Louis melempar senjatanya dengar kasar di atas meja begitu ia melangkah masuk ke ruang bawah tanah itu. Ketua Black Wolf itu sangat marah. Andre, anak buah Louis hanya tersenyum ini bukan kali pertama ia melihat tuan muda marah-marah tidak jelas seperti ini. Karena, Andre sudah sering melihat emosi Louis seperti ini mengingat Andre sudah lama bekerja bersama ayah_ Luois jadi bagi Andre ini sebuah pertunjukan anak-anak yang marah karena tidak dibelikan permen oleh orang tuanya.
"Kau sudah dengar, Andre?"
"Ya, banyak mereka berbicara tentang kelompok baru itu, bukan?" sahut Andre.
Sementara Louis menghempaskan dirinya ke atas sofa yang berada diruang bawah tanah itu.
"Sialan!" Louis melayangkan satu pukulan diatas meja sofa depan ia duduk hingga meja yang terbuat dari kaca itu retak. Andre, tidak tegur sebagai anak buah dan orang yang sangat dipercaya oleh Louis hanya bisa diam dan mendengar semua yang dikatakan tuan mudanya.
"Aku sudah muak! Dia menguasai daerah ini bahkan dia tidak segan untuk membunuh masyarakat yang tidak bersalah, bahkan dia juga selalu mengancam untuk membakar rumah warga jika tidak mengikuti perintah dirinya. Kasihan masyarakat itu, mereka sebenarnya tidak di libatkan demi ketamakan dirinya." Louis terus marah. Sementara Andre lebih memilih diam karena jika ia menjawab bisa-bisa dia yang akan menjadi sasaran empuk kemarahan Louis.
Ya, Louis merupakan anak Mafia dari Black wolf namun ia memilih pergi dari mansion ayahnya. Karena sang kakak tertua tidak memberikan ia warisan sedikit pun setelah kematian Black wolf.
Louis yang saat itu berusia lima belas tahun memilih pergi dan Andre pun ikut bersama Louis. Pria tampan berbadan atletis itu akhirnya mampu membangun sebuah markas sendiri yang ia beri nama 'Black Wolf,' tentu dengan bantuan Andre. Louis meneruskan nama besar sang ayah. Louis berharap dengan menggunakan nama besar Balck wolf dapat memudahkan jalannya untuk menguasai markas dan tempat yang akan dia datangi namun semua tidak semudah yang ia bayangkan. Benar, Louis sudah menjadi kaya raya seperti sekarang bahkan di mansionnya terdapat banyak wanita yang siap melayani Louis kapan saja. Jangan tanya kapan Luois menikah? Karena, pria itu tidak menikah bagi dia wanita cukup menjadi pemuas dirinya. Namun, Louis juga banyak mengalami kegagalan dan halangan besar hingga ia harus berpikir keras untuk menghadapi musuh-musuhnya.
"Apa kau ingin mengirim anak buah ke sana lagi?" tanya Andre hati-hati.
Luois menggeleng, " Tidak. Karena, aku tahu bukan mereka pelakunya. Mereka pasti berada di bawah pimpinan orang yang tidak biasa. Aku ingin bertemu dengan pimpinan mereka secara langsung." geram Louis.
"Kalau begitu kita harus mencari siapa dibalik itu semua. Karena, aku kemarin bertemu langsung dengan Roy, aku berani bersumpah Roy sangat kaget melihat kedatanganku di markas Red Tiger. Melihat reaksi dia aku bisa pastikan dia tidak mungkin melakukan hal serendah itu, memanfaatkan masyarakat untuk melawan kita." ucap Andre.
"Tapi, aku yakin mereka memiliki seseorang yang sangat licik di markas itu. Entah itu bosnya atau kaki tangannya tapi kita perlu selidiki dengan baik," Louis masih emosi dia tidak bisa menerima kekalahan begitu saja.
