...Menyapu angin, itulah hidupku. Mengikuti kemanapun arus membawaku....
...Termasuk kala duri menyakitkan itu tertancap. Aku hanya dapat mengikuti arus, bagaikan ikan mati....
...Jika memelukmu dapat membuat membuatku hidup. Maka aku akan memelukmu, meskipun aku akan berakhir menjadi buih, tidak pernah tersimpan di hatimu....
Valentino...
Udara dingin terasa malam itu, sepasang tubuh yang setengah kering. Mungkin hujan deras di luar sana yang sempat menyapu tubuh mereka penyebabnya.
Jemari tangan saling memilin, tempat tidur yang bergerak perlahan. Kuku-kuku di jemari tangan sang wanita menancap di tubuh sang pria. Kala pemuda itu menikmati bibir dan tubuhnya. Pemuda rupawan yang benar-benar sempurna.
Ini hanya mimpi, mungkin itulah isi otak sang wanita tentang hal yang terjadi hari ini. Baru seminggu yang lalu dirinya menampar managernya ini di depan umum.
Tapi apa benar hanya mimpi? Kala rasa sakit itu menjalar lebih dalam, barulah dirinya menyadari ini bukan mimpi. Namun, sudah terlambat, dirinya tidak dapat berbuat apapun selain meracau. Bahkan terkadang meracaupun tidak diijinkan oleh sang pemuda, membungkam bibirnya dengan ganas.
Dari mana ini dimulai? Dirinya berusaha mengingat segalanya. Langkah demi langkah.
Dua minggu yang lalu.
Seorang gadis cantik memakai pakaian kantor ketat. Rok diatas lutut dengan bagian tiga kancing dari kerah yang terbuka, memasuki ruangan Valentino. Manager pemasaran WF Group.
Kala pintu terbuka wajah pemuda itu terlihat. Tubuh tinggi tegap, dengan kulit putih khas keturunan oriental, alis yang tegas, dan hidung yang terbilang mancung. Terlalu fokus dengan pekerjaannya, tidak menyadari wanita di hadapannya yang menyodorkan susu. Benar-benar segelas susu.
"Pak Valent...Ini minumannya," ucapnya tersenyum menggoda.
Tatapan mata tajam, melepaskan kacamata bacanya. Sang pemuda yang mengenyitkan keningnya."Sedang apa kamu disini!? Mau saya pecat! Atau saya turunkan menjadi office boy! Ini tugas office boy! Sementara tugasmu menaikkan pemasaran!" Suara bentakan yang menggelar.
Membuat wanita cantik dengan tubuh menggoda itu melarikan diri dengan cepat."Maaf pak!" teriakannya tertunduk, melarikan diri dari ruangan Valentino.
Semua karyawan melirik ke arah ruangan iblis itu. Kemudian kembali bekerja, termasuk Zizy, wanita berkacamata dengan jerawat yang menumpuk di wajahnya. Dirinya benar-benar tidak pernah membuat masalah seperti karyawati lainnya. Mengganggu atau merayu iblis bernama Valentino itu, berarti cari mati.
Karena itulah dirinya hanya akan berkonsentrasi pada pekerjaan, serta pacar tercintanya. Seorang driver ojek online, benar-benar abang sayang yang membuatnya cinta berat.
Usianya sekarang sudah hampir menginjak 30 tahun. Tidak muda lagi, tapi tidak juga terlalu tua untuk menikah. Seratus dua puluh juta, itulah nilai uang tabungannya saat ini. Dirinya akan menikah tahun ini, dengan pacar tercintanya.
Membangun keluarga berencana seperti program KB pemerintah. Dengan dua anak yang lucu, jika bisa kembar seperti dalam novel-novel CEO dimana melahirkan anak kembar sekaligus.
Wanita yang hanya dapat menghela napas berkali-kali. Kemudian kembali bekerja.
Brak!
