Karen kaget saat ayahnya meminta dia untuk menikah dengan seorang pria paruh baya bernama Arion, untuk menebus hutang ayahnya. Gadis itu tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya karena jika dia menolak, ayah Karen akan dipenjarakan.
Dengan terpaksa Karen menerima pernikahan itu. Dia akhirnya memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Rico kekasihnya Karen tidak bisa menerima keputusan gadis itu.
"Maaf, Rico. Kita tidak bisa meneruskan hubungan ini," ucap Karen.
"Tapi kenapa? Apa kamu sudah tidak mencintai aku lagi?" tanya Rico.
"Aku sangat mencintaimu, tapi ada hal yang tidak bisa aku katakan. Yang pasti hubungan kita harus berakhir."
Tanpa menunggu jawaban dari Rico, Karen meninggalkan pria itu seorang diri. Hingga Karen hilang dari pandangannya barulah Rico berjalan meninggalkan tempat itu.
Rico menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah. Memukul setir mobil dengan keras. Pria itu masih tidak bisa menerima keputusan sepihak dari kekasihnya itu.
"Aku akan mencari tahu, apa yang menyebabkan kamu memutuskan hubungan kita secara sepihak," gumam Rico pada diri sendiri.
***
Rico juga kaget saat Papinya Arion mengatakan jika seminggu lagi dia akan menikah. Papinya itu tidak pernah membicarakan ini sebelumnya.
"Apa aku mengenal calon ibu tiriku?" tanya Rico. Banyak wanita yang jalan bareng dengan papinya, tapi pria itu tidak pernah mengatakan jika satu diantara mereka adalah calon ibu tirinya.
"Tidak. Papi juga tidak mengenalnya, hanya melihat dari foto saja," ucap Arion.
"Bagaimana mungkin Papi bisa menikahi wanita yang belum Papi kenal sama sekali?" tanya Rico dengan mimik keheranan.
"Papi langsung jatuh cinta saat pertama melihat fotonya. Papi yakin jika dia adalah wanita yang bisa membahagiakan Papi," ujar Arion.
"Papi selama ini juga telah bahagia dengan wanita-wanita yang menemani setiap malam. Aku kasihan saja pada wanita yang akan menjadi istri Papi, jika dia tahu calon suaminya pemain wanita," ucap Rico sinis.
"Jangan menggurui Papi. Jika wanita itu mampu membuat Papi jatuh cinta, akan Papi tinggalkan semua wanita yang mengelilingi selama ini," ujar Arion lagi.
"Terserah Papi saja. Itu kehidupan Papi," ucap Rico akhirnya. Pria itu meninggalkan Arion seorang diri di ruang keluarga.
Rico masih memikirkan Karen, gadis yang sangat dia cintai. Pria itu mendengar dari salah satu temannya, jika dia akan menikah.
Rico mengepalkan tangannya. Dadanya terasa sesak mengingat semua itu. Jadi gadis itu memutuskan hubungan mereka karena Karen akan menikah. Rico merasa dikhianati.
"Aku akan mencari tahu, siapa pria yang menjadi suami kamu, Karen. Aku ingin tahu, kenapa kamu lebih memilih pria itu dari pada aku. Padahal aku juga bersedia menikah denganmu jika diinginkan," gumam Rico pada dirinya sendiri.
***
Gedung itu telah penuh dengan tamu undangan. Suara musik terdengar memenuhi ruangan. Karen hanya duduk diam tanpa suara, menerima ucapan selamat dari para tamu undangan.
Arion yang duduk di samping Karen selalu saja mencuri pandang pada gadis itu. Kecantikannya memang tidak diragukan lagi. Merasa diperhatikan dia memandangi pria yang telah sah menjadi suaminya itu.
"Kenapa Om memandangi aku seperti itu?" tanya Karen.
"Ternyata aslinya kamu jauh lebih cantik dari foto," ucap Arion. Wajah Karen memerah mendengar pujian dari pria paruh baya yang lebih pantas di panggil ayah.
Rico melangkahkan kakinya memasuki gedung tempat pesta pernikahan Papinya berlangsung. Awalnya pria itu tidak ingin menghadirinya. Namun, bagaimanapun bencinya Rico pada kelakuan pria itu, dia tetap Papinya.
Langkah Rico terhenti saat melihat ke pelaminan. Pria itu mengucek matanya untuk memastikan jika matanya tidak salah melihat.
"Apakah aku bermimpi? Bukankah itu Karen? Jadi wanita yang menjadi ibu tiriku adalah Karen!" gumam Rico pada dirinya sendiri.
Rico kembali melangkahkan kakinya menuju pelaminan, dimana Karen dan Papinya Arion sedang bersanding. Ketika sampai dihadapan mereka, wanita itu kaget melihat kehadiran Rico.