Luois yang sudah berencana matang pergi ke kota X untuk menguasai tanah serta hasil kota itu namun sebelum ia sampai di kota X jalan yang biasa ia lewati di tutup bahkan ada dua rumah warga yang di bakar.
Luois memang mafia kejam namun ia tidak tega menyiksa masyarakat. Bagi Louis masyarakat adalah mesin uangnya jadi ia harus berbuat baik kepada mereka.
"Aku setuju. Tapi, kau tidak bisa menguasai markas itu. Karena Red Tiger milik The Mafia dan kau tau sendiri The Mafia memiliki banyak anak buah dan markas yang tersebar hampir di seluruh Eropa ia menguasai perusahaan, hasil bumi dan tanah masyarakat. Aku kwatir, jika kau berani mengusik ketenangan The Mafia, itu sama saja kau menghancurkan dirimu sendiri. Kita bisa-bisa kehilangan kepercayaan masyarakat dan beberapa kelompok yang saat ini kita ajak kerja sama. Kau, pasti tau kita baru saja bergelut di dunia hitam ini, bukan?" sahut Andre.
Pria berkulit putih itu, sangat mengerti cara kerja dunia hitam. Dia tidak ingin kelompok yang sudah dibangun Louis dengan susah payah hancur begitu saja hanya karena kecerobohan Louis sendiri.
"Aku tidak akan kalah," geram Louis.
Louis melayangkan satu pukulan lagi di lengan sofa, dia lalu menaikkan kaki kirinya ke atas kaki kanannya. Kemudian, ia menopang dagunya dengan tangan kirinya. Louis sedang memikirkan cara ya bagaimana dia bisa menguasai markas red Tiger. Ya meskipun tidak mungkin...
"Tapi kau akan rugi. Apa kau tidak berpikir berapa lama kau membangun kelompok ini? Kau sudah merebut dua kelompok untuk bergabung denganmu aku rasa ini kerja kerasmu yang luar biasa. Lalu, mengapa karena emosi sesaat kau mau menghancurkan kerja kerasmu begitu saja? Pikir dengan kepala dinginmu." Andre yang lebih tua dua puluh tahun dari Louis memberi nasihat karena sebelumnya ia bekerja dengan ayah Louis jadi baik dan buruk dunia hitam Andre sangat mengetahui dengan baik
"Tiga," sahut Luois cepat.
Andre mengangkat alisnya, " Tiga? Bagaimana mungkin?"
"Ya. Apa kau meragukan kemampuanku? Aku akan membuat Red Tiger bertekuk lutut kepadaku. Lihat saja nanti!" Luois tampak begitu percaya diri, dia menurunkan kaki kirinya dari atas paha kanannya lalu ia berjalan menuju tempat ia menyimpan wine. Tangannya memilih salah satu wine termahal dari produk Amerika.
Andre yang mengerti, ia segera berjalan ke arah kabinet, ia membuka pintu kabinet lalu mengambil dua cangkir wine. Louis meletakkan satu botol wine diatas meja kaca lalu ia melirik ke arah Andre, "Buka, kali ini kau jadi bartenderku bukan anak buah yang bisa mengatur aku." Louis tersenyum licik.
"Ya, baiklah." Andre tersenyum dia lalu membuka tutup botol wine terdengar suara soda alkohol menguar, " ciss ..." Di padu aromo wine yang menggugah selera.
Andre mengangkat botol wine itu lalu menaikan satu sudut bibirnya, "Mari kita mencari inspirasi," seru Andre di sambut senyum semirik dari Louis.
Kemudian, Andre mulai menuangkan wine itu ke cangkir Louis lalu ke cangkir dirinya. Setelah itu keduanya bersulang, " Cerss..." setelah melakukan ciers Luois lalu meneguk wine yang terisi di cangkir itu hingga tandas begitupun dengan Andre.
"Ini sangat enak." ujar Louis lalu ia meletakkan cangkirnya diatas meja lagi untuk di isi wine lagi.
Kebiasaan Lousi jika ia sedang dalam keadaan emosi wine adalah solusi terbaiknya.
