NovelToon NovelToon

Istri Kecil Jenderal Agha

Jamur Penghilang Ruam di Wajah dan Sekujur Tubuh

Di suatu negeri yang indah yang bernama Kerajaan Pusat, hiduplah seorang Kaisar yang bernama Abinawa. Kaisar sangat menyayangi jenderalnya yang bernama Agha Caraka karena Jenderal Agha Caraka selalu memenangkan pertempuran, selalu berhasil menyelamatkan perbatasan dari pemberontak, dan selalu berhasil menyelesaikan kasus yang sangat rumit.

Untuk itulah Kaisar menghadiahi Agha seorang Istri. Istri yang dipilihkan oleh Kaisar untuk Agha Caraka bukanlah gadis sembarangan. Gadis pilihannya Raja itu adalah putri dari seorang tabib terkenal dan gadis itu pun sangat pandai ilmu pengobatan. Karena berhasil menyembuhkan Permaisuri dari penyakit aneh, maka Kaisar memilih gadis itu untuk ia jodohkan ke Agha Caraka. Nama gadis itu adalah Kiana.

Kiana selalu memakai cadar ke mana-mana karena seluruh tubuhnya penuh ruam merah dan wajahnya penuh bisul. Sepulang dari istana setelah mengobati Permaisuri dan menerima hadiah berupa perhiasan juga perjodohan dengan seorang jenderal ternama, Kiana pergi ke hutan. Dia ingin menyembuhkan dirinya dari penyakit kulit yang sudah ia derita sejak ia masih kecil. Dia ingin menjadi pengantin yang cantik dan untuk itulah ia ingin mencari jamur yang konon dipercaya bisa menyembuhkan segala macam macam penyakit kulit. Jamur itu bernama Jamur Paku Pedang.

Beberapa jam kemudian, Kiana berhasil menemukan jamur itu dan berjalan dengan wajah semringah. Kiana ingin menemukan sebuah gua lalu ia akan membuat ramuan dari jamur yang berhasil ia temukan dan ia genggam. Kiana memutuskan untuk mencari gua terdekat dan akan mengobati penyakit kulitnya di gua karena ia malas pulang.

Di saat Kiana tengah berjalan dengan wajah ceria, bersenandung lirih, dan melompat-lompat ringan, gadis yang sebenarnya berwajah sangat cantik itu mendengar lolongan minta tolong.

Kiana yang berhati baik dan suka menolong itu langsung berputar arah menuju ke asal suara lolongan minta tolong itu.

Melihat ada seorang pria gagah bertopeng hendak menebas leher seorang pria, tanpa berpikir panjang, Kiana langsung berlari lalu berdiri di depan pria itu sambil membuka lebar kedua tangannya dan berkata, "Jangan bunuh dia!"

Pria bertopeng itu sontak melepas topengnya dan seketika itu juga Kiana terpesona akan ketampanan pria itu.

Sial! Dia tampan sekali. Wajahnya sangat sempurna. Dia itu malaikat atau dewa, ya? Batin Kiana.

"Siapa kau?!" Pria tampan di depan Kiana menyipitkan mata dan rahangnya tampak mengeras.

"Aku bukan siapa-siapanya. Aku cuma tidak ingin Anda berdosa karena membunuh orang. Anda tidak tahu, ya, kalau membunuh orang itu berdosa?"

Pria tampan itu menggerakkan ujung pedang dan berhasil melepas cadar yang menutupi wajah Kiana.

Dia? Kenapa wajahnya penuh ruam merah meradang? Batin pria tampan itu.

"Minggir! Atau aku akan membunuhmu juga"

"Jangan membunuhnya dan.......Aaaaaa!!!!!" Kiana tersentak kaget saat ia merasakan ada ujung belati dingin di atas lehernya dan pria yang ingin ia selamatkan justru mencekal kedua tangannya di belakang punggung.

Kiana sontak berteriak, "Hei! Kenapa kau justru menodongkan pisau ke leherku? Aku ingin menyelematkan kamu"

Seorang pria tampan dan gagah lainnya tampak berlari dan berteriak, "Jenderal Agha! Anda baik-baik saja?"

Oh, namanya Agha. Batin Kiana.

Pria tampan dan gagah yang dipanggil Agha itu menyahut, "Aku baik-baik saja!" Tanpa melepaskan pandangannya dari Kiana dan pria yang menodongkan pisau ke leher Kiana.

Agha menyeringai mengejek lalu berkata, "Dasar gadis bodoh! Kau ingin menolong orang tanpa kau ketahui asal usulnya. Dia itu pembunuh keji dan sudah jadi buronan selama berbulan-bulan, cih! Dasar gadis bodoh!"

"Hei! Meskipun dia pembunuh keji dia adalah manusia dan setiap manusia pantas dihakimi dengan adil jangan main hakim sesuka kamu!" Teriak Kiana kesal.

"Kau berada di ujung maut tapi masih bisa sombong dan menasehati aku, hah?!" Agha berteriak kesal.

Pembunuh keji yang masih menyandera Kiana sontak berteiak, "Diam kalian semua!"

Di saat itulah Kiana memberanikan diri menginjak kaki pembunuh keji itu sekeras-kerasnya lalu dengan cepat ia berbalik badan sambil menaburkan bubuk yang ia ambil dari dalam tasnya.

Setelah terkena bubuk yang ditaburkan oleh Kiana, pembunuh keji itu jatuh cukup keras dii atas tanah dan tak sadarkan diri.

Dua pria tampan dan gagah yang berdiri di depan Kiana sontak melongo. Lalu, Pria yang dipanggil Agha berkata, "Wah, kau bodoh tapi punya nyali juga, ya"

Kiana menepuk dua tangannya lalu berkata dengan senyum bangga, "Aku serahkan dia ke kamu tapi jangan bunuh dia di sini! Adili dia dengan adil di kantor pengadilan" Kiana lalu berjalan melintasi Agha sambil berkata, "Aku tidak bodoh tapi kau yang bodoh karena kau hanya bisa main pedang dan tidak pernah menggunakan akal" Setelah mengucapkan kata itu, Kiana langsung berlari sekencang-kencangnya.

Agha menoleh ke asistennya yang bernama Bora, "Kau dengar ucapannya?"

"Tidak dengar" Sahut Bora sambil naik ke punggung kuda.

Agha juga naik ke punggung kuda dan berkata, "Tapi, aku mendengarnya. Kejar dia! Aku ingin bikin perhitungan dengannya karena dia sudah berani mengejekku, cih!"

"Tapi kita harus bawa buronan ini ke kota, Jenderal"

"Sial! Kau bawa buronan itu ke kota! Aku akan kejar gadis itu sendirian dan ......."

"Saya akan temani Anda mengejarnya dan setelah itu barulah kita ke kota"

"Hmm" Sahut Agha sambil menghentak perut kuda kesayangannya.

Kiana terus berlari dan ia akhirnya bersembunyi di dalam gua yang berhasil ia temukan dan Kiana membuat ramuan dari jamur yang ia temukan untuk mengobati penyakit kulitnya. Kiana merasakan kesakitan yang luar biasa setelah ia balurkan jamur yang diberi nama Paku Pedang ke seluruh wajah dan tubuhnya. Setelah rasa sakit di wajah dan sekujur tubuhnya hilang, Kiana berlari keluar dari dalam gua dan tidak begitu lama, ia dikejutkan dengan adanya kereta kuda mewah di depannya.

Pria di dalam kereta kuda itu melongok dari jendela dan berkata, "Cepat masuk ke sini! Aku akan membawamu ke kota dengan aman dan selamat"

Karena takut pria tampan tapi galak yang ia ejek barusan berhasil mengejarnya, maka Kiana langsung melompat ke dalam kereta kuda itu tanpa berpikir panjang.

Kiana memang gadis yang ceria, lincah, dan impulsif. Dia sering bertindak spontan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Agha dan Bora mengedarkan pandangan mereka sambil menunggang kuda. Namun, sosok gadis kecil dan lincah dengan rambut indah panjang tergerai tidak kunjung mereka temukan.

Sementara itu, Kiana yang sudah berada di dalam kereta kuda sedang bersimpuh di depan pria dengan pakaian mahal dan wajah pria itu tidak kalah tampannya dengan pria yang mencekiknya di tepi tebing tadi.

Pria itu berkata, "Bangunlah dan duduklah di depanku!"

Kiana bangkit berdiri dan duduk di depan pria tampan yang sudah menyelamatkan dirinya dari kejaran pria yang tidak ia kenal. Kiana berkata, "Terima kasih banyak sudah menolong saya dan membawa saya naik ke kereta Anda yang sangat mewah ini, Tuan"

"Nggak usah sungkan. Kau juga pernah menolongku. Jadi, kita impas sekarang"

"Hah?!" Kiana sontak melongo. Dia sama sekali tidak ingat dengan pria tampan yang duduk di depannya, tapi kenapa pria itu berkata kalau dia pernah menolong pria itu.

"Kau lupa, ya? Tapi, aku tidak akan pernah melupakan malaikat cantik dan baik hati yang sudah menolongku, emm, kira-kira satu bulan yang lalu. Aku terkena panah dan kau membawaku ke rumah Ayah kamu, lalu kamu mengobati lukaku. Itulah kenapa aku memanggilmu teman lama tadi"

"Cantik? Wajahku penuh bisul kenapa kau katakan cantik? Dan sekarang kenapa kau terus menatapku? Kamu nggak jijik dengan bisul yang memenuhi wajahku?"

"Kau malaikat penolongku, jadi walaupun memang benar wajah kamu penuh ruam merah, kau tetap cantik di mataku" Adnan tersenyum penuh arti dan menatap wajah malaikat penolongnya dengan sorot mata penuh kekaguman.

"Benarkah? Kenapa aku tidak ingat? Kiana merona malu.

"Karena kamu pergi keluar mencari bahan obat setelah mengobati aku malam itu dan kamu pergi selama satu Minggu dan pas kamu akan pulang, aku sudah sembuh dan harus balik ke ibukota"

"Oh, begitu" Sahut Kiana sambil manggut-manggut.

"Aku senang kita bertemu lagi. Namaku Adnan dan kamu?"

"Ah, namaku Kiana" Dengan wajah semringah Kiana memegang tangan pria itu.

Adnan tertawa senang saat tangannya digenggam dan diayunkan dengan penuh semangat sebanyak tiga kali oleh Kiana.

Setelah melepaskan tangan Adnan, Kiana berkata, "Apa kita teman sekarang ini? Kita sudah saling bantu, sudah saling memperkenalkan diri dan sudah saling berjabat tangan"

Adnan tertawa lepas, lalu berkata, "Iya, kita teman sekarang ini, Kiana"

Dan di ujung tebing, "Jenderal! Jangan ke sana! Itu rombongan putra mahkota Adnan. Kalau Anda ke sana, Anda akan terkena masalah besar! Teriak Bora.

Agha langsung menarik tali kekang kudanya dan berteriak, "Hop!" Kuda yang Agha tunggangi langsung mengangkat kedua kaki depannya dan berhenti berlari.

Akhirnya, Adnan berhasil mengantarkan Kiana sampai di depan rumah ayahnya Kiana dengan aman dan selamat dan Adnan langsung pamit.

Setelah melambaikan tangan ke Adnan dengan senyum lebar, Kiana berputar badan dan masuk ke dalam rumah ayahnya.

Pengawal pribadinya Adnan langsung berkata, "Kenapa Anda katakan kalau gadis tadi wajahnya penuh bisul? Wajahnya putih bersih dan dia sangat cantik, Pangeran"

Pangeran Adnan, sang Putra mahkota tersenyum lebar lalu menyahut, "Iya. Bisul di wajahnya sudah sembuh. Aku rasa ia belum menyadari kalau wajahnya sudah tidak ada bisul sama sekali. Hahahahahaha, dia gadis yang lucu, penuh semangat, dan ternyata sangat cantik setelah bisul di wajahnya sembuh.

"Pangeran, Anda tidak pernah membiarkan siapa pun memegang tangan Anda, tapi kenapa tadi Anda membiarkan gadis yang bernama Kiana bersikap kurang ajar kepada Anda. Anda adalah Putra mahkota. Anda biarkan dia berkata dengan bahasa informal dan Anda biarkan dia memegang tangan Anda"

"Karena dia tidak tahu identitasku. Dia tidak tahu kalau aku adalah putra mahkota. Dan dia adalah temanku. Aku akan biarkan dia melakukan hal ia sukai saat ia berada di dekatku karena dia, adalah temanku. Mau bersikap kurang ajar pun akan aku biarkan" Sahut Adnan dengan senyum lebar.

Kiana langsung mandi dan berganti baju. Lalu, saat ia hendak menyisir rambutnya dan duduk di depan meja rias, pelayan pribadi yang sekaligus sahabatnya sejak kecil yang bernama Debi, masuk ke kamarnya Kiana dan langsung memberitahukan hal yang sangat penting, "Nona! Utusan Kaisar datang dan utusan itu membawa dekrit Kaisar. Ayah Anda meminta Anda segera ke halaman depan.

"Baiklah" Kiana bergegas keluar, menyambar kain untuk menutupi wajahnya, lalu ia berlari keluar dari dalam kamarnya dan berlari ke halaman depan.

Ayahnya Kiana, istrinya, kedua anaknya dari pernikahan kedua, dan Kiana bersimpuh di depan urusan kaisar. Lalu, utusan itu membacakan dekrit, "Kaisar memerintahkan Kiana untuk menikah dengan Agha besok dan mulai besok, Kiana tinggal di kediaman keluarga Agha Caraka. Terimalah dekrit Kaisar!"

"Saya menerima dekrit Kaisar" Sahut Kiana sambil menerima gulungan kertas yang diberikan oleh utusan Kaisar

Hal yang sama terjadi di kediaman Agha Caraka. Agha, ibundanya, dan adik laki-lakinya yang bernama Abiya, bersimpuh di depan urusan kaisar. Lalu, utusan kaisar yang datang ke kediaman keluarga Caraka membacakan isi dekrit dengan lantang, "Mulai besok Agha akan menikah dengan gadis pilihan Kaisar yang bernama Kiana dan Kiana akan menjadi anggota keluarga Caraka mulai besok. Terimalah dekrit Kaisar ini"

"Saya menerima dekrit Kaisar" Sahut Agha sambil membungkuk dan menerima dekrit tersebut.

Setelah utusan kaisar pergi bersama rombongannya, Kiana dan Agha sama-sama merasa gusar di kamar mereka masing-masing.

Ibundanya Agha cukup terpukul dengan perjodohan dari Kaisar itu. Karena Ibundanya Agha sudah memiliki calon istri untuk Jenderal yang gagah perkasa kesayangannya Kaisar itu. Gadis pilihan ibundanya Jenderal Agha adalah putri tunggal sahabatnya dan gadis itu adalah teman masa kecilnya Agha. Gadis itu bernama Maharani.

Agha pun cukup terpukul. Jenderal besar yang terkenal dingin dan kejam itu langsung pergi ke kamarnya dan Agha teringat kembali dengan gadis kecil berwajah manis yang ia temui secara tidak sengaja di tepi danau yang ada di dalam hutan dan gadis manis itu memberinya buah-buahan dan mengobati luka di telapak kakinya ketika ia masih berumur lima belas tahun. Agha jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis itu, sayangnya dia tidak tahu siapa nama gadis itu dan sampai ia berumur dua puluh lima tahun, dia tidak pernah bertemu lagi dengan gadis berwajah manis itu. Dan besok ia harus menikah dengan gadis yang tidak pernah ia jumpai sebelumnya.

Agha teringat kembali ketika ia menghadap Kaisar untuk menerima hadiah pernikahan. Agha seketika mematung dan muram.

Saat Kaisar melihat Agha tampak keberatan dengan perjodohan yang ia berikan, Kaisar bertanya, "Apa kamu sudah memiliki kekasih? Kalau kamu sudah memiliki kekasih, kamu bisa menjadikan kekasih kamu sebagai selir kamu"

"Belum. Saya hanya berpikir, saya adalah seorang jenderal. Apakah saya bisa menikah dan memiliki Istri? Saya jarang di rumah dan sering berada di garis penjagaan yang ada di perbatasan yang jauh dari ibukota" Sahut Agha dengan sikap sopan.

"Makanya aku pilihkan seorang gadis yang baik untuk kamu. Aku yakin gadis ini mampu menjadi Istri kamu" Sahut Kaisar dengan senyum lebar dan Agha hanya bisa menunduk dan mematuhi perintah Kaisar.

Sementara itu, Kiana merasa takut. Dia takut tidak bisa bebas lagi keluar masuk hutan untuk mencari bahan obat. Dia juga takut karena kabarnya Jenderal Agha adalah pria kejam, berhati dingin, dan tidak ramah sama sekali.. "Apa aku akan bahagia menjadi Istri pria dingin dan kejam?"

Menikah

Flashback On

Agha sebenarnya adalah putra permaisuri Jelita. Jelita adalah permaisuri kesayangannya Kaisar dan saat Jelita melahirkan putranya, putranya langsung diberi gelar putra mahkota oleh kaisar.

Dua hari kemudian, di saat Kaisar sibuk mempersiapkan upacara menyambut putranya, anak dari Jelita, wanita yang sangat ia cintai, selir Kaisar yang terbakar kecemburuan, selir tingkat satu yang bernama Kenanga yang juga melahirkan seorang putra di malam yang sama saat Jelita melahirkan itu, nekat membunuh permaisuri Jelita dan menculik bayinya permaisuri Jelita.

Saat bayi tersebut akan dibunuh di tengah hutan, bayi tersebut diselamatkan oleh jenderal Bima. Jenderal Bima adalah adik kandung permaisuri yang sudah mati dibunuh malam itu. Sebagai gantinya, untuk menutupi jejak Putra mahkota yakni keponakannya sendiri, Jenderal Bima meletakkan bayi yang sudah tidak bernyawa di tengah hutan, lalu jenderal Bima membawa bayi kakaknya, sang Putra Mahkota yang sah, pulang ke kediamannya. Jenderal Bima yang sudah menikah bertahun-tahun lamanya dan belum mendapatkan momongan langsung mengangkat bayi kakaknya menjadi putranya dan memberinya nama Agha. Jenderal Bima menyembunyikan Kalung giok yang bisa mengungkapkan identitas asli Agha yang sebenarnya adalah sang putra mahkota ke dalam kotak dan menguburnya di belakang ruang bacanya.

Pengawal utusan selir Kenanga, menemukan jasad bayi laki-laki di tengah hutan dan mereka meyakini kalau bayi itu adalah putra mahkota. Jasad bayi itu, kemudian dibawa ke istana.

Bayi yang ditemukan meninggal dunia di tengah hutan dan diyakini adalah putra mahkota adalah bayi yang Jenderal Bima temukan sudah tidak bernyawa di dalam sebuah kereta kuda. Saat Jenderal Bima berhasil menjatuhkan penculik yang hendak membunuh bayi kakaknya ke dalam jurang, ia pulang dan di tengah perjalanan pulang, ia menemukan ada kereta kuda terjungkal dan banyak mayat berdetak. dan di tengah mayat-mayat itu ia menemukan seorang bayi yang sudah tidak bernyawa.

Jenderal Bima yang menggendong bayi kakaknya dengan selendang lebar, menemukan bayi yang sudah tidak bernyawa bersama dengan keluarganya. Keluarga bangsawan itu dirampok dan dibunuh semuanya di tengah hutan. Jenderal Bima kemudian menguburkan semua jasad keluarga bangsawan itu kecuali jasad si bayi. Jenderal Bima membiarkan jasad bayi itu tetap tergeletak di tengah hutan. Tuhan memberikan jalan bagi Jenderal Bima untuk menyelamatkan keponakannya lewat penemuan jasad bayi itu. Dengan demikian orang yang ingin melenyapkan keponakannya tidak akan mencari keponakannya lagi.

Kaisar sangat berduka malam itu. Dia mendapatkan istrinya meninggal dunia dan putranya pun ditemukan di tengah hutan dan sudah meninggal dunia. Dan selama lebih dari satu tahun Kaisar berduka. Tahta permaisuri kosong dan tahta putra mahkota juga kosong. Akhirnya Kaisar mengangkat Selir Kenanga menjadi permaisuri dan putra selir Kenanga yang bernama Adnan diberi gelar putra mahkota untuk menenangkan hati rakyat.

Lima belas tahun kemudian, Agha dibawa lari oleh Jenderal Bima dan disembunyikan di sebuah gua saat rombongan prajurit bayarannya permaisuri Kenanga menemukan fakta bahwa anak yang dibesarkan oleh Jenderal Bima selama lima belas tahun terakhir kemungkinan besar adalah Putra mahkota, putra yang dilahirkan oleh almarhum permaisuri Jelita. Maka Jenderal Bima dan anak itu harus segera ditemukan dan dibunuh sebelum mereka melaporkan temuan mereka ke permaisuri Kenanga.

Sebelum rombongan prajurit bayaran itu menemukan dia dan Agha, Jenderal Bima mengatakan semua rahasia masa lalunya Agha sambil memberikan kotak berisi kalung giok dan baju bayinya Agha yang adalah pemberian khusus dari Kaisar Abinawa. "Kamu adalah putra mahkota dan aku sebenarnya adalah Paman kamu bukan Ayah kamu. Ayah kamu yang sebenarnya adalah Kaisar Abinawa. Kamu memiliki tanda lahir di pantat kamu dan Kaisar beserta semua orang istana tahu tanda lahir itu pas kamu baru saja lahir dan dimandikan. Oleh karena itu, sebelum kamu menjadi kuat, jangan kamu perlihatkan semua bukti ini. Kalau kamu sudah menjadi kuat maka perlihatkan semua bukti ini dan rebut kembali hak kamu sebagai Putra Mahkota. Sekarang kamu harus selamat dulu. Kamu harus melarikan diri dan terus berlari sampai teman Ayah, eh, Paman, menemukan kamu. Teman Paman namanya Paman Dan. Paman Dan akan mengantarkan kamu pulang ke rumah kita lagi. Larilah terus!"

"Tapi, Ayah, eh, Paman bagaimana?"

'Jangan pikirkan aku! Cepat lari ke arah timur dan jangan berhenti sampai Paman Dan menemukanmu!" Jenderal Bima langsung mendorong tubuh cungkringnya Agha yang waktu itu masih berumur lima belas tahun.

Jenderal Bima berhasil menumpas habis semua tentara bayaran permaisuri Kenanga, namun ia wafat karena pimpinan dari prajurit bayarannya permaisuri Kenanga itu adalah lawan yang sangat tangguh. Jenderal Bima dan pimpinan prajurit bayaran itu mati secara bersamaan.

Di dalam pelariannya, Agha merasakan kelelahan yang luar biasa dan akhirnya dia memutuskan untuk berhenti sejenak di pinggir danau alami yang cantik untuk minum, lalu mandi. Ia ingin menyegarkan badan sejenak.

Di sana ia dikejutkan dengan. kemunculan anak gadis manis. Anak gadis berwajah manis itu tertawa dan berteriak, "Di pantat kamu ada tanda lahir berbentuk merpati kecil! Lucu sekali, hahahahaha!"

Agha langsung berenang ke tepian dan memunggungi gadis itu untuk bergegas memakai kembali semua bajunya dan setelah mendekap kotak pemberian ayah angkatnya, Agha berputar badan dengan. pelan dan ia melihat anak gadis dengan wajah manis dan imut itu masih menyisakan tawa di depan Agha.

"Hei! Kenapa kamu ngintip orang mandi?"

"Aku tidak ngintip. Aku mau minum dan mengambil rumput liar ini" Anak gadis berwajah manis itu mengulum bibir menahan geli.

"Jangan senyum-senyum kayak gitu!" Agha merona malu.

"Baiklah. Maafkan aku" Sahut anak gadis berwajah manis itu.

"Kenapa kau ada di hutan ini? Kamu sendirian di sini?" Tanya Agha.

"Aku nggak betah tinggal di rumah. Ibu tiriku jahat dan Papaku tidak peduli lagi padaku. Aku ke sini hampir setiap hari. Untuk mencari tanaman herbal"

"Hah?! Kamu pemberani juga ternyata. Memangnya Ibu kandung kamu di mana?"

"Kata Ibu tiriku, Ibu kandungku pergi meninggalkan rumah karena tidak tahan hidup dengan Ayahku yang pemarah"

"Oh! Berapa umur kamu?"

"Sepuluh tahun. Duduklah! Aku memetik buah-buahan. Aku dengar perut kamu keroncongan. Kamu pasti lapar. Makanlah buah-buahan ini"

Agha duduk lalu memakan habis semua buah-buahan pemberian anak gadis manis itu.

Anak gadis manis itu kemudian menarik kaki Agha. Agha tersentak kaget dan sontak menahan kakinya sambil berkata, "Hei! Kau mau apa?"

"Kaki kamu terluka. Kau tidak merasakan sakit?"

Agha terkejut mendengar kalau kakinya terluka, pemuda tampan itu sontak menunduk dan dia beneran melihat telapak kakinya terluka. "Kenapa aku tidak merasakan apa-apa dan tiba-tiba ada luka di telapak kakiku?"

"Mungkin karena lapar dan gerah, jadi kamu tidak merasakan ada luka di kaki kamu" Gadis kecil berwajah manis itu berkata sambil memberikan obat ke telapak kaki Agha yang terluka tertusuk ranting kering saat Agha berlari tanpa henti. Lalu, anak gadis manis itu membebat telapak kaki Agha dengan menggunakan sapu tangan dengan sulaman huruf K.

Agha tersenyum dan berkata, "Terima kasih banyak" Agha kemudian memberikan gelang yang ia pakai ke anak gadis berwajah manis yang ramah dan baik hati itu, sambil berkata, "Aku kasih kamu gelang ini. Simpanlah! Kalau kita bertemu lagi, tunjukkan gelang ini dan aku akan membalas budi baik kamu ini. Namaku Agha dan siapa nama kamu anak manis?"

Saat anak gadis berwajah manis itu ingin mengatakan siapa namanya, terdengar suara, "Aku Paman Dan! Agha di mana kamu! Ini sudah aman! Keadaan sudah aman! Keluarlah Agha! Kita harus cepat balik ke kediaman Caraka!"

Agha langsung bangkit berdiri dan melambaikan tangannya ke anak gadis berwajah manis itu sambil berteriak, "Tunjukan gelang itu kalau kita bertemu lagi. Namaku Agha!"

Teman Jenderal Bima yang bernama Paman Dan berhasil mengantarkan Agha pulang ke rumah Jenderal Bima dengan selamat, Namun, Sesampainya di rumah Agha dikejutkan dengan tangisan seluruh penghuni rumah dan Agha langsung berteriak, Tidak!!!!!" Saat ia melihat ayah angkatnya sudah terbujur kaku di depannya.

Flashback Off

Agha tersentak dari lamunannya dan segera memasukkan sapu tangan dengan sulaman huruf K ke dalam kotak dan memasukkan kotak itu ke dalam laci mejanya dengan gugup saat ia mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Ibunda, masuklah!"

Ibundanya Agha membuka pintu dan langsung berkata, "Maharani hendak bunuh diri"

"Hah?! Lalu, bagaimana keadaan Rani sekarang?" Agha tersentak kaget.

"Dia sudah berhasil diselamatkan. Tapi, dia terus memanggil nama kamu. Pergilah ke rumahnya dan tenangkan dia, Agha"

"Baik Ibunda" Sahut Agha.

Keesokan harinya, Kiana didandani memakai baju pengantin berwarna merah dan penutup kepala berwarna senada.Penutup kepala itu bisa disebut Veil.

Selain untuk mengusir roh jahat, penutup kepala juga membuat mempelai pria tidak bisa melihat pengantinnya sampai pernikahan resmi dilakukan. Ketika pria diminta untuk membuka veil, hal tersebut pun menjadi simbol pemindahan 'kepemilikan' pengantin wanita dari ayah ke suami. karena itulah ayah dari mempelai wanita tidak diijinkan ikut mengantarkan rombongan pengantin ke kediaman mempelai pria.

lagipula ayahnya Kiana, Tabib Danur masih di istana dan belum pulang ke rumah semalaman, jadi di pagi ini ayahnya Kiana tidak bisa melihat putrinya berpakaian pengantin.

Sedangkan ibu tirinya Kiana berkata ke Kiana yang sudah memakai penutup kepala, "Kau gadis buruk rupa. Wajah kamu penuh bisul. Yang Mulia Pangeran ketujuh Jenderal Agha Caraka tidak akan betah hidup denganmu"

Kiana bergumam lirih, "Mereka tidak tahu kalau bisul di wajahku sudah hilang. Wajahku sudah bersih, hihihihi"

"Cepat berangkat sana! Dan rasakan hidup bersama pria kejam dan dingin itu"

"Paling nggak dia tampan dan gagah, Ibu" Sahut Kiana.

"Kau memang gadis kurang ajar. Selalu saja berani melawan orangtua. Cepat pergi sana!" Pekik ibu tirinya Kiana.

Iring-iringan pengantin dari rumah ayahnya Kiana hingga sampai di kediaman mewahnya kelurga Caraka disambut antusias oleh para warga sekitar. Rakyat sangat mendukung pernikahan Jenderal Agha.

Di depan pintu kediaman keluarga Caraka, Kiana disambut hangat oleh ibundanya Agha.

Ibundanya Agha sebenarnya tidak menyukai gadis pilihan Kaisar untuk Agha. Dia tidak rela putra kebanggaannya menikah dengan gadis yang kabarnya buruk rupa dan penuh ruam merah. Ibundanya Agha lebih condong ke Maharani karena Maharani sejak kecil ia asuh dan didik. Sedangkan gadis pilihannya Kaisar itu selain kabarnya berwajah jelek dan tubuhnya penuh ruam menjijikan, ia juga sama sekali tidak mengenal gadis itu.

Utusan kaisar hadir di pernikahan tersebut, namun pengantin prianya justru tidak hadir di sana.

Pengantin pria berada di rumah teman masa kecilnya yang bernama Maharani ketika semalam ia mendengar kabar teman masa kecilnya itu nekat hendak bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya. Jenderal Agha berada di rumah Maharani semalaman. Setelah Maharani berhasil diselamatkan, Agha menunggui dan merawat Maharani yang masih pingsan karena gadis itu, kehabisan banyak darah.

Agha duduk di tepi ranjang dan terus memandangi Maharani yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri dengan wajah sedih. Agha bergumam, "Cepatlah bangun! Aku akan ajak kamu berjalan-jalan lagi"

Ibundanya Agha dengan sangat terpaksa tetap melangsungkan pernikahan putranya sampai prosesi pernikahan selesai atas desakan utusan dari Kaisar. Setelah upacara pernikahan dan penandatanganan buku pernikahan selesai, Kiana diantarkan ke kamar pengantin. Dengan masih memakai baju pengantin dan penutup kepala, Kiana duduk di tepi ranjang menunggu suaminya.

Menunggu Pengantin Pria

Sementara itu di kediaman ayahandanya Kiana, Komala adik tirinya Kiana, merengek ke ibundanya, "Ibunda, kenapa yang menikah dengan Jenderal Agha yang terkenal gagah dan tampan itu harus Kak Kiana? Padahal aku lebih muda dan lebih cantik dari Kak Kiana. Kak Kiana, kan, buruk rupa. Wajahnya penuh bisul. Tapi, kenapa justru Kak Kiana yang menikah dengan Jenderal Agha"

"Hush! Jangan asal bicara! Jenderal Agha itu tidak punya hati nurani, dia terkenal kejam, dingin dan tidak pernah peduli sama wanita. Kau mau hidup dengan monster kejam seperti itu, hah?!"

"Tapi, dia, kan, tajir melintir, sangat tampan dan sangat gagah, Ibu"

"Hush! Ibu akan carikan kamu pria yang lebih baik dari Jenderal Agha!"

Sementara itu di kediaman keluarga Caraka....

Untung saja penyakit kulitku di wajah dan sekujur tubuhku sudah sembuh. Wajahku sudah kembali seperti dulu waktu aku masih kecil. Jadi, kalau aku bertemu dengan suamiku, aku tidak perlu malu.Untung saja aku suka belajar sejak kecil. Jadi, aku bisa mengobati sendiri penyakit kulitku tanpa minta bantuan Ayah. Batin Kiana dengan senyum senang.

"Ibu, Putrimu sudah menikah sekarang. Tolong berkati pernikahan Putrimu ini dari Surga sana, ya, Ibu. Agar pernikahan Putrimu ini penuh berkah dan semoga Putrimu ini bisa jadi Istri yang baik untuk suaminya dan bisa menjadi menantu yang baik untuk mertuanya" Gumam Kiana.

Pelayan pribadinya Kiana yang sudah seperti sahabatnya itu duduk di samping Kiana dan berkata, "Nona, Anda tidak makan dulu? Saya suapi, ya, jadi Nona tidak usah membuka penutup kepala Nona"

"Nggak usah, Deb. Aku makan setelah Suamiku datang dan membuka penutup kepalaku"

"Saya tidak menyangka kalau Nona mencintai Suami Nona sebesar ini"

"Cinta? Nggak Deb. Aku lebih baik makan nasi daripada makan cinta. Kalau kita makan nasi minumnya,kan, air putih. Kalau kita makan cinta minumnya air mata, Hihihihihi. Untuk itulah aku tidak pernah mau merasakan jatuh cinta, Deb" Ucap Kiana dengan terkekeh geli.

Debi tersenyum sambil menatap dari arah samping nona yang sudah ia layani dan dampingi sejak ia berumur sepuluh tahun itu, dengan sorot mata trenyuh. Nona yang baik hati dan cantik harus menikah dengan pria asing yang belum pernah dijumpainya dan di saat menikah sang mempelai pria tidak nampak menyambut dan mendampinginya.

Kasihan sekali Nona Kiana. Kenapa orang baik seperti Nona harus mengalami nasib menyedihkan seperti ini. Di rumah Anda selalu ditindas oleh Ayah Anda, Ibu tiri Anda, dan adik tiri Anda. Lalu, Anda harus menikah dengan pria yang tidak pernah Anda jumpai dan mempelai prianya tidak hadir di pernikahan untuk menyambut Anda, Nona. Kejam sekali pria yang bernama Jenderal Agha itu, ya. Batin Debi.

"Pergilah ke kamar kamu, Debi! Aku takut suamiku akan terkejut dan timbul kesalahpahaman saat ia masuk ke kamar ini dan ia menemukan ada dua wanita di sini" Kiana menyentuh tangan Debi.

Debi kemudian mengangguk dan setelah bangkit berdiri, gadis muda yang seumuran dengan Kiana itu berkata, "Baiklah, Nona. Saya doakan Nona selalu bahagia di pernikahan ini"

"Amin" Sahut Kiana.

Agha berteriak senang saat ia melihat Maharani akhirnya membuka kedua kelopak mata dengan perlahan. Maharani langsung bangun dan memeluk Agha sambil berkata, "Aku senang kamu ada di sini, Mas Agha"

Agha yang kaku, tidak pernah dipeluk ataupun memeluk seorang gadis karena dia tidak pernah ada waktu untuk berpacaran, tidak membalas pelukan Maharani. Kedua tangan Agha mengepal di kedua sisi tubuh gadis cantik berwajah lembut itu saat Maharani memeluknya lebih erat, Agha dengan cepat berkata, "Tentu saja aku akan ada di sini menjaga kamu. Kamu adalah adikku. Syukurlah kamu sudah sadar dan baik-baik saja. Jangan kamu ulangi lagi! Kalau kamu bunuh diri maka aku akan membenci kamu selamanya, Rani. Sekarang lepaskan pelukan kamu! Aku sesak napas. Kau memelukku sangat erat, Rani"

Maharani langsung melepaskan pelukannya dan menarik diri dari dada hangatnya Agha, lalu berkata, "Maafkan aku telah memeluk kamu dengan sangat erat Itu karena aku bahagia kamu ada di sini untukku. Kamu akan menikah, Mas. Aku sedih. Untung itulah aku lebih baik mati karena ke depannya kita tidak bisa sering bersama lagi. Kita tidak bisa lagi jalan-jalan bareng dan......"

Agha menatap Maharani lalu berkata, "Aku akan tetap meluangkan waktu untuk menemui kamu dan menemani kamu jalan-jalan"

"Tapi, tetap saja beda" Maharani mengerucutkan bibirnya.

Agha menghela napas panjang dan berkata, "Nggak akan beda. Aku tetap Kakak kamu dan kamu adikku. Aku akan tetap meluangkan waktuku untuk kamu"

"Benarkah?" Maharani menatap kedua bola mata indah pria yang sangat ia kagumi dan cintai sejak kecil itu dengan wajah semringah.

Agha menatap Maharani dan berkata, "Iya. Tentu saja benar. Aku janji. Jadi, jangan bunuh diri lagi. Aku akan membenci kamu kalau kamu bunuh diri lagi"

Maharani mengangguk dan Agha kemudian bangkit berdiri dan berkata, "Aku pulang dulu. Kata Bora, utusan Kaisar masih menungguku di kediaman. Aku harus segera pulang supaya Kaisar tidak murka"

Maharani menahan lengan Agha untuk bertanya, "Apa di mata kamu aku ini hanya seorang adik?"

Agha menepuk tangan Maharani dan sambil tersenyum ia berkata, "Iya. Kamu selamanya adalah adikku. Adik perempuan yang aku sayangi. Aku pulang dulu. Istirahatlah dengan baik" Agha berucap sembari membantu Maharani merebahkan diri di kasur dan setelah menyelimuti Maharani, Agha bergegas pulang.

Maharani menatap punggung Agha sambil bergumam lirih, "Tapi, aku ingin jadi kekasih kamu, Mas. Bukan adik perempuan kamu"

Dalam perjalanan pulang,Agha dihadang kawanan orang tak dikenal dan semuanya memakai baju serba hitam dengan kain penutup wajah. Semuanya adalah pria.

Sendirian Agha berhasil menjatuhkan kelima lawannya dengan mudah karena Agha memiliki ilmu yang sangat tinggi. Dia adalah Jenderal besar kesayangan Kaisar dan selalu memenangkan pertempuran. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang terbang dan entah muncul dari mana, pria yang juga berpakaian serba hitam menendang dada Agha dengan tapak kaki yang dibalut ilmu tenaga dalam yang sangat hebat.

Agha terjengkang mundur sepanjang satu setengah meter dan pria tampan itu langsung muntah darah.

Agha kehilangan pedangnya dan ia mengumpat kesal saat ia melihat pedangnya terlempar cukup jauh dan teronggok manis sangat jauh dari jangkauannya.

Sosok berbaju serba hitam itu tertawa sejenak lalu mengarahkan mata pedangnya ke wajah Agha sambil menggeram, "Ternyata Jendral besar yang terkenal hanya segini kemampuannya, cih! Maka matilah kau di tanganku hari ini, Jenderal Agha Caraka brengsek!"

Agah menangkup mata pedang itu tengah dua telapak tangannya lalu ia bergeser ke samping sambil terus berjalan dan menggerakkan telapak tangannya sampai ke ujung pedang. Dengan kecepatan kilat, Agha berhasil merebut pedang itu dari tangan musuh.

Saat Agha berputar menjauh untuk mempersiapkan tenaga dalam, tiba-tiba perutnya terasa perih lalu terasa ada yang merembet hangat di sana.

Agha menunduk dan mengumpat kesal, "Sial! Darah?" Agha lalu mengangkat wajahnya untuk menatap lawannya.

"Kau pikir aku tidak punya senjata cadangan, hah?! Dasar Jenderal bodoh, cih! Pisauku ada racunnya. Maka kau akan mampus dalam lima jam ke depan. Tidak ada satu tabib pun di dunia ini yang bisa menyembuhkan kamu dari racun langka ini. Maka bersiaplah untuk mati dalam lima jam ke depan, hahahaha!!!!!!" Pria berbaju serba hitam itu kemudian berbalik badan dan terbang melesat di kegelapan malam meninggalkan Agha.

Agha berusaha berjalan ke kuda kesayangannya sambil terus memegangi perutnya dan ia berteriak kesakitan saat ia memaksa dirinya naik ke punggung kudanya. Agha kemudian menghentak perut kuda kesayangannya dengan kedua tumit kaki dan menghentak tali kekang kuda agar kuda kesayangannya melesat lebih cepat dari biasanya.

Wajah Agha penuh peluh. Dia menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Bibirnya mulai memucat karena banyak darah yang sudah mengucur dari perutnya. Agha terus meredam rembesan darah dari luka di perutnya dengan sapu tangan dan terus berdoa di dalam hatinya semoga dia masih sadar saat tiba di kediamannya nanti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!