan berkhianat, jadi habis uang kita!" singgung Rita.

"Aku sudah pernah bilang, aku tidak berkhianat!" ucap Nadine.

"Semua telah terjadi, Nadine. Maaf, aku tidak dapat menikahimu," ujar Darwin.

Nadine lalu berdiri, "Aku akan buktikan kalau ku tak pernah berkhianat!"

"Silahkan, tapi ku tetap tidak akan merubah keputusan, Nadine." Darwin berkata dengan sini.

"Terserah kamu mau berubah pikiran atau tidak. Aku tak peduli!" Nadine memilih pergi meninggalkan rumah Darwin.

"Nadine, kamu mau ke mana?" Rita teriak memanggil putrinya.

"Sekali lagi maafkan kami!" ucap Malik.

"Ya, Tuan Malik." Perrie memakluminya.

Nadine yang kesal, kecewa, marah serta sedih tak dapat menahan air matanya. Ia meninggalkan kediaman Darwin menumpang sebuah taksi.

Nadine lalu menghubungi Dito namun ponsel pria itu tak dapat dihubungi. Ia semakin kecewa, akhirnya Nadine memilih pergi ke sebuah pantai yang terletak di pinggir kota tempat tinggalnya.

Nadine berteriak sekencang-kencangnya di pinggir pantai yang tak ada pengunjungnya. "Aku tidak pernah membohongimu, Darwin!"

Nadine terduduk di pinggir pantai, ia menangis. Semua impiannya menikah dengan pria yang di cintainya tinggal kenangan.

Ponsel Nadine berdering tertera nama Dito, ia bergegas mengangkatnya.

"Halo!"

"Kamu di mana?" tanya Dito di ujung telepon.

Nadine memberitahu keberadaannya.

Setengah jam kemudian, Dito pun telah tiba di pantai.

"Untuk apa lagi kamu menemui ku?"

"Bukankah kamu terlebih dahulu menghubungi aku?"

"Aku menghubungimu hanya ingin mengatakan kalau aku sangat membencimu!"

Dito tertawa kecil mendengarnya.

"Kamu tertawa karena senang aku tidak jadi menikah dengan Darwin?" tuding Nadine.

"Din, aku bukan senang. Seharusnya kamu bersyukur lepas dari Darwin."

"Bersyukur kamu bilang? Karena pertunangan kami berakhir, keluarga aku harus memberikan uang kepada mereka!"

"Uang?" Dito mengernyitkan dahinya.

"Ya, papaku dan papanya Darwin memiliki perjanjian. Jika salah satu diantara kami berkhianat, maka siapa yang menjadi pengkhianat harus memberikan sejumlah uang dan itu tidak sedikit," jawab Nadine.

"Jadi, ini alasan dia memberikan tawaran kepadaku," batin Dito.

"Ini semua karena kamu!" Nadine berteriak di wajah pria itu.

"Nadine, aku minta maaf."

"Apa dengan maaf kamu bisa mengembalikan Darwin padaku? Tidak, kan?" singgungnya dengan nada tinggi.

Dito pun terdiam.

Nadine kembali terduduk di pinggir pantai.

Dito melakukan hal yang sama.

"Kenapa masih di sini? Pergilah!"

"Aku tidak akan pergi, aku harus bertanggung jawab padamu!"

"Tanggung jawab? Kita tidak melakukan apapun di kamar itu!"

"Iya, tapi aku pria yang seranjang bersamamu!"

Bab 3 - Malam Pertunangan Nadine dan Darwin

(Flashback)

Seorang wanita berusia 26 tahun turun dari mobil mewahnya. Menggunakan gaun pesta malam berwarna merah dan lehernya melingkar kalung berlian dengan harga ratusan juta.

Berjalan anggun dan melemparkan senyuman kepada setiap tamu yang diundang di acara tersebut.

Nadine Malika, putri kedua dari keluarga konglomerat nomor 2 di kota A. Terlahir dari orang tua yang kaya raya, Nadine tak pernah kekurangan. Apapun yang ia minta selalu diberikan. Namun tidak hati seorang pria yang telah membuatnya jatuh cinta.

Darwin Adra, pria berusia 28 tahun. Seorang direktur di perusahaan yang bergerak di bidang frozen food mampu mencuri hati putri dari pengusaha hotel dan transportasi umum.

Malam ini adalah pertunangan keduanya. Nadine sangat bahagia ketika orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Darwin. Pria yang telah membuatnya menyingkirkan para pria lain.

Darwin menyambut uluran tangan Nadine ketika wanita itu hendak naik ke atas panggung yang tak terlalu tinggi namun cukup lebar.

Nadine tersenyum begitu manis menatap pria yang ada dihadapannya.

"Malam ini kamu cantik sekali!" bisik Darwin di telinga calon istrinya.