"Rico ... kenapa dia ada di sini?" tanya Karen dalam hatinya.
Rico tersenyum pada kedua pengantin. Arion membalasnya dengan tersenyum semringah. Sementara Karen hanya diam membisu. Tangannya gemetar, keringat dingin membasahi tangannya.
"Selamat menempuh hidup baru, Pi," ucap Rico. Pria itu memeluk tubuh Papinya.
Setelah mengucapkan selamat pada Papinya, Rico melangkah mendekati Karen. Wajah gadis itu tampak sangat kaget saat mendengar Rico memanggil Arion dengan sebutan Papi.
"Selamat ya. Ternyata ibu tiriku sangat muda dan cantik. Selera Papi dan aku dalam memilih wanita ternyata sama," ucap Rico penuh penekanan. Arion yang tidak paham dengan ucapan Rico, hanya tersenyum.
"Selamat datang di keluarga kami. Semoga kamu betah menjadi Mami baruku," ucap Rico lagi.
Pria itu menyalami Karen sebelum turun dari pentas pelaminan. Tangannya tampak terkepal menahan emosi.
"Aku tidak bisa menerima semua ini. Karen itu milikku dan akan tetap selamanya menjadi milikku," gumam Rico pada dirinya sendiri.
Rico keluar dari gedung pernikahan itu. Dia tampaknya sedang merencanakan sesuatu.
...****************...
Selamat Pagi semuanya. Mama datang lagi dengan karya terbaru yang ikut event CINTA TAK DIRESTUI. Mohon dukungannya. Tekan love dan like. Terima kasih
Satu persatu tamu undangan mulai meninggalkan gedung itu. Hanya tersisa keluarga dan teman dekat dari Arion.
Rico berjalan masuk kembali ke gedung itu. Dia menuju meja di mana Papinya dan Karen sedang duduk. Sebelum mencapai meja, pria itu mengambil segelas jus jeruk dan memberikan sesuatu pada minuman itu.
Rico tersenyum pada Arion dan Karen. Dia menarik kursi yang berada tepat di sebelah Arion Papinya. Pria itu memberikan jus jeruk yang dibawanya pada Arion.
"Ini jus jeruk kesukaan Papi. Aku mengambilkan buat Papi sebagai ucapan selamat atas pernikahan ini. Apakah nanti Mami baruku ikut tinggal di rumah bersama kita?" tanya Rico.
"Tentu saja. Jika tidak tinggal di rumah kita, emang mau tinggal dimana?" Arion balik bertanya.
"Siapa tahu Papi membelikan rumah baru buat istri baru."
Karen hanya menunduk, tidak bicara apapun. Menatap mata Rico saja dia tidak berani. Wanita itu merasa sangat bersalah karena memutuskan hubungan dengan pria itu tanpa memberikan alasan yang tepat.
Yang paling membuat Karen merasa sangat bersalah karena dia menikah dengan ayahnya Rico. Kekasihnya itu pasti sangat kecewa mengetahui semua ini.
"Ini buat Mami baruku. Selamat bergabung dengan keluargaku," ucap Rico. Dia juga menyerahkan segelas jus jeruk.
Tanpa ada rasa curiga, Arion meneguk minuman yang putranya berikan. Mungkin pria paruh baya itu merasa sangat haus sehingga meneguknya hingga kandas.
Rico menatap Papinya itu tanpa kedip. Tersenyum sinis saat melihat pria itu mulai menguap karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerangnya.
"Papi sepertinya ingin istirahat dulu. Mata Papi mengantuk," ucap pria itu.
"Apa aku perlu mengantar Papi hingga ke kamar?" tanya Rico.
Arion menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Pria itu mengajak Karen untuk ke kamar pengantin mereka.
"Kamu pasti sudah lapar. Sebaiknya kita istirahat saja." Arion berdiri dari duduknya dan mengajak Karen.
"Tunggu dulu, Mami. Sebaiknya Mami meminum jus yang aku beri. Jika Mami tidak menyentuhnya, aku akan merasa tersinggung," ucap Rico.
Karen memandangi Arion, sepertinya meminta persetujuan suaminya itu. Pria paruh baya itu menganggukan kepala tanda setuju.
"Minumlah dulu. Rico benar, jika kamu tidak meminum pemberian darinya, sama saja kamu tidak menghargai," ucap Arion.
Karen lalu mengambil gelas berisi jus itu dan meneguknya hingga habis separuh gelas. Setelah itu Karen mengikuti langkah Arion.
Pria itu pamit pada seluruh tamu yang tersisa. Setelah itu berjalan menuju kamar yang disediakan di hotel berbintang itu, tempat di mana tadi berlangsungnya acara pesta pernikahan.