"Ya mari kita menikmati wine ini hingga habis," sambung Andre.
Usai menyelesaikan satu botol wine, Louis duduk termenung dengan bersender di sofa panjang sementara Andre menatap Louis penuh iba. Lelaki kecil yang dulu ia rawat kini telah menjadi dewasa, bertaruh nyawa melawan musuh-musuh kuat diluar sana tanpa sedikit pun ia menyerah. Semua yang dilakukan Louis hanya sebagai pembuktian bahwa ia bisa berdiri diatas kakinya sendiri tanpa bantuan kedua saudaranya yang tamak sesuai janjinya sewaktu ia memutuskan keluar dari mansion milik sang ayah.
Andre mengedarkan pandangannya ke depan pintu ruang bawah tanah namun ia tidak melihat wanita yang baru seminggu dibawa oleh Louis ke mansion ini.
"Dimana Amelia?" gumam Andre. Karena, ia tau obat penangkal amarah Louis adalah wanita. Namun, wanita itu tidak juga datang, "Ataukah dia takut dengan suara keras Louis?" pikir Andre.
Andre ingat kemarin dia baru saja mengingatkan Amelia 'jika Louis pulang dari pekerjaannya maka bergegas lah menghampiri Louis dan memberi servis terbaiknya'. "Namun wanita itu sepertinya tidak mengingat semua ucapanku itu, ataukah mungkin dia sudah bosan hidup atau dia mungkin ingin kembali ke tempat ia berasal? Menjuuual tub*uhnya kepada semua pria?" gerutu Andre dalam hati lagi.
Andre akhirnya berdehen membuyarkan lamunan Louis, "Ehem..."
Louis menatap Andre, " Ada apa?" tanya Louis.Kantong matanya terlihat sangat hitam menandakan ia sangat lelah tapi ambisinya masih belum selesai.
"Aku berharap kau tidak berpikir untuk pergi menyerang Red Tiger seorang diri. Karena, jika kau melakukan itu artinya kau menyerahkan nyawamu secara gratis untuk musuh." ucap Andre karena ia paham benar apa yang dipikirkan Louis.
"Tapi, aku tidak bisa diam seperti ini. Dia menghancurkan rumah masyarakat hanya karena ketamakan dirinya dia itu licik," sela Louis.
Louis memang mafia kejam namun ia tidak bisa menghukum masyarakat kecil hanya karena keegoisan dirinya. Berbeda dengan kelompok lain jika mereka gagal mendapatkan apa yang mereka mau masyarakat kecil menjadi sasaran empuk mereka.
"kau bisa menawarkan kerja sama." Andre menautkan kedua alisnya.
"Hahaha...." Louis terbahak.
"Kau telat. Seminggu yang lalu Aku bahkan sudah mengajak dia bekerjasama Aku menawarkan bonus yang besar, aku juga menawarkan untuk membantu dia menyerang markas kakakku jika dia mau bekerjasama dengan aku. Namun, justru The Mafia dengan tegas menolak tawaranku. Dia mengatakan bahwa Red Tiger bukan dibawah pimpinan dia tetapi dibawah pimpinan Putrinya. Markas itu telah diwariskan kepada Putrinya semenjak Putrinya berusia enam tahun oleh istrinya, ibu dari Putrinya itu. Dia itu bodoh, bukan? Itu Putrinya harusnya dibawah kendali dia sebagai seorang Ayah? Dia bisa merebut lagi markas itu dan mengusir Putrinya keluar dari markas itu untuk bersekolah atau melakukan hal yang lebih baik daripada bergelut di dunia hitam? Orang tua seperti apa dia?" Louis menggelengkan kepalanya dia tidak percaya dengan pola pikir The Mafia atau tuan Wiliam nama aslinya. Membiarkan anaknya terjadi dalam dunia hitam?
