NovelToon NovelToon

Tajamnya Lidah Mertua

Menikah

Pernikahan adalah momen yang paling bahagia bagi setiap orang. Begitu juga bagi pasangan Shireen dan Afgan yang baru saja menikah. Keduanya baru berkenalan satu bulan dan langsung menikah. Afgan yang jatuh cinta pada pandangan pertama langsung mengajak Shireen untuk menikah.

Awalnya Shireen sempat ragu dengan ketulusan hati Afgan, tapi setelah mendengarkan cerita tante Noni yang mengatakan kalau Afgan memang sungguh-sungguh ingin menikahi Shireen, akhirnya Shireen pun menyetujuinya. Perkenalan yang berlangsung hanya satu bulan langsung dilanjutkan dengan pernikahan.

Penampilan Shireen sangat cantik dengan balutan kebaya berwarna putih gading dan bawahan kain batik. Rambut digulung dengan dengan hiasan bunga melati sedangkan bagian kepala diberi mahkota yang berkilauan oleh batu permata yang bertabur di sekitarnya.

Begitu juga dengan Afgan yang tampil menawan dengan memakai jas berwarna hitam dan dalaman kemeja putih gading senada dengan baju kebaya Shireen.

Afgan sempat terperanjat ketika melihat penampilan Shireen yang begitu cantik. Shireen dengan digandeng ayahnya memasuki ruang untuk prosesi pernikahan. Ruang itu sudah ditata seindah mungkin. Dinding dihias dengan kain yang berwarna putih gading dan juga terdapat bunga dimana-mana menambah keindahan suasana.

Begitu Shireen dan pak Baskoro memasuki ruangan itu, proses ijab kabul pun langsung digelar. Shireen mengambil posisi duduk di samping Afgan. Afgan yang tidak tahan melihat kecantikan Shireen sebentar-sebentar melirik ke arah Shireen membuat Shireen merasa malu sendiri.

Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, Shireen langsung mencium tangan suaminya. Shireen yang baru sebulan mengenal Afgan tampak masih canggung ketika memegang tangan Afgan. Sehingga telapak tangannya langsung basah keringat ketika bersentuhan dengan tangan Afgan. Afgan yang mengetahui kalau Shireen sedang grogi hanya bisa tersenyum.

Setelah Shireen selesai menyalam Afgan, Afgan langsung mencium kening istrinya membuat Shireen semakin grogi.

Semua yang hadir dalam acara ijab kabul itu tampak senang dan bahagia seperti yang dirasakan kedua mempelai. Semuanya tersenyum menyaksikan saat Afgan mencium kening istrinya. Hanya bu Nana yang tampak cemberut melihat moment saat Afgan mencium mesra istrinya.

Bu Nana tampak tidak senang dengan pernikahan putranya. Sejak awal bu Nana memang tidak menyetujui pernikahan Afgan dengan Shireen yang baru dikenalnya. Sebenarnya bu Nana ingin menjodohkan Afgan dengan anak temannya, tapi Afgan menolak dengan alasan tidak mencintainya. Tapi begitu mengenal Shireen, Afgan langsung ingin menikah. Bu Nana sempat menolak dan tidak menyetujuinya tapi karena Afgan berkeras ingin menikah, akhirnya bu Nana menyetujuinya

***

Tepat pukul sepuluh pagi proses ijab kabul pun selesai dan dilanjutkan dengan resepsi pernikahan yang cukup mewah. Karena Shireen anak tunggal pak Baskoro, sehingga resepsi pernikahan dibuat semeria mungkin oleh kedua orang tua Shireen.

Banyak tamu yang datang pada acara tersebut baik dari pihak keluarga Shireen maupun dari keluarga Afgan. Tampak pasangan yang baru menikah itu sangat bahagia, begitu juga dengan kedua orang tua Shireen. Sedangkan orang tua Afgan hanya tinggal ibunya sendiri karena ayahnya sudah meninggal sejak dia masih duduk di kelas dua SMP.

Kedua pengantin duduk bersanding di pelaminan didampingi oleh orang tua dari kedua belah pihak. Di samping Shireen duduk kedua orang tuanya, sedangkan di samping Afgan duduk ibu dan pamannya yang bernama Adiwinata.