Sampai di kamar, Arion langsung membaringkan tubuhnya dan beberapa detik kemudian matanya langsung terpejam. Karen memandangi wajah pria paruh baya itu tanpa kedip.
Karen tidak menyangka jika dia akan menjadi mami tiri dari kekasih hatinya. Bagaimana caranya dia akan menghadapi Rico nanti, apa lagi mereka akan tinggal di satu atap yang sama.
Wanita itu mengganti pakaiannya. Saat dia akan naik ke ranjang, Karen merasa sesuatu yang lain ditubuhnya. Dia merasa badannya panas dan ada keinginan untuk memeluk Arion suaminya.
Saat Karen ingin membuka baju Arion, pintu kamarnya diketuk seseorang. Dengan tubuh yang menggigil menahan hasrat dalam tubuhnya, Karen membuka pintu kamar.
Wanita itu kaget saat melihat siapa yang berada di balik pintu. Tanpa menunggu jawaban Rico menarik tangan kekasihnya itu. Menutup pintu kamar.
Rico masih menarik tangan Karen hingga memasuki sebuah lift. Sampai di lantai dasar, pria itu langsung membawa wanita yang dia cintai itu masuk ke mobil. Melajukan mobil menuju salah satu hotel terdekat.
Sampai di sebuah kamar hotel, Rico melihat Karen sedikit menggigil, mungkin menahan hasrat dalam dirinya. Karen tidak menyadari jika minuman yang diberikan Rico tadi telah ditambahkan obat perang*sang.
Rico mendekati Karen yang duduk ditepi ranjang. Menolak tubuh wanita itu pelan, hingga terlentang di tempat tidur. Rico mengecup bibir mungil wanita yang sangat dicintainya itu.
Kecupan yang awalnya lembut akhirnya menuntut. Rico mulai memasukan lidahnya ke dalam mulut Karen yang terbuka karena kaget di cium pria itu. Rico bermain lidah di mulut Karen. Membelit lidah gadis itu. Wanita itu awalnya hanya diam, tapi setelah beberapa saat mencoba mengimbangi permainan lidah Rico.
Saat ini mereka saling membelit lidah. Hingga Rico menghentikan lu*mat*annya di mulut Karen, melihat gadis itu sedikit sesak. Dihapusnya saliva mereka di bibir Karen.
Karen yang kini telah terlentang di tempat tidur. Rico lalu menaiki tubuh wanita itu dengan tangan yang menahan bobot tubuhnya agar tidak menghimpit tubuh gadis itu.
Rico mengecup seluruh bagian di wajah Karen. Setelah puas, ciuman turun ke leher jenjangnya dan meninggalkan jejak kepemilikan.
Tangan Rico merayap ke punggung Karen dan membuka kancing baju gadis itu, meloloskan baju itu dari tangan Karen. Tersisa saat ini hanya pakaian dalam saja. Wanita itu menarik napas dalam. Menahan gejolak dalam dirinya yang makin memanas.
Rico berdiri dan membuka semua kain yang melekat di tubuhnya hingga polos. Melihat tubuh Rico yang sangat bagus, wajah Karen makin memerah seperti kepiting rebus. Gejolak dalam dirinya sudah tidak dapat ditahan lagi.
Rico kembali menaiki tubuh Karen. Membuka pangait bra memperlihatkan dada wanita itu yang sangat indah. Rico mengecupnya, meninggalkan jejak kepemilikan.
Setelah puas bermain di dada, kecupan Rico turun ke perut. Karen merasakan suatu gelenjer aneh menjalar ditubuhnya. Pria itu membuka satu-satunya kain yang masih melekat di tubuh gadis itu hingga keduanya saat ini sama-sama polos.
"Kamu sudah siap, Sayang? Kita akan mulai permainan ini lagi?" tanya Rico. Karen hanya menganggukkan kepala tanda setuju.
Rico mulai memasuki bagian inti tubuh Karen. Wanita itu sedikit meringis, merasakan kesakitan. Pertama mencoba Rico gagal memasukinya. Namun, pria itu kembali mencobanya. Karen tampak menahan rasa sakit. Pria itu lalu me*lu*mat kembali bibir Karen untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan.
Beberapa kali mencoba akhirnya Rico bisa memasuki inti tubuh Karen, menebus penghalangnya. Awalnya wanita itu hanya diam, menahan rasa sakit yang masih terasa. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Karen bisa mengimbangi, hingga keduanya mencapai pelepasan. Mereka melupakan jika hubungan yang dilakukan saat ini sangat terlarang bagi keduanya.
...****************...
Setelah melakukan hubungan terlarang itu, keduanya sama-sama terdiam. Karen memandangi wajah Rico dengan intens. Pria itu lalu tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Kenapa kita melakukan ini? Kamu tahu ini terlarang. Aku saat ini telah menjadi ibu tirimu," ucap Karen dengan suara lirih.
