Di ruangan BK, seorang pria terlihat memutar bola matanya jengah mendengar nasihat-nasihat yang di berikan padanya. Dia sudah terbiasa mendengar kata-kata mutiara dari guru BK. Bahkan dia sampai hafal setiap kalimat yang keluar dari mulut guru BK yang di tujukan padanya.
Hal itu dikarenakan dia adalah murid paling nakal di sekolahnya. Dia sudah sering di panggil guru BK dan mendapat hukuman. Tapi semua itu tidak membuatnya jera. Dia justru semakin menjadi.
Kennan Alvaro, siswa yang sering berbuat onar di sekolah. Dia tidak segan menjahili teman maupun gurunya. Bahkan dia bergabung di Genk motor yang membuat semua orang takut padanya.
"Apa kau mendengar ku, Ken?" seru pak Anton yang merupakan guru BK sekaligus wali kelasnya
"Iya pak, saya dengar " jawab Ken malas.
Pak Anton menggeleng pelan, dia tahu jika ucapannya hanya masuk di telinga kanan dan keluar dari telinga kiri Ken. Ken tidak akan mencerna dan meresapi apa yang dia katakan. Untuk itu, Pak Anton sudah memanggil wali dari Kennan.
Tok Tok Tok
Ken menoleh kearah pintu saat mendengar suara pintu di ketuk. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Dia merasakan firasat buruk.
"Masuk!!" seru pak Anton
Dan benar saja, orang yang sangat dia kenal masuk ke ruang BK. dia adalah Rain Alvaro, kakaknya.
"Maaf pak, saya sedikit terlambat." seru Rain. Dia melirik sekilas Ken yang berdiri di sampingnya. Dia sudah bisa menebak apa yang terjadi.
Ini bukan pertama kalinya dia di undang oleh pihak sekolah karena masalah yang sama. Jadi dia tidak akan kaget dengan apa yang adiknya lakukan. Entah bagaimana lagi dia harus mengatasinya. Rasanya dia sudah lelah dengan kelakuan adiknya itu.
"Tidak masalah Tuan Rain." ucap pak Anton.
"Jadi ada apa anda memanggil saya pak?" tanya Rain
"Begini Tuan Rain. Seperti yang anda tahu jika adik anda sering sekali melakukan kesalahan. Dia suka berbuat onar dan sering sekali mengerjai temannya dan juga para guru."
"Selama ini kami masih bisa memaafkannya dan hanya memberinya hukuman saja karena bagaimanapun adik anda ini merupakan salah satu siswa yang berprestasi."
"Tapi untuk kali ini, apa yang adik anda lakukan sudah sangat keterlaluan. Dia membuat salah satu siswa masuk rumah sakit karena cidera di kakinya."
Deg
Rain melebarkan kedua matanya. Dia mengusap wajahnya kasar dan menatap nyalang adiknya yang tertunduk diam.
"Untuk itu kami terpaksa memberikan surat peringatan dan skorsing untuk Ken selama seminggu. Dan saya harap dia mau bertanggungjawab dan memperbaiki kesalahannya." ucap pak Anton
"Baik pak. Terimakasih. Kalau begitu kami permisi dulu." Rain tidak tahu lagi harus berkata apa. Dia segera menarik Ken keluar dan mendorongnya ke dinding dengan kasar.
"Apa kau puas? Kau puas melakukan semua ini, hah? Apa kau senang?" teriak Rain
Ken hanya tertunduk diam. Walaupun dia tidak takut dengan siapapun, tapi jika menyangkut kakaknya dia akan diam.
Baginya Rain adalah kakak terbaiknya. Dia adalah ibu sekaligus ayah untuknya yang sangat menyayanginya. Tapi walaupun begitu dia sangat merindukan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Hal itulah yang memicunya melakukan hal-hal gila hanya demi kesenangan saja.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan, Ken? Sampai kapan kau akan terus berbuat ulah, hah? Apa belum cukup selama ini kau berbuat Onar?" teriak Rain lagi. Dia tidak perduli menjadi tontonan siswa yang ada di sana.
Dia sangat kesal. Dia tidak tahu lagi bagaimana menghadapi kenakalan adiknya.