Melihat kedua pengantin banyak tersenyum karena bahagia membuat kedua orang tua Shireen merasa senang. Sebaliknya berbeda dengan ibunya Afgan. Sedikit pun bu Tuti tidak menunjukkan rasa senangnya. Kalau pamannya yang merupakan adik ibunya terlihat bahagia.

Sejak ayahnya Afgan meninggal dunia, pamannya yang bernama Adiwinata-lah yang membiayai kehidupan keluarga Afgan. Sedangkan ibunya hanya berdagang kue basah yang penghasilannya tidak terlalu besar sehingga untuk membiayai pendidikan Afgan dan kakaknya yang bernama Afika tidak cukup.

Paman Adiwinata-lah yang membiayai pendidikan Afgan dan Afika karena paman Adiwinata seorang pengusaha sehingga dia mampu membiayai kedua keponakannya sampai ke perguruan tinggi.

Setelah Afika tamat kuliah, dia langsung menikah dengan kekasihnya yang merupakan orang berkebangsaan Malaysia tetapi tinggal di Indonesia. Tapi sayangnya pernikahannya dengan pemuda Malaysia yang bernama Sidik itu tidak berlangsung lama. Hanya setahun usia pernikahan mereka langsung bercerai.

Sedangkan Afgan begitu tamat kuliah langsung bekerja di perusahaan pamannya Adiwinata. Adiwinata yang merupakan adik ibunya Afgan tidak mempunyai anak sehingga dia sangat sayang pada kedua keponakannya itu.

Sejak Afgan bekerja di perusahaan pamannya, ibunya sudah dilarang berjualan kue basah sehingga ibunya kegiatannya sekarang di rumah saja. Afgan sangat sayang pada ibu dan kakaknya karena sejak ayahnya meninggal kasih sayangnya hanya didapat dari ibunya seorang membuat Afgan begitu menyayangi ibu dan kakak satu-satunya yang bernama Afika.

“Selamat ya Afgan, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah,” ucap pak Dian yang merupakan teman dekatnya.

“Terima kasih ya Pak...” jawab Afgan.

“Selamat ya mas Afgan, semoga cepat diberi momongan.” Istrinya pak Dian memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.

Banyak tamu undangan yang hadir baik dari keluarga Shireen maupun dari keluarga Afgan terutama dari rekan kerja Afgan.

***

Setelah resepsi pernikahan selesai digelar, malam itu juga Shireen langsung dibawa ke rumah Afgan. Kedua pengantin langsung berkamas-kemas untuk pergi ke rumah Afgan.

Terlihat ibunya Shireen tampak sedih melepas kepergian putri satu-satunya.

“Ibu, Shireen pamit ya. Semoga Ibu dan Ayah selalu diberi kesehatan. Doakan juga Shireen ya Bu.” Shireen langsung memeluk ibunya.

“Benar Shireen. Kamu harus taat pada suami kamu. Namanya hidup berumah tangga pasti akan mengalami cobaan dan ayah harap semua cobaan yang akan kalian hadapi harus bisa kalian selesaikan tanpa ada keributan. Yang namanya perselisihan di dalam rumah tangga pasti ada, tapi pintar-pintarlah dalam menyikapinya. Dan buat kamu Afgan, jagalah Shireen dan bimbinganlah dia. Kalau dia melakukan kesalahan, kamu harus menegurnya dengan ucapan dan jangan pernah melakukan kekerasan. Kamu melamar Shireen dan menikahinya dengan cara baik-baik dan ayah harap kamu juga akan memperlakukan Shireen dengan baik juga sama seperti kami memperlakukan Shireen di rumah ini. Setiap terjadi permasalahan di dalam rumah tangga kalian, hendaklah kalian selesaikan tanpa ada keributan.” Pak Baskoro memberi nasehat pada Shireen dan Afgan.

Bu Umi hanya bisa menangis saat melepas kepergian putrinya. Begitu juga dengan pak Baskoro yang tampak sedih melepas kepergian putrinya.

Koper Shireen sudah dimasukkan duluan ke dalam mobil dan sekarang tinggal Shireen dan Afgan yang akan memasuki mobil.

Setelah dipastikan semuanya sudah dimasukkan ke bagasi mobil, Shireen dan Afgan pun pamitan pada bu Umi dan pak Baskori. Tinggallah bu Umi dan pak Baskoro yang masih sedih dengan kepergian putrinya untuk tinggal bersama suaminya.

Khawatir

Khawatir

Sampai di rumah Afgan, sudah pukul sebelas malam. Suasana rumah sudah tampak sunyi bahkan lampu sudah dipadamkan semua.

Begitu turun dari mobil Afgan langsung menurunkan koper Shireen untuk dibawa masuk ke dalam rumah. Ada dua bag dorong yang dibawa Afgan masuk ke dalam kamar. Shireen yang baru pertama kali masuk ke dalam rumah Afgan langsung mengamati sekeliling ruangan di rumah itu.

Terpajang foto keluarga Afgan membuat Shireen merasa penasaran dan langsung mendekatinya. Terlihat Afgan dan kakaknya berdiri di samping kedua orang tuanya. Ayah Afgan saat itu masih hidup dan wajahnya hampir mirip dengan Afgan. Begitu juga dengan postur tubuhnya yang tinggi besar seperti Afgan.

Tidak lama kemudian Afgan pun keluar dari kamar dan menghampiri istrinya.

“Kenapa kamu nggak masuk Shireen?” tanya Afgan.

“Entar Mas, aku masih lihat foto keluarga kamu. Oh ya Mas. Ini saat Mas usia berapa ya?” tanya Shireen sambil menunjuk ke foto keluarga yang dipajangkan di dinding.

Kemudian Afgan melirik ke foto itu sambil tersenyum.

“Itu foto mas ketika masih kelas satu SMP,” jelas Afgan.

Shireen langsung tertawa.

“Kenapa kamu kok tertawa Shireen...” tanya Afgan sambil tersenyum.

“Pantas aja, karena Mas masih tampak lugu,” ucap Shireen.

“Memangnya apa beda dengan mas yang sekarang?” tanya Afgan penasaran.

Shireen kembali tertawa geli mendengar pertanyaan suaminya.

“Ya jelas beda donk Mas... Itu kan foto Mas ketika masih ABG dan sekarang Mas kan udah tua.” Shireen berterus terang.

“Gimana.... Lebih ganteng dulu apa sekarang?” Afgan berusaha menggoda Shireen.

Shireen langsung tertawa lepas.

“Kedua-duanya nggak ada yang ganteng Mas,” jawab Shireen sambil tertawa lagi.

Mendengar ucapan Shireen membuat Afgan semakin gemas.

“Kamu ya...” ucap Afgan sambil memeluk pinggang istrinya dari belakang.

Kemudian Afgan melabuhkan dagunya di bahu Shireen membuat Shireen merasa kegelian ketika kumis Afgan menyentuh telinganya.

“Mas, lepaskan...” ucap Shireen menggeliat kegelian.

Afgan bukan melepaskan pelukkannya, tapi dia semakin mempererat pelukkannya membuat Shireen diam tidak berdaya. Ingin menjerit tapi dia takut kalau ibu mertuanya akan terbangun.

“Mas... udah, lepaskan...” Nada suara Shireen memohon.

“Nggak, mas nggak akan lepaskan kamu,” bisik Afgan di telinga Shireen.

Afgan bukannya melepaskan tetapi dia malah tertawa melihat Shireen yang semakin ketakutan.

“Emangnya nggak boleh mas memeluk istri mas sendiri?” Afgan berusaha menggoda istrinya.

Shireen yang baru kenal sebulan dengan Afgan merasa masih canggung ketika berdekatan. Sedangkan Afgan yang mengetahui kalau Shireen orangnya pemalu sehingga dia berusaha untuk membuat Shireen merasa nyaman berada di dekatnya. Afgan juga berusaha membuat Shireen tidak merasa canggung sehingga suasana tidak terlalu tegang.

Saat keduanya sedang tertawa mesra, tiba-tiba kakak Afgan yang bernama Afika keluar dari kamarnya. Melihat Afgan sedang memeluk pinggang Shireen dari belakang dan keduanya tampak sangat akrab membuat Afika yang seorang janda merasa cemburu dan kesal. Dia merasa kesal dengan kemesrahan adiknya itu.

Kemudian Afika berdeham membuat Afgan dan Shireen merasa terkejut. Shireen buru-buru melepaskan tangan Afgan yang berada di pinggangnya dan dia kemudian melangkah menjauh dari Afgan. Sedangkan Afgan masih terdiam dan berdiri di posisinya semula.

Sebenarnya Afika keluar dari kamar untuk pergi ke kamar mandi dan ketika melewati ruang tengah dia melihat Afgan dan Shireen yang sedang bermesraan. Afika merasa cemburu dengan kemesraan adiknya.

“Kalian apa nggak punya etika? Kalau mau bermesraan itu di kamar, bukan di ruangan ini,” ucap Afika ketus dan langsung berjalan ke kamar mandi.

Shireen hanya menundukkan kepalanya karena merasa malu. Dia merasa malu sendiri karena apa yang dikatakan kakak iparnya benar adanya.

Mendengar suara ribut di ruang tengah, bu Nana Warastuti yang biasa dipanggil Nana pun langsung terbangun dan keluar dari kamarnya. Begitu melihat Afgan dan Shireen berada di ruang tengah, bu Nana langsung mendekati menantunya. Shireen sempat terkejut juga melihat ibu mertuanya terbangun karena mendengar pembicaraan mereka. Kemudian Shireen langsung menyalam ibu mertuanya dengan sopan.

“Kalian udah lama sampainya?” tanya bu Nana.

“Baru aja Bu, kira-kira lima belas menit yang lalu,” jawan Shireen sambil tersenyum.

Bu Nana yang sengaja mencari perhatian Afgan langsung mendekati Shireen.

“Kamu pasti capek ya Shireen,” tanya bu Nana.

“Lumayanlah Bu,” jawan Shireen.

“Ya udah, sekarang kamu istirahat di kamar ya,” pinta bu Nana.

“Iya Bu, sebentar lagi,” jawab Shireen.

Sebenarnya Shireen merasa heran dengan sikap ibu mertuanya yang tampak baik dan perhatian padanya. Padahal sejak acara pernikahan tadi pagi, bu Nana tampak murung dan cemberut. Sedikit pun tidak menunjukkan sikap baik dan ramah pada Shireen yang telah menjadi menantunya. Bahkan bu Nana sangat cuek pada Shireen.

Tetapi malam ini sikap bu Nana jauh berbeda dengan sikapnya tadi pagi saat prosesi ijab kabul digelar. Tadi pagi Shireen sempat merasa takut sendiri mendapatkan ibu mertua yang seperti bu Nana karena sikapnya yang begitu cuek dan tidak peduli pada menantunya.

‘Kenapa tiba-tiba ibu mertuaku berubah sekali. Tadi pagi dia cemberut saja seperti tidak menyukai aku. Tapi malam ini ibu mertuaku kelihatan sangat baik bahkan sangat perhatian sama aku,’ batin Shireen dalam hati.

“Oh ya, kalian udah makan mala?” tanya bu Nana pada Afgan dan Shireen.

“Sudah Bu. Kamu tadi makan dulu sebelum kemari,” jelas Shireen dan Afgan bersamaan.

“Kalau belum makan malam, biar ibu disiapkan makan malam untuk kalian,” jelas bu Nana dengan nada ramah.

“Terima kasih Bu, nggak perlu,” jawab Shireen.

“Iya Bu, nggak perlu karena entar lagi kami mau tidur,” jawab Afgan.

Afika yang yang baru keluar dari kamar mandi dan hendak masuk ke kamarnya lagi langsung nyeletuk ketika melewati ibunya dan Shireen.

“Di rumah Shireen tadi kan pesta, jadi nggak mungkin lah mereka belum makan Bu,” ucap Afika dengan nada tidak senang.

“Mungkin saja Fika. Bisa jadi nggak selera makanan pesta makannya ibu tawarkan biar ibu siapkan malam ini,” jelas bu Nana.

Mendengar ucapan ibunya yang terlalu lebay Afika merasa kesal.

“Ngapain Ibu pusing mikirkan mereka yang sudah dewasa. Biarin aja kalau mereka belum makan, pasti mereka akan mencari sendiri,” jelas Afika.

“Iya Bu, Ibu jangan khawatir. Lagian kami bisa kok mencari sendiri,” ucap Afgan yang kelihatan sedikit marah mendengar jawaban kakaknya yang sepertinya tidak suka.

Begitu Afika masuk ke dalam kamarnya Afgan langsung menyuruh ibunya masuk kamar juga. Afgan khawatir kalau ibunya tidur terlalu malam akan sakit karena kondisi ibunya yang sering sakit-sakitan. Afgan sangat menyayangi ibunya sehingga dia tidak mau melihat ibunya sampai sakit.

Takut

“Ya udah Bu, sekarang istirahat aja ya,” pinta Afgan yang khawatir melihat kondisi ibunya.

Afgan sangat menyayangi ibunya sejak masih kecil sampai sekarang. Berbeda dengan Afika yang begitu cuek pada ibunya.

Bu Nana sangat paham kalau Afgan sangat menyayanginya. Kalau bu Nana sakit sedikit saja, Afgan sangat khawatir.

Bahkan Afgan tidak malu untuk tidur dengan ibunya ketika ibunya sakit. Bahkan dia yang selalu menyuapi ibunya ketika ibunya sakit dan tidak mau makan.

Hal ini yang membuat bu Nana merasa takut kalau nantinya dia menikah tidak akan menyayanginya lagi.

Pemikiran itulah yang selalu hadir dalam pikirannya apalagi Shireen baru dikenalnya.

“Kalau gitu, ibu masuk kamar ya.”

Saat akan melangkah masuk ke kamar, bu Nana menyempatkan diri mendekati Shireen yang sedang duduk di samping suaminya.

“Mulai sekarang kamu akan tinggal di sini Shireen untuk selamanya. Jadi ibu harap kamu senang tinggal di rumah ini dan bisa beradaptasi di lingkungan tempat tinggal kita ini,” ucap bu Nana ramah.

“Iya Bu, Shireen akan senang tinggal bersama ibu dan mas Afgan di rumah ini.”

“Ya udah, kalau gitu ibu masuk dulu ya,” ucap bu Nana sambil tersenyum mengelus pundak Jihan.

Sengaja bu Nana bersikap ramah dan perhatian pada menantunya di depan Afgan karena bu Nana ingin dipandang baik oleh Afgan walaupun di dalam hatinya sebenarnya dia tidak menyukai Shireen.

Begitu bu Nana masuk ke dalam kamarnya, Afgan langsung mengajak Shireen untuk masuk juga ke kamarnya.

“Ayo Shireen, kita masuk juga.” Afgan langsung menarik tangan Jihan dan membawanya menuju ke kamarnya.

Perasaan takut Shireen semakin menjadi begitu memasuki kamar Afgan. Sebenarnya sejak tadi Shireen sudah merasa takut kalau nantinya Afgan akan membawanya masuk ke dalam kamarnya. Perasaan takut karena malam ini adalah malam pertama bagi mereka. Shireen yang baru saja mengenal Afgan tentu merasa canggung dan sedikit malu.

Sampai di dalam kamar Shireen langsung mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kamar Afgan. Kamar itu lumayan luas dengan penataan perabot begitu rapi. Terdapat sebuah tempat tidur dari bahan kayu jati dengan ukiran jepara. Begitu juga dengan lemari dan tiolet yang ada di samping tempat tidur semuanya dari bahan kayu jati dan ukiran kepara. Semuanya perabotan di kamar Afgan sangat bagus.

Afgan juga menyukai akan keindahan sehingga di setiap sudut kamarnya terdapat bunga dari bahan plastik yang sangat indah. Terdapat bunga yang berwarna putih dan ungu senada dengan horden yang ada di kamar itu. Sengaja pas bunga itu diletakkan bersebelahan dengan tirai horden membuat suasana semakin menarik.

Shireen yang masih berdiri terpaku memandang keindahan kamar Afgan yang akan menjadi kamarnya tiba-tiba dikejutkan oleh suara Afgan.

“Kenapa kok bengong aja Shireen. Apakah kamu tidak ngantuk?” tanya Afgan.

Shireen langsung tersenyum menoleh ke arah suaminya. Terlihat Afgan sedang duduk di sisi tempat sambil memperhatikan istrinya. Melihat pandangan Afgan yang begitu dalam jantung Shireen langsung berdetak kencang. Dia langsung mengambil baju tidur dari kopernya dan hendak menggantinya di kamar mandi. Melihat Shireen membongkar kopernya Afgan yang sudah tidak sabar langsung berkata.

“Bajunya besok aja kamu bereskan, sekarang kamu istirahat aja Shireen. Kamu kan udah capek sejak pagi belum ada istirahat,” ucap Afgan yang sudah tidak sabar menunggu malam pertama.

“Iya Mas, Shireen mau ganti baju dulu ya.” Shireen langsung masuk kamar mandi yang ada di kamar itu.

Sampai di kamar mandi Shireen berusaha memegang dadanya yang berdetak kencang. Perasaannya sangat takut karena akan menghadapi malam pertama bersama Afgan. Shireen yang merasa takut hanya berdiri di balik pintu sambil berusaha menenangkan detak jantungnya. Sedangkan baju tidurnya yang diambil dari kopernya masih di peluk erat. Dia bingung dengan apa yang akan dilakukan karena perasaannya dihinggapi rasa takut yang begitu mendalam.

Sedangkan Afgan yang sejak tadi sudah menunggunya di tempat tidur merasa heran karena tidak terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi tetapi Shireen belum juga keluar. Afgan merasa khawatir dengan Shireen yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi sehingga dia langsung berjalan mendekati pintu kamar mandi dan mengetuk pintu itu.

“Tok, tok... Shireen, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Afgan khawatir.

Mendengar suara suaminya, Shireen langsung gelagapan dan kemudian menjawabnya.

“Nggak Mas, entar lagi aku keluar.” Kemudian Shireen langsung mengganti pakaian yang dipakainya dengan pakaian tidur dari bahan batik stelan celana panjang.

Selesai memakai pakaian tidur Shireen langsung menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Setelah itu dia pun keluar dari kamar mandi. Terlihat Afgan masih duduk di sisi tempat tidur sambil memainkan ponselnya.

Untuk menghindari rasa takut yang berlebihan Shireen langsung pergi ke meja rias untuk membersihkan wajahnya dan memakai bedak malam. Pikirannya sejak tadi tidak tenang untuk menghadapi momen yang paling berkesan yang akan dilaluinya.

Begitu selesai mengolesi wajahnya dengan bedak malam, tiba-tiba Afgan berjalan mendekatinya. Mendengar langkah kaki Afgan detak jantung Shireen semakin kencang bahkan bertambah kencang lagi ketika Afgan memeluknya dari belakang. Dia kemudian menenggelamkan dagunya di bahu kanan Shireen membuat Shireen tidak berkutik. Dari cermin tampak jelas kalau Shireen sangat ketakutan membuat Afgan langsung tersenyum.

“Kenapa kamu takut Shireen?” tanya Afgan.

Shireen yang malu untuk mengakui kalau dia takut hanya menggelengkan kepalanya.

“Kamu takutkan?” tanya Afgan lagi.

Shireen hanya terdiam dengan wajah yang merah padam menahan talut dan malu.

“Mas bisa lihat dari wajah kamu, kalau kamu takut,” ucap Afgan sambil melihat ke cermin.

Saat Shireen melihat ke cermin terlihat Afgan sedang tersenyum perhatikan wajah Shireen dari cermin. Tangan Afgan tetap melingkar di pinggang Shireen membuat Shireen semakin tidak berkutik.

“Kamu jangan takut ya. Sekarang mas sudah resmi jadi suami kamu. Jadi kamu jangan merasa sungkan pada mas.”

“Iya Mas, Shireen tau.”

“Kamu adalah tanggung jawab mas mulai sekarang. Suka duka akan kita lalui bersama. Mas juga berharap kita akan selalu bersama sampai akhir hayat kita hanya ajal yang memisahkan kita,” ucap Afgan.

“Shireen juga mengharapkan seperti itu Mas.”

“Makanya kamu jangan pernah malu atau sungkan pada mas lagi ya.”

Shireen hanya menudukkan kepalanya. Dari cermin, Afgan melihat jelas sikap Shireen yang tampak malu.

Baru sebulan yang lalu Shireen mengenal Afgan. Setelah ketemu sekali Afgan langsung melamarnya. Pada saat acara lamaran, itu pertemuan kedua Shireen dan Afgan. Dan pernikahan di hari ini adalah pertemuan ke tiga untuk mereka berdua. Sengaja Afgan tidak mau menemui Shireen kecuali saat pernikahan tiba. Dan hari ini adalah hari pernikahan yang sudah ditunggu-tunggu Afgan sejak sebulan yang lalu ketika pertama kali mereka saling mengenal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!