"Mungkin di surat wasiat istrinya sudah negaskan tidak ada yang berani mengambil alih warisan itu selain Putrinya. Karena itu, tuan Wiliam tidak bisa merebut sesuka hatinya, tuan muda." Andre berkata karena dia masih ingat betapa hebatnya Rayani istri dari Wiliam dan jika di bandingkan kekayaan. Rayani lebih kaya dari Wiliam. Pria itu menikahi Rayani karena tergoda dengan kehebatan Rayani dan harta wanita itu.
Louis tersenyum, " Dengar Andre, aku memberi dia waktu satu kali dua puluh empat jam. Jika, dia masih melakukan cara licik maka aku tidak segan-segan menghancurkan markas dia seorang diri." tegas Louis. Dia lalu berdiri ke arah meja dan kursi kebesarannya. Louis mendudukkan pantatnya diatas kursi kebesarannya itu, tangannya menarik lagi nakas Louis mulai mengeluarkan beberapa pistol dan peluru. Louis mengisi setiap pistol dengan peluru itu membuat Andre tiba-tiba memiliki ide konyol.
"Kau bisa menikahi putrinya, lalu kau bisa mendapatkan markas dan beberapa kelompok mafia yang dulu bekerja sama dengan Putrinya tanpa kau mengorbankan dirimu untuk dibunuh," usul Andre.
Kantog mata Louis yang tadi menghitam tiba-tiba berubah warna menjadi coklat. Dia menatap tajam Andre membuat pria tua itu tersenyum malu dengan ide konyolnya, " Maaf aku hanya bercanda."
"Aku tahu." Louis juga tidak ingin menanggapi gurauan Andre. Karena dia sadar diri tidak ada wanita yang mau membagi tubuh suaminya dengan wanita pekerja malam.
"Louis... ehh...maaf. Maksudku, Tuan muda." Andre menunduk dengan cepat dia memperbaiki panggilannya lagi karena merasa tidak enak.
Sementara yang dipanggil justru tersenyum sendiri seperti orang kasmaran. Mafia dingin itu tiba-tiba tersenyum? Ini jarang sekali bahkan seumur hidup Andre baru melihat tingkah Louis ini.
"Demi Tuhan...jangan menganggap serius ide konyolku ini. Tidak ada orang yang mau menikah hanya karena kalah dalam persaingan bisnis dan mengambil hati masyarakat. Pergilah, dan hancurkan markasnya itu, bila perlu beri wanita itu pelajaran. Jangan lupa buat masyarakat disana ketakutan, aku mendukungmu penuh. Sungguh!" Andre menatap serius Louis. Pria berusia empat puluh sembilan tahun itu tiba-tiba mendapatkan keberanian dadakan untuk melawan red Tiger hanya karena ia dan Louis meneguk satu botol wine? Atau, Apakah benar, karena ucapan bersulang tadi benar-benar terjadi? Andre tak hentinya mengutuk dirinya karena mulutnya lancang berkata hal konyol.
Louis tersenyum penuh misteri, " Itu bukan caraku. Aku tidak ingin membuat orang-orang tidak berdosa akan menderita bersama orang-orang bersalah. Andai bisa menjadikan sebagai contoh aku ingin menangkap salah satu anggota kelompok itu lalu mempasung mereka di jalanan sebagai contoh. Namun, setiap kali aku ke sana mereka selalu bersembunyi dibawah ketiak bos liciknya itu, " gerutu Louis.
Andre menghela napas, jari telunjuknya terus di gosok-gosok di dagunya, " Ada banyak alasan untuk menikah. Tapi, untuk mencari perhatian masyarakat dan menguasai markasnya bukan alasan yang bagus." Andre berkata seraya memperhatikan Louis menarik pelatuk pistol. Jika Sekali saja Louis melepaskan tarikan pelatuk itu, artinya siapa saja yang berdiri di depan Louis pasti akan tiada.
Kretek...
Louis menatap dalam Andre, " Tidak, tapi demi mendapatkan kedamaian di tempat itu di butuhkan jelas alasan yang bagus," sergah Louis.
