NovelToon NovelToon

Pembunuh Bayaran Sang Bucin Sejati

Mabuk

Seorang pemuda berwajah opa-opa Korea berumur 21 tahun menyusuri lorong hotel menuju kamarnya di kamar nomor 313.

Langkah kakinya sudah sempoyongan dan beberapa kali dia berjalan sambil memegang dinding lorong.

“Jabrik, sialan! Kau benar-benar sialan! Khooo ….” Pemuda itu sedang mabuk parah dan serasa bumi di pandangan matanya itu berputar-putar. “Khooo … anggur merah yang memabukan diriku anggap, belum seberapa … asik-asik jos.”

Pemuda berjas hitam dengan dalam kaos berwarna hitam tersebut terjatuh di depan kamar nomor 323.

Pintu kamar tersebut didorong dengan kepalanya dan ternyata tidak dikunci. Dia masuk kamar dengan berjalan seperti ulat bulu yang sedang merangkak, dan menganggap kamar 323 tersebut adalah kamar miliknya yang bernomor 313.

“Khooo … gelap sekali kamar ini, segelap hatiku yang telah membunuh banyak orang jahat, khooo …,” kata pemuda yang bernama Gibran Rakabumi dengan nada orang yang sedang mabuk berat.

Raka terus merangkak seperti ulat bulu menuju tempat tidur King Size yang cukup besar. Karena hotel ini adalah hotel termewah di Singapura dengan tarif 10000 dolar Singapura per malam.

Dari bilik kamar mandi terdengar suara lembut seorang wanita yang sangat merdu sedang bernyanyi.

Raka menganggap suara itu hanya suara bidadari dalam mimpinya. Dia telah membuka jasnya secara asal-asalan, dan hanya memakai s**** saja. Kemudian tertidur di dalam selimut dengan nafas yang sangat sunyi.

Seorang gadis keluar dari bilik kamar mandi dan mengibaskan rambutnya yang cukup panjang dalam keadaan basah. Dia memakai kimono hitam, lalu menyeka rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil berwarna hitam.

Gadis bermata sipit dan mempunyai bibir merah muda yang mungil tersebut terus bernyanyi dengan riang beberapa kali diselingi suara siulannya yang sangat merdu.

Alina yang mempunyai sifat ceroboh, tidak mengecek kembali pintu kamarnya yang masih terbuka sedikit. Tetapi langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dengan ikat kimono yang sudah terbuka.

Saat membuka selimut, dia merasakan benda keras di permukaan tangan kanannya. Lalu memegangnya dengan rasa penasaran yang tinggi.

“Uuukh!” Raka melenguh nikmat karena benda pusakanya diremas dengan remasan manja oleh tangan Alina.

Gadis mungil tersebut tersentak kaget dan langsung membuka selimut. Matanya langsung membola setelah melihat seorang pemuda yang sedang meringis nikmat dengan kedua pipi merah merona yang sedang dilanda mabuk berat.

“Sa-sangat tampan?! Oh, my god?! Mimpi apa aku semalam?!” Alina beringsut mundur.

Namun tangannya segera ditarik dan membuat tubuh gadis mungil tersebut jatuh di pelukan dada Raka.

Pinggang gadis mungil yang sangat seksi tersebut langsung dipeluk oleh Raka dan tanpa basa-basi dalam keadaan mata terpejam, bibir Alina langsung dicium dengan ganas.

Alina pasrah karena tenaga Raka terlalu kuat dan dia tak bisa berontak untuk melepaskan diri dari pelukan kedua tangan pemuda opa-opa Korea tersebut yang sangat kekar.

“Huff … huff ….” Raka dan Alina kehabisan nafas setelah berciuman dengan sangat ganas.

Mereka terjebak dalam cinta satu malam yang mungkin takan bisa dilupakan sepanjang hayat mereka. Cinta yang hadir dalam gelapnya kamar hotel 323.

Mereka berdua pun melakukan perhelatan akbar dan Raka telah merenggut kesucian Alina yang akan diberikan pada tunangannya satu minggu lagi. Karna Alin akan dijodohkan dan menikah dengan pria pilihan kedua orang tuanya di Jakarta.

***

Keesokan paginya.

"Uuugh!" Raka memegangi kepalanya yang masih pusing oleh anggur merah yang diberikan Vincent sahabat sejatinya itu.

Terdengar suara air bergemericik di dalam bilik kamar mandi, "Aneh, bukankah ini kamarku? Jangan-jangan Vincent …."