"Bagiku kamu itu tetap wanitaku. Tidak ada yang boleh memiliki kamu, sekalipun itu Papi."
Karen menarik napas dalam. Dia sadar semua ini bukan sepenuhnya salah Rico. Tadi dirinya juga tidak menolak saat Rico melakukannya.
Wanita itu bangun dan masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan menggunakan pakaiannya lagi. Ketika akan membuka pintu, tubuhnya ditahan Rico. Pria itu memeluk pinggangnya.
"Jujurlah Karen, apa kamu tidak memiliki perasaan apapun padaku? Apa kamu sudah tidak mencintai aku lagi?" tanya Rico.
Karen hanya menarik napas dalam, tidak tahu harus menjawab apa. Sebenarnya hingga saat ini, dia masih sangat mencintai Rico. Wanita itu melepaskan pelukan dipinggangnya, membuka pintu kamar hotel.
Dengan tergesa, Karen meninggalkan kamar hotel. Menggunakan taksi kembali ke hotel tempat pesta dilangsungkan tadi.
Karen membuka pintu kamar dengan perlahan, takut membangunkan Arion suaminya. Berjalan pelan menuju tempat tidur. Tampak pria paruh baya itu masih terlelap dalam mimpinya. Menaiki tempat tidur dengan pelan, takut Arion terjaga.
"Maafkan aku, Om. Aku telah mengkhianati pernikahan yang baru kita laksanakan," gumam Karen pada diri sendiri.
Karen membaringkan tubuhnya, dan mencoba memejamkan matanya. Mengusir rasa bersalah yang hinggap dihati karena telah melakukan hubungan dengan Rico yang merupakan anak tirinya.
Setengah jam berlalu, Karen akhirnya dapat memejamkan matanya. Terlelap ke alam mimpi.
Pagi menjelang, Arion terbangun dari tidurnya. Melihat ke samping, tampak Karen yang tidur terlelap. Pria itu memiringkan tubuhnya menghadap istrinya itu.
"Kamu cantik banget. Patuh dengan perintah orang tuamu. Padahal kamu tahu akan dinikahkan dengan pria yang pantas jadi ayahmu, tetap saja kamu mau tanpa menolaknya," ujar Arion, dengan mengelus pipi wanita itu.
Karen yang merasa pipinya dielus, membuka matanya perlahan. Matanya bertemu dengan Arion.
"Om, udah bangun?" Hanya kalimat pertanyaan itu yang dilontarkan Karen karena rasa gugupnya.
"Sudah. Kita kembali ke rumah hari ini, atau mau menginap di sini dulu?" tanya Arion dengan suara lembut.
Karen tersenyum memandangi wajah suaminya itu. Walau usianya tidak muda lagi, ketampanannya masih terlihat. Pantas saja Rico memiliki wajah yang tidak kalah tampannya.
Arion memeluk pinggang Karen, merapatkan tubuh wanita itu ke tubuhnya. Papi Rico itu lalu mengecup pipi Karen. Ada perasaan aneh didiri wanita itu. Baru saja tadi malam dia berhubungan badan dengan Rico, saat ini dia berada dalam pelukan papi pria itu.
Karen menarik napas dalam dan panjang. Tubuhnya sedikit gemetar. Takut jika pria itu meminta berhubungan, sedangkan dia masih merasakan sakit di inti tubuhnya karena berhubungan pertama kali dengan Rico tadi malam. Selain itu, Karen takut jika Arion mengetahui jika dirinya sudah tidak perawan lagi.
Apa yang akan dia katakan jika Arion mempertanyakan tentang keperawanannya? Mana mungkin dia jujur dengan mengatakan jika dia telah melakukan hubungan dengan Rico anak tirinya.
"Om, apa tidak sebaiknya kita pulang ke rumah saja. Aku tidak nyaman berada di hotel. Perutku sakit karena datang bulan," ucap Karen berbohong.
Arion melepaskan pelukan di tubuh Karen. Dia bangun dari tidur dan berjalan menuju kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Karen merasa sangat bersalah karena telah membohongi pria itu. Bagaimanapun juga, saat ini dia telah memjadi istri pria paruh baya itu. Seharusnya dia menjalankan kewajiban sebagai seorang istri dengan memberikan nafkah batin.
Setelah Arion mandi dan berpakaian lengkap, dia mendekati istrinya. Duduk di tepi ranjang sambil bermain ponsel.
"Mandilah, kita akan segera kembali ke rumah sekarang," ucapnya dengan mata yang masih tertuju pada ponsel.
"Baik, Om. Tunggu sebentar, aku nggak akan lama," ucap Karen.
Wanita yang merupakan kekasih dari Rico itu segera masuk kamar mandi dan membersihkan diri.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!