Pintu ruangan yang dibanting terdengar, pertanda iblis bernama Valentino itu sedang murka. Keluar dari ruangannya tergesa-gesa.
"Namanya saja Valentino, tapi kelakuannya bagaikan hari kiamat!" Komat-kamit mulut wanita itu mengomel, sembari tangannya bergerak cepat, mengetik satu persatu data di hadapannya.
Pemuda itu kembali datang beberapa belas menit kemudian dengan wajah yang lebih segar, memasuki ruangan pribadi miliknya. Mungkin baru saja selesai mencuci muka.
Semua wanita terperangah seperti biasanya. Mencibir betapa tampannya pemuda tersebut. Walaupun wajahnya sedingin es, tidak pernah tersenyum.
"Batu kali!" gumam Zizy yang sudah menduga duga. Valentino baru saja mendatangi bagian HRD. Tentunya untuk memberikan surat peringatan pada karyawan yang baru saja memberikannya segelas susu.
Inilah yang mungkin disebut sebagai air susu dibalas dengan air tuba.
Tapi tidak peduli apapun asalkan dirinya bekerja dengan baik, tidak perlu berurusan dengan iblis itu. Pria idaman semua wanita di kantor. Namun pernahkah mereka berfikir seperti apa menjadi pasangan seorang Valentino?
Zizy berdidik ngeri, surat cerai bagaikan surat pemecatan sudah pasti dengan mudah akan dilayangkan olehnya. Sedangkan semua hal harus sempurna, mungkin hanya malaikat yang akan pantas dirasanya untuk bersanding dengan seorang Valentino yang semuanya harus serba sempurna.
*
Hari sudah mulai sore, seperti biasanya dirinya berdiri di depan kantor, menunggu kekasihnya yang hanya seorang driver ojek online. Satu persatu orang di kantor itu pulang. Sedangkan hanya dirinya yang masih menunggu di area depan kantor.
Membenahi letak kacamatanya, matanya sedikit melirik. Kekepoan melanda dirinya kala melihat sang manager yang sering digosipkan melonggarkan dasinya. Duduk di sofa sambil memijit pelipisnya sendiri.
Seorang office boy datang membawakan minuman untuknya. Mata Zizy yang berada di area depan kantor berbatasan sekat kaca dengannya menelisik. Teman-teman sekantornya benar, orang ini adalah pahatan Tuhan yang paling sempurna. Sudah pasti tubuh di balik kemeja itu benar-benar menggoda.
Dengan cepat Zizy menggeleng, menghapus fikiran busuknya. Hingga seorang pria berkumis datang usianya sekitar 38 tahun. Dialah abang sayang tercintanya. Pacarnya bernama Wijaya, duda dua anak.
"Naik!" Ucapnya tersenyum menyodorkan helm. Zizy meraihnya, kemudian memakainya, sudah dua tahun mereka menjalani hubungan kasih yang sehat. Pria yang tidak lagi muda ini, tidak menyentuhnya sama sekali dengan dalih menghormati dan menghargainya sebagai wanita yang paling spesial.
"Zizy, anakku yang pertama akan masuk SMP. Boleh aku pinjam uangmu?" tanyanya sebelum Zizy menaiki motor.
Zizy mengangguk."Berapa?"
"Tidak banyak cuma tiga juta." Ucap sang pria berkumis dengan tubuh sedikit tambun itu. Entah mungkin karena pacar pertama atau takut kehilangan, mungkin saja iba pada akhirnya Zizy menyodorkan 30 lembar uang dari dalam dompetnya.
Tapi ada yang aneh Valentino mengamatinya dari sekat kaca. Pria yang memincingkan matanya, kemudian tersenyum, pandangan matanya tidak beralih dari Zizy. Membuat Zizy sendiri merasa tidak nyaman.
"Terimakasih sayang, kamu memang paling pengertian." Ucap Wijaya, hanya dijawab dengan anggukan oleh Zizy. Sambil memasuki jas hujan berjenis kelelawar milik sang kekasih.
