...***...
Pagi itu adalah pagi yang sangat membahagiakan bagi Arman, karena ia selalu dibuatkan sarapan enak deh istrinya. Ia sangat bahagia, karena memiliki istri yang baik seperti Amanda.
"Terima kasih ya?. Karena kamu selalu membuatkan makanan enak ini untuk aku." Ucapnya dengan senyuman ramah.
"Kamu ini ya?." Amanda malah tertawa mendengarkan ucapan itu.
"Oh iya?. Karena aku mau bertemu dengan tamu penting, mungkin aku agak terlambat pulang. Kalau mau ke rumah mama enggak apa-apa, nanti aku jemput." Ia segera membereskan apa saja yang akan ia bawa ke kantor.
"Aku di rumah saja, soalnya mau mencuci, takut hujan." Balasnya sambil membantu suaminya untuk beres-beres. "Oh, ok lah. Tapi jangan sampai kelelahan ya?. Kasian loh?. Anak kita juga ikutan kecapean." Ia menunjuk ke arah perut istrinya yang telah membesar.
Amanda mencubit lengan Arman. "Jangan ngomong gitu." Raut wajahnya terlihat sangat kesal.
"Hehehe!. Bercanda." Arman hanya tertawa kecil.
"Ya sudah, aku berangkat dulu ya, cinta ku." Dengan suara yang lembut ia berkata seperti itu.
"Hati-hati ya." Balas Amanda. Setelah itu Arman pergi meninggalkan ruangan itu, tentunya ia hendak menuju kantornya.
Amanda melihat ruangan dapurnya yang agak berantakan, sebagai seorang istri dan seorang wanita?. Ia segera membereskan semuanya dengan sangat cekatan. Akan tetapi saat itu ada yang menekan bel rumahnya. "Siapa ya?." Dalam hatinya bertanya-tanya. Karena merasa penasaran ia langsung saja menuju pintu utama rumahnya. Amanda membuka pintu, ia melihat ada seorang wanita cantik?. Tersenyum ramah padanya.
"Maaf?. Mau mencari siapa ya?." Amanda sedikit waspada.
"Apakah saya boleh masuk?." Ia malah balik bertanya?. "Tidak sopan loh?. Berbicara di depan pintu." Ucapnya sambil mengedipkan matanya.
"Maafkan aku. Mari masuk." Amanda Mendadak gugup, dan la terpaksa mempersilahkan wanita asing itu untuk masuk.
...***...
Sementara itu Arman telah sampai di kantornya, ia baru saja masuk ke ruangannya. Shela sang asistennya masuk, untuk memberitahukan, bahwa ada jadwal hari ini.
"Selamat pagi pak." Ia menyapa bos-nya dengan sangat ramah.
"Pagi." Balasnya.
"Pagi ini kita akan bertemu dengan tamu penting pak. Dua puluh menit lagi pak." Ucapnya sambil menunjukkan jadwal itu.
"Baiklah. Kalau begitu siapkan semuanya. Tapi tamu kali ini akan bekerja sama dalam bentuk apa shela?." Arman sedikit bingung.
"Katanya sangat rahasia sekali pak. Beliau ingin bertemu langsung sama bapak." Hanya itu Jawabannya.
"Kamu itu, loh?. Membuat saya menjadi penasaran." Arman sangat bingung dengan asisten, sekaligus sekretarisnya itu.
"Namanya juga permintaan orang penting pak." Shela hanya tersenyum kecil saja.
"Ya sudah. Siapkan semuanya, saya juga mau siap-siap." Arman memang sangat penasaran, tapi percuma saja bertanya. Toh!. Dua puluh menit kurang ia bertemu dengan tamu penting.
...***...
Di sebuah tempat.
Saat itu Barata Jaya sedang bersama Nicola Andra. Keduanya telah menyiapkan diri untuk bertemu dengan Arman. Teman lama masa kuliah?. Apakah mereka akan reunian?.
"Bagaimana dengan rencana pertemuan nanti?. Sudah aman?." Barata Jaya menatap temannya.
"Kamu tenang saja. Semuanya telah disiapkan dengan matang." Balasnya sambil meletakkan semua berkas yang dibutuhkan.
"Kalau begitu ayo kita temui dia. Rasanya aku sudah tidak sabar melihatnya." Ucapnya dengan senyuman penuh dengan rencana yang sedang menari-hari di dalam kepalanya.