Raka berlari ke dalam bilik kamar mandi dengan langkah yang agak limbung. Dia panik setelah melihat bercak darah tercetak jelas di tempat tidur king size tersebut.

Setelah mendekati bilik kamar mandi, Raka mendengar suara isak tangis perempuan sesenggukan dan mengetuk pintu kamar, "Nona, kamu tidak apa-apa? A-aku minta jika kita anu itu, anu itu, itu anu. A-aku akan bertanggung jawab Nona! Tapi kenapa kamu berada di kamarku?"

Alina yang sedang menangis dengan memeluk lututnya dan kepalanya terguyur air dari shower langsung naik pitam, dan membuka pintu bilik kamar mandi.

PLAK!

Gadis mungil berambut perak tersebut menampar pipi kanan Raka, "Kamu bilang kamarmu? Ini kamarku nomor 323. Ya wajar saja sih, pria tampan itu rata-rata buta kalau melihat wanita cantik sepertiku?"

DEG! DEG!

Raka hanya bisa terpana melihat kecantikan wajah Alina yang sedang marah. Dia tak sadar jika dirinya sedang ditampar dan bingung harus mengatakan apa atau menjawab apa pada Alina.

Raka langsung gugup, segugup-gugupnya karena melihat gadis yang terlalu sempurna di depan matanya, “A-aku minta maaf. A-aku memang bersalah. Aku semalam mabuk karena dicekoki anggur merah oleh temanku. Aku sungguh minta maaf.”

“Kamu sungguh biadab!” Alina menampar kembali pipi kiri Raka dan menangis sejadi-jadinya di depan pria berambut hitam dengan gaya rambut belah tengah tersebut.

Raka mengambil kimo putih yang berada gantungan samping pintu bilik kamar dan memakaikannya pada Alina.

Tubuh gadis mungil itu digendong ala bridal style karena sudah syok berat. Alina tidak bisa menerima kenyataan jika dirinya telah hilang keperawanannya.

Hal itu akan berimbas besar pada pernikahannya. Kalau calon suaminya tahu Alina sudah tak perawan lagi, dia takut akan menarik semua uang investasinya ke perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut.

Raka duduk memunggungi Alina yang meringkuk memeluk bantal guling sambil terus menangis. Wajahnya yang ceria dan selalu periang, kini dibanjiri air mata.

Pria bermata sipit dengan bibir merah muda tersebut, tidak tahu apa yang harus dilakukan pada Alina. Dia sudah meminta maaf dan akan bertanggung jawab. Tapi tetap saja Alina terus menangis, hingga membuat Raka frustasi.

Padahal satu jam lagi dia harus mulai melakukan misi untuk menembak mati salah seorang politisi terkorup di Indonesia yang sedang aur ke Singapura.

Profesi Raka adalah seorang pembunuh bayaran dan agen mata-mata ganda di seluruh negara. Da mempunyai kode nama Gibran atau GR dan sangat dikenal di dunia bawah tanah.

Misi menembak mati politisi terkorup di Indonesia tersebut merupakan misi terakhirnya. Setelah itu dia akan pensiun dan membuka usaha di bidang investasi bersama rekan-rekannya.

Dengan berat hati, Raka menaruh ponsel dan dompet miliknya di atas nakas, “Nona, bukannya aku lari dari tanggung jawab. Aku ada pekerjaan yang harus aku laksanakan 30 menit lagi. Hubungi aku atau tulis nomor teleponmu di ponselku. Aku tinggalkan semua identitasku disini. Aku berjanji paling lama, satu jam lagi aku akan kembali.”

Raka segera memakai pakaiannya dan menyelimuti tubuh Alina. Ada perasaan khawatir dan tidak tega untuk meninggalkan gadi mungil tersebut.

Namun misinya adalah hal yang utama dan tak bisa ditinggalkan. Sebab, bayaran misi kali ini sangat besar dan itu bisa membuat Raka bisa hidup sampai 4 turunan.

Bertemu

***

Satu jam kemudian.

Raka kembali ke kamar nomor 323 dengan tersenyum puas, karena telah berhasil melaksanakan misinya membunuh politisi terkorup di Indonesia tersebut.

Akan tetapi, senyum yang mengembang tersebut berubah menjadi raut wajah murung. Saat kedua matanya sudah tak menangkap lagi gadis mungil berambut perak itu di tempat tidurnya.

“Nona! Nona!”

