NovelToon NovelToon

Arkana

Bab 1. Prolog

"Tolong! Tolooonggg!!" seorang wanita berpakaian seragam putih abu-abu tengah berlari menjauh dari kejaran tiga orang pria di belakangnya, ia tampak sangat ketakutan dan terus menoleh ke belakang untuk memastikan apakah pria-pria tersebut masih mengejarnya atau tidak.

Ia terus berteriak sekeras mungkin untuk meminta bantuan pada orang di sekitar, tetapi mereka semua hanya menatapnya dengan wajah ketakutan dan tak berniat menolongnya sama sekali. Ya mungkin saja mereka tidak berani membantu wanita itu, sebab saat ini yang mengejarnya adalah tiga orang anggota gangster ternama di kota mereka yang memang selalu berbuat ulah disana.

Akibatnya, wanita itu kini terus dikejar-kejar oleh ketiga pria tersebut. Ia tidak punya banyak pilihan selain melarikan diri, meskipun tenaganya sudah terkuras habis akibat berlari dari jarak yang sangat jauh. Sedangkan pria-pria di belakangnya itu tampak tidak kehabisan energi, mereka masih terus mengejar si wanita yang kabur dari markas mereka dan seolah tidak ingin melepasnya.

Sampai akhirnya wanita itu sudah tidak tahu harus kemana lagi, ia terjebak dalam sebuah gang buntu yang sepi dan tidak terlihat siapapun disana. Tentu saja ia semakin panik, apalagi ketiga pria itu malah mendekatinya sambil tertawa puas seolah meledeknya. Wanita itu masih berusaha menjauh dengan melangkah perlahan dan mengacungkan dua telapak tangannya.

"Jangan, jangan mendekat! Tolong kalian jangan siksa saya, saya ini tidak punya apa-apa! Saya cuma seorang siswi biasa, kalian gak akan dapetin apa-apa dari menangkap saya!" ucap wanita itu memohon sambil terus melangkah mundur.

"Hahaha, terus kamu pikir kita perduli? Kamu itu salah satu perempuan tercantik yang pernah kita temui, dan kita tidak akan melepaskan kamu begitu saja sayang!" ujar si pria.

Deg!

Jantung wanita itu berdetak semakin kencang, ia tidak bisa melangkah kemana-mana lagi karena kini punggungnya sudah menyentuh dinding. Tiga pria itu pun mempercepat langkahnya mendekati si wanita dan berhasil menangkapnya, sontak wanita itu mencoba berontak, tetapi usahanya sia-sia sebab tenaganya kalah jauh dibandingkan ketiga pria yang kini memegangi tubuhnya itu.

"Akh lepas, lepasin saya! Kalian mau ngapain? Saya gak mau!" teriak si wanita meronta-ronta.

"Sssttt kamu diam aja cantik! Kita cuma mau tubuh kamu kok, sudah lama kita gak menikmati tubuh wanita cantik seperti kamu. Kayaknya enak deh kalo kamu melayani kita sekarang ini," ujar si pria.

"Apa? Maksud kalian apa? Saya bukan perempuan seperti itu, tolong lepasin saya!" geram si wanita.

"Gak bisa! Ayo kita bawa dia ke markas!" perintah si pria, panglima gangster itu.

"Tidak, tidak! Mmpphh.." ketiga pria itu langsung membawa si gadis secara paksa sembari membekap mulutnya agar dia tidak berteriak.

Akhirnya ketiganya menggendong tubuh si wanita seperti karung beras dan kembali menuju markas, tampak mereka terus tertawa puas karena berhasil menaklukkan gadis itu. Sungguh malang nasib si gadis, niatnya ingin pulang ke rumah setelah lelah bersekolah seharian, tapi justru ia malah bertemu dengan tiga orang gangster yang ganas dan mesum.

Sesampainya di markas, mereka langsung menaruh tubuh si gadis ke atas ranjang yang sudah mereka siapkan. Tak lupa mereka mengikat kedua tangan serta kaki gadis itu dan menutupi matanya menggunakan kain hitam, lalu mereka mulai melucuti satu persatu pakaian si gadis hingga tubuhnya polos tanpa tertutupi apapun.

"Bos, kita sikat dia ramai-ramai apa gimana nih?"

"Tidak, biar gue duluan yang cobain tubuhnya. Kalau dia masih perawan, kan gue bakal jadi yang pertama. Baru abis itu kalian boleh ikut cobain."

"Sip bos!"

Tanpa basa-basi lagi, pimpinan mereka yang bernama Agam itu langsung melepas pakaiannya dan mendekati si wanita yang masih tergeletak pingsan disana. Ia pun mulai mencicipi tubuh polos si gadis yang sangat mulus dan indah, tentu saja membuat siapapun merasa ingin sekali mencicipinya juga.

Singkat cerita, seluruh anggota gangster di markas tersebut sudah mencicipi tubuh perawan si gadis yang amat seksi itu. Bahkan mereka sampai membuat si gadis jadi sangat berantakan dan melemah, tubuhnya juga sudah dipenuhi oleh cairan para gangster itu yang benar-benar bersemangat menikmati tubuh si gadis.

Setelah puas dengan tubuhnya, mereka langsung membuang si gadis begitu saja ke jalan yang kosong pada malam hari. Sontak saja si gadis pun merasa benar-benar diperlakukan sebagai seorang wanita murahan, bahkan lebih buruk sebab ia tak menerima uang sepeserpun dari mereka. Kini gadis itu hanya bisa menangis meratapi nasib sedihnya sambil memeluk dirinya sendiri.

"Hiks hiks... kehidupan ku sekarang sudah hancur, aku wanita kotor dan aku tidak pantas lagi pulang ke rumah." wanita itu terus berjalan sembari terisak di malam yang kelam nan sunyi.

9 bulan kemudian...

"Eeuungghh... eeuungghh.."

"Ayo Bu, terus kuatkan lagi ambil nafasnya yang kuat dan tahan ya Bu! Ayo Bu sedikit lagi!" sang dokter terus menuntun seorang wanita yang tengah berusaha melahirkan itu.

"Eengghh.." wanita itu mengerang kuat sembari memejamkan mata dan berpegangan kuat pada selimut yang menutupi tubuhnya.

"Ooeee ooeee.." tak berselang lama, suara tangis seorang bayi mulai terdengar dan wanita itu pun ambruk seketika setelah melahirkan bayinya.

Dokter itu pun menggendong bayi tersebut dan menunjukkannya pada si wanita, "Selamat ya Bu, bayinya perempuan dan dia sangat cantik sekali!" ucapnya sambil tersenyum.

Ya wanita yang baru saja melahirkan seorang bayi itu adalah Tiffany, perempuan yang beberapa bulan lalu dijadikan alat pemuas oleh para anggota gangster. Dan kini Tiffany telah melahirkan seorang bayi yang merupakan anak dari hasil pemerkosaan itu, tapi dia sendiri tak tahu anak siapakah yang dia lahirlah saat ini. Karena kala itu, ia diperkosa hampir lebih dari dua puluh orang.

Tiffany tampak sangat lemas setelah berhasil melahirkan putrinya, namun ia begitu senang karena putrinya dapat lahir dengan sehat dan cantik. Kini Tiffany tengah menggendong bayi mungil itu sambil terus tersenyum dan mengusapnya, sungguh ia amat menyayangi anaknya itu, meskipun ia tahu bayi itu merupakan hasil pemerkosaan yang dilakukan para anggota gangster dengan sangat keji.

"Nak, kamu cantik sekali. Mama akan menamai kamu, Kanaya Nur Elonica. Semoga hidup kamu bisa lebih bahagia daripada mama ya sayang!" ucap Tiffany sembari mengecup kening putrinya.

Cup!

Setelahnya, Tiffany memutuskan kabur dari rumah sakit itu walau dalam kondisi sakit. Ia turut membawa Kanaya dan pergi secara diam-diam tepat pada tengah malam, alasannya tentu adalah Tiffany tidak dapat membayar biaya rumah sakit yang sangat besar. Memang sejak peristiwa kelam yang menimpanya, Tiffany sudah tak memiliki keluarga lagi, sebab ia malu pulang ke rumah dan memilih tinggal seorang diri pada sebuah gubuk.

Tiffany pun berhasil melarikan diri, kini ia terus melangkah dengan menahan sakit yang amat sangat pada bagian tubuh bawahnya. Rintihan kecil semakin terdengar dari mulut wanita itu, tanpa disadari darah mengalir di bawah sana yang semakin lama makin deras. Namun, Tiffany tak mau menyerah begitu saja karena ia ingin merawat dan membesarkan putrinya itu walau sulit.

"Kamu harus bertahan ya sayang, mama akan selalu ada disisi kamu!" ucap Tiffany pada putrinya.

Cup!

Dia kembali mengecup putrinya dan terus memeluknya, namun bayi itu terus menangis seolah tahu penderitaan yang dirasakan ibunya saat ini. Tiffany pun mempercepat langkahnya agar ia bisa lebih cepat sampai di gubuk tempatnya tinggal selama ini, tapi tanpa diduga ia ternyata tidak sanggup lagi menahan kesakitan itu. Akibatnya, Tiffany terjatuh dan terduduk di pinggir jalan sembari membawa putrinya dalam gendongan.

"Awhh sakit sekali! Enggak, ini gak boleh terjadi. Aku harus tetap kuat demi Kanaya, aku yakin aku pasti bisa melewati ini semua! Nak, kamu yang sabar ya! Mama pasti akan selalu jagain kamu, tenang ya cantik!" ucap Tiffany lirih.

Tiba-tiba saja, pancaran sinar dari lampu mobil menerangi pandangannya. Tiffany reflek menutupi wajahnya dengan tangan untuk menghindari sinar tersebut, tapi kemudian seseorang turun dari mobil itu dan tampak menghampiri Tiffany disana dengan perlahan-lahan. Sontak Tiffany ketakutan, dengan sisa-sisa tenaganya ia berusaha menjauh dari pria itu sambil memegangi putrinya.

"Ja-jangan! Jangan mendekat! Sana kamu jauh-jauh, aku gak punya apa-apa! Kumohon, jangan dekati aku!" pinta Tiffany yang ketakutan.

Namun, pria itu malah berjongkok di depannya dan tampak syok ketika melihat Tiffany. Dia menatap wajah Tiffany dari jarak dekat dan perlahan menyentuhnya, wanita itu masih memejamkan mata karena ketakutan sembari melindungi putrinya agar tidak kenapa-napa.

"Tiffany, ini benar kamu sayang? Aku gak lagi mimpi kan? Akhirnya aku bisa temuin kamu, Tiffany." pria itu terlihat amat bahagia begitu mengetahui Tiffany lah yang ada di depannya.

Sontak Tiffany membuka matanya dan langsung syok ketika melihat pria tersebut, "Joshua?" lirihnya seolah tak percaya sembari tersenyum.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Bab 2. Kehidupan Kanaya

7 tahun kemudian...

Seorang gadis kecil berusia sekitar tujuh tahun tampak antusias menuruni tangga dengan begitu bersemangat, gadis itu pun menghampiri seorang pria yang tengah duduk di sofa dan memanggilnya disertai senyuman bahagia yang merekah di kedua pipinya. Lesung pipinya timbul begitu ia tersenyum ke arah si pria, tentunya menambah kesan imut dan menggemaskan di mata siapapun yang melihatnya.

"Ayah!" ya gadis itu memanggil si pria dengan sebutan 'ayah', karena memang ia mengetahui bahwa pria itu adalah ayahnya.

"Eh Kanaya, kamu udah bangun sayang?" pria itu menyimpan sejenak ponselnya di atas meja dan beralih menatap putri cantiknya.

"Iya ayah, kan hari ini hari ulang tahun aku. Ayah semalam udah janji kan mau bawa aku ke makam mama sebagai hadiah?" ucap gadis yang ternyata adalah Kanaya itu.

Pria tersebut merupakan Joshua, kekasih Tiffany yang beberapa tahun lalu menemukan wanitanya dalam kondisi lemas tak berdaya sambil membawa seorang anak di tangannya. Ya saat itu Joshua langsung membawa Tiffany beserta Kanaya menuju rumah sakit untuk diobati, tapi sayang nyawa Tiffany tidak bisa diselamatkan dan wanita itu harus kehilangan nyawanya di dalam pelukan Joshua. Tak lupa Tiffany juga menitipkan Kanaya padanya, sehingga Joshua dengan senang hati merawat Kanaya seperti anak kandungnya sendiri.

Joshua pun tersenyum menatap Kanaya sembari mengusap wajahnya, ia juga menarik tubuh Kanaya ke dekatnya dan memeluknya erat sambil terus menciumi kedua pipi sang putri yang wangi dan menggemaskan itu. Joshua memang amat menyayangi Kanaya, meskipun ia tahu bahwa Kanaya adalah anak Tiffany dari hasil pemerkosaan yang dilakukan para anggota gangster.

"Iya sayang, ayah nanti akan bawa kamu ke makam mama seperti janji ayah semalam. Tapi, sekarang kamu ikut ayah dulu ya!" ucap Joshua.

Kanaya sontak mengernyit penuh heran, "Kemana yah?" tanyanya pada sang ayah.

"Umm, ayah ada kejutan buat kamu sayang. Ayah yakin kamu pasti suka deh, kamu mau kan cantik?" jawab Joshua.

"Mau ayah, aku mau banget!" ucap Kanaya antusias.

"Ahaha, yaudah putri ayah yang cantik ini ikut sama ayah ya sekarang?" ucap Joshua yang kemudian dibalas dengan anggukan kecil oleh Kanaya.

Akhirnya Joshua menggendong Kanaya dan membawanya menuju mobil yang terparkir di luar rumahnya, Joshua menaruh tubuh putrinya itu di kursi lalu memasangkan sabuk pengaman. Tanpa menunggu lama, Joshua bergegas duduk di tempatnya dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Hore aku jalan-jalan sama ayah, hore aku mau dikasih kejutan sama ayah!" Kanaya terus mengucapkan kalimat itu sambil bertepuk tangan dan tampak bahagia.

Tapi naas, kebahagiaan gadis kecil itu tak bertahan lama. Sebab baru beberapa menit setelah pergi dari rumahnya, kini mobil mereka malah dikepung oleh rombongan gangster yang meresahkan dan suka mencari gara-gara. Terdengar para gangster itu terus meneriaki mereka sembari menggeber motornya, tentu saja hal itu membuat Kanaya ketakutan dan terus menutupi telinganya.

Ngeeengg... ngeeengg...

"Ayah, mereka siapa yah? Aku takut, aku gak mau ayah kenapa-napa karena mereka! Cepetan yah, ayo kita pergi dari sini!" teriak Kanaya dengan panik.

"I-i-iya sayang, kamu tenang aja ya! Kita gak akan kenapa-napa kok, percaya deh sama ayah!" ucap Joshua menenