NovelToon NovelToon

Cinta Tanpa Memori

Kecelakaan

CKIIIIIITTT BRAAAAKKKKK

Suara decitan ban mobil menggema di pagi hari yang cerah di kota romantis, Paris. Kecelakaan tidak dapat terelakkan saat sebuah mobil menghantam seorang gadis cantik yang berlari menyebrang jalan raya tanpa memperhatikan rambu lalu lintas.

Darah mengucur deras dari kening gadis malang itu. Tak lama kemudian riuh sirine ambulans dan mobil polisi mulai terdengar.

Gadis cantik yang malang itu segera dibawa masuk ke dalam ambulans dan dilarikan ke rumah sakit terdekat setelah mendapat penanganan pertama dari para medis yang datang.

Sedangkan laki-laki yang menabrak gadis itu segera pergi ke kantor polisi untuk menjelaskan kronologi terjadinya kecelakaan pagi itu.

Sesuai dengan rekaman CCTV yang ada, laki-laki itu tidak sepenuhnya bersalah. Ia memang mengendarai mobilnya melebihi kecepatan yang berlaku, namun gadis cantik yang ditabraknya menyebrang saat lampu untuk penyebrang jalan masih berwarna merah.

Setelah beberapa lama berada di kantor polisi, laki-laki bernama Nathan Kalandra itu akhirnya diperbolehkan meninggalkan kantor polisi setelah ia menulis surat pernyataan jika ia akan bertanggung jawab sepenuhnya atas biaya rumah sakit gadis cantik yang ditabraknya.

Nathan kemudian mengendarai mobilnya ke arah rumah sakit tempat gadis yang ditabraknya dirawat.

Sesampainya disana, suster memberikan sebuah tas yang ia duga adalah milik gadis cantik itu.

Tanpa ragu Nathan membuka isi tas itu dan mendapati beberapa barang penting seperti dompet dan ponsel.

"Aleea Zanitha," ucap Nathan membaca kartu identitas gadis yang ditabraknya.

Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang UGD dan menghampiri Nathan yang duduk di depan ruang UGD.

Dokter menjelaskan pada Nathan jika benturan keras yang dialami pasien mengakibatkan pasien mengalami kritis sampai waktu yang belum bisa ditentukan.

Hal itu tentu saja membuat Nathan mendengus kesal. Kepergiannya ke Paris adalah untuk menemui adik perempuannya yang berkuliah disana, tetapi ia justru mengalami hal tak terduga yang membuatnya tidak bisa pergi begitu saja.

"Cantik, tapi pembawa sial," umpat Nathan dengan pandangannya menatap Aleea yang terbaring di hadapannya.

Biiiiippp biiiipp biiiiippp

Ponsel Nathan berdering, sebuah panggilan masuk dari sang mama yang membuat Nathan semakin kesal.

Namun ia tetap harus menerima panggilan itu karena jika tidak, sang mama tidak akan tinggal diam dan terus mengganggunya.

"Halo Nathan, apa kau sudah bertemu dengan adikmu?" tanya Hanna Kalandra, mama Nathan.

"Belum ma, mungkin nanti sore," jawab Nathan.

"Jangan terlalu lama berada disana Nathan, kau harus segera pulang dan kenalkan mama pada kekasihmu," ucap Hanna.

"Tolong berhenti membahas hal itu ma, Nathan benar-benar tidak ingin memikirkan itu sekarang!" balas Nathan kesal.

"Ingat Nathan, kau hanya mempunyai waktu satu Minggu untuk menikah jika kau masih menginginkan perusahaan utama papa," ucap Hanna mengingatkan.

"Mama dan papa terlalu pemilih, jadi bagaimana Nathan bisa mengenalkan perempuan pada mama dan papa? Nathan juga sibuk dengan pekerjaan kantor yang....."

"Jangan banyak beralasan, walaupun mama dan papa memintamu untuk cepat menikah, bukan berarti mama dan papa akan menerima perempuan yang tidak baik, calon menantu mama harus sesuai dengan standar yang sudah mama tentukan," ucap Hanna memotong ucapan Nathan.

"Baiklah baiklah.... sekarang Nathan harus pergi, mama jangan menghubungi Nathan sebelum Nathan kembali," ucap Nathan lalu mengakhiri panggilan sang mama begitu saja.

Nathan menghela nafasnya kesal dengan menatap Aleea lalu berjalan keluar dari ruangan Aleaa.

Nathan meninggalkan rumah sakit, mengendarai mobilnya untuk bertemu dengan temannya disana.

**

Setelah bertemu dengan temannya, Nathan pergi ke kampus ternama yang ada disana untuk menemui adik perempuannya.

"Cepatlah menikah kak, aku sudah tidak sabar ingin berkenalan dengan kakak iparku," ucap adik Nathan.

"Kau sama saja seperti mama dan papa, sangat menyebalkan!" balas Nathan menggerutu yang membuat adiknya terkekeh.

Waktu berlalu, Nathan yang seharusnya sudah pulang ke negaranya kini harus berbaring di salah satu hotel yang ada di Paris.

Bukan karena ia masih ingin berlibur, tapi karena ia harus bertanggung jawab pada perempuan yang ditabraknya.

3 hari telah berlalu dengan membosankan bagi Nathan. Cantiknya kota Paris nyatanya tidak membuat Nathan betah berlama-lama disana.

Biiiiippp biiiipp biiiiippp

Sebuah panggilan masuk dari rumah sakit tempat Aleea di rawat. Dengan mata yang masih mengantuk, Nathan menerima panggilan itu.

Nathan kemudian segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, dokter menjelaskan pada Nathan jika Aleea sudah melewati masa kritisnya, namun Aleaa kehilangan seluruh ingatannya.

Benturan yang terjadi di kepala Aleea menyebabkan kerusakan parah pada bagian otaknya yang membuat Aleea kehilangan ingatannya atau biasa disebut amnesia.

Karena kerusakannya cukup parah, Aleea didiagnosa mengalami Post Traumatik yaitu salah satu jenis amnesia yang membuat penderitanya kehilangan ingatannya secara permanen.

Sepeninggalan dokter, Nathan membawa langkahnya masuk ke ruangan Aleea. Ia duduk di samping ranjang Aleea dengan menatap wajah cantik Aleea yang tampak pucat.

"Dia cukup cantik, apa dia perempuan yang sesuai dengan standar mama?" ucap Nathan sekaligus bertanya dengan menatap Aleea yang terpejam di hadapannya.

Nathan tersenyum tipis lalu mengambil kartu identitas Aleea yang masih ia simpan, memotretnya lalu mengirimnya pada temannya.

Nathan kemudian menghubungi temannya, Evan.

"Apa kau sudah menerima pesan yang aku kirim?" tanya Nathan setelah Evan menerima panggilannya.

"Sudah, siapa dia?" balas Evan.

"Calon istriku, cepat cari tau semua hal tentangnya dan segera berikan laporannya padaku," ucap Nathan.

"Calon istri? apa aku tidak salah dengar?" tanya Evan terkejut.

"Periksakan telingamu ke dokter THT agar aku tidak perlu mengulangi ucapanku," balas Nathan.

"Tidak perlu, aku yakin telingaku baik-baik saja, tapi bagaimana dengan Vina? bukankah dia perempuan yang kau sukai?" ucap Evan sekaligus bertanya.

"Aku tidak pernah menyukainya lebih dari partner kerja, dia sendiri yang berharap lebih padaku dan bukankah kau tau jika orang tuaku memiliki standar tentang siapa yang akan menjadi calon istriku!" balas Nathan.

"Tapi siapa perempuan yang bernama Aleea ini? jika dia calon istrimu kenapa kau memintaku untuk mencari tahu tentangnya?" tanya Evan tak mengerti.

"Kerjakan saja apa yang aku minta, jangan banyak bertanya," balas Nathan lalu mengakhiri panggilannya begitu saja.

Nathan kemudian menyimpan kembali ponselnya dan membawa pandangannya menatap Aleea.

"Aleea, kau akan menjadi calon istriku, akan aku buat kau sesuai dengan standar mama dan papa agar aku tidak perlu bersusah payah mencari perempuan untuk aku jadikan istri" ucap Nathan dengan tersenyum tipis.

Nathan kemudian beranjak dari duduknya lalu berjalan keluar dari ruangan Aleea dengan penuh senyum.

Siapapun Aleea yang sebenarnya, Nathan akan mengubur jauh-jauh masa lalu Aleea dan menjadikan Aleea bonekanya.

Penyebab Kecelakaan

*Flashback 3 hari sebelum Aleea kecelakaan.*

Aleea Zanitha, gadis cantik yang bekerja di sebuah kafe itu memutuskan untuk mengambil libur setelah ia mengumpulkan cukup uang dari gajinya setiap bulan.

