"Hai, baru pulang?" Sapa Kath dengan nada manja, saat Timmy baru tiba di kost-an. Timmy lalu melihat arloji di tangannya yang kini menunjukkan pukul empat dinihari.
Ya, Timmy memang biasa pulang kerja saat dinihari karena profesinya sebagai bartender yang memang lekat dengan dunia malam.
"Kapan kau datang? Dan kenapa tak mengabari?" Tanya Timmy seraya melepaskan jaketnya, lalu menggantung benda itu di belakang pintu.
"Aku naik penerbangan terakhir dan baru tiba jam sebelas tadi. Aku langsung kesini karena aku masih yakin kalau kau menyembunyikan kunci cadangan di bawah pot bunga," cerita Kath seraya terkekeh yang langsung membuat Timmy berdecak.
Timmy lalu melepaskan kausnya dan lanjut merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, tepat di samping Kath yang masih mengutak-atik ponselnya dengan posisi tengkurap.
"Ngomong-ngomong, aku punya satu kabar gembira," ujar Kath kemudian dengan mata yang sudah tampak berbinar.
"Kabar gembira apa? Aku sudah bisa jadi kekasihmu sekarang?" Tanya Timmy sedikit berseloroh. Kath refleks memukul Timmy dengan guling, hingga membuat Timmy tergelak.
"Dalam mimpimu!"
"Aku sudah punya kekasih baru sekarang!" Tukas Kath kemudian seraya menunjukkan sebuah foto di ponselnya.
Ada Kath yang mengenakan baju renang, tengah berfoto bersama seorang pria berwajah bule dan keduanya saling merangkul dengan mesra.
"Kami resmi berpacaran dua minggu yang lalu," pamer Kath sekali lagi yang mendadak membuat hati Timmy terasa mencelos. Namun Timmy tetap memaksa untuk tersenyum.
"Congrats!" Ucap Timmy akhirnya dengan hati yang serasa diris sembilu.
"Kau sendiri bagaimana? Sudah punya pacar juga?" Tanya Kath yang kini sudah berganti posisi menjadi berbaring miring dan menghadap ke arah Timmy.
"Entahlah!"
"Tadinya aku pikir kau yang akan jadi pacarku," jawab Timmy seraya melirik pada Kath.
"Sudah dibilang untuk tidak baper!" Kath ganti meninju lengan Timmy.
"Kita hanya teman, oke!"
"Sahabat!" Timmy mengoreksi.
"Teman ranjang!" Seloroh Kath seraya tertawa kecil.
"Iya termasuk itu!" Gumam Timmy yang langsung tersenyum kecut.
Teman ranjang?
Julukan yang tepat memang jika menilik dari hubungan mereka selama tiga tahun terakhir.
Tiga tahun sebelumnya....
"Lepas!" Timmy baru tiba di kelab malam tempat ia bekerja saat kedua netranya tak sengaja mendapati pemandangan seirang wanita yang sepertinya sedang bertengkar dengan teman lelakinya.
"Jangan menggangguku lagi!" Gertak wanita itu kemudian dengan nada galak sembari terus menyentak tangan si lelaki yang hendak merangkulnya.
"Kita sudah tak ada hubungan apa-apa!"
"Pergi, kau!" Usir wanita itu sembari terus mendorong si pria.
Timmy biasanya akan mengabaikan hal-hal seperti ini saat melihatnya. Namun entah mengapa, malam ini Timmy seolah tertarik dan merasa akan ada hal buruk.
"Ikut atau kau mau aku bermain kasar?"
Timmy baru selesai membatin, saat pria tadi sudah mengeluarkan pisau jecil dari sakunya sembari mengancam si wanita.
Brengsek! Feeling Timmy benar ternyata.
"Aku tidak mau ikut!"
"Kita sudah putus--"
"Aku tidak mau kita putus dan kau harus--"
"Lepaskan dia!" Timmy sudah bergerak cepat, saat pria pengancam tadi lengah. Pisau di tangan pria itu juga langsung terlempar. Segera Timmy menendang pisau tadi masuk ke selokan.
