NovelToon NovelToon

The Phoenix

Episode 1. Kematian dan Kelahiran Kembali

Tahun 2023

Di perbatasan kota Han Qing, angin sepoi-sepoi menerbangkan dedaunan kering. Ranting-ranting pohon bergoyang mengeluarkan suara "Srekkk! Srekkk!" di tengah malam yang sangat gelap.

Di sebuah jembatan kayu, dua orang laki-laki sedang berdiri di tengah-tengah. Laki-laki yang gemuk memegang sebuah kotak berwarna coklat tua, dan laki-laki kurus sedang menghisap cerutu yang di jepit di antara kedua jarinya.

"Bos!" sapa laki-laki gemuk begitu dia menyadari keberadaan laki-laki kurus yang sedang menatap punggungnya.

Laki-laki gemuk itu berbalik badan, dia menghadap ke laki-laki kurus untuk menunggu perintah selanjutnya.

"100 Juta, aku ingin kamu melenyapkan Ye Wu Shuang." kata laki-laki kurus dengan senyuman menyeringai.

Belum sempat si gemuk merespon perintahnya, seorang wanita berjalan mendekat sambil berkata dengan suara lantang. "100 Juta? Ternyata nyawaku hanya berharga 100 Juta di matamu? Murah sekali, aku bahkan bisa menghasilkan 100 Juta dalam hitungan 1 jam."

"Kenapa kau bisa berada di sini?" tanya si kurus dengan wajah terkejut dan panik.

"Menurutmu?" sahut Ye Wu Shuang yang menaikkan sebelah sudut bibirnya.

"Zhao Gang, cepat bunuh dia!" teriak si kurus dengan suara keras sambil melarikan diri dari Ye Wu Shuang.

Ye Wu Shuang tersenyum sinis, dia menaikkan sebelah alisnya lalu berkata kepada diri sendiri. "Ah... Tebakannya benar." senyumnya menghilang perlahan. Dia kembali berkata, "Aku datang untuk membunuhmu!"

Ye Wu Shuang menarik keluar sebuah pistol kecil dengan tangan kanan, dia mengarahkan muncung pistol ke kepala si kurus. Sebelah kaki terbang ke arah Ye Wu Shuang, namun dia segera menghindar sehingga tidak mengenai wajahnya.

Ye Wu Shuang melirik ke arah pria yang menyerangnya, dia lalu menembak pria gendut yang tadinya di tugaskan untuk membunuh Ye Wu Shuang, peluru tepat mengenai kening pria tersebut.

"Brukkk!"

Pria gendut terbanting di atas permukaan jembatan kayu, dia langsung mati seketika itu juga karena peluru menembus hingga ke dalam otak besarnya.

Tanpa melihat ke arah berlarinya pria yang kurus, Ye Wu Shuang menembakkan peluru dari pistol yang berada di tangannya. Peluru meluncur cepat mengenai belakang kepala si kurus, laki-laki itu langsung tersungkur ke atas permukaan tanah dengan darah yang mengalir deras dari lubang di kepalanya.

Ye Wu Shuang berjalan ke tempat mayat si kurus tergeletak, dia mengambil kotak yang terjatuh ketika pria kurus tertembak. Karena penasaran, Ye Wu Shuang membuka kotak tersebut. Di dalam kotak terdapat sebuah benda berbentuk bulat menyerupai bola. Ye Wu Shuang mengambil bola yang terlihat seperti telur penyu itu lalu menatapnya dengan seksama.

"Tik!"

Terdengar suara dari dalam bola.

"Bom waktu!" gumam Ye Wu Shuang, dia segera melempar bola tersebut ke udara. Namun naas, sisa waktu ternyata hanya 1 detik saja.

"BOOM!!!"

Ledakan terjadi di udara, namun jaraknya masih terlalu dekat dengan Ye Wu Shuang. Seluruh jembatan hancur menjadi kepingan kayu yang terlempar ke dalam sungai dengan aliran yang mengalir deras. Ye Wu Shuang juga terjatuh ke dalam sungai, dia terseret arus hingga akhirnya kehilangan kesadaran.