"Louis!" Andre semakin merasa bersalah. Dia berpikir Louis akan menembak dirinya, tanpa pikir panjang lagi Andre menjatuhkan tubuhnya di lantai, ia bersujud dengan dia tangan mengatup diatas kepala sembari memohon ampun, "Tuan sumpah demi Tuhan.... ucapanku tadi hanya gurauan saja." Andre menunduk hingga keningnya tersentuh lantai.
Sementara Louis mengernyit dia heran dengan tingkah Andre, "Bangun siapa yang menghukum kau?"tanya Louis heran.
Andre pun berdiri dia masih menunduk malu, " Bukankah tadi anda ingin menembak aku?" ucapan itu lolos begitu saja dari mulut Andre.
"Hahaha...emang kau melakukan kesalahan apa?" Louis meletakkan lagi pistolnya diatas meja. Dia meraih cerutunya lalu mengapit diantara jadi telunjuk dan jari tengahnya, " Apa yang kau ketahui tentang putri The Mafia?" Louis lalu menarik cerutunya lalu ia mengepulkan asap rokok dari hidungnya.Kepulan asap putih mengepung diatas kepala Louis.
Andre mendesah putus asa, " Bagaimana aku bisa tahu? Aku pun baru mengetahui jika ia memiliki seorang Putri dari kau." Andre mengusap kasar wajahnya dia semakin menyesal atas ucapannya itu. Karena sekarang Louis berjalan keluar dari ruang bawah tanah tempat dia dan Andre biasa mengadakan rapat penting. Pria paruh baya itu mengekor dari belakang mengikuti Louis.
Louis berjalan menuju kandang singanya, ia berdiri dengan melipat tangan kiri di belakang pinggang sementara tangan kanan masih mengapit cerutunya. Mafia tampan itu menoleh ke arah tiga anak buah yang baru saja selesai memberi makan hewan buas itu, membuat mereka saling berpandangan satu sama lainnya, " Apakah diantara kalian siapa yang mengenal Putri the mafia? Jika ada yang mengetahui seluk beluknya maka dia akan mendapatkan hadiah dari aku." Louis melangkah menuju ketiga anak buah itu dengan tatapan menuntun jawaban pasti. Ketiganya saling mendorong, dan tiba-tiba salah diantara mereka mengangkat wajahnya, " Saya pernah melihat tapi setahu saya anaknya seorang putri," sahut salah satu anak buah itu.
Karena, sebelumnya pria itu pernah menjadi anak buah the mafia namun karena hukuman di sana terlalu berat membuat pria kulit hitam itu kabur dari markas the mafia dan bergabung menjadi anggota Black wolf.
"Menarik...Apakah dia memiliki banyak anak?" Louis menepuk tangan seraya tertawa, "Hahah...lanjutkan." Louis meminta pria itu melanjutkan penjelasannya.
"Saya tidak mengetahui ia memiliki banyak anak atau tidak. Karena, selama saya bertugas enam tahun di sana tuan besar hanya memiliki seorang Putri sebelum istrinya meninggal." jelas pria itu lagi.
"Apa? Istrinya sudah meninggal?" Louis kaget karena dia baru mengetahui istri Wiliam sudah meninggal.
"Benar tuan, dan tuan besar juga sudah menikah lagi dengan wanita muda yang usianya jauh lebih mudah dari tuan besar. Sejak istrinya meninggal pas setahun. Namun, untuk pernikahan sekarang saya tidak mengetahui berapa anak yang ia milik bersama istri barunya," jelas pria itu lagi.
"Ya kau tidak mengetahui lagi karena kau sudah kabur dari markasnya." Celetuk Louis yang berhasil mencairkan suasana di kandang singa.
'Wow...hebat kau Wiliam! Aku semakin penasaran dengan Putrimu," batin Louis. Tangan kirinya ia masukkan ke dalam kandang singa lalu mengelus salah satu kepala hewan karnivora itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!