"Brengsek! Jangan ikut campur!' Gertak pria itu galak sembari menghampiri dan mendelik pada Timmy.
"Tentu saja aku akan ikut campur jika kau mengancam seorang wanita dengan benda tajam!" Timmy sudah pasang ancang-ancang untuk melawan pria yang terlihat setengah mabuk tersebut.
"Pergi, kau!" Usir Timmy masih terus memasang ancang-ancang.
"Kau pikir aku takut dengan gertakanmu, hah?"
"Rasakan ini!" Pria itu langsung melayangkan sebuah tinju ke arah Timmy yang sudah langsung menghindar dengan cepat. Teeang saja, si pria sedikit kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terhuyung ke depan.
"Kita tidak perlu main fisik dan kau bisa pergi secara baik-baik, Bung!" Ucap Timmy dengan nada setenang mungkin.
"Tidak usah sok jago dan mengaturku!" Pria itu kembali melancarkan tinjuan dan tendangan ke arah Timmy. Beberapa meleset namun ada juga yang sedikit mengenai tubuh Timmy.
"Rasakan ini!"
Bugh!
Pria tadi berhasil menjegal kaki kiri Timmy yang sedikit lengah. Timmy langsung terjatuh ke atas aspal dan di saat bersamaan si pria juga terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya.
"Aku akan menghabisimu malam ini!" Ucap pria itu seraya mebatap sengit pada Timmy yang masih terduduk sembari matanya awas menunggu benda apa yang akan dikeluarkan oleh peia setengah mabuk tersebut.
"Rasakan--"
Kedua mata Timmy sudah membelalak tatkala melihat pistol yang nyaris diarahkan ke kepalanya. Namun hanya beberapa detik karena mendadak tangan pria tadi sudah langsung dicekal oleh petugas kepolisian yang entah darimana datangnya. Pistol yang terjatuh juga langsung diamankan oleh pihak kepolisian.
"Lepaskan aku!" Pria tadi meronta dan berteriak-teriak, saat digelandang ke dalam mobil polisi.
Sementara Timmy sudah bangkit berdiri, saat gadus yang tadi ia tolong datang menghampirinya.
"Kau terluka?" Tanya gadis itu memastikan.
"Tidak!" Jawab Timmy bersungguh-sungguh.
"Kath! Semuanya sudah terkendali? Apa dia--"
"Dia yang menyelamatkan Kath, Om!" Jawab si gadis yang rupanya bernama Kath tersebut pada seorang anggota polisi.
"Oh. Terima kasih karena sudah menyelamatkan putri temanku," ucap anggota polisi itu selanjutnya pada Timmy seraya mengajak berjabat tangan.
"Om akan menghubungi--"
"Jangan, Om!" Cegah Kath cepat.
"Papi sedang kurang sehat dan Kath tidak mau membuatnya khawatir. Kath benar-benar berterima kasih atas bantuan om tadi," ucap Kath yang wajahnya terlihat memohon.
"Baiklah kalau memang begitu!"
"Tapi lain kali hati-hati dan jangan keluar malam!" Pesan anggota polisi tersebut yang langsung membuat Kath mengangguk.
"Mau om antar ke hotelmu sekalian?" Tawar anggita polisi itu lagi.
"Mmmm--"
"Sebaiknya kau setuju, Kath! Ini juga sudah malam dan berbahaya jika kau pergi sendiri malam-malam begini," ucap Timmy menyela sekaligus memberikan saran pada Kath.
"Pemuda--"
"Timmy, Pak!" Ucap Timmy yang langsung dengan cepat memperkenalkan diri.
"Timmy benar, Kath! Ayo Om antar pulang!" Ajak anggota polisi itu sekali lagi pada Kath.
"Iya, Om! Kath bicara sebentar pada Timmy," izin Kath yang langsung membuat sang Om polisi mengangguk dan kemudian meninggalkan Kath bersama Timmy.
"Terima kasih sekali lagi," ucap Kath pada Timmy.
"Sama-sama!"
"Namamu Kath?" Tanya Timmy to the point.
"Astaga! Kita belum kenalan!" Kath tertawa kecil dan langsung mengulurkan tangannya pada Timmy.
"Kathlyne," ucap Kath kemudian.
"Timothy, tapi biasa dipanggil Timmy," balas Timmy yang malah membuat Kath tertawa kecil.
Apa yang lucu.
"Ada apa?" Tanya Timmy bingung.
"Namamu mengingatkan aku pada..." Kath kembali tertawa kecil.
"Pada apa?" Timmy masih bingung.
"Pada domba kecil yang dulu sering aku tonton filmnya sewaktu masih kecil," ujar Kath akhirnya dengan tawa yang tak lagi bisa ia tahan.
Timmy yang langsung tahu maksud Kath sontak ikut tertawa.
"Maaf, aku tak bermaksud!" Kath masih saja tertawa.
"Tidak apa! Aku juga dulu sering menonton film itu!"
"Timmy.... mbeeek!"
"Timmy.....mbeeek!" Tummy menirukan suara domba yang terang saja langsung membuat Kath semakin tergelak.
"Kau lucu sekali!" Ucap Kath kemudian setelah gadis itu berhenti tertawa.
"Hanya kadang-kadang," jawab Timmy merendah.
"Kath!" Panggil Om Pilosi dari dalam mobil.
"Aku harus pergi," pamit Kath kemudian.
"Ya, hati-hati!"
"Kau menginap di--"
"Di hotel karena rumahku di luar kota. Aku kesini untuk berlibur saja," ujar Kath cepat yang langsung membuat Timmy mengangguk.
"Ngomong-ngomong, kau mau sekalian diantar oleh Omku?" Tawar Kath berbasa-basi.
"Tidak usah! Aku harus bekerja," tolak Timmy sembari mengendikkan dagunya ke arah kelab malam.
"Kau bekerja disana?" Raut wajah Kath langsung berubah.
"Jangan berpikir buruk! Aku seorang bartender dan sudah lumayan lama juga bekerja. Aku hanya membuat dan meracik minuman tanpa meminumnya." Jelas Timmy yang langsung membuat Kath membulatkan bibirnya.
"Kapan-kapan aku akan mampir," ujar Kath kemudian.
"Jangan--"
"Kenapa? Aku akan memesan minuman yang tak membuat mabuk dan bukankah nanti ada kau di dalam yang menjagaku?" Ujar Kath yang langsung membuat Timmy sedikit salah tingkah hingga pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Baiklah terserah saja!"
"Berarti kau nanti harus menghubungiku dulu kalau mau mampir," tukas Timmy kemudian.
"Kau benar! Aku minta nomor ponselmu." Kath langsung mengeluarkan ponselnya dan meminta Timmy mengetikkan nomornya di sana.
"Sudah!" Ujar Timmy sembari mengembalikan ponsel Kath.
"Aku pulang dulu, dan nanti aku telepon!" Janji Kath seraya melambaikan tangan pada Timmy yang balik melambaikan tangan juga.
Kath kemudian masuk ke dalam mobil om polisi tadi, dan mobilpun langsung melaju meninggalkan Timmy yang masih berdiri di luar kelab malam.
Kenapa degup jantung Timmy jadi tak karuan begini?
.
.
.
Hai!
Kita bertemu di karya ke-47 🥳🥳
Aku jelasin dikit asal-usul Timmy dan Kath, ya!
Timmy abangnya Beth di "Beth Ter-Sweet". Udah pada tahu, oke!
Kalau Kathlyne ini anak sulungnya Dyrtha, sepupu Robert sekaligus adik satu ayahnya Sita di "Aku Janda Kamu Duda"
Dyrtha ini yang dulu suka ngomong pedes sama Sita 🤭.
Kalau masih lupa, bisa dibaca lagi "Aku Janda Kamu Duda" nya.
Oke, sekian perkenalannya.
Terima kasih yang sudah mampir dan tetap setia mengikuti cerita-cerita receh aku.
"Timmy!" Kath mengibaskan tangannya di depan wajah Timmy yang terlihat melamun.
"Pssttt! Kau melamun?" Kath ganti menepuk pipi Timmy, dan saat itulah, kesadaran Timmy seolah kembali. Timmy lalu menahan tangan Kath yang masih berada di pipinya.
"Kenapa wajahmu murung? Kau tidak senang dengan kabar bahagia yang aku sampaikan tadi?" Tanya Kath seraya menatap serius pada Timmy.
"Kata siapa? Tentu saja aku senang!" Jawab Timmy sembari mengulas senyum segaris.
"Ck! Senyummu tidak tulus!" Cibir Kath seraya menarik tangannya dari wajah Timmy.
Timmy memejamkan mata, lalu menghela nafas panjang. Pria itu kemudian bangun dan duduk sembari menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
"Lalu pacarmu ikut ke kota ini juga?" Tanya Timmy akhirnya membahas tentang pacar baru Kath.
"Tidak!"
"Aku kesini sendiri dan mungkin lusa aku sudah pulang," jawab Kath sembari memainkan kukunya yang terlihat berwarna-warni.
"Aku boleh ikut pulang bersamamu lusa?" Tanya Timmy lagi yang langsung membuat Kath menatap aneh pada Timmy.
"Apa maksudmu?" Kath balik bertanya karena merasa bingung.
"Aku ingin bertemu kedua orangtuamu," jawab Timmy jujur.
"Untuk?" Kath mengernyit sekali lagi.
"Melamarmu!" Jawab Timmy to the point yang langsung membuat Kath tertawa terbahak-bahak.
"Kath, aku serius!" Ucap Timmy tegas ditengah tawa Kath yang semakin menjadi.
Ya, Kath sejak dulu selalu menganggap keseriusan Timmy sebagai gurauan. Gadis itu seolah tak percaya pada cinta Timmy...
Tapi anehnya, Kath tetap datang ke kost-an Timmy saat ia ke kota ini, lalu menumpahkan semua masalahnya pada Timmy, dan mengakhiri malam dengan berada di pelukan Timmy tanpa sehelai benangpun melekat di tubuhnya.
Kath dan Timmy adalah teman ranjang yang sudah berulang kali berbagi kehangatan dan kenikmatan tanpa sedikitpun merasa canggung. Kath selalu mengatakan kalau mereka berdua sudah sama-sama dewasa, dan hal itu adalah sebuah kebutuhan.
Timmy butuh dan Kath juga butuh. Jadi ketimbang melakukannya bersama orang asing yang belum tentu mau berkomitmen, Kath dan Timmy sepakat untuk melakukannya berdua saja, tanpa syarat, tanpa perasaan.
Benar-benar hanya sebatas pelampiasan rasa yang sudah mendesak dan naik ke ubun-ubun!
Setidaknya begitulah pemikiran Kath!
Berbeda dengan Timmy yang sejak awal pertemuannya dengan Kath sudah menyimpan sebuah rasa. Lalu seiring berjalannya waktu, rasa itu seolah semakin tumbuh subur di hati Timmy.
Terlebih setelah Kath dan Timmy membuat kesepakatan konyol untuk saling memuaskan saat mereka sama-sama menginginkan!
Mungkin Timmy memang terlalu baper!
"Aku akan mengatakan pada Papimu--"
"Mengatakan apa? Kalau kita sering tidur berdua di kost-mu?" Potong Kath seraya menatap tajam ke arah Timmy.
"Iya!" Jawab Timmy membalas tatapan tajam Kath.
"Papi tak akan percaya!" Kath menuding ke dada Timmy.
"Dan lagi..." Kath menjeda kalimatnya sejenak dan Timmy masih sabar menyimak.
"Papi mungkin akan langsung mengusirmu sebelum kau mengungkapkan rahasia besar itu!" Ujar Kath kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Sudahlah!"
"Hentikan rasa bapermu itu, Tim! Kita dulu teman, sekarang teman, dan seterusnya adalah teman!" Tegas Kath sembari menuding berulang kali ke dada Timmy.
"Tentu saja aku baper!" Sergah Timmy emosi yang langsung membuat Kath mengernyit.
"Aku sudah lama menyimpan perasaan--"
"Jangan konyol, Tim!" Sergah Kath ikut-ikutan emosi.
"Ini bukan perasaan konyol, Kath!"
"Ini perasaan yang...." suara Timmy terdengar bergetar.
"Perasaan yang tulus!" Lanjut Timmy yang hanya membuat Kath berdecak.
"Perasaan ini sudah tumbuh lama sejak--"
"Sejak kita jadi partner ranjang, begitu? Kau hanya terbawa perasaan dan suasana!" Decak Kath yang sudah menyambar tasnya. Gadis itu lalu turun dari ranjang Timmy dan meninggalkan kamar Timmy begitu saja.
"Sejak pertemuan pertama kita, Kath!" Ujar Timmy yang kini berada di ambang pintu kamar, sembari menatap pada Kath yang masih sibuk memakai sepatu.
"Kau mau kemana pagi-pagi buta begini, Kath?" Tanya Timmy pada Kath yang masih mengabaikannya. Tak ada jawaban dari Kath.
"Kath!" Tegur Timmy sekali lagi dan Kath hanya mendengus kali ini.
"Mau ke rumah Uncle Rob?" Tanya Timmy akhirnya menerka-nerka.
"Bukan urusanmu!" Jawab Kath yang akhirnya mengangkat wajah dan menatap sengit pada Timmy.
"Tinggallah dulu sampai matahari terbit!" Pinta Timmy dengan nada lembut.
"Agar kau bisa semakin baper dan menganggap aku adalah kekasihmu, begitu!" Sungut Kath yang langsung membuat Timmy tertawa kecil. Pria itu lalu melihat arlojinya sebentar.
"Seingatku, di tanggal ini kau sedang ada tamu bulanan," tukas Timmy kemudian yang seolah hafal dengan jadwal menstruasi Kath.
"Ya!" Jawab Kath kesal seraya melempar tasnya ke arah Timmy. Gadis itu lalu melepaskan kembali sepatunya dan tak jadi pergi.
Kath lalu masuk ke dalam kamar Timmy, sembari menyenggol sedikit pundak teman prianya tersebut.
"Kau bisa memasakkan sesuatu untukku? Aku belum malan dari semalam," pinta Kath kemudian seraya membenamkan kepalanya di bawah bantal.
"Kau mau makan apa?" Tanya Timmy setelah pria itu menghela nafas panjang.
"Apa saja!" Jawab Kath yang suaranya nyaris tak terdengar.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
"Tim--"
Timmy langsung terlonjak saat pintu kamarnya tiba-tiba menjeblak terbuka, dan Kath yang kini sudah berdiri di ambang pintu.
Timmy segera meraih selimut, meskipun ia tahu itu sudah sangat-sangat terlambat, karena Kath juga sudah terlanjur melihat apa yang ia lakukan.
Bodoh!
Seharusnya Timmy tadi mengunci pintu kamar!
Tapi perasaan Timmy sudah mengunci pintu depan, lalu bagaimana Kath bisa masuk.
"Kau sedang apa?" Tanya Kath seraya melempar tasnya dengan serampangan. Gadis itu lalu menghampiri Timmy yang masih berusaha menaikkan celananya.
Mendadak tersangkut! Dasar celana tak pengertian.
"Aku sudah melihatnya!" Ungkap Kath blak-blakan seraya menyibak selimut yang tadi Timmy pakai untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Dengan tergesa tentu saja.