Raka memanggil Alina dan menggeledah setiap sudut kamar untuk mencari keberadaannya. Tetapi, semua yang dilakukan Raka sia-sia. Alina telah pergi meninggalkan kamar nomor 323 tersebut , selang 15 menit setelah Raka keluar dari kamar itu.

“Aaaargh …!”

Raka meraung keras dan mengacak-acak rambutnya. Dia sangat menyesal telah meninggalkan Alina dan merasa sangat frustasi.

Namun dia masih punya harapan dan mengecek ponselnya. Siapa tahu Alina meninggalkan nomor kontak ponselnya. Lagi-lagi harapan itu pupus, Alina tidak meninggalkan satu jejak pun untuk Raka, supaya pemuda berambut hitam itu mudah mencarinya.

Raka tidak pantang menyerah dan menuju lift untuk turun ke lobi. Untuk menanyakan tentang Alina pada resepsionis yang sedang berjaga saat ini.

Sesampainya di bagian resepsionis, Raka pun tetap tidak mendapatkan informasi tentang Alina. Hotel Emerald memiliki hak privasi yang sangat tinggi pada pelanggan SVIP mereka. Salah satunya menyembunyikan data check in dan data check out setiap pelanggannya yang menjadi member SVIP.

Dengan tangan hampa, Raka pun check out dari hotel emerald, sebab misinya sudah selesai dan pihak kolaborator telah mentransfer uang yang sangat banyak pada rekening Raka yang berada di bank central Swiss.

***

3 tahun berlalu.

Raka yang masih dipenuhi rasa sesal pada dirinya sendiri karena telah merusak hidup Alina. Tetap melanjutkan hidup dan mendirikan perusahaan di bidang investasi.

Raka telah menjelma dari seorang pembunuh bayaran yang sangat ditakuti di dunia bawah tanah, menjadi seorang CEO yang sangat sukses hanya dalam waktu 3 tahun.

Tapi kondisi hatinya berbanding terbalik dengan kesuksesan yang sudah dicapainya saat ini yan berhasil mendirikan Eternal Group di Jakarta dan menyebar ke seluruh pelosok Indonesia.

Di dalam ruangannya, Raka sedang menenggak minum-minuman keras yang mengingatkannya pada Alina, yakni anggur merah.

Raka kembali menenggak anggur merah yang berada di dalam gelas besar dalam sekali tegukan, “Nona berambut perak, kenapa kau meninggalkanku? Khooo ….”

Kepala bagian HRD mengetuk pintu ruangan CEO untuk melaporkan karyawan baru yang akan menjalani seleksi wawancara siang nanti langsung dengan Raka.

Vincent yang sangat kasihan pada Raka membuka lowongan untuk menjadi asisten pribadi Raka dan mengurusi semua hal yang berkaitan dengan Raka.

“Ya, masuk. Khooo …,” sahut Raka dengan bersendawa keras mengeluarkan nafas Naganya yang sangat bau itu.

“Tuan muda. Ini adalah data calon asisten pribadi untuk anda.Mohon diteliti secara seksama. Aku izin pamit,” kata Kabag HRD sambil menaruh map berwarna hitam di atas meja Raka.

“Ya,” jawab singkat Raka dan melanjutkan kembai menenggak anggur merah.

Pria berwajah opa-opa Korea tersebut sama sekali tidak memperdulikannya dan menenggak satu botol lagi sambil bernyanyi riang, “Khooo …. Anggur merah yang selalu memabukan diriku anggap, belum seberapa …. Dibandingkan dengan senyumanmu membuat aku … awok-awok jleb!”

“Nona perak, oh Nona perak. Kenapa kau meninggalkanku?”

Raka benar-benar dalam kondisi frustasi yang sangat dalam akibat kehilangan Alina. Saat ini adalah saat yang terburuk penyesalan dalam hidupnya.

***

Di depan lobi gedung Eternal Grup.

Seorang wanita duduk di kursinya dalam keadaan gugup. Karena sebentar lagi, dia akan diwawancarai langsung oleh CEO Eternal Grup.

“Pokoknya aku harus mendapatkan pekerjaan ini, harus,” tegas gadis berambut pirang dengan gaya rambut dikepang kuda dan memakai kacamata bulat seperti Betty La Fea.

Gadis tersebut hanya berpakaian sederhana dan tampak lusuh. Memakai kemaja lengan panjang berwarna cream dan celana katun panjang berwarna cream pekat diserta sepatu hak tinggi berwarna hitam.