Karena terlalu lama berada di dalam air, wanita itu akhirnya meninggal dunia. Arwah Ye Wu Shuang terbang melintasi waktu, dia terbawa ke dimensi dunia lain.

Dinasti Ming

Langit saat itu di terangi rembulan yang berbentuk bulat sempurna. Bintang-bintang berserakan di atas gelapnya angkasa membuat cahaya mereka terlihat jelas dari bawah.

Rumput-rumput bergoyang, ranting-ranting pohon bergesekan karena diterpa angin malam yang kencang.

Terdengar percakapan antara dua orang laki-laki, namun Ye Wu Shuang masih belum bisa menggerakkan tubuh yang baru saja dia rasuki.

"Nona dari keluarga bangsawan memang berbeda, lihat kulitnya yang putih bercahaya itu, sungguh sangat menggoda."

"Dia baru saja mati, tubuhnya belum menjadi kaku. Bagaimana kalau kita gunakan kesempatan ini untuk ... Hehehe ...! Kau pasti tahu maksud ku."

"Baiklah, lagi pula mayatnya akan segera kita buang ke tengah laut. Tidak akan ada orang yang tahu."

"Idemu benar-benar jahat, tapi aku menyukainya. Biarkan aku yang memulai lebih dulu. Hehehe..."

Seorang wanita cantik tergeletak di atas tanah, bajunya sedikit berantakan dengan bagian dada yang menganga memperlihatkan belahan dadanya yang menyembul keluar sebagian. Sebuah tangan menjulur ke arah dada wanita tersebut.

"Krakkk!"

Ye Wu Shuang terbangun, dia segera menangkap tangan yang berusaha menyentuh tubuh inangnya. Dengan sebagian kekuatan, Ye Wu Shuang mematahkan tulang jari-jari pria tersebut.

"Aaaaakkkkhhhhh!"

Pria itu lantas berteriak keras karena kesakitan, dia memegangi sebelah tangannya dengan tangan yang lain. Sambil merintih dan meringis, pria itu menjerit keras dengan wajah yang ketakutan.

"Han... Han... Hantuuuuuuuu!"

Sementara rekannya berdiri diam mematung untuk sesaat, sebelum akhirnya dia ikut berteriak histeris.

"Ada hantuuuuu! Mayat hidup!!!"

Ye Wu Shuang menutup telinganya yang terasa sakit karena suara jeritan dari kedua pria yang mencoba membunuhnya. Dia berjalan mendekati mereka sambil berkata, "Di mana hantunya? Mana mayat hidup yang kalian takutkan? Kalian mengutukku? Tenang saja, walaupun semesta ini hancur berantakan, aku tidak akan mati sebelum kalian!"

"Ka... Kamu bukan hantu? Kamu belum mati?" tanya salah seorang dari pria tersebut.

"Kelihatannya belum mati. Kalau begitu, tidak ada lagi yang perlu di takuti. Sebelumnya, pengurus Ma mengeluh dia mati terlalu cepat. Karena dia belum mati, kita mainkan saja dulu sampai puas, anggap sebagai penyiksaan yang nikmat." ucap pria yang lain.

"Dia tidak bisa berkultivasi, kita bawa pulang saja ke rumah. Hehehe..." sahut pria sebelumnya.

Ye Wu Shuang tersenyum sinis, dia mengangkat rambut depan yang menutupi sebagian wajahnya. "Cih, sudah lama aku tidak di remehkan oleh orang lain. Kalian cecunguk sialan malah berani merendahkan aku." katanya dengan suara yang datar.

Seorang pria maju ke depan, pria tersebut langsung menyerang Ye Wu Shuang dengan menggunakan pedang bermata dua yang dia genggam dengan kedua tangan.