"Ya. Aku juga tidak sabar melihatnya." Nicola Andra malah terkekeh Kecil, sambil membayangkan rencana pertemuan itu.
...***...
Amanda merasa heran dengan sikap wanita cantik itu.
"Maaf?. Mau mencari siapa?." Sudah dua kali la menanyakan pertanyaan itu.
"Aku adalah malaikat kematian untuk kamu." Jawabnya dengan senyuman yang mengerikan.
"Apaan sih?. Jangan nakutin orang kek gitu." Amanda sedikit merinding mendengarkan ucapan orang itu.
"Kamu akan kami bunuh." Ucapnya sambil menunjuk ke arah belakang Amanda.
"Apaan sih?!. Pergi!."
Bukh!.
Saat itu amanda dipukul deh seseorang, sehingga la tidak sadarkan diri.
"Bawa dia ke tempat yang telah kita rencanakan." Wanita cantik itu memberi perintah Pada kedua anak buahnya.
"Baik nyonya."
Keduanya hanya menurut saja, karena keduanya telah dibayar.
"Jangan salahkan aku. Salahkan suamimu yang telah membuat aku kecewa, atas apa yang telah dia lakukan padaku." Ada perasaan dendam yang sangat luar luar biasa yang ia tunjukkan saat itu."Maaf saja, jika kau harus terlibat dalam masalah ini." Namun ada perasaan bersalah yang ia tunjukkan?. "Tapi dendam ini tidak mudah untuk dilupakan begitu saja." Hatinya Saat itu hanya dipenuhi dengan dendam membara yang sangat luar biasa.
...***...
Di Kantor.
Arman telah memasuki ruang pertemuan, ia melihat dua orang yang sangat ia kenal.
"Sudah lama tidak bertemu ya?." Ucapnya dengan senyuman ramah.
"Lama tidak bertemu." Balas Barata Jaya. "Kamu memang berbeda ya?. Arman mahadi." Lanjutnya.
"Apakah kalian tamu istimewa itu?." Arman langsung bertanya. Karena ia sangat memahami perangai kedua temannya itu.
"Apakah kami tidak boleh bertemu denganmu?. Kita ini teman, loh?." Barata Jaya tersenyum K
Kecil.
"Kami datang untuk urusan lain. Jadi lupakan masa lalu barang sejenak." Kali ini Nicola Andra yang berbicara. "Sudah lama tidak bertemu?. Siapa yang menduga, kan?. Kalau kita akan bertemu dalam keadaan seperti ini?." Lanjutnya.
"Baiklah. Akan aku lupakan." Arman tampak menghela nafasnya dengan pelan. "Dari informasi sekretarisku. kalian berdua menawarkan sesuatu yang sangat menarik. Aku sangat penasaran dengan penawaran kalian itu. Katakan padaku, penawaran apa itu?." Rasanya ia tidak ingin berlama-lama bersama mereka.
Akan tetapi pada saat itu mereka terlihat sedang tersenyum aneh?. Senyuman itu membuat Arman merasa tidak nyaman sama sekali. "Apakah kamu yakin ingin mendengarkan penawaran kami?." Suaranya terdengar memberikan penawaran yang seperti mengajak seseorang untuk main tebak-tebakan.
"Jangan membuat aku takut dengan tebakan kalian itu." Arman merasa tidak enak. "Katakan saja dengan jelas tujuan kalian ke sini mau apa?." Lanjutnya dengan setengah kesal.
"Sepertinya dia tidak ingin basa-basi lagi tu bar. Langsung aja." Ia terlihat sedikit jengkel. "Aku juga sebenarnya males banget liat wajah gobloknya itu." Entah kenapa Nicola Andra malah kesal sendiri.
"Apakah kalian memiliki niat yang buruk padaku?." Arman langsung bertanya. Perasaannya saat itu benar-benar tidak ucapan Nicola Andra.
"Bagaimana kalau aku jawab iya?." Barata Jaya tersenyum lebar.
Arman menghela nafasnya dengan pelan. "Kali ini kalian mau merencanakan apa padaku?. Katakan saja." Kali ini ia menatap keduanya dengan sangat serius.
"Kami menginginkan perusahaan mu. Apakah kamu akan menyerahkan semuanya pada kami?." Raut wajahnya terlihat sangat bahagia ketika berkata seperti itu.
Deg!.
Arman benar-benar merasa tidak nyaman, dan sangat terkejut mendengarkan ucapan Barata Jaya.
Deg!.
...***...
...***...
Apakah pada saat itu ia tidak salah dalam mendengarkan seseorang dalam berbicara?. Apakah orang itu bercanda padanya?!.
"Kenapa wajahmu terlihat seperti itu arman?. Kamu tidak mau memberikannya?." Kembali Barata Jaya bertanya. "Apakah kamu terlalu cinta pada perusahaan yang telah kau bangun ini dengan susah payah?!. Hah?!." Perasaanya saat itu bergejolak ketika melihat raut wajah penuh ketakutan dari Arman.
"Untuk apa kalian menginginkan perusahaan ini?!. Apakah kalian tidak bisa bekerja dengan lebih baik?!. Untuk apa kalian meminta perusahaan ku ini?!. Jika kalian mengetahui bahwa!. Perusahaan ini telah aku bangun dengan susah payah!." Amarahnya keluar begitu saja.
"Lihat?. Kamu terlihat sangat menyeramkan sekarang." Ucapnya dengan nada memperolok Arman.
"Pergi kalian dari sini!." Hatinya sangat sangat panas dengan apa yang diinginkan oleh Barata Jaya dan Nicola Andra.
"Jangan mengusir kami seperti itu. Nanti kamu menyesal, loh?." Kembali mereka menggoda Arman. Menguji kesabaran yang telah dimiliki oleh Arman Mahadi.
...***...
Di sebuah tempat yang sangat aneh. Amanda saat ini dalam keadaan terikat?. Apa yang terjadi padanya?. Kenapa ia bisa dalam keadaan seperti itu?. Akan tetapi pada saat itu ada seorang wanita cantik yang sedang memperhatikan itu dengan sangat teliti.
"Tidurnya cukup nyenyak juga." Wanita cantik itu menepuk-nepuk pipi Amanda dengan sedikit keras. Akan tetapi Amanda tidak merasa terganggu sedikitpun. "Aku harap mereka bisa melakukannya dengan benar." Entah kenapa ia kesal mengingat masa lalu. "Jika saja ini bukan karena bagian rencana?. Sudah aku bunuh duluan kamu." Hatinya selalu merasakan sakit, ketika ingat masa itu. Apakah ia tidak bisa melupakan masa lalunya barang sejenak?. "Kenapa rasanya sangat menyakitkan?." Ya, semakin ia ingat itu semua terasa semakin menyakitkan baginya.
Akan tetapi pada saat itu perlahan-lahan Amanda membuka matanya. Kesadarannya telah kembali. "Kepalaku terasa sakit sekali." Dalam hatinya mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya saat itu. Ia belum bisa mengingat kejadian itu secara utuh, karena kepalanya yang terasa berdenyut sakit. "Apa yang terjadi padaku?." Namun ia harus segera sadar, mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.
"Akhirnya kamu bangun juga!" Wanita cantik itu menyeringai lebar. "Apakah tidur mu nyenyak?!." Suaranya terdengar sangat menyeramkan.
"Apa yang kamu inginkan sebenarnya dengan ini semua?. Keuntungan seperti apa yang kamu dapat dengan ini semua?!." Hati Amanda Saat itu sedang berkecamuk takut?. Karena ada orang asing yang telah berani melakukan hal yang mengerikan padanya.
"Kamu itu sebenarnya hanyalah korban aja sih." Wanita cantik itu menatap tajam ke arah Amanda. Wajah Wanita cantik itu terlalu dekat, hingga membuat Amanda merinding.
"Korban apa?. Kenapa kamu lakuin ini sama aku?. Aku enggak punya salah apa-apa sama kamu!." Dalam keadaan setengah takut ia bertanya seperti itu. Ingin rasanya ia kabur dari sana, akan tetapi ia dalam keadaan terikat kepanikan melanda dirinya.
"Aku sangat benci dengan apapun yang berhubungan dengan arman. Termasuk kamu yang saat ini sedang mengandung anaknya!." Bentaknya dengan suara yang sangat keras. "Aku tidak suka!. Sangat benci!." Wanita cantik itu mengeluar kan semua amarah yang ia rasakan, perasaan sakit yang selama ini membuncah di dalam dadanya. Ia ingin mengeluar semua perasaan sesak itu, ia tidak ingin memendam perasaan itu terlalu lama.