Nadine yang mendengarnya tersipu malu.

"Pertunangan kedua putra putri kami untuk mempererat hubungan bisnis diantara dua perusahaan besar," ucap Malik, pria berusia 55 tahun ayah dari Nadine.

"Dan tentunya karena kedua anak kami ini saling mencintai," lanjutnya.

Kata-kata Malik disambut tepukan tangan dari para tamu yang hadir.

Sejam lebih, acara pun berakhir. Nadine dan Mama-nya lebih dahulu pulang bersama dengan sopir.

Malik dan Perrie ayahnya Darwin sejenak mengobrol di balik panggung. Tak ada orang yang hanya mereka berdua.

"Pertunangan anak kita telah terjadi, jika salah satu diantara mereka berkhianat. Maka yang berkhianat harus membayar sanksi dari kesalahannya sebesar lima milyar. Apa kamu setuju, Malik?" tanya Perrie.

"Aku setuju, putriku tidak mungkin mengkhianati putramu. Apalagi dia sangat mencintai Darwin."

"Dan tak mungkin juga putraku berkhianat. Karena itu hanya akan mempertaruhkan nama baik perusahaan dan keluarga."

Darwin yang hendak memanggil ayahnya mendengar percakapan keduanya, ia pun tersenyum menyeringai.

"Papa."

Malik dan Perrie menoleh.

"Darwin!" Perrie melemparkan senyuman kepada putranya begitu juga calon besannya.

"Mama sudah menunggu di mobil, ayo kita pulang!" ajaknya.

"Duluan, Nak. Papa akan segera menyusul," ujar Perrie.

"Baiklah, Pa." Darwin pun berlalu, ia juga berpamitan kepada ayah dari kekasihnya.

"Malik, sampai jumpa lagi. Semoga pertunangan kedua anak kita berakhir di pelaminan," harap Perrie.

"Semoga," ucap Malik.

Perrie berjalan ke arah mobil yang telah menunggunya di teras hotel.

Di dalam mobil mewahnya, ia lantas bertanya pada putranya, "Apa kamu memang mencintai Nadine?"

"Tentunya, Pa. Kalau tidak mana mau aku dijodohkan dengannya," jawab Darwin.

"Papa kenapa bicara begitu?" tanya Selly, istrinya Perrie.

"Papa tak mau Darwin membuat malu keluarga kita, Ma."

"Tidak mungkin putra kita membuat malu, Pa. Aku yakin Darwin setia dan tulus pada Nadine," ujar Selly.

"Iya, Ma. Papa percaya," ucap Perrie.

-

Dikediaman Malik, hal yang sama juga di tanyakan pria itu kepada putrinya.

"Pa, aku sangat mencintai Darwin. Kenapa Papa mempertanyakan ini lagi, padahal sebelumnya juga pernah bertanya tentang perasaan ku kepadanya."

"Papa hanya tidak ingin rumah tangga kalian berantakan, jadi sebelum semuanya terlanjur makanya bertanya sekali lagi," ujar Malik.

"Apa yang dikatakan Papa kamu benar, kalian 'kan masih tahap pertunangan. Pernikahan kalian juga akan dilaksanakan tahun depan," Rita menimpali.

"Mama, Papa, tenang saja. Kami berdua saling mencintai, pernikahan kami pasti berlanjut."

"Papa berharap kamu tidak mengkhianati Darwin, Nak."

"Iya, Pa. Aku tidak akan mengkhianati Darwin," janjinya.

***

Seminggu kemudian....

Siang ini, Nadine datang ke sebuah kafe. Darwin mengajaknya bertemu, tentunya ia sangat senang hati berjumpa dengan kekasih hatinya itu.

"Hai, Baby!" Nadine memeluk kekasihnya.

"Hai, sayang!" Darwin tersenyum hangat.

Nadine melepaskan pelukannya lalu mengarahkan pandangannya kepada pria yang ada di sebelah kekasihnya, "Siapa dia, Baby?"

"Sayang, ini temanku selama kuliah di Amerika. Namanya Dito," ucap Darwin memperkenalkan.

"Hai!" Dito mengulurkan tangannya.

"Aku Nadine, salam kenal!" Membalas uluran tangan pria yang ada dihadapannya.

"Namanya yang indah sesuai dengan wajahnya," puji Dito.

"Terima kasih," Nadine tersenyum singkat.

"Oh ya, sayang. Dito ini dia sebenarnya seorang wakil direktur utama di perusahaan properti di kota B," jelas Darwin.

"Benarkah?" tanya Nadine menatap pria yang memiliki lesung pipi itu.

"Benar, Nona." Dito tersenyum semanis mungkin.

"Sayang, aku sengaja mengajak kamu bertemu. Ada yang ingin ku katakan juga," ucap Darwin.

"Katakanlah," ujar Nadine.

"Minggu depan aku harus ke Australia selama beberapa minggu, ada urusan pekerjaan. Kamu tidak apa 'kan aku tinggal."

"Tidak, Baby. Jika itu tentang pekerjaan kamu, aku tak mempermasalahkannya. Asal kamu selalu menghubungi aku!"

"Ternyata, orang tuaku tidak salah pilih calon menantu. Kamu begitu sangat perhatian, aku makin cinta denganmu," Darwin mengelus pipi kekasihnya dengan jempol kanannya.

"Eheem..."

"Sorry, sorry, Dito. Aku lupa jika ada kau di sini, maklum kami baru bertunangan dan aku harus pergi untuk urusan pekerjaan," ujar Darwin.

"Tidak apa-apa, Win. Jika kau pergi, aku siap menjaga Nadine," ucap Dito.

"Wah, terima kasih banyak. Kau memang temanku terbaik," puji Darwin.

"Pastinya," ucap Dito.

"Aku bisa jaga diri, tak perlu merepotkannya," ujar Nadine.

"Sayang, aku 'kan jauh dari kamu. Aku tidak mau saja, kamu merasa kesepian. Siapa nanti yang akan menemani kamu berbelanja," ucap Darwin.

"Ada Mitha yang menemaniku, Baby."

"Mitha bukaannya lagi di Singapura?" tanya Darwin.

"Dia berencana akan pulang tiga hari," jawab Nadine.

"Oh, begitu."

"Win, maaf aku duluan, ya." Dito berdiri dari tempat duduknya.

Darwin pun ikutan berdiri, ia berjabat tangan ala lelaki. "Sorry, Bro. Aku dan kekasihku keasyikan mengobrol sampai ku tak memperhatikanmu."

"Tidak apa, Win."

"Lain waktu kita jumpa lagi, ya!" ucap Darwin.

Dito mengangguk, lalu tatapannya tertuju pada Nadine. "Nona cantik, aku pamit dulu. Semoga lain waktu kita bisa bertemu dan mengobrol."

Nadine hanya tersenyum tipis.

"Kalau begitu aku pamit!" Dito pun berlalu.

Nadine memperhatikan punggung Dito perlahan menghilang. Ia lalu berkata kepada kekasihnya, " Baby, sepertinya temanmu itu seorang playboy!"

"Ya, begitulah."

"Kamu tidak cemburu aku digodanya seperti tadi?"

"Sayang, aku tuh percaya dengan dia dan kamu."

"Tapi, kenapa aku jadi takut dengannya?"

"Sayang, Dito itu sebenarnya pria yang baik. Walaupun sikapnya begitu kepada setiap wanita, tapi kamu jangan khawatir dia takkan merebutmu dari aku."

"Aku jadi risih saja, apalagi dia memujiku secara berlebihan," ucap Nadine.

Darwin tertawa kecil.

"Sayang, apa yang dikatakan Dito semua benar. Kamu tuh cantik, setiap pria pasti akan memujimu."

"Tapi, menurutku sangat aneh saja!"

****

Sehari sebelum keberangkatan Darwin ke Australia. Nadine mengunjungi kantor tempat kerja kekasihnya.

Darwin tampak terkejut dengan kedatangan calon kekasihnya itu. "Sayang, kenapa tidak memberitahu aku kalau kamu mau ke sini?"

"Aku sengaja, Baby."

"Untung aja aku ada di kantor, bagaimana jika tidak ada di tempat?"

"Tentunya aku akan menelepon kamu," jawab Nadine manja.

"Kamu ke sini ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu makan siang bersama," jawab Nadine.

"Ya sudah, kalau begitu ayo kita pergi makan siang!" ajak Darwin.

Keduanya pun pergi ke restoran terdekat. Sesampainya mereka memesan makanan dan minuman.

"Baby, besok jadwal keberangkatan kamu jam berapa?"

"Pagi."

"Bolehkah aku mengantarmu ke bandara?"

"Tidak usah, sayang. Besok aku harus pagi-pagi sekali berangkat dari rumah, jalanan juga sangat macet. Nanti kamu terlambat lagi ke kantor," Darwin beralasan.

"Itu tidak masalah, Baby."

"Sayang, aku tak mau kamu kelelahan di perjalanan dari bandara ke kantor. Aku tidak ingin kamu sakit," jelas Darwin.

"Baby...."

"Sayang, kali ini tolong dengar kata-kata aku. Kita akan berjauhan, ku tak mau mendengarmu sakit," ucap Darwin lembut.

Nadine menghela napas.

"Sayang, jangan cemberut begitu dong. Selama di sana aku janji akan selalu menghubungimu!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!