Tangannya memeluk erat tubuh tambun kekasihnya dari belakang. Benar-benar tidak nyaman dengan tatapan sang iblis (Valentino). Bagaikan sudah berencana untuk memangsanya. Apa besok dirinya akan dipecat? Entahlah.
Dirinya benar-benar takut saat ini.
Hingga sampai di kontrakan kecilnya, hatinya tetap tinggal tenang. Melambaikan tangan kala kekasihnya pergi. Namun, kala Zizy akan memasuki tempat kostnya sesuatu yang aneh di lihatnya. Mobil Valentino melintas, dirinya tidak salah. Dia Valentino, pria idaman sejuta umat yang entah apa tujuannya. Dengan cepat Zizy masuk dirinya tidak mungkin salah mengenali mobil, sudah berada di satu kantor yang sama dengan Valentino selama 7 tahun.
"Tidak mungkin aku diikuti kan?" gumamnya menertawakan dirinya sendiri.
*
Hati manusia memang sesuatu yang sulit ditebak. Wijaya tidak langsung pulang untuk membersihkan diri. Melainkan mendatangi janda muda kampung sebelah.
Tubuhnya setengah kering, melepaskan mantelnya."Sayang!" Ucap sang janda muda membukakan pintu. Wajah mulus yang lebih cantik dibandingkan dengan Zizy, memakai pakaian menggoda yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Itulah makhluk yang ada di hadapan Wijaya saat ini.
"Aku sudah dapat uangnya, kita menikah satu minggu lagi." Wijaya mengecup pucuk kepala kekasihnya.
Wanita itu mengangguk."Aku menjadi istri pertama, sementara Zizy menjadi istri kedua. Dia yang akan menjadi tulang punggung keluarga, agar anak-anak kita mendapatkan jaminan hidup."
Rencana yang benar-benar sempurna. Untuk mempermainkan si kacamata. Sang janda muda yang cantik, kemudian membimbing tangan Wijaya masuk.
Tidak menyadari sebuah mobil terparkir di dekat rumah mereka. Dialah Valentino, yang entah kenapa tertawa kecil, kemudian mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.
Apa pemudanya itu sudah gila? Apa tujuannya yang sebenarnya?
...Bagikan dedaunan kering yang putus asa. Begitulah cara bagaimana aku dapat mencintaimu....
...Kala semua mengatakan tentang kekuranganmu. Dalam hatiku hanya menganggap kelebihanmu....
...Mencintaimu bagaikan daun kering yang putus asa. Bahkan air mata ini telah kering ketika kaki kotormu menginjak tubuhku....
...Karena aku hanya daun kering yang dipijak. Apa akan ada yang dapat menghargaiku? Hanya menunggu untuk menyatu dengan tanah....
Zizy.
Malam semakin gelap, hawa dingin yang benar-benar menusuk. Wajah wanita itu tersenyum, membalas pesan berupa beberapa gombalan dari pacarnya tersayang.
'Kamu sedang apa? Sudah makan atau belum?' Itulah isi pesan basa basi yang di kirimkan Wijaya.
Tapi karena tingkat kepedulian yang tinggi. Wanita itu dengan semangat bagaikan pejuang kemerdekaan membalasnya.
Tersenyum-senyum sendiri bagaikan orang gila.'Sedang memikirkan kamu, tidak bisa makan tanpamu.' Send, tombol itu ditekan pada akhirnya pesan terkirim.
'Sama, aku juga. Omong-ngomong anakku sakit, boleh aku minta uang untuk biaya ke rumah sakit? Aku janji akan ganti.' Pesan yang dikirimkan duda bertubuh tambun itu.
Wanita yang membenahi kacamatanya. Menghela napas kasar. Gajinya sebagai staf keuangan berkisar 10 juta per bulan. Baru tanggal satu sudah berkurang tiga juta dan sekarang meminta tambahan?