Semua karyawan dan karyawati mencibir gadis tersebut, karena meras kurang sopan untuk melamar pekerjaan di perusahaan sebonafid ini.

“Apakah dia itu tidak tahu diri!?”

“Ya, memang dia tidak tahu diri dan menganggap persahan ini punya nenek moyangnya, hahaha ….”

“Bisa jadi. Siapa tahu dia itu saudara CEO Raka dari planet Mars? Makanya melamar pekerjaan asal saja dalam memakai baju, hahaha ….”

“... ….”

Semua karyawan bersahutan satu sama lain mencemooh, menghina dan mengeek penampilan Alina yang tampak lusuh. Tapi gadis yang sudah menyemunyikan identitasnya tersebut tetap bungkam dan tidak membalas mereka.

Hidup Alina terpuruk drastis setelah kedua orang tuanya mengetahui kejujuran putri semata wayangnya itu. Kalau sudah tak perawan lagi oleh laki-lai yang tak dikenalnya.

Saat itu juga, kedua orang tuanya mengusir Alina dan membatalkan perjodohannya dengan CEO Tianmei Grup yang sudah berinvestasi pada perusahaan ayah Alina.

Akibat hal tersebut, perusahaan ayah Alina bangkrut. Sebab uang yang telah diinvestasikan oleh CEO Tianmei ditarik semuanya dari Maharani Enterprise.

Suara resepsionis dari pengeras suara memanggil nama Vanessa Pitaloka. Ya, demi menyembunyikan ientitasnya dari keluarganya, Alina mengganti namnaya menjadi Alina Vanessa Pitaloka.

Alina langusng berdiri dan menuju lift yang akan menghantarannya lasngung ke ruangan CEO Eternal Grup.

Saat keluar dari dalam lift, Alina melihat seorang pemuda yang memaka kemeja lusuh, tanpa sepattu sedang berjongkok dan menyalakan rokoknya.

Sambil menghisap seatang rokok, Raa menatap dinding dengan taapan hampa dan bergumam, “Nona rambut perak, kenapa kau meningalkanku?”

Waah Raka terasa sangat familiar di ingatan Alina. tetapi, dia susah untuk mengingat siapa pemilik wajah itu.

“Maaf, tuan. Apakah anda juga mau melamar menjadi asisten tuan muda juga?” tanya Alina ikut berjongkok juga di depan Raka.

Getaran hatinya beresonansi setelah melihat kedua manik mata Alina yang snagat dikenalinya. Tap Raka mencoba tenang, takutnya dia salah orang.

“Oh, ya. Aku juga mau melamar menjadi assisten tuan muda. Aku juga mau melamar jadi sopirnya,” jawab Raka supaya tidak membuat gadis berkacamata bulat di depannya itu syok. Jika dia jujur bahwa dirinya adalah CEO Eternal Grup. “Silahkan Nona masuk saja, namaku Bumi.”

“A-aku Vanessa.”

Alina menyambut tangan Raka dengan tersenyum ramah ke arah Raka dan begitu pula sebaliknya.

Akan tetapi sentuhan tangan itu seperti ada kejutan listrik yang membuat mereka sangat familir satu sama lain. Bersamaan itu pula rasa sedih dan penyesalan menghinggapi hati mereka berdua.

“Kenapa aku mengingat Nona Perak lebih dalam? Tangan Wanita ini seperti tangan milik Nona perak. Tapi kenapa penampilanny berbeda?” pikir Raka denga raut wajah dipenuhi tanda tanya besar.

Alina tertunduk sedih setelah ingat wajah pria ang berada di depannya tersebut mengingatkan dirinya pada pria yang telah merenggut kesuciannya.

Namun Alina harus tegar, karena merasa wajah pria yang ada di depannya tersebut, mungkin wajahya mirip dengan pria yangg telah merenggut kesuciannya.

Senyuman Alina

“Oh, jadi wanita ini yang akan melamar menjadi asisten pribadiku,” batin Raka dan langsung mengirim pesan pada Vincent sang sekretaris dan juga Sahabat sejatinya itu untuk menerima Alina.

Vincent sudah berada di dalam ruangan Raka untuk menggantikannya mewawancarai beberapa calon asisten pribadinya. Karena Raka penampilannya masih semrawut penampilannya sehabis menenggak anggur merah idamannya itu.

“Nona, silahkan masuk dahulu! Aku doakan semoga kamu diterima.”

Raka tersenyum tipis pada Alina, lalu kembali jongkok dan menghisap rokoknya untuk melampiaskan rasa depresi, karena kehilangan Alina.

“Terima kasih, aku juga mendoakan hal yang sama untukmu, Mas Bumi.” Alina membalas senyuman tipis Raka dengan senyuman teduh, membuat hati Raka yang sudah lama gersang kembali bergairah.

“Tunggu!” panggil Raka berubah pikiran untuk mengungkapkan sejujurnya tentang dirinya, dan melanjutkan, “Nona, kamu diterima. Sebenarnya Aku CEO Raka.”

Alina terkekeh pelan lalu berkata, “Mas Bumi, jangan bercanda. Aku masuk dulu ya!”

Alina pun meninggalkan Raka, lalu masuk ke dalam ruangan sang CEO dan sudah tampak seorang pria berambut ungu dengan gaya rambut poni miring ke kanan.

“Selamat siang tuan muda Raka,” sapa Alina dengan tersenyum ramah dan menunduk hormat.

“Maaf, aku bukan Raka. Dia ada di luar, bukankah kamu sudah bertemu dengannya?” tanya Vincent dan membuat Alina tersentak kaget.

“Waduh, mati aku. Kesalahanku fatal dan bisa-bisa aku tidak diterima,” batin Alina dengan raut wajah seputih kertas dan bulir-bulir keringat dingin bercucuran di dahinya.

Raka masuk dengan baju kemeja tampak urakan. Melihat Alina hanya berdiri mematung dengan wajah seputih kertas, Raka jadi terkekeh, “Kenapa Nona Vanessa? Apakah anda sakit? Aku sudah katakan kamu diterima. Apakah karena penampilanku urakan seperti ini?”

“Maafkan aku tuan muda. Aku salah, aku menganggapnya seperti itu. Aku mohon maaf.”

Alina membungkuk hormat pada Raka, lalu melangkahkan kakinya agak cepat ke arah pintu untuk keluar dari ruangan tersebut. Dia benar-benar merasa bersalah telah bersikap seperti itu pada Raka.

Pria opa-opa Korea itu mengejarnya. Tubuh Alina seperti ada magnet yang membuat Raka tertarik untuk mengejarnya dan tanpa sengaja Raka menginjak permukaan lantai yang agak licin.

Lalu terjatuh menimpa tubuh Alina, hingga membuat kcamatanya itu terlepas dan tertimpa tubuh Alina. Kacamata bulat it akhirnya rusak dan saa Raka bangkit dari tubuh Alina, dia melihat mata yang sama. Mata Alina yang membuat Raka 3 tahun lalu terbius dalam pandangan cinta pertama.

“No-nona perak?!” Raka melebarkan mata dan mencoba menggapai mata Alina secara perlahan dengan tangan kanannya.

Alina beringsut mundur dan mengingat kejadian tahun lalu yang telah melukai hatinya begitu dalam.

Wajah Raka tampak sangat jelas di depan mata Alina dan wajah itu pula yang telah merenggut kebahagiaan dan merubah hidupnya dalam 3 tahun terakhir.

PLAK!

Alina reflek menampar Raka dengan penuh kemarahan dan bercampur kebencian yang sangat dalam, “Bajingan! Dasar cabul!”

“Hahaha …. Lucu, CEO kok ditampar, hahaha ….” Vincent tertawa terpingkal-pingkal melihat Raka ditampar oleh Alina.

“Berisik!” Raka melirik tajam pada Vincent dan mengeluarkan aura membunuh yang sangat kuat.

Vincent langsung terdiam dan ketakutan. Bagaimanapun juga Raka adalah mantan pembunuh bayaran yang masih tajam dalam hal bunuh-membunuh.

Maka dari itu, tidak ada satupun pesaing bisnisnya berani bermain belakang dengan Raka, yakni menggunakan cara-cara kotor untuk menjatuhkan bisnis Raka. Sekali menggunakan cara kotor, maka Raa akan menghabisinya sampai mayatnya hilang tak bisa ditemukan.

Raka langsung mundur dan bangkit dari jongkoknya. Lalu merapikan bajunya yang semrawut, “Aku minta maaf,” katanya dingin.

Alina juga bangkit dengan raut muka merah padam dan masih tidak bisa memaafkan kesalahan Raka di masa lalu.

“Maaf katamu.” Alina kesal dan membuka rambut palsunya dan melanjutkan dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya, “Apakah dengan kata maaf bisa merubah kembali takdirku? Apakah dengan kata maaf bisa mengembalikan sesuatu yang kau renggut? Jangan pikir dengan uang dan ketampanan kau bisa memilikiku. Tidak akan!”

“Aku sudah katakan waktu itu. Aku akan bertanggung jawab, tapi kau malah pergi. Aku mencarimu selama 3 tahun ini untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatanku itu.”

“Aku tidak tahu harus mencari kemana. Aku membangun semua bisnis ini demi kamu, agar aku bisa mencarimu dengan kekuatan uangku. Setelah bertemu pun kau masih marah padaku. Jika memang aku tak bisa memilikimu, setidaknya berilah aku kesempatan untuk kita berteman,” mohon Raka dengan berlutut di depan Alina.

“Tidak!” Alina menampar lagi Raka dan melanjuan, “Aku selamanya akan membencimu!”

Alina langsung keluar dari ruangan Raka dengan membanting pintu dengan sangat keras.

Raka tidak tinggal diam dan mengejar Alina. Apapun Raka akan lakukan demi membuat Alina memaafkannya. Dia paham kesalahannya 3 tahun lalu itu sangat fatal dan tak bisa merubah keadaan Alina, walaupun dengan harta dan kekuasaannya itu.

Vincent menahan Raka, “Tunggu, biarkan saja dia pergi. Aku memang tidak tahu masalahnya apa. Tapi jika kamu mengejarnya hanya akan membuatnya semakin membencimu, hanya intuisiku sih.”

“Sial!” Raka kesal dengan dirinya sendiri dan memukul pintu ruangannya hingga jebol. “Kenapa malah tambah runyam? Aku tak menyangka kejadian waktu itu telah memperburuk keadaannya.”

Vincent menepuk pundak Raka dan menyemangatinya, “Sudahlah, aku akan membantumu untuk mendapatkan hatinya. Aku tak suka melihatmu bersedih terus selama 3 tahun terakhir. Kalau memang dia adalah wanita yang bisa membuatmu tersenyum, maka aku sebagai sahabatmu akan mendukungmu.”

***

Di depan gedung Eternal Grup.

Alina duduk di bangku taman depan gedung Eternal Grup sambil menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti.

“Kenapa aku harus bertemu dengan pria bajingan itu lagi disini sih?” geram Alina membanting rambut palsu dan tasnya, lalu menginjak-injak rambut tersebut.

Raka yang akan pergi menemui kliennya, keluar dari lobi dan melihat Alina duduk di bangku taman dengan rambut semrawut dan masih menangis. Dia tak tega dan mendekati Alina dengan wajah memelas, supaya Alina mau memaafkannya.

“Nona Vanessa, anda tidak apa-apa?” tanya Raka mencoba akrab dengan Alina.

“Diam! Namaku Alina Maharani,” jawab Alina keceplosan karena tak bisa menahan hasratnya melihat Raka yang sudah merapikan diri dan tampak sangat tampan di mata Alina.

“Raka, namaku Girban Rakabumi.” Raka menyodorkan tangan kanan nya untuk berkenalan dengan Alina. “Kamu boleh membenci Gibran, tapi berilah kesempatan pada Raka untuk memperbaikinya.”

“Sial, aku malah tergoda dengan ketampanan wajahnya ini. hatiku benar-benar menjerit dan meronta-ronta melihat wajah tuan Raka yang terlalu tampan, sial!” batin Alina kesal yang tak bisa menahan godaan ketampanan wajah Raka dan membuang mukanya dari wajah Raka.

“Baiklah, hmph!” Alina bersifat jaim pada Raka sambil menyambut tangan kanannya untuk berjabat tangan. “Aku butuh uang, kalau kau tidak memberiku pekerjaan atau uang, maka aku tidak akan memaafkan Raka juga, hmph!”

“Ya, ya, tentu.” Raka yang sudah menjadi budak cinta Alina memberikan kartu hitam yang hanya dimiliki beberapa orang saja di dunia pada Alina. “Terimalah! Habiskan sesuka hatimu!”

“Tidak!”Alina mendorong tangan Raka dan melanjutkan, “Aku hanya akan menerima uang dari hasil kerjaku menjadi asisten pribadimu.”

Raka sangat senang melihat senyum Alina yang kembali merekah. Senyum itu adalah senyum yang pertama kali dia lihat saat berhubungan di dalam kamar hotel waktu itu. Senyum membuatnya tergila-gila dan senyum yang selalu membuat candu baginya.

Hai kak, aku mau tambahin Visual Alina dan Raka ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!