Ye Wu Shuang menghindar dan menahan serangan pria tersebut dengan kedua tangan kosong. Dia melompat mundur ke belakang lalu kembali berdiri kokoh dengan kedua kakinya yang terlihat kurus tak bertenaga.

"Hei... Jangan sampai kau melukai wajah cantiknya. Kita belum sempat menikmati tubuhnya yang indah!" seru rekan pria tersebut dengan senyuman mesum di wajahnya.

"Hahhh... Hahaha..." tawa Ye Wu Shuang menggelegar di seluruh penjuru ruangan. Dia merasa lucu dan konyol mendengar kalimat yang diucapkan oleh pria bermata sipit itu.

"Sepertinya dia menjadi gila karena menelan banyak obat perangsang." seru pria itu lagi dengan sebelah bibir yang terangkat ke atas.

"Krekkk!"

Ye Wu Shuang mematahkan sebuah ranting pohon.

"Sretttt!"

Dia mengoyak sebagian gaun panjangnya, lalu membalut telapak tangannya dengan seutas kain panjang yang dia robek dari gaunnya. Ye Wu Shuang kemudian menggenggam ranting pohon dengan telapak tangan yang telah dililit kain bajunya.

"Ayo, kita mulai!" ucapnya sambil menyeringai tipis dan melemparkan tatapan yang mirip dengan seekor binatang buas.

^^^BERSAMBUNG...^^^

Episode 2. Manusia Bersisik

Ye Wu Shuang mengumpulkan semua sisa tenaganya, dia berlari dengan gesit menuju ke depan musuh lalu menyerang organ vital pria di dekatnya dengan ranting yang terlilit kuat di tangannya.

"Brukkk!"

Pria yang memegang pedang bermata dua telah terkapar di atas tanah dengan darah yang mengalir deras dari lubang di lehernya.

"Ba... Bagaimana mungkin? Jelas-jelas dia orang yang tidak berguna!" seru pria yang satu lagi dengan mata yang membesar.

Ia sulit percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Wanita lemah yang selama ini dirumorkan di satu ibu kota ternyata bisa melawan rekannya yang memegang senjata tajam.

"Sepertinya tadi aku baru saja mendengar seseorang mengatakan ingin mengambil kesempatan!" kata Ye Wu Shuang seraya berjalan maju mendekati pria yang tersisa.

"Aku pernah mendengar banyak negara yang melakukan kebiri kepada para pria seperti kalian, sebenarnya aku merasa itu sangat tidak manusiawi." lanjutnya lagi dengan langkah yang teratur.

Pria itu terus memundurkan langkah kakinya, tubuhnya gemetar ketakutan dengan keringat dingin yang bercucuran di wajahnya.

"Ja... Jangan mendekat!" seru pria itu dengan suara yang bergetar.

"Karena dalam kamus ku, orang yang menghina ku harus mati!" ucap Ye Wu Shuang dengan mata yang tampak menyeramkan.

"AAAHHH...!"

Ye Wu Shuang menusuk ranting pohon ke mata kiri pria tersebut, dia menjerit kesakitan sambil merintih di atas tanah berbatuan. Dia kembali menusuk ranting di mata kanan pria yang menatapnya dengan tatapan mesum sejak ia terbangun.

"Nona Besar, tolong ampuni nyawa hamba!" teriak pria itu sambil berlutut memegangi kedua matanya yang sudah bercucuran darah.

"Baru sekarang kau meminta ampun? Ke mana perginya sikap arogan dan angkuhmu tadi?" tanya Ye Wu Shuang dengan nada merendahkan.

Pria itu terus memohon sambil menghantukkan kepalanya di atas tanah. "Maafkan hamba, Mohon maafkan nyawa hamba yang tak berharga ini!"

Ye Wu Shuang menyeringai, dia menurunkan tubuhnya lalu berkata dengan nada dingin.

"Sepertinya kau lupa dengan kata-kata yang baru saja ku ucapkan tadi! Jadi, dengarkan lah sekali lagi. Orang yang menghinaku harus mati!"