Tidak, dirinya juga harus menabung untuk masa depan. Membeli sapi lagi di kampung, agar dapat membanggakan kedua orang tuanya.
'Maaf, tapi gajiku sudah habis untuk bayar cicilan dan kost-kostan.' Penjelasan melalui pesan singkat olehnya. Tapi hanya berselang beberapa menit pesan itu dibalas.
'Kamu akan menjadi ibu mereka. Seharusnya kamu belajar menjadi ibu yang baik. Bukan sebaliknya! Aku kecewa padamu.' Kalimat balasan yang begitu menyakitkan.
Kurang apa sebenarnya yang dilakukan Zizy. Kedua anak itu menganggap calon ibu tirinya hanya menghabiskan uang ayah mereka. Selalu memandang sinis, walaupun setiap berkunjung Zizy memberikan bingkisan.
Bertahan walaupun banyak rekan kerjanya yang mencibir, perawan tapi akan bersanding dengan duda. Tapi itulah jalan hidup, dirinya lelah menunggu, tidak ada pria yang mendekatinya hingga usianya mencapai 28 tahun. Sudah cukup umur untuk menikah. Tinggal dua tahun lagi, maka orang-orang akan mulai mencibirnya. Saat itulah dirinya berkenalan dengan Wijaya. Satu-satunya yang mencintai itik buruk rupa dengan tulus. Hingga kini sudah dua tahun menjalin hubungan.
Jangan kira berhubungan dengan duda sudah pasti berpengalaman dalam urusan bermesraan. Karena Wijaya bahkan tidak pernah memeluk atau menciumnya dengan alasan menjaga kehormatan seorang wanita. Alasan yang sejatinya benar-benar luar biasa.
Pria bertanggung jawab, itulah citra yang terukir dalam hati Zizy. Uang tabungannya kini sudah mencapai 120 juta. Diluar uang yang dikirimkan untuk orang tuanya membeli beberapa sapi. Bekerja selama 7 tahun nyatanya tidak sia-sia. Tinggal 40 juta lagi, maka dirinya dapat membeli rumah kecil di daerah pedesaan.
Setidaknya memiliki bekal untuk menikah, berupa sebuah rumah. Impian yang indah, tapi dirinya harus bangun dari mimpi, kala sebuah pesan dikirimkan nomor tidak dikenal.
'Zizy, besok pergi ke ruangan saya!' Sebuah pesan yang tegas, karakter yang diketahuinya. Tapi apa benar orang gila itu memiliki nomor handphonenya?
'Ini siapa?' Tangan Zizy gemetar membalas pesan.
'Valentino.' Kalimat balasan yang tertulis.
"Tulisannya Valentino, hari valentine, tapi bagiku ini hari kiamat." Gumamnya ingin rasanya menangis. 7 tahun bekerja, orang itulah yang paling ditakuti olehnya. Semua harus serba sempurna.
Bahkan tidak segan-segan menyemprot pegawai dengan kata-kata kasar. Benar-benar Valentino yang mengerikan, tidak sesuai dengan nama indahnya.
Hanya menelan ludah kasar yang dapat dilakukannya. Jantungnya berdegup cepat, apa dirinya jatuh cinta? Tentu saja tidak, dirinya sedang membayangkan apa yang akan dilakukan Valentino nantinya. Apa pemuda itu akan mencabik-cabik kulitnya kemudian mengambil jantungnya? Tidak kemungkinan terburuk adalah surat titah pemenggalan, maksudnya pemecatan dirinya.
Wanita yang berjalan dengan langkah gontai. Jika bagi semua orang Valentino adalah pria idaman. Bagi dirinya Valentino adalah atasan br*ngsek yang harus dihindari.
"Zizy, tenanglah... iblis itu tidak mungkin membunuhmu." Gumamnya berusaha untuk tidur dalam posisi tengkurap."Si*l!" teriaknya kesal pada akhirnya, mengigit bantal, bagaikan itu adalah tubuh atasannya.
*
Pagi menyapa, kala itulah semuanya dimulai. Dirinya kembali menaiki bus, karena pacarnya tercinta mengatakan motornya tengah rusak.
Hujan lebat melanda, dirinya menghela napas. Masih ada dua calon anak tiri yang harus dibiayainya, kurang lebih 3 juta per bulan. Ditambah dengan orang tuanya yang tidak memiliki anak lain yang dapat diandalkan. Adik-adiknya lebih kelam dari apa yang kakak manapun bayangkan.
Adik pertamanya hamil di usia 16 tahun. Putus sekolah kemudian menikah dengan sesama bocah ingusan. Mereka bahkan tidak dapat merawat dirinya sendiri. Kakak tertuanya, semenjak putus cinta menjadi pemabuk dan penjudi berat. Terakhir adik laki-lakinya masih berusia 10 tahun. Apa yang dapat diandalkan dari anak berusia 10 tahun? Tentu saja tidak ada.
Wanita yang hanya dapat menghela napasnya. Inilah tempatnya mencari nafkah. Haruskah dirinya mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Valentino? Apa 120 juta cukup? Tapi sayang pada tabungan sendiri. Pada akhirnya wanita itu mengurungkan niatnya untuk membunuh atasan tercintanya. Salah maksudnya atasan paling menyebalkan dalam hidupnya.
Jantungnya berdegup cepat kala memasuki gedung perkantoran di hadapannya. Dirinya harus berani berhadapan dengan Valentino kali ini.
Hingga kala memasuki lift seseorang terlihat. Seorang staf di bagian keuangan, sahabat iblis itu."Hai, kamu yang bernama Zizy kan?" tanyanya sok akrab.
"I...iya," Zizy menunduk canggung memilin jemarinya sendiri.
"Apa yang diinginkan orang ini? Kita tidak saling kenal," batinnya kesal.
"Valentino mengatakan banyak hal tentangmu sambil tertawa kemarin malam." Jawaban ambigu dari Yudistira, sahabat baik sang iblis. Bersamaan dengan pintu lift terbuka.
"Tunggu!" panggilnya, tapi sayangnya pemuda itu sudah pergi dari lift terlebih dahulu.
Jantungnya semakin berpacu tidak karuan. Kala belum semua staf datang, iblis itu tiba terlebih dahulu. Datang paling pagi, mobilnya sudah ada di parkiran. Sudah tentu Valentino ada di ruangannya bukan?
Wanita itu melihat ke arah jam tangannya, waktu masih menunjukkan pukul 06.30. Apa yang sebenarnya dikerjakan seorang Valentino?
"Masuk!" Suara kematian yang didengarnya, kala membekukan seluruh urat syarafnya. Setelah ketukan pintu yang ketiga dilayangkan olehnya.
Namun dirinya tidak boleh takut sama sekali. Dengan prinsip dalam hati."Dia adalah Minions banana. Dia adalah Minions banana," bagaikan mantra dalam otaknya.
Dengan perasaan campur aduk pintu itu pada akhirnya dibuka olehnya. Pemuda yang hanya mengenakan jubah mandi, rambutnya terlihat basah, kulit putih yang benar-benar menggoda, aura maskulin masih terpancar hingga kini. Meminum secangkir kopi hangat sembari membaca koran.
Mata tajamnya menoleh ke arah sang wanita.
"Dia benar-benar lebih sempurna dari Minion banana." batin Zizy menelan ludahnya.
Pemuda itu mendekat, membuat jantung wanita itu semakin tidak karuan. Dirinya tidak jatuh cinta, hanya ketakutan saja. Begitulah keyakinannya.
"Wanita murahan..." Kalimat menyakitkan dari bibir Valentino yang tersenyum, mengejek. Setelah berada dalam jarak yang begitu dekat dengan wajah Zizy.