Sudah lebih dari satu bulan Aleea kehilangan kontak dengan tunangannya yang sedang menjalankan pendidikannya di luar negeri.

Karena merasa khawatir, Aleea memutuskan menggunakan uang tabungannya untuk pergi ke Paris, mencari tunangannya yang tiba-tiba menghilang.

Setelah mempersiapkan semuanya, Aleea pergi bandara seorang diri dan tak berselang lama pesawat membawanya pergi ke Paris.

Setelah lebih dari 16 jam, Aleea sampai di kota yang terkenal dengan menara Eiffel-nya itu.

Namun Aleea tidak menyempatkan waktunya untuk menikmati keindahan kota Paris karena ia harus segera mencari keberadaan tunangannya, Bryan.

Berbekal alamat tempat tinggal yang Bryan berikan pada Aleea, Aleea mencari Bryan ke tempat tinggalnya, namun tidak menemukan Bryan disana.

Meskipun Aleea tidak melanjutkan kuliahnya, Aleea sudah fasih berbahasa Inggris sejak ia duduk di bangku SMA.

Hanya karena keterbatasan biaya, Aleea tidak bisa melanjutkan kuliahnya setelah kedua orang tuanya meninggal.

Hal itulah yang membuat Aleea memilih untuk merelakan impiannya untuk bisa kuliah dan memutuskan untuk bekerja di kafe.

Setelah menemui jalan buntu di tempat tinggal Bryan, Aleea kemudian pergi ke kampus Bryan, berjam-jam ia berusaha mencari keberadaan Bryan hingga akhirnya ia bertemu dengan salah seorang mahasiswa di kampus itu yang mengenal Bryan.

Seseorang itu kemudian mengantarkan Aleea ke sebuah klub dan disanalah Aleea bertemu dengan Bryan.

Namun bukannya bahagia karena sudah bertemu dengan tunangannya, Aleea justru diam membeku saat ia melihat apa yang Bryan lakukan dengan gadis cantik yang duduk di pangkuannya.

Tanpa menunggu lama Aleea segera menghampiri Bryan dan melayangkan tamparan kerasnya pada Bryan.

Bryan yang begitu terkejutpun hanya bisa diam untuk beberapa saat.

"Jadi ini yang kau lakukan di belakangku selama ini?" tanya Aleea dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.

Bryan kemudian beranjak dari duduknya lalu menarik tangan Aleea dan membawanya keluar dari klub.

"Apa kau gila? apa yang kau lakukan disini Aleea?" tanya Bryan pada Aleea.

"Kau yang gila Bryan, kita sudah bertunangan dan kau disini melakukan hal itu dengan perempuan lain!" balas Aleea.

"Bertunangan? aku pikir hubungan kita sudah berakhir setelah kau memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahmu!"

"Kenapa kau berpikir seperti itu? bukankah kau tau apa alasanku berhenti kuliah?"

"Aku tau, tapi kau juga harus tau jika orang tuaku tidak akan menerima gadis tidak berpendidikan sepertimu Aleea!" balas Bryan.

Aleea terdiam mendengar ucapan Bryan yang begitu menyakiti hatinya. Ia tidak menyangka jik laki-laki yang dulu sangat menyayanginya kini mengatakan hal yang begitu menyakiti hatinya.

"Kenapa kau sangat jahat padaku Bryan? kesalahan apa yang sudah aku lakukan yang membuatmu tega bersikap seperti ini padaku?" tanya Aleea dengan air mata yang sudah menetes membasahi kedua pipinya.

"Jangan menangis disini Aleea, tidak akan ada yang peduli padamu disini!" ucap Bryan.

"Tolong jangan seperti ini Bryan, kita perbaiki hubungan kita seperti dulu, aku....."

"Hubungan kita sudah berakhir Aleea, lepaskan cincin itu dan buang saja!" ucap Bryan memotong ucapan Aleea.

"Tidak, aku tidak akan melepasnya!" balas Aleea sambil menggenggam tangannya, melindungi cincin yang ada di jari manisnya.

"Lepaskan Aleea, kau hanya akan merasa tersakiti jika kau menyimpan cincin ini!" ucap Bryan sambil berusaha melepaskan cincin yang ada di jari manis Aleea.

Setelah mendapatkan cincin itu, tanpa ragu Bryan segera melemparnya ke arah jalan raya.

"Bryan!" teriak Aleea terkejut.

"Hubungan kita benar-benar berakhir sekarang, jadi jangan pernah menemuiku lagi!" ucap Bryan lalu pergi begitu saja.

Sedangkan Aleea segera berlari ke arah jalan raya, berusaha untuk menyelamatkan cincin yang sudah Bryan buang.

Karena terlalu fokus pada cincin itu, Aleea tidak memperhatikan lampu lalu lintas dan akhirnya membuatnya tertabrak oleh sebuah mobil.

Di sisi lain, gadis yang bersama Bryan seketika menghentikan langkahnya saat ia akan mengejar Aleea.

Gadis cantik dengan rambut pirang itu berniat untuk menjelaskan hubungannya dengan Bryan pada Aleea, namun saat melihat Aleea yang tertabrak mobil, gadis pirang itupun mengurungkan niatnya dan memilih pergi karena tidak ingin terlibat dalam masalah kecelakaan itu.

*Flashback off*

Di hotel, Nathan memeriksa email yang masuk ke ponselnya. Email itu berisi laporan Evan tentang latar belakang Aleea.

Setelah membaca keseluruhan laporan yang Evan berikan padanya, Nathanpun tersenyum senang karena ia berpikir jika Aleea adalah gadis yang sesuai dengan apa yang dia inginkan.

Nathan kemudian menghubungi Evan, memberi Evan tugas tambahan yang harus Evan selesaikan.

"Apa kau gila? kenapa kau harus melakukan hal sejauh itu Nathan?" tanya Evan terkejut.

"Lakukan saja apa yang aku perintahkan padamu dan pastikan semua foto itu terlihat nyata!" ucap Nathan.

"Kau benar-benar gila!" ucap Evan.

"Aku tidak akan segila ini jika mama dan papa tidak mempersulitku, lagipula gadis itu hilang ingatan permanen, jadi dia tidak akan mungkin mengingat masa lalunya," balas Nathan

"Bagaimana jika suatu saat nanti dia mengingat semuanya? apa yang akan kau lakukan?" tanya Evan.

"Kita lihat saja nanti, jika aku sudah tidak membutuhkannya maka aku akan menceraikannya, aku akan memberikan uang yang cukup banyak sebagai kompensasi, dengan begitu dia tidak akan membuat masalah," jawab Nathan santai.

"Aku tidak menyangka kau akan segila ini hanya demi perusahaan papamu," ucap Evan dengan menghela nafasnya.

"Kau tau bagaimana aku berusaha dan berjuang selama ini Evan, jadi memang sudah seharusnya perusahaan itu menjadi milikku!" balas Nathan.

"Terserah kau saja, aku akan melakukan perintahmu, tapi tidak bisa cepat, mungkin satu atau dua hari lagi semuanya akan beres," ucap Evan.

"Baiklah, aku menunggunya," balas Nathan lalu mengakhiri panggilannya pada Evan.

Nathan kemudian keluar dari hotel dan mengendarai mobilnya ke arah rumah sakit tempat Aleea di rawat.

Sesampainya disana sudah ada dokter dan beberapa suster yang memeriksa keadaan Aleea.

Dokter menjelaskan jika Aleea baru saja sadar dan tidak bisa mengingat apapun, sama persis seperti penjelasan dokter sebelumnya.

"Jangan khawatir sayang, aku akan menjelaskan semuanya padamu," ucap Nathan dengan membelai lembut rambut Aleea.

Dokter dan para suster kemudian keluar dari ruangan Aleea, meninggalkan Aleea berdua dengan Nathan.

"Kau siapa? kenapa kau memanggilku 'sayang'?" tanya Aleea pada Nathan yang duduk di samping ranjangnya.

"Aku tau kau pasti sudah melupakan semuanya, kau juga tidak mengingat namamu bukan?" ucap Nathan sekaligus bertanya untuk memastikan.

"Aku..... tidak mengingat apapun, kepalaku sangat pusing dan...."

"Jangan terlalu memaksakan dirimu untuk mengingatnya, aku akan menjelaskan semuanya padamu," ucap Nathan memotong ucapan Aleea sambil menggenggam tangan Aleea.

Aleea yang tidak mengerti apapun hanya diam sambil menarik tangannya dari genggaman Nathan.

Meninggalkan Paris

Nathan masih berada di rumah sakit, ia masih duduk di samping ranjang Aleea yang saat itu hanya terdiam tanpa mengerti apa yang sudah terjadi padanya.

"Rasanya sangat menyedihkan melihatmu yang sama sekali tidak mengenaliku seperti ini," ucap Nathan pada Aleea.

"Aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri, aku tidak tahu siapa aku, aku juga tidak tau siapa kau sebenarnya dan aku juga tidak tau kenapa aku bisa berada disini," balas Aleea sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Aku adalah Nathan, kekasihmu yang sebentar lagi akan menjadi suamimu," ucap Nathan yang membuat Aleea begitu terkejut.

"Kekasih dan sebentar lagi akan menjadi suami? apa kau serius?" tanya Aleea tak percaya.

Nathan menganggukkan kepalanya lalu mengambil tas milik Aleea dan memberikannya pada Aleea.

"Ini adalah tas milikmu yang kau jatuhkan saat kau mengalami kecelakaan, di dalamnya ada identitasmu, mungkin kau bisa mengingat sedikit tentang dirimu setelah kau melihat kartu identitasmu," ucap Nathan.

Aleea kemudian membuka tas itu lalu mengambil dompet dan mengambil sebuah kartu identitas di dalamnya.

"Aleea Zanitha," ucap Aleea membaca nama yang ada pada kartu identitas yang ia pegang.

"Apa ini namaku?" tanya Aleea yang dibalas anggukan kepala dan senyum oleh Nathan.

"Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya, aku bahkan tidak ingat jika aku memiliki tas ini dan semua barang-barang yang ada di dalamnya," ucap Aleea.

"Kau tidam perlu berusaha untuk mengingatnya, ada aku disini yang akan memberitahu semuanya padamu," balas Nathan.

"Kau bilang aku mengalami kecelakaan, kenapa bisa? apa yang sudah terjadi padaku?" tanya Aleea.

"Sebenarnya kedatangan kita kesini adalah untuk berlibur sebelum kita menikah, tetapi karena kecerobohanku aku tidak bisa menjagamu dengan baik sehingga kau mengalami kecelakaan saat di jalan raya, maafkan aku," jelas Natan dengan menundukkan kepalanya agar terlihat bersedih di hadapan Aleea.

Untuk beberapa saat Aleea hanya terdiam, sama sekali tidak ada memori apapun yang terlintas di kepalanya, entah itu tentang dirinya sendiri, tentang laki-laki di hadapannya atau tentang kecelakaan yang baru saja Nathan ceritakan padanya.

"Maafkan aku, aku sama sekali tidak mengingat apapun, bahkan tentang hubungan kita," ucap Aleea.

"Tidak perlu meminta maaf Aleea, ini memang karena kesalahanku yang tidak bisa menjagamu dengan baik, jika saja aku bisa menjagamu kau tidak akan mungkin mengalami kecelakaan dan hilang ingatan seperti ini," balas Nathan.

"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, ini bukan kesalahanmu, aku tau tidak ada dari kita yang menginginkan kejadian ini terjadi," ucap Aleea yang dengan ragu menggenggam tangan Nathan yang ada di dekatnya.

Nathan tersenyum lalu membalas genggaman tangan Aleea kemudian membelai dengan lembut rambut Aleea.

"Kau harus cepat pulih agar kita bisa kembali pulang lalu melangsungkan pernikahan kita sesuai dengan tanggal yang sudah kita tetapkan," ucap Nathan dengan penuh senyum.

Aleea hanya tersenyum canggung, ia tidak menyangka jika ia akan segera menikah dengan laki-laki yang bahkan tidak ia kenal sama sekali.

"Nathan, bisakah kau menunjukkan padaku foto-foto kita berdua? aku ingin melihatnya, mungkin aku bisa mengingat sedikit kebersamaan kita setelah aku melihatnya," ucap Aleea pada Nathan.

"Aku akan menunjukkannya padamu beberapa hari lagi karena setelah kecelakaan itu ponsel kita berdua hilang dan aku belum bisa menemukannya sampai sekarang," balas Nathan beralasan.

"Aku pasti akan segera menunjukkannya padamu setelah aku berhasil menemukan ponsel kita yang hilang," lanjut Nathan.

"Oke baiklah," balas Aleea dengan menganggukkan kepalanya pelan.

**

Hari telah berganti, Evan sudah menyelesaikan tugas yang Nathan berikan padanya. Nathanpun segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Aleea dan menunjukkan pada Aleea foto-foto kebersamaan mereka.

"Sepertinya kita sering menghabiskan waktu bersama," ucap Aleea saat ia melihat satu persatu foto yang ada pada ponsel Nathan.

"Kau benar, kita banyak menghabiskan waktu bersama di sela-sela kesibukanku bekerja, kau gadis yang sangat baik Aleea, kau selalu mengerti kesibukanku tanpa menuntut apapun padaku," ucap Nathan sambil mengusap lembut rambut Aleea.

"Bagaimana dengan ponselku? apa kau menemukannya?" tanya Aleea.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menemukannya, sebenarnya aku juga tidak bisa menemukan ponselku tetapi aku bisa menemukan foto-foto ini pada akun yang ada di ponselku yang sudah hilang," jawab Nathan berbohong.

"Sepertinya aku tidak akan bisa mengingat apapun dari masa laluku," ucap Aleea dengan menghela nafasnya.

"Jangan bersedih Aleea, anggap saja ini adalah kehidupan baru bagimu," balas Nathan dengan menggenggam tangan Aleea.

Tak lama kemudian dokter masuk ke ruangan Aleea, memberitahu Aleea dan Nathan jika Aleea sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.

Tanpa menunggu lama, Nathan segera membawa Aleea keluar dari rumah sakit lalu kembali ke negaranya.

"Apa kau akan mengantarku ke rumahku sekarang?" tanya Aleea pada Nathan saat mereka baru saja turun dari pesawat.

"Tidak, aku akan mengantarmu bertemu orang tuaku," jawab Nathan.

"Bagaimana dengan orang tuaku?" tanya Aleea.

Nathan menghentikan langkahnya lalu membawa pandangannya pada Aleea dan menggenggam kedua tangan Aleea.

"Apa kau ingin bertemu orang tuamu?" tanya Nathan yang segera dibalas anggukan oleh Aleea.

"Nathan, Aleea!"

Mendengar nama mereka dipanggil, Nathan dan Aleea kompak membawa pandangan mereka ke arah sumber suara.

"Siapa dia?" tanya Aleea pada Nathan dengan menunjuk Evan yang berlari kecil ke arah mereka.

"Dia adalah Evan, teman baik sekaligus partner kerjaku," jawab Nathan.

Evan kemudian mengantar Nathan dan Aleea meninggalkan bandara. Evan mengendarai mobilnya menuju ke tempat tujuan yang sudah ia rencanakan dengan Nathan.

"Kenapa kita pergi kesini?" tanya Aleea setelah mobil yang ia tumpangi berhenti di depan sebuah pemakaman umum.

"Kita akan bertemu dengan orang tuamu dsini," jawab Nathan lalu turun dari mobilnya bersama Aleea.

Dengan menggenggam tangan Aleea, Nathan membawa langkahnya memasuki pemakaman lalu berjongkok di antara dua gundukan tanah dengan nama laki-laki dan perempuan yang Nathan perkenalkan sebagai orang tua Aleea.

Seketika air mata Aleea luruh setelah ia mendapati kedua orang tuanya yang sudah meninggal.

Untuk beberapa saat Aleea larut dalam kesedihannya. Setelah Nathan berhasil menenangkan Aleea, merekapun kembali masuk ke dalam mobil lalu meminta Evan untuk mengantar mereka pergi ke rumah orang tua Nathan.

"Kita akan bertemu dengan orang tuaku sekarang, sebenarnya mereka belum mengenalmu jadi aku harap kau bisa memberikan kesan yang baik pada orang tuaku," ucap Natan pada Aleea.

"Bukankah kita akan segera menikah? tapi kenapa aku baru bertemu dengan orang tuamu?" tanya Aleea tak mengerti.

"Ini memang sudah menjadi kesepakatan kita Aleea, kau hanya mau menemui orang tuaku setelah kita merencanakan pernikahan kita," jawab Nathan beralasan.

"Tapi bagaimana jika orang tuamu menanyakan banyak hal padaku? aku bahkan tidak bisa mengingat diriku sendiri," tanya Aleea khawatir.

"Jangan khawatir, aku akan selalu ada disampingmu dan membantumu menjawab semua pertanyaan mama dan papa," jawab Nathan dengan menggenggam tangan Aleea.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!