...***...
Sementara itu, di kantor.
"Menginginkan perusahaan ini?. Atas dasar mimpi apa kalian ingin perusahaan yang telah aku bangun dengan tanganku ini?. Apakah kalian masih waras?." Arman sangat marah dengan ucapan Barata Jaya.
"Ahaha!." Barata Jaya dan Nicola Andra malah tertawa aneh, Saat itu juga keduanya mendekati Arman yang masih duduk di kursinya.
"Mari kita buat pertaruhan yang akan membuatmu tidak akan bisa kamu tolak." Barata Jaya tersenyum lebar, sambil menyodorkan sebuah berkas yang berisikan pengalihan dan pengambilan nama perusahaan. Arman melihat berkas dan juga melihat ada sebuah smartphone yang menampilkan foto istrinya yang dalam keadaan terikat?.
Jantungnya seakan berpacu dengan sangat kencangnya ketika melihat foto itu. Hatinya mulai gelisah, ia mencemaskan keadaan istrinya. Ia menatap kedua temannya itu dengan kemarahan yang membuncah. "Kalian ini memang sangat keterlaluan, tidak memiliki-." Hatinya sangat panas.
"Kami memang kejam." Barata Jaya tersenyum dengan penuh kemenangan.
"Kamu pilih mana man?. Pilih perusahaan?. Atau milih istri kamu yang sedang mengandung anak kamu?." Nicola Andra terlihat sangat puas. "Atau kamu lebih memilih perusahaan kamu?. Lalu mencari istri baru?." Barata Jaya dengan kesalnya menekan kepala Arman dengan telunjuknya, tanpa perasaan malah berkata itu.
"Kalian tidak akan bisa berbuat licik kepadaku seperti itu !." Arman mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Baiklah. Kalau begitu?. Bagaimana kalau kau pastikan sendiri bagaimana keadaan istrimu itu?. Biar kamu puas."
Arman langsung menghubungi istrinya dengan video call, tentunya ia ingin memastikan istrinya baik-baik saja.
Di tempat wanita cantik?.
"Kenapa kau malah menyalahkan arman?." Bentak Amanda dengan sangat kesalnya.
Akan tetapi pada saat itu mereka sangat terkejut dengan suara nada dering smartphone yang berada di saku samping Amanda. Wanita cantik itu langsung mengambilnya, dan ia langsung mengangkatnya.
"Hei!. Jangan ambil sembarangan!." Bentak Amanda dengan penuh amarah, akan tetapi diabaikan begitu saja.
Begitu Video itu diangkat?. "Amanda?." Dengan perasaan yang berdebar-debar.
"Hei!. Jangan sembarangan mengambil hp orang lain!." Bentak Amanda sangat kesal.
Deg!.
Arman sangat terkejut mendengar suara Amanda yang sedang marah?.
"Eh?. Hai?. Sudah lama tidak bertemu, ya?." Wanita cantik itu malah menyapa Arman yang terlihat sangat terkejut dengan apa yang ia lihat melalui Video itu.
"Wanda?!." Arman sangat terkejut dengan seseorang yang pernah ia kenal semasa kuliahnya dulu.
"Oh?!. Kamu masih ingat dengan aku ya?. Sangat manis sekali." Ucapnya dengan manjanya.
"Arman!. Sayang!. Selamatkan aku dari wanita gila ini!." Teriak Amanda ketakutan.
"Amanda?!." Arman sangat cemas dengan keselamatan istrinya.
"Lihat?. Istri kamu minta tolong tu?." Ucapnya dengan nada menggoda.
"Wanda!. Lepasin istriku!." Hatinya sangat sakit melihat keadaan istrinya yang meronta-ronta ingin dibebaskan.
"Jika kamu ingin dia bebas?. Maka turuti permintaan mereka, dan juga permintaanku nantinya. Jika masalah kalian telah selesai." Wanda malah menyeringai lebar.
"Arman!. Jangan dengerin mereka!." Teriak Amanda, ia hanya tidak ingin suaminya masuk dalam perangkap mereka.