"Jlebbb!"

Ranting di tangan Ye Wu Shuang menembus kulit dan jantung pria di depannya. Kepala pria itu terjatuh ke depan dalam posisi berlutut dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir hanya dalam beberapa detik saja.

Ye Wu Shuang berdiri, ia melepaskan lilitan kain yang mengikat ranting di tangannya dengan senyuman puas sambil menatap tajam tubuh pria yang kini berlumuran darah di hadapannya.

"Sampah!" umpatnya sembari menendang tubuh pria tersebut.

Wanita itu berjalan ke tempat mayat pria yang memegang pedang, dia mengambil pedang itu dari tangan pria tersebut untuk berjaga-jaga jika ada bahaya di dalam hutan.

Ye Wu Shuang berjalan menyusuri hutan lebat di tengah malam, hanya cahaya rembulan yang menjadi penerangannya. Suasana hutan yang sunyi dan gelap membuatnya berjalan dengan hati-hati, menghindari ranting-ranting yang menjulang dan akar-akar yang menjorok.

"Cringgg...!"

Ye Wu Shuang berhenti ketika mendengar suara gemerincing di belakangnya. Ia segera memutar tubuh dan bersiap menghadapi apapun yang akan menyerangnya.

Namun, yang ditemuinya bukanlah musuh, melainkan seekor rubah yang mengintip dari balik semak-semak. Ye Wu Shuang tersenyum lega, ia melambaikan tangan untuk memanggil rubah yang berada di balik semak belukar.

Rubah itu langsung melompat ke depan dan memanjat ke tangan Ye Wu Shuang. Rubah itu memiliki bulu yang seputih kapas, bulu-bulunya tampak bersinar walaupun keadaan di sana sangat gelap. Bola matanya yang hijau dan bulat membesar terlihat seperti mutiara malam.

"Hai rubah mungil! Apa kau juga sendirian di sini?" tanya Ye Wu Shuang sambil menatap mata rubah yang bersinar.

Rubah hanya mengeluarkan suara, "Ciii... Ciii...!"

"Terima kasih sudah menemaniku malam ini. Kita akan berjalan bersama sampai tiba di tujuan kita." katanya sambil meraih kelopak telinga rubah itu dengan lembut dan membelai bulu halus di kepala rubah tersebut.

Ye Wu Shuang kembali melanjutkan perjalanan menyusuri hutan yang sunyi dan gelap di tengah malam.

Rubah itu menatap Ye Wu Shuang dengan mata yang cerah, seolah-olah mengerti apa yang dikatakan oleh manusia itu. Setelah beberapa saat, rubah itu melompat dan berlari ke depan, menunjukkan jalan kepada Ye Wu Shuang yang mengikuti di belakangnya dengan hati-hati.

Setelah beberapa saat berjalan, Ye Wu Shuang dan rubah itu tiba di sebuah lembah yang indah, di mana terdapat sebuah sungai yang mengalir deras di tengah-tengahnya. Ye Wu Shuang berhenti sejenak untuk mengagumi pemandangan yang indah itu, sementara rubah itu tampak senang bermain-main di sekitar area tersebut.

"Kau pintar sekali memilih jalur." puji Ye Wu Shuang sambil mengamati rubah itu yang terus bermain dengan riang di sekitar sungai.

Tiba-tiba, Ye Wu Shuang merasa ada sesuatu yang ganjil di tempat itu. Suara binatang dan serangga tidak terdengar di sana, bahkan nyamuk dan semut yang biasanya hadir di tempat seperti itu tak terlihat.

Ketika ia melihat ke arah rubah, ia menyadari bahwa rubah itu tampaknya sudah mengetahui kehadiran bahaya tersebut. Rubah itu menatap Ye Wu Shuang dengan tajam, seakan memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang perlu diwaspadai.

Ye Wu Shuang memutuskan untuk mengikuti instingnya dan bersiap untuk menghadapi bahaya yang mengancam di lembah itu. Ia berusaha tetap tenang dan fokus, memperhatikan setiap gerakan dan suara di sekitarnya.

Dalam ketegangan yang melanda, Ye Wu Shuang melihat bahwa rubah kecil sudah tidak ada di sampingnya. Ia bertanya-tanya dalam hati.

"Ke mana rubah itu pergi, apakah ia telah mengetahui bahaya yang mengancam dan melarikan diri?"

Saat itu, suara gemuruh terdengar dari kejauhan, membuat Ye Wu Shuang semakin waspada. Samar-samar, ia melihat seorang pria tampan yang berdiri di tengah sungai dengan arus deras.

Pria itu berdiri tegak dengan tinggi badan yang hampir mencapai 2 meter. Kulitnya bersinar dengan warna merah kecoklatan, seolah-olah terbuat dari batu bara yang dipanaskan.

Ye Wu Shuang melihat bahwa pria itu memiliki mata berwarna merah, yang seakan terbakar dengan api dan memancarkan ketajaman yang luar biasa.

Rambut putihnya yang panjang dan berkilau bergerak perlahan-lahan, memantulkan cahaya rembulan di malam itu. Dan meskipun memiliki wajah yang tampan, tak ada ekspresi yang terlihat di wajahnya kecuali kebekuan yang membuatnya terlihat lebih seperti makhluk purba daripada manusia.

Meskipun terlihat menakutkan, keberadaan pria itu menimbulkan ketertarikan pada Ye Wu Shuang. Ia ingin tahu siapa pria itu dan apa yang terjadi pada dirinya sehingga membuatnya berada di dalam sungai dengan aliran air yang deras.

Pria itu memiliki wajah dingin, tak ada ekspresi lain di wajahnya. Dia menatap Ye Wu Shuang dengan tajam, membuat Ye Wu Shuang merinding tanpa sadar. Namun, Ye Wu Shuang mencoba untuk mengendalikan rasa takutnya dan bertanya kepada pria di depannya, "Siapa kamu?"

^^^BERSAMBUNG...^^^

Episode 3. Ingatan Asing

Pria tampan itu tidak menjawab, ia hanya memperhatikan Ye Wu Shuang dengan seksama.

Namun, ketika Ye Wu Shuang melihat lebih dekat, ia terkejut menemukan bahwa di bawah garis rambut pria itu terdapat deretan sisik. Dan begitu pula dengan bagian bawah lengannya, Ye Wu Shuang bisa melihat garis-garis yang menyerupai sisik naga.

Ye Wu Shuang menelan ludah, terkejut dan sedikit takut dengan makhluk aneh di depannya. Namun, ia berusaha tetap tenang dan tidak memperlihatkan ketakutannya. Dia menurunkan pedang lalu mengurangi ketegangan pada tubuhnya.

Melihat wajah gadis muda di depannya tidak berteriak panik setelah melihat sisik-sisik di tubuhnya membuat pria itu tersenyum, namun senyumannya sama sekali tidak terlihat menyenangkan di mata Ye Wu Shuang.

Gadis itu mencoba untuk meredakan kecemasan dan rasa takutnya. Ia kembali bertanya kepada pria di hadapannya. "Siapa kamu? Kenapa kamu memiliki sisik-sisik di tubuhmu?"

Pria itu tetap diam, ia masih menatap tajam ke arah Ye Wu Shuang. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berbicara dengan suara yang sedikit bergema.

"Gadis kecil, harusnya kamu tidak berada di tempat seperti ini! Tempat ini sangat berbahaya dan kekuatan yang kamu miliki tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan binatang suci yang tinggal di hutan ini."

Ye Wu Shuang terkejut mendengar kata-kata dari pria di depannya, dia tidak mengerti apa yang di maksud dengan binatang suci. Tetapi ia mencoba untuk tetap tenang dan menjaga ekspresi wajahnya.

"Aku minta maaf, tapi aku tidak sengaja ke sini. Aku tersesat dan sedang mencari jalan keluar dari hutan ini."

"Kau harus segera pergi dari sini sebelum terlambat." Nasehat dari pria tersebut.

Ye Wu Shuang mengangguk, ia membalikkan tubuhnya untuk pergi. Namun, sebelum ia berjalan terlalu jauh, ia berpaling ke arah pria itu dan bertanya.

"Maaf, aku belum tahu namamu. Bolehkah aku bertanya siapa namamu?"

Pria berwajah dingin itu mengembangkan senyuman di bibirnya, namun wajahnya yang dingin malah tampak lebih seram dan mengerikan.

"Namaku Long Chen. Tapi lebih baik kamu tidak mengingatnya."

Lalu, tanpa menunggu jawaban dari Ye Wu Shuang, ia berbalik dan menghilang ke dalam air yang mengalir deras.

Ye Wu Shuang berlari mendekati sungai, dia mencari-cari keberadaan Long Chen yang tiba-tiba lenyap begitu saja. Tetapi ia tidak melihat seseorang berada di dalam sungai, arus air yang deras membuat Ye Wu Shuang kesulitan mencari pria tersebut.

"Ku harap dia akan baik-baik saja!" ucap Ye Wu Shuang dalam hati.

Tatapan Ye Wu Shuang mengarah ke sebuah batu besar yang berada di tengah-tengah sungai. Pandangannya terpaku pada sebuah benda berkilauan yang menyerupai sisik ikan raksasa.

Karena penasaran, Ye Wu Shuang melompat ke atas batu, dia mengambil benda tersebut lalu menatapnya dengan seksama.

"Ini, mirip sekali dengan sisik pria tadi!" pikir Ye Wu Shuang yang lalu menyimpan sisik tersebut.

Dia melompat kembali ke tepi sungai dan melanjutkan perjalanannya untuk keluar dari hutan.

"Ciii... Ciii..."

Suara rubah yang menghilang terdengar dari belakang, Ye Wu Shuang berbalik menatap rubah itu lalu menangkap tubuh kecil rubah tersebut yang melompat ke tubuhnya.

"Kau tadi kabur sendirian dan sekarang malah kembali lagi! Benar-benar rubah yang tidak setia kawan." Tegur Ye Wu Shuang sambil membelai bulu halus di tubuh rubah putih itu.

Rubah itu menggerakkan ekornya, dia menyapu pelan wajah Ye Wu Shuang dengan bulu-bulu ekornya.

"Hahaha... Hentikan, Geli!" ucapnya tertawa kegelian.

Ye Wu Shuang melanjutkan perjalanan. Baru saja melangkah beberapa meter ke depan, ia menurunkan tubuhnya lalu berjongkok sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba di datangi dengan berbagai ingatan.

"Apa ini?" gumamnya kebingungan.

Ingatan-ingatan yang bukan miliknya datang begitu saja di dalam benaknya, membuat Ye Wu Shuang kebingungan karena ingatan itu seakan adalah kenangan yang sudah pernah dia lalui dan rasakan.

"Ingatan siapa ini? Kenapa rasanya begitu menyakitkan?" pikir Ye Wu Shuang.

Dia mulai meneteskan air mata yang tidak bisa ia hentikan meski ia tak ingin menangis. Dalam ingatannya, Ye Wu Shuang adalah seorang putri bangsawan kaya raya. Meskipun begitu, ia selalu dihina dan di caci maki oleh semua orang termasuk keluarganya sendiri.

Ye Wu Shuang merupakan anak kedua dari Keluarga Ye yang merupakan keluarga tabib kerajaan. Sejak ibu kandungnya melahirkan anak ketiga, Ye Wu Shuang diperlakukan seperti seorang pelayan. Dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya lagi dan Ye Wu Shuang juga harus bekerja di kediaman Ye hanya untuk mendapatkan makanan.

"Gadis malang, kau selalu berusaha mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuamu. Tapi mereka malah selalu mengabaikan dan hanya menganggap mu sebagai seorang pelayan yang tidak berharga. Keluarga seperti itu, kita tidak memerlukannya!" ucap Ye Wu Shuang setelah memahami masa lalu dari tubuh yang dia pakai saat ini.

"Ciii... Ciii...!"

Rubah kecil mendekat lalu menempelkan tubuhnya di tubuh Ye Wu Shuang, ia terlihat seolah-olah ingin memeluk gadis itu karena wajahnya terlihat sedih.

"Rubah, apa kau sedang menghiburku?" tanya Ye Wu Shuang sambil membelai lembut bulu yang berada di atas kepala rubah.

"Ciii... Ciii...!" Rubah mengangguk-anggukkan kepala lalu menjilati wajah Ye Wu Shuang yang berlinang air mata.

"Terima kasih, aku baik baik saja!" ujarnya lagi lalu bangkit dan berdiri sembari memeluk sang rubah.

Ye Wu Shuang menatap rubah sambil berpikir, "Apa sebaiknya aku memberinya nama?"

"Rubah, apa kau memiliki nama?" Tanya gadis itu penasaran.

"Ciii! Ciii...!" jawab rubah mengeluarkan suara yang berbunyi CiiiCiii.

"Bagaimana kalau aku memberikan sebuah nama untukmu?" Tanya Ye Wu Shuang lagi sambil membayangkan rubah putih di dekapannya yang mirip dengan gumpalan awan putih.

"Ciii... Ciii...!" Rubah putih mengangguk-angguk seperti mengerti ucapan dari Ye Wu Shuang.

"Baiklah! Karena kau sudah setuju, aku akan memikirkan sebuah nama untukmu."

Ye Wu Shuang berpikir sejenak, ia lalu berkata, "Bai Yin Qiu!"

Gadis itu tersenyum, ia lalu membelai rubah dan menjelaskan nama yang diberikan kepadanya.

"Karena bulumu seputih dan sehalus awan, aku teringat dengan awan putih yang menggumpal. Dan kau terlihat bulat seperti bola, jadi aku menambahkan Qiu di belakang nama mu! Apa kau menyukai namamu?" Tanya Ye Wu Shuang sambil menatap bola mata rubah yang terlihat seperti mutiara malam.

Rubah itu menggosok-gosok kepalanya di dada Ye Wu Shuang, dia merasa senang karena sudah memiliki nama.

Gadis itu pun tersenyum melihat sikap manja yang diperlihatkan sang rubah.

"Bai Yin Qiu... Ayo hidup bersama mulai sekarang!"

Selama perjalanan, Ye Wu Shuang memikirkan ingatan yang muncul di benaknya. Dia menyadari satu hal penting yang harus dia selidiki terlebih dahulu. Ia pun bertanya-tanya di dalam hatinya.

"Siapa orang yang berniat untuk membunuhku?"

"Pria busuk itu menyebut Pengurus Ma, siapa orang itu? Apakah mereka memiliki dendam?"

"Di dalam ingatanku, saat melihat seorang pria dengan pakaian mewah. Hati gadis ini tersentak dan berdetak kencang setiap kali aku membayangkan wajahnya. Apakah pria itu kekasihnya?"

"Yang lebih aneh lagi, kenapa aku terlempar ke jaman ini? Pakaian yang kuno dan juga dunia yang berbeda dari tahun 2023. Kenapa aku di kirim ke tempat ini? Apakah aku sudah mati setelah terkena ledakan itu? Bisakah aku kembali lagi ke tahun 2023?"

"Ciii... Ciii... Ciii... Ciii...!"

Yin Qiu panik dan mengeluarkan suara khasnya untuk memperingatkan Ye Wu Shuang. Dia merasakan bahaya yang datang dari arah depan.

^^^BERSAMBUNG...^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!