"Kath!" Geram Timmy yang kembali membenarkan selimut yang disibak Kath.
"Kenapa? Mau aku bantu?" Tawar Kath seraya menyibak selimut Timmy lagi dan gadis itu bahkan sudah melemparkan tatapan nakal pada Timmy.
Tangan Kath lalu juga sudah menggenggam milik Timmy yang masih belum sepenuhnya masuk ke dalam celana. Timmy refleks memejamkan matanya.
"Apa kau tidak punya pacar atau teman wanita?" Tanya Kath kemudian sembari tangannya masih menggenggam milik Timmy sambil mengurutnya dengan mantap.
"Tidak--"
"Ada--" Suara Timmy sedikit tertahan karena perasaan aneh yang kini menyergap di setiap aliran darahnya.
Ternyata rasanya berbeda dibanding saat Timmy melakukannya sendiri.
"Lepaskan saja! Kau malu-malu sekali!" Cemooh Kath yang tiba-tiba sudah menarik turun celana Timmy, lalu melakukan satu hal yang tak pernah Timmy duga sebelumnya.
"Ouuuhhh!" Timmy refleks mengerang, saat hangatnya mulut Kath menyelimuti miliknya yang sudah kembali tegak. Timmy benar-benar tak menduga kalau Katah akan se-agresif itu.
"Kath--" Suara Timmy kembali tertahan.
"Apa?" Jawab Kath tak terlalu jelas. Gadis itu sudah mendongakkan wajah dan kepalanya dengan mulut yang masih tersumpal oleh milik Timmy.
"Tidak ada--" Timmy memejamkan mata sejenak.
"Lanjutkan saja!" Titah Timmy kemudian tetap dengan mata yang terpejam.
Kath mengendikkan bahu sebentar, lalu lanjut memainkan milik Timmy memakai lidahnya.
Timmy bahkan tak ingat berapa lama Kath melakukannya, sampai akhirnya Timmy mencapai pelepasan yang begitu ia damba.
"Uhuuk!" Suara batuk dari Kath langsung menyentak lamunan Timmy yang kini masih berdiri di ambang pintu kamar. Pria itu sudah memegang sepiring nasi goreng, sembari menatap pada Kath yang masih tengkurap di atas ranjang dan membenamkan kepalanya di bawah bantal.
"Uhuu! Uhuuk!" Kath kembali batuk, lalu gadis itu menyingkirkan bantal dari wajahnya, dan menoleh pada Timmy yang tetap belum beranjak.
"Kau bawa apa itu?" Tanya Kath kembali dengan nada manja. Gadis itu sudah bangun, lalu turun dari ranjang dan menghampiri Timmy.
"Wow! Kesukaanku!" Ucap Kath seraya mengambil piring berisi nasi goreng tadi dari tangan Timmy. Kath lalu duduk di atas beanbag yang ada di kamar Timmy dan mengendus aroma nasi goreng buatan Timmy.
"Masih panas, pelan-pelan makannya!" Titah Timmy yang akhirnya menyusul masuk ke dalam kamar, lalu duduk di atas lantai yang tak jauh dari Kath.
"Pacarmu pintar memasak juga?" Tanya Timmy yang tatapannya tak lepas dari Kath yang kini sedang melahap nasi goreng buatannya. Kath tampak hati-hati saat menyendok nasi goreng yang masih mengepulkan asap tersebut.
"Dia seorang pebisnis. Jadi dia tidak memasak!" Jawab Kath seraya menatap Timmy sejenak, lalu garis itu akan fokus pada nasi gorengnya lagi.
"Dia tidak menpermasalahkan tentang..." Timmy tak langsung berkata to the point.
"Tentang apa?" Tanya Kath menatap serius pada Timmy.
"Tentang itu!" Kedua telunjuk Timmy membentuk tanda kutip.
Kath langsung terkekeh dengan pertanyaan Timmy yang mungkin menurutnya konyol tersebut.
"Dia bukan pria idealis yang berasal dari desa atau dari jaman batu, Tim!"
"Dan Marvel sama sekali tak mempersoalkannya. Bukankah semua orang punya masa lalu," tukas Kath panjang lebar yang langsung membuat Timmy mengangguk.
"Kau sudah membuat pengakuan berarti?" Tebak Timmy kemudian.
"Tidak perlu membuat pengakuan. Aku dan Marvel sudah sama-sama dewasa dan rasanya tak perlu juga harus mengulik tentang masa lalu masing-masing!" Jawab Kath diplomatis.
Timmy langsung tersenyum kecut.
"Apa sekarang dia juga tahu kalau kau sedang berada ke kost-an seorang pria?" Tanya Timmy lagi.
"Status kami masih sebatas pacar dan belum ada ikatan resmi apapun. Jadi, semua hal yang aku lakukan, tak perlu juga harus aku laporkan kepadanya," tukas Kath seraya terkekeh.
"Ya! Siapa juga yang mau dikekang oleh pria yang baru berstatus pacar," imbuh Kath lagi seraya bergumam. Gadis otu lalu lanjut melahap nasi goreng di piringnya.
"Berarti masih belum ada kepastian tentang hubunganmu bersama Mar---"
"Siapa tadi?" Timmy tampak mengingat-ingat nama pacar Kath yang tadi sudah sempat disebut oleh gadis itu.
"Marvel!" Rukas Kath cepat.
"Iya, Marvel!"
"Jadi, hubunganmu nersama Marvel belum tentu berlanjut ke jenjang serius, kan? Aku masih punya kesempatan--"
"Kesempatan apa maksudmu?" Sergah Kath seraya mendelik pada Timmy.
"Kesempatan menjadi suamimu."
"Maybe," jawab Timmy jujur dan blak-blakan.
"Hhhh! Sudah aku bilang kalau aku tak tertarik menjadi pacar apalagi istrimu!" Tukas Kath seraya memutar bola mata.
"Tapi kau tidur bersamaku!"
"Berulang kali!" Sergah Timmy seolah sedang mengingatkan Kath yang mungkin amnesia.
"Itu karena kita sama-sama punya kebutuhan yang perlu dilampiaskan!"
"Dan aku hanya percaya padamu yang notabene adalah teman terbaikku." Kath mengendikkan kedua bahunya
"Ketimbang aku harus melakukannya dengan pria lain yang belum tentu bisa menjaga rahasia," lanjut Kath lagi yang benar-benar membuat Timmy tak habis pikir.
"Bukankah di awal kita melakukannya, sudah ada kesepakatan serta aturan tak tertulis yang menyatakan agar kita tak sama-sama baper dengan apapun yang terjadi di antara kita, Timmy?"
"Lalu kenapa sekarang kau jadi posesif begitu?" Tanya Kath heran, sembari gadis itu melahap suapan terakhir nasi gorengnya.
Timmy langsung menyodorkan sebotol air mineral pada Kath.
"Aku tidak posesif," ujar Timmy menyanggah pendapat Kath tadi.
"Tapi kau terlihat keberatan dan tak bahagia saat tadi aku mengatakan kalau aku punya kekasih baru!" Sergah Kath mengingatkan tentang sikap Timmy di awal tadi.
"Aku bahagia!" Tukas Timmy cepat.
"Aku bahagia asal kau juga bahagia, Kath!" Lanjut Timmy lagi dengan suara lirih. Pria itu lalu bangkit dari duduknya dan segera membawa piring bekas Kath makan ke dapur.
"Apa kau takut kehilangan partner ranjang?" Tanya Kath kemudian yang kini sudah berdiri di ambang pintu kamar. Timmy langsung tergelak dengan pertanyaan konyol Kath barusan.
"Tentu saja tidak! Aku masih bisa main solo!" Jawab Timmy blak-blakan yang tentu saja sukses membuat Kath ternganga.
Timmy gila!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!