"Sampai jumpa. Aku tunggu kabar baik dari kalian ya?." Setelah berkata seperti itu ia langsung mematikan sambungan video call itu.
"Tidak!. Amanda!." Teriak Arman dengan penuh ketakutan yang sangat luar biasa. Arman tidak menyerah begitu saja, ia mencoba menghubungi kembali panggilan itu, akan tetapi tidak bisa. "Sial!." Umpatnya dengan penuh amarah yang sangat membara. "Sial!." Umpatnya.
...***...
...***...
Perasaannya pada saat itu sangat gelisah, ia tidak dapat lagi berpikir dengan sangat jernih. Pikirannya benar-benar kacau, kakinya telah melangkah sangat jauh untuk mencari keberadaan istri yang sangat ia cintai.
"Ya Allah. Berikanlah hamba petunjuk dimana keberadaan istri hamba ya Allah. Semoga saja mereka tidak menyakiti istri hamba ya Allah." Dalam hatinya terus berdoa, dan berusaha untuk mencari keberadaan istrinya yang telah diculik oleh tiga orang yang memiliki dendam kepadanya. "Alamat yang telah dibuatkan oleh wanita tidak jelas berada di mana." Hatinya saat itu semakin gelisah karena tidak menemukan alamat pasti.
Sementara itu Amanda yang saat itu sedang berada di dalam tahanan mereka. Amanda sangat-sangat takut dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap dirinya.
"Apa yang kalian inginkan?. Bukankah kalian adalah teman dari arman?. Kenapa kalian malah menculik aku?. Untuk apa kalian melakukan ini?." Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari dalam dirinya saat itu. "Bukankah kamu barata jaya?. Teman kuliah yang dulunya sangat dekat dengan mas arman?. Tapi kenapa kamu malah memperlakukan aku seperti ini?." Tentunya itu menjadi tanda tanya baginya. "Bukankah kamu nicola?. Bukannya kamu juga teman mas arman?. Tapi kenapa kalian menculik aku?."
"Kamu ini berisik banget ya?." Barata Jaya terlihat sangat kesal dengan pertanyaan dari Amanda seperti itu. "Kami itu memiliki dendam padanya sehingga kami melakukan itu kepadamu."
"Kalau aku memiliki dendam pribadi kepadamu karena kamu telah berani mendekati arman. Pemuda yang sangat kucintai itu, tapi kenapa dia malah memilihmu daripada aku?. Hah?!." Pada saat itu Wanda memperlihatkan bagaimana perasaan bencinya terhadap Amanda.
"Jika kamu memang mencintai mas arman, bukan dengan cara menyandera aku. Tapi kamu harus membuktikan perasaan cinta kamu itu terhadap mas arman lebih besar daripada aku."
"Kamu itu tidak usah mengajari aku seperti itu!." Saking kesalnya ia tarik kuat kepala belakang Alamanda sehingga wanita itu merintih kesakitan.
"Kegh!. Lepaskan!." Ingin rasanya ia memberontak, akan tetapi pada saat itu tangannya dalam keadaan terikat sehingga ia tidak bisa melakukan itu.
"Kamu tidak usah mengajari aku yang seperti itu. Karena aku telah melakukannya dari dulu, jauh sebelum arman mengenalmu. Tapi kenyataan pahit yang selalu aku dapatkan. Arman sama sekali tidak pernah melihat ke arahku, ia sama sekali tidak memiliki perasaan cinta kepadaku." Gejolak perasaan sakit hati yang ia rasakan itulah yang membuat ia menjadi dendam terhadap siapapun saja yang dapat meluluhkan hati Arman. Termasuk Amanda yang menurutnya sangat mudah menaklukkan hati Arman, sementara dirinya sama sekali tidak dapat menyentuh hati Arman. "Memangnya pelet apa yang telah kau berikan kepadanya?. Sehingga dengan sangat mudah untuk jatuh cinta kepadamu?. Katakan kepadaku!." Bukan hanya suaranya saja yang terdengar besar saat itu, akan tetapi pada saat itu ia benar-benar menyiksa Amanda secara fisik.
"Heh!. Kadang perasaan cinta itu memang sangat mengerikan dari apapun di dunia ini." Nicola Andra pada saat itu dapat memperhatikan bagaimana sikap manusia yang dimiliki oleh wanda telah hilang begitu saja. "Perasaan cinta yang sangat kuat telah membuat seseorang buta. Buta mata hatinya karena orang yang dicintainya telah memiliki orang lain." Anggap saja pada saat itu ia memiliki hati nurani, merasa kasihan dengan apa yang telah dilakukan oleh Wanda terhadap Amanda. Akan tetapi anggota tubuhnya sama sekali tidak ingin bergerak sama sekali untuk membantu menghentikan Wanda agar tidak menyiksa Amanda saat itu.
"Itu adalah perasaan yang tercipta dari antara cinta dan kebencian. Biarkan saja wanita itu mau melakukan apapun. Sebagai sesama wanita biarkan mereka melampiaskan rasa cinta mereka."
Hanya seperti itu yang mereka katakan saat itu?. Apakah mereka sama sekali tidak memiliki perasaan?.
"Meskipun aku ada perasaan terhadapmu amanda. Namun perasaan benci ini telah menyebar di hatiku sejak kamu memilih arman daripada aku." Dalam hati Nicola Andra pada saat itu sebenarnya memiliki perasaan cinta terhadap Amanda. Akan tetapi rasanya ia tidak bisa lagi merasakan perasaan cinta itu sejak Amanda memilih Arman daripada dirinya.
"Maaf saja, perasaan cinta ini telah menjadi benci sejak kau memilih arman daripada aku. Jadi jangan salahkan aku jika aku melakukan ini semua karena aku juga membenci kamu." Dalam hati Barata Jaya. Pada saat itu rasa bencinya lebih besar daripada cintanya, sehingga ia tidak dapat lagi merasakan perasaan apapun terhadap Amanda, meskipun gadis yang ia cinta itu telah disiksa dengan secara kejam oleh Wanda.
...***...
Arman masih saja berkeliling mencari alamat yang dikirim oleh Barata Jaya padanya. Suasana hatinya pada saat itu benar-benar sangat gelisah.
"Amanda, aku mohon kepada kamu. Aku mohon kepada kamu supaya kamu baik-baik saja. Semoga saja kamu bisa bertahan, aku tidak mau kehilangan kamu juga anak yang ada di dalam kandungan kamu." Sungguh suasana hatinya pada saat itu benar-benar sangat gelisah.
Pikiran buruk mengenai Amanda dan calon bayinya menari begitu saja di dalam pikirannya. Sehingga saat itu ia benar-benar tidak bisa tenang sedikitpun.
"Arman. Tolong aku."
Deg!.
Hingga pada saat itu ia seperti mendengarkan suara Amanda yang merintih kesakitan meminta tolong kepadanya. Perasaannya benar-benar tidak tenang, dan ia semakin ketakutan ketika membayangkan hal-hal buruk yang akan didapatkan oleh Amanda ketika bersama Nicola Andra, Barata Jaya dan Wanda. Ketika orang itu memiliki sikap yang sangat jahat, tidak akan memiliki belas kasihan kepada siapapun jika mereka sakit hati.
Saat itu ia menuju ke sebuah tempat yang sangat sepi, di mana rerumputan ilalang sangat tinggi hampir menutupi orang yang melewatinya. Suasana sekitar pada saat itu benar-benar sangat menyeramkan, apalagi kondisi saat itu hampir magrib. Menambah kesan yang sangat menakutkan untuk disinggahi oleh orang normal.
"Sebenarnya rencana gila apa yang akan mereka lakukan terhadap amanda?. Kenapa mereka begitu jahat kepada amanda?. Pada saat ini mereka dendam kepadaku, tapi kenapa mereka malah melibatkan amanda?." Dalam hatinya sangat sesak mengingat apa yang telah terjadi.
Setelah perjalanan agak lama?. Ia sampai di sebuah bangunan yang tua. Namun kondisi saat itu mulai gelap sehingga ia hanya menggunakan pencahayaan lampu hp-nya saja. "Ya Allah, sebenarnya tempat apa ini?. Kenapa mereka membawa amanda ke tempat seram seperti ini?." Dalam hatinya semakin tidak tenang.
"Kamu udah sampai arman?."
Deg!.
Arman membalikkan tubuhnya ketika ia mendengarkan suara seseorang yang berbicara padanya.
"Wanda?." Arman sangat terkejut melihat siapa yang telah memanggil namanya itu.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah Arman bisa membawa Amanda?.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!