"Maaf kak." lirih Ken
"Sekarang kau minta maaf. Besok kau akan berulah lagi. Apa masih berguna kata maafmu itu, hah?" Ini merupakan kesalahan fatal Ken. Maka dari itu, Rain begitu murka.
"Apa kakak harus mati agar kau bisa merubah sifat buruk mu ini, Ken?" lirih Rain
Ken mendongak menatap Rain. Raut wajahnya berubah seketika. "Jangan bicara ngawur kak. Aku tidak suka kau berkata seperti itu." Ken yang kesal memilih pergi. Dia sangat sensitif dengan kematian. Dan perpisahan adalah hal yang paling dia benci.
Saat dia berusia 3 tahun, kedua orangtuanya bercerai. Dan dia memilih ikut dengan ibu mereka. Tapi dua tahun kemudian Ibu mereka meninggal dan Ken hanya hidup berdua dengan Rain.
Rain yang saat itu berusia 8 tahun sudah harus bekerja membanting tulang untuk makan sehari-hari. Dan hal itu berlangsung sampai sekarang.
Rain yang pintar, berhasil mendirikan usahanya sendiri. Dan hal itu sudah merubah kehidupan mereka. Tapi tetap saja, Walaupun kebutuhan Ken selalu terpenuhi, tapi Ken tidak bisa merasakan kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Rain menghela nafas panjang menatap punggung Ken yang semakin menjauh. Dia mengusap wajahnya kasar dan memilih menghubungi kekasihnya yang kebetulan satu sekolah dengan Adiknya.
"Apa kita bisa bertemu? Kebetulan aku sedang di sekolah mu." seru Rain
"Baiklah."
Rain mematikan sambungan telepon dan bergegas menemui kekasihnya di tempat biasa.
Di sana, di taman sudah duduk seorang wanita cantik yang sedang membaca buku. Dia adalah Alyssa Aurora.
"Maaf membuatmu menunggu." Rain langsung tidur dengan menjadikan paha Alyssa sebagai bantal dan memejamkan matanya.
"Kenapa? Ken lagi ya?" seru Alyssa yang di jawab anggukan oleh Rain.
"Aku lelah Lys. Aku lelah menghadapi Ken. Kapan dia akan berubah?"
Alyssa tersenyum dan mengusap kepala Rain lembut. Dia sedikit tahu masalah kekasihnya itu. Dia mengenal Ken karena mereka satu sekolah tapi berbeda kelas. Bahkan mereka sempat bertemu beberapa kali saat makan malam bersama.
Kenakalan yang Ken lakukan pun dia juga tahu karena Ken sangat terkenal di sekolah.
Tapi walaupun begitu, mereka tidak pernah saling menyapa satu sama lain. Entahlah, Alyssa merasa jika Ken tidak menyukainya.
"Kau harus bersabar menghadapi adikmu. Kau tahu pasti kan kenapa Ken seperti itu? Jangan menegurnya dengan kekerasan karena hal itu hanya akan membuatnya semakin memberontak." seru Alyssa
"Iya, aku tahu. Tapi kadang aku lelah. Aku harus bagaimana agar Ken mau berubah. Apa aku mencarikannya calon istri saja?" ucapan Rain berhasil membuat Alyssa tertawa. Menikah? Yang benar saja. Mengurus diri sendiri saja Ken tidak bisa, bagaimana dia akan mengurus rumah tangga?
"Kenapa kau tertawa?" Rain bangun dan menatap Alyssa yang terlihat cantik saat tertawa.
"Aku hanya merasa aneh saja. Usia Ken masih muda tapi kau ingin mencarikan istri untuk nya hanya agar dia berubah."
"Kenapa memangnya? Kau juga masih muda tapi aku berniat untuk segera melamar mu."
Deg
Tawa Alyssa terhenti. Dia menatap Rain dengan seksama. Melamar? Satu kata yang dia nantikan. Satu kata yang dia inginkan dari pria yang dia cintai. Tapi bukankah itu terlalu cepat? Dia masih ingin mengejar mimpinya dan kuliah tapi...
"Aku berencana melamar mu setelah kelulusan nanti. Dan aku juga akan mendukungmu jika kau masih ingin kuliah. Jadi, Kau mau kan menikah denganku?" tanya Rain
Lidah Alyssa terasa kelu. Bibirnya bergetar dan kedua matanya mulai memanas. Dia tidak percaya Rain akan mengatakan hal itu padanya.
"Kenapa kau diam? Apa kau tidak mau?" tanya Rain lagi
"A_aku bahagia kak. A_aku bahagia." Alyssa memeluk Rain. Air matanya tidak dapat terbendung lagi. "Aku bersedia menikah denganmu." lirih Alyssa
Rain membalas pelukan Alyssa. Dia juga bahagia karena sebentar lagi mereka bisa hidup bersama. Walaupun usia mereka terpaut jauh tapi dia akan berusaha membahagiakan kekasihnya.
Tapi apa semua itu akan menjadi nyata?
Manusia hanya bisa berencana tapi Tuhanlah yang menentukan.
Setelah bertemu dengan Alyssa, hati Rain menjadi lebih tenang. Tidak hanya nasihat yang Alyssa berikan mengenai adiknya tapi lamarannya juga diterima.
Hal itu membuatnya sangat senang. Untuk itu dia bergegas kembali ke perusahaan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya dan setelah itu dia akan menemui Ibu panti untuk meminta ijin melamar Alyssa.
Walaupun masih terlalu muda tapi usia Alyssa sudah cukup untuk menikah. Tapi Rain tidak ingin egois. Setelah menikah nanti, dia akan membiarkan Alyssa mengejar cita-citanya.
"Aku sudah tidak sabar." Rain terlihat senang. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Tapi naas, mobil yang di kendarai Rain mengalami masalah. Rem nya blong yang membuat laju mobilnya tidak terkendali.
"Kenapa bisa begini?" Rain menginjak-injak rem. Tapi sayangnya tidak berfungsi. Dan tiba-tiba dari arah depan ada mobil yang melaju kearahnya.
Rain tersentak dan langsung membanting setir yang membuat mobil tersebut menabrak trotoar.
Bruak
Mobil Rain berhenti dengan posisi menghalangi jalan. Nafas Rain terengah-engah, dia syok dan tidak mengalami luka yang serius. Tapi dari arah lain sebuah truk melaju kencang.
Rain terdiam menatap Truk tersebut dan...
BRUAKH
Mobil Rain tertabrak keras yang mengakibatkan mobil tersebut terguling beberapa meter.
Orang-orang yang melihat kejadian itu segera menelepon ambulans dan polisi untuk mengevakuasi korban kecelakaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
PYAARR
Ken yang sedang bersantai di rumah di kagetkan dengan foto kakaknya yang tiba-tiba terjatuh.
Dia mendekat dan mengambil foto tersebut. "Kakak!!" gumamnya. Dia memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. "Ada apa ini? Kenapa rasanya aku ingin menangis?" batin Ken
Ken berlari di lorong rumah sakit dengan tergesa-gesa.. Dia melihat sosok wanita yang dia kenal, duduk dengan kepala menunduk.
Sejenak dia berhenti. Tiba-tiba kedua kakinya sulit untuk di gerakkan.
Melihat mata sembab wanita itu membuat perasaannya tidak karuan. Dia takut mendengar kabar yang menyakitkan.
"Ken!! Kau sudah datang?" Alyssa berdiri saat tahu Ken berdiri tidak jauh darinya. Dia menghampiri pria itu dan menuntunnya untuk duduk.
"Kak Rain masih di tangani dokter. Dia pasti baik-baik saja." ucapnya menguatkan Ken. Tapi pria itu tidak merespon. Matanya hanya tertuju pada pintu di depannya di mana didalam sana, kakaknya tengah berjuang melawan maut.
Cukup lama mereka menunggu, tapi dokter belum keluar sama sekali. Hal itu membuat Ken merasa tidak tenang. Dia berjalan kesana kemari, tidak sabar menunggu kabar mengenai kondisi kakaknya.
Ingin rasanya dia menerobos masuk dan melihat keadaan kakaknya.
"Duduklah Ken!! Aku tahu kau khawatir dengan keadaan kak Rain. Tapi percayalah, semua akan baik-baik saja." seru Alyssa
Ken menatap tajam Alyssa. "Di saat seperti ini, bagaimana aku bisa tenang? Kak Rain berjuang melawan kematian di dalam sana. Dan kau masih bisa menyuruhku untuk tenang?" teriak Ken
Alyssa tersenyum, tapi kedua matanya meneteskan air mata. "Aku tahu, tapi bukankah lebih baik kita berdoa demi keselamatan kak Rain? Apa dengan kau seperti ini akan membuatnya lebih baik?" seru Alyssa dengan suara parau.
Dia sama khawatirnya dengan Ken. Tapi dia masih bisa berfikir jernih. Daripada melakukan hal yang sia-sia lebih baik dia berdoa demi keselamatan kekasihnya.
Ken mendengus. Walaupun apa yang Alyssa katakan itu benar, tapi tetap saja hatinya tidak tenang.
"Tuhan, Kau sudah membuat kedua orangtuaku berpisah. Bahkan Kau dengan tega mengambil Ibuku. Dan sekarang, satu-satunya keluarga yang aku miliki tengah berjuang antara hidup dan mati di dalam sana. Aku mohon pada Mu, jangan renggut kebahagiaanku. Aku berjanji, aku akan merubah sikapku menjadi lebih baik." Ken berdoa dalam hati dengan tangisnya dalam diam.
Cklek
Pintu ruang operasi terbuka. Ken dan Alyssa berdiri dan mencegat dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan kakak saya dok?" tanya Ken
"Begini, kakak anda mengalami luka yang sangat parah di bagian kepala. Dan kehilangan banyak darah. Kondisi pasien saat ini masih kritis."
Deg
Bagai tersambar petir di siang hari, tubuh Ken terhuyung kebelakang. Kedua kakinya lemas seolah tidak kuat menopang tubuhnya.
"Kritis?" lirih Ken
"Benar. Untuk itu kita hanya bisa berdoa semoga kakak anda bisa melewati masa kritisnya." dokter dan suster yang menangani Rain pergi setelah mengatakan kondisi Rain. Mereka akan memindahkan Pasien ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif lebih lanjut.
"Kritis? Kakak kritis?" gumam Ken
Dia melihat tubuh Rain di atas brankar yang didorong oleh suster. Tubuh yang selalu terlihat kuat di depannya tapi sekarang hanya bisa terbaring lemah.
"Kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU." ucap salah satu suster pada Ken dan Alyssa
"Baik Sus." sahut Alyssa
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ken menatap kakaknya yang terbaring di dalam ruang ICU. Tubuhnya penuh dengan alat medis yang tertempel di tubuhnya.
Hanya terdengar suara monitor ICU yang menandakan jika Rain masih hidup.
Ken mengepalkan tangannya. Sekilas ucapan Rain terlintas di ingatannya yang membuatnya marah bercampur sedih.
"Apa kakak harus mati agar kau bisa merubah sifat buruk mu ini, Ken?"
Ken pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi Alyssa juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tahu Ken pasti sangat sedih saat ini. Untuk itu dia tidak menghalangi Ken dan membiarkan pria itu pergi untuk menenangkan diri.
"Bagaimana keadaan nak Rain?" tanya seorang wanita yang baru saja datang
Alyssa menoleh dan tersenyum dalam luka. Dia memeluk wanita itu dan meluapkan semua kesedihannya.
"Kak Rain kritis bunda." seru Alyssa dengan suara parau nya
"Sabar ya Lys. Kau harus banyak-banyak berdoa untuk kesembuhan nak Rain." sahut wanita itu yang tidak lain adalah ibu Nisa, ibu panti yang selama ini membesarkan Alyssa.
"Iya bunda." lirih Alyssa
Waktu terus berlalu. Tapi keadaan Rain masih sama. Dia berhasil melewati masa kritis nya tapi sekarang dia justru mengalami koma.
Walaupun begitu, Alyssa tetap setia menemani Rain. Dia membantu membersihkan tubuh Rain dan sesekali mengajaknya berbicara. Berharap rain mendengarnya dan segera bangun dari tidur panjangnya.
Sedangkan Ken, mendengar kakaknya koma tidak membuatnya berubah. Dia justru semakin menjadi.
Siang hari dia berbuat ulah di sekolah dan jika malam hari dia akan balapan bersama Genk motornya. Tapi walaupun begitu, dia akan datang menjenguk rain dalam keadaan babak belur dan mengatakan pada Rain jika dia berkelahi.
"Sampai kapan kakak mau tidur? Lihat!! Aku baru saja berkelahi dengan Genk motor lain. Mereka curang saat balapan. Jadi ya, aku memberinya pelajaran. Kau tidak akan marah kan kak?" Ken menatap Rain yang masih setia memejamkan matanya. Dia mengepalkan tangannya erat karena semua yang dia lakukan sia-sia.
Ken mengusap wajahnya kasar. Dan pergi begitu saja. Melihat kondisi kakaknya membuat hati ken hancur. Dia tidak tega melihatnya terlalu lama
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
DUA TAHUN KEMUDIAN
Rain masih setia memejamkan matanya. Tapi hal itu tidak membuat Alyssa berpaling. Dia terus datang melakukan aktivitas yang sama. Menyapa Rain dan menceritakan kesehariannya.
Sekarang dia adalah mahasiswa disalah satu universitas terkenal di ibu kota. Dia bisa di terima melalui jalur beasiswa.
Berbeda dengan Ken yang memang mempunyai biaya untuk masuk di universitas yang sama dengan Alyssa.
Tapi sikap pria itu masih sama. Bahkan dia bergabung di Genk motor yang lebih besar. Setiap malam Ken ikut balapan liar. Dan berakhir dengan mabuk-mabukan.
Alyssa sudah berkali-kali memperingatkan Ken, tapi pria itu sangat keras kepala dan susah di atur.
Hingga suatu hari, baik Alyssa maupun Ken mendapat kabar baik dari rumah sakit. Dokter yang menangani Rain mengatakan jika Rain sudah sadar.
Mendengar hal itu, mereka bergegas ke rumah sakit .
"Bagaimana keadaan kakakku, dok?" tanya Ken
"Kakak anda sudah sadar. Tapi kondisinya masih lemah. Jangan terlalu lama mengajaknya berbicara!!" seru Dokter
"Iya dok, kami mengerti. Tapi kami boleh kan menjenguk kak Rain?" tanya Alyssa
"Tentu saja nona. Tapi jangan membuat keributan karena pasien masih harus banyak beristirahat."
"Baik dok." sahut Alyssa. Dia melihat Rain dari jendela. Pria itu sudah bisa menggerakkan jarinya dan tersenyum kearahnya.
Alyssa menutup mulutnya. Air matanya menetes karena terlalu bahagia. setelah suster keluar, dia dan Ken segera masuk.
"Kak!!" sapa Ken yang di balas senyuman oleh Rain
"Ken!!" lirih Rain
"Iya kak. Ini aku." Ken duduk di kursi dekat brankar dan menggenggam tangan Rain.
"Apa kau masih nakal, hm?" tanya Rain lirih.
Ken terdiam. Dia menatap Alyssa sebelum menjawab pertanyaan kakaknya. "A_aku...
"Aku tahu, kau tidak akan pernah berubah. Kau bahkan sekarang minum minuman beralkohol kan?"
Deg
Lidah Ken kelu. Dia gugup dan tidak tahu harus berkata apa.
"Kakak tahu Ken. Kakak bisa mendengar semua apa yang kau katakan." Rain menatap Alyssa dan kembali berkata, "bahkan kakak hafal kata-kata apa yang Alyssa ucapkan saat menjenguk kakak."
Alyssa tersenyum dan berdiri disisi brankar yang bersebrangan dengan Ken. "Kak Rain baru saja sadar. Jangan terlalu banyak berbicara dulu. Kakak harus banyak istirahat."
Rain menggelengkan kepalanya pelan. "Ada yang ingin aku katakan pada Ken." ucapnya
"Apa kak?" tanya Ken
"Apa kau menyayangi kakak?"
"Kakak bicara apa? Tentu saja aku menyayangimu, kak." seru Ken
"Kalau begitu, bisakah kau mengabulkan satu permintaan kakak, Ken?" seru Rain
Ken terdiam sejenak. Dia menatap kakaknya yang terlihat lemah. Entah mengapa perasaannya terasa tidak nyaman. Jantungnya berdetak tidak karuan.
"Ken!!" panggil Rain
"I_iya kak. Apa permintaan kakak? Aku pasti akan mengabulkannya." seru Ken
Rain tersenyum. Dia meraih tangan Alyssa dan menyatukannya dengan tangan Ken.
"Menikahlah dengan Alyssa."
Deg
Ken mengendarai motor sportnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya terganggu dengan permintaan Kakaknya yang tidak masuk akal.
Bagaimana mungkin dia bisa menikahi kekasih kakaknya sendiri?
Ditambah lagi permintaan kakaknya itu seolah dia tidak akan hidup lama lagi. Ini gila bukan? Adik mana yang bisa menerima semua itu?
Maka dari itu, Ken tidak merespon permintaan kakaknya sama sekali. Dia hanya menunjukkan raut wajah yang tidak senang dan pergi begitu saja.
"Dasar menyebalkan!! kenapa dia malah memikirkan hal itu?" gerutu Ken. Rain baru saja sadar, tapi dia malah mengatakan hal yang mustahil untuk Ken lakukan.
"Menikahlah dengan Alyssa?"
Ken menambah kecepatan laju motornya. Tapi di depan sana ada beberapa motor yang berjejer rapi menghalangi jalan Ken.
Ken melebarkan kedua matanya. Dia mengerem mendadak karena terkejut. "Brengsek!!" umpatnya. Dia membuka helm full face nya dan menatap satu persatu orang yang menghalangi jalannya
"Mau apa kalian?" tanya Ken
"Kenand Alvaro. Lama tidak bertemu ternyata kau masih sama ya. Sangat menyebalkan." seru salah satu dari mereka
Ken turun dari motornya dan melipat kedua tangannya di depan dada. Dia menatap remeh keenam orang yang menghadangnya. "Kau juga sama Zean. Kau masih sama seperti dulu, pengecut." ejek Ken
"Kau....
"Kenapa? Apa aku salah? Kau selalu membawa orang yang sama untuk melawanku. Dan kau selalu kalah. Aku rasa hari inipun akan sama." seru Ken
Zean mengepalkan tangannya geram. Ucapan Ken merupakan hinaan untuknya.
Zean adalah rival Ken saat balapan sejak duduk di sekolah menengah. Zean selalu kalah dari Ken saat bertanding. Apalagi Ken selalu mendapatkan pujian dari semua orang. Dan hal itu membuatnya tidak menyukai Ken.
Zean berkali-kali mencoba mencelakai Ken. Tapi berakhir dengan kegagalan. Bahkan Zean pernah menyabotase motor Ken saat balapan. Tapi tetap saja, Ken bisa lolos dari maut.
"Jangan sombong Ken!! Hari ini aku pasti kan kau akan bertekuk lutut meminta ampun padaku." teriak Zean.
Ken tersenyum sinis. "Kebetulan sekali aku sedang butuh pelampiasan." dia menggerakkan tangannya memberi tanda Zean untuk maju. "Ayo kita bermain-main sebentar."
Zean yang merasa tertantang, maju serentak bersama kelima temannya melawan Ken yang sendirian.
Dari segi jumlah memang Ken kalah telak. Tapi dengan kemampuan bela dirinya, Ken bisa mengalahkan mereka sekaligus.
Meskipun begitu, Ken tidak luput dari pukulan Zean dan teman-temannya. Tapi Ken yang sudah biasa berkelahi seolah tidak merasa kesakitan sama sekali.
Dia membalas setiap pukulan yang mereka layangkan padanya. Hingga Zean dan kelima temannya kabur begitu saja.
"Mau kemana kalian, hah? Dasar pengecut!!" teriak Ken. Dia mengusap bibirnya yang berdarah dengan nafas yang terengah-engah. Dia tertawa keras dan merosot kan tubuhnya di jalan. "ARGHH..!!" suara tawa Ken berubah menjadi teriakan. Bukan karena sakit tapi dia teringat kembali dengan kakaknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ken masih belum bisa di hubungi?" tanya Rain lirih
Alyssa menggelengkan kepalanya. "Dia tidak mengangkat teleponnya. Mungkin dia ingin menenangkan diri dulu."
"Dia pasti marah padaku." seru Rain
"Itu sudah pasti." jawab Alyssa singkat
"Apa kau juga marah padaku, hm?" tanya Rain
"Kakak masih bertanya? Jika Kakak tidak sedang sakit, aku pasti sudah menghajar kakak habis-habisan." sungut Alyssa.
Rain hanya tersenyum tipis. Dia senang diberi kesempatan untuk melihat kekasihnya untuk yang terakhir kalinya. Tapi sebelum itu, dia harus memastikan jika akan ada yang menjaga adiknya saat dia pergi nanti. Dan Alyssa adalah orang yang tepat.
Lagipula dia tahu rahasia besar sang adik. Dan keputusannya kali ini sangatlah tepat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Drap
Drap
Drap
Suara langkah lebar Ken terdengar begitu nyaring di lorong rumah sakit. Dia langsung kesana setelah mendapatkan telepon dari Alyssa mengenai kondisi Kakaknya.
"Lys!!" nafas Ken terengah-engah. Dia menatap Alyssa yang menangis. "A_ada apa?" tanyanya
"Ka_kak Rain, Ken." Alyssa tidak bisa meneruskan ucapannya. Dia menangis memeluk Ken. "Kak Rain." lirih Alyssa.
Baru saja dia merasa lega karena Rain sadar. Tapi tiba-tiba pria itu kembali drop. Dan sekarang dokter sedang memeriksanya.
"Aku takut Ken. Aku takut." lirihnya lagi
"Jangan bicara sembarangan!! Kakak pasti baik-baik saja." seru Ken menenangkan Alyssa. Dia mengepalkan tangannya erat karena mempunyai firasat buruk mengenai kakaknya.
"Menikahlah dengan Alyssa."
Satu kalimat yang terus terngiang-ngiang di kepalanya membuatnya takut. Dia tidak mau kehilangan lagi.
Ceklek
Dokter keluar dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan. Dan hal itu semakin membuat hati Ken tidak menentu.
"Dok, bagaimana keadaan kakakku?" tanya Ken
"Maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Keadaan kakak anda kembali kritis. Kita hanya bisa menunggu mukjizat itu datang."
Deg
"Ti_tidak mungkin. I_itu pasti tidak benar, kan dok?" kedua mata Ken memanas, hatinya berdenyut sakit. Dia tidak percaya dengan apa yang dokter katakan. Apa itu artinya dia akan kehilangan lagi?
Ken dan Alyssa masuk keruang ICU. Mereka melihat Rain dengan mata terpejam.
"Ka_kak!!" lirih Ken. Air matanya menetes. Dia tidak sanggup melihat kakaknya seperti ini.
"Kak Rain!!" panggil Ken lagi
Perlahan kedua mata Rain terbuka. Disaat seperti itu dia masih bisa tersenyum pada adiknya.
"Ja_jangan me_nang_is!!" lirih Rain
"Kak!!" Ken menggenggam tangan kakaknya. Harusnya dia tidak pergi tadi. Jadi dia bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan kakaknya.
"To_tolong Kakak, Ken!!"
Ken terdiam dengan air mata yang terus menetes. Dia menganggukkan kepalanya dan menangis memeluk kakaknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di ruang ICU, kini sudah berdiri Dokter, suster, Bu Nisa dan Alyssa dan Ken yang di bimbing pendeta untuk mengucapkan janji suci.
Rain menyaksikan secara langsung akad nikah adiknya dan juga kekasihnya. Dan setelah mereka sah menjadi suami istri, Rain tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
Dia tersenyum tipis. Dan saat Ken menyematkan cincin di jari manis Alyssa, saat itu juga Rain menutup matanya perlahan. Dia pergi untuk selama-lamanya.
"Terimakasih Ken. Kakak akan selalu menyayangimu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!