"Ulat karung!" celetuk wanita itu refleks.
"Ulat karung?" Pertanyaan dari Valentino, meraba bibir Zizy dengan jarinya. Jantung Zizy berdegup lebih cepat, wajah tampan dengan rambut setengah kering. Ditambah aroma mint dalam setiap hembusan napasnya. Jemari itu menjalar lebih bawah ke atas lehernya. Apa iblis ini akan mencekiknya?
"Ma...maaf!" Ucapnya mengepalkan tangan gemetar.
"Wanita murahan, berapa kali pria mesum menyentuhmu? Apa begitu memuaskan hingga kamu membayar jasanya?" Pertanyaan dari mulut Valentino membuatnya tercengang. Kacamatanya bahkan hampir melorot, kembali dibenahi olehnya.
Apa sebenarnya yang ada di otak pemuda ini? Sejatinya kejadian kemarin. Zizy memberikan uang pada seorang pria yang gemuk dan tua. Kemudian pria itu pergi ke rumah wanita lain setelah mengantarnya. Sudah pasti pria itu g*golo bukan? Tapi kenapa pria sejelek itu dapat dibayar mahal. Ingat! Valentino hanya penasaran.
"A...aku membayar jasa pria?" Pertanyaan dari Zizy. Bersamaan dengan Valentino yang menjauh, meminum secangkir kopinya tersayang.
"Iya," jawaban dari Valentino.
Zizy menghela napas kasar. Sebenarnya ini masalah pribadi, dirinya enggan menjelaskan pada atasannya. Tapi mau bagaimana pun jika tidak dijelaskan maka akan semakin kacau."Dia adalah pacarku, seorang duda beranak dua. Aku membantu membayar pendidikan anak pertamanya."
Valentino mengenyitkan keningnya."Dia bukan g*golo?"
"Tentu saja bukan! Jangan menuduhnya lagi, karena jika anda mengatakan sesuatu yang busuk lagi, aku akan menjadi garda terdepan melawannya." Tegas Zizy, tersenyum di depan atasannya.
Pemuda yang tidak mengerti sama sekali menghela napas kasar."Jadi kamu bersedia menjadi bodoh untuk orang yang kamu cintai? Bersedia melindunginya juga!?"
Zizy memutar bola matanya malas, pertanyaan yang ganjil baginya."I...iya! Kalau cinta pasti mau berkorban!"
"Begitu? Sekarang keluar dari ruanganku! Kamu mengganggu waktuku bekerja! Merusak pemandangan! Membuatku penat melakukan pekerjaan! Br*ngsek! Wanita murahan kurang ajar!" Kata-kata berbisanya kembali menyembur bagaikan napas api naga. Membuat Zizy yang sebelumnya berbicara santai, menciut.
"Ma...maaf pak!" Wanita yang segera pergi melarikan diri. Bagaikan dua orang yang memiliki kepribadian ganda. Itulah Valentino dimatanya kini.
Jantungnya berdegup cepat ketakutan, keluar dari ruangan sang iblis dunia nyata. Kembali ke meja kerjanya tidak menghiraukan jam yang baru menunjukkan pukul 7 pagi.
Bagaimana dengan Valentino? Pemuda yang meminum kopi. Dirinya iri benar-benar iri, bagaimana mungkin pria bertubuh tambun dengan usia yang tidak lagi muda mendapatkan wanita yang bersedia melakukan segalanya untuknya?
Tidak masuk akal! Tidak ada dalam logika! Pemuda yang penuh perencanaan matang, mulai berfikir. Dirinya harus mempunyai kekasih bagaimana pun caranya. Tapi kekasih yang harus pemberani dan rela diperbudak oleh pasangan. Benar-benar pemuda yang memincingkan matanya sembari kembali meminum kopi.
*
Aktivitas kantor berjalan seperti biasanya. Wijaya juga beberapa kali menghubunginya meminta uang dengan berbagai alasan. Namun, Zizy enggan memberikan, jatah untuk anak tiri sudah ada, jatah tabungan dan bagian orang tuanya. Semua sudah diatur olehnya.
Kembali bekerja seperti biasanya. Hingga salah satu teman kerjanya, Susan mendatangi mejanya dengan memakai kebaya.
"Zizy temani aku ke acara kondangan ya? Ada saudara jauhku yang menikah hari ini." Pinta Susan memohon.
Zizy menghela napas kasar. Kesempatan makan enak tapi gratis. Bagaimana pun untuk berhemat dirinya hanya makan nasi tempe dan sayur setiap hari. Mengingat tanggungan hidupnya yang banyak.
"Aku ikut! Harus! Gratis!" jawaban dari Zizy yakin.
Wanita yang berjalan cepat, matanya sedikit melirik. Untuk pertama kalinya melihat Valentino yang biasanya bekerja lembur pulang tepat waktu. Mobil sport bernilai miliaran rupiah dikendarainya dengan warna hijau jeruk nipis. Matanya sedikit melirik ke arah Zizy dan Susan yang menaiki motor di tempat parkiran.
Pemuda yang mengenyitkan keningnya, tersenyum mengejek. Dari gerakan bibirnya terlihat jelas pemuda itu mengumpat."Wanita murahan! Si*l!" Melajukan mobilnya entah kemana tujuan iblis dengan mulut berbisa itu. Yang pasti dirinya hanya konsentrasi akan berangkat kondangan saja.
Memeluk pinggang Susan yang membonceng nya."Ulat karung!" celetuk Zizy.
"Ulat karung?" Susan yang hendak menyalakan motor mengenyitkan keningnya.
"Pak Valentino! Dasar Ulat karung! Tega-teganya dia bilang pacarku g*golo. Padahal Wijaya begitu dewasa, lelaki teladan panutan, dia bahkan rela tidak menyentuhku untuk menjaga kesucian harkat martabat wanita." Gumam Zizy kagum pada kekasihnya.
"Menjaga kesucian harkat martabat wanita? Aku memang tidak pernah bertemu pacarmu. Tapi sepertinya aku tau alasan sebenarnya kamu bahkan tidak pernah dicium. Berhemat boleh tapi setidaknya beli sabun wajah! Pria mana yang mau mencium wanita dengan wajah minyak jelantah sepertimu!" Nasehat dari Susan.
"Ada cinta sejati tidak memandang fisik." Bela Zizy.
"Cinta dengkulmu! Setiap orang setidaknya harus memiliki satu kelebihan yang membuat pria jatuh cinta padanya. Sedangkan kamu, dari atas sampai bawah..." Susan hanya dapat menghela napasnya.
"Kamu sendiri sampai sekarang tidak dapat menggoda ulat karung!" Celetuk Zizy.
"Dia itu bukan ulat karung! Tapi pria idaman sejuta umat! Tampan, mapan, setia, tidak mudah tergoda wanita. Jika dijadikan ratu di hatinya, aku bisa bayangkan setiap malam menyentuh tubuhnya yang...ah...uh..." Gumam Susan, membuat Zizy mengenyitkan keningnya. Mereka berdua hanya karyawan biasa. Sementara pak Valentino lulusan universitas ternama, menjabat sebagai manager dengan peningkatan pemasaran tertinggi semenjak iblis ulat karung itu menjabat.
Benar-benar pria impian. Sekaligus neraka dunia jika bersama dengannya, bagaimana tidak. Pria itu jika sudah marah seperti orang kesetanan, mengeluarkan kata-kata pedas yang dapat membuat nyali Zizy menciut bagaimana kerupuk yang diberi air.
Sudah 7 tahun lamanya, dirinya menjadi staf pemasaran sedangkan Valentino menjadi manager. Suka duka dilaluinya, dimulai dari membersihkan toilet, potongan gaji, hingga lembur. Satu persatu karyawan staf marketing datang dan pergi. Ada yang mengundurkan diri ada pula yang naik jabatan. Bisa dibilang mungkin hanya dirinya dan Valentino yang melekat dengan name tag bagian marketing selama 7 tahun ini.
Bukannya betah menjadi staf marketing. Tapi memang dirinya yang memiliki penampilan tidak menarik, tidak mungkin naik jabatan. Mengingat tingkat diatasnya harus menemui klien, melihat wajahnya saja orang sudah muak.
"Ah...uh...ah...uh... Kita itu harus realistis. Pria sepertinya tidak mungkin akan menikah dengan staf biasa. Sudah ayo kita kondangan! Makan gratis! Kalau perlu bungkus!" teriak Zizy penuh semangat, membenarkan letak kacamatanya.
*
Kendaraan melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang padat. Semilir angin menerpa rambutnya. Dirinya mungkin harus membungkus kue resepsi untuk kedua calon anak sambungnya tersayang.
Wanita yang pada akhirnya sampai di tempat kostnya untuk bersiap-siap. Memakai kebaya, membuat lekuk tubuhnya yang biasanya berbalut kemeja tangan panjang kebesaran terlihat. Kain batik yang dipakai, dirinya benar-benar memiliki body yang indah sebenarnya.
Namun tidak dapat merias wajahnya mengingat tidak ada peralatan make up sama sekali, bahkan hanya mencuci muka menggunakan sabun badan.
"Tidak dandan?" tanya Susan yang sudah menunggu sekitar 15 menit.
"Sudahlah yang penting kenyang! Wanita itu dinilai dari sifatnya, bukan fisiknya." Jawaban dari Zizy penuh senyuman. Dirinya kembali dalam boncengan Susan menuju tempat resepsi pernikahan. Tidak sabar rasanya memakan makanan prasmanan. Itulah yang kini ada dalam otak Zizy.
"Wanita itu dinilai dari fisiknya! Dari mata turun ke hati. Dari hati turun ke dompet. Kalau cantik pria akan royal." Tegas Susan, kembali melajukan motornya setelah Zizy naik.
Wanita yang tidak menyadari dirinya akan mendapatkan kejutan saat mendatangi acara pernikahan. Acara pernikahan yang paling menghebohkan antara janda dan tukang ojek online.
*
Tapi apa benar-benar tidak ada pria yang hanya memandang sifat? Entahlah.
Seorang pemuda kini naik ke lantai dua. Memakai earphonenya, memainkan musik, mengambil alih tugas DJ. Suara teriakan terdengar, benar-benar sempurna pintar dalam segala hal. Itulah Valentino, matanya menelisik ke arah wanita berpakaian minim di lantai satu. Dirinya dapat memilih salah satu dari mereka sebagai kekasih.
Tapi siapa? Satu persatu wanita itu ditelitinya. Setelah cukup lama, menjadi DJ di club'malam milik Yudistira, dirinya memutuskan turun menuju lantai satu.
"Hai, boleh berkenalan?" tanya seorang wanita penuh senyuman. Wajah yang benar-benar cantik, body yang benar-benar indah.
"Sampah..." Valentino tersenyum menghina. Sudah menatap segalanya dari lantai dua. Wanita yang sempat menepis tangan pria gemuk kaya. Tapi setelah mengetahui pria itu pemilik perusahaan ternama, dia menunduk tidak berani melawan.
Apa wanita seperti ini yang dicarinya? Tidak pemuda itu memincingkan matanya kembali. Dirinya memerlukan wanita yang tangguh dan tidak mudah ditaklukkan pria lain atau lebih tepatnya tidak mudah ditaklukkan ipar dan mertua.
Pria ini mungkin sudah gila, jika biasanya pria pada umumnya akan mencari istri penurut yang hormat pada mertua. Dirinya mencari istri yang dapat membantai mertua, ulat karung yang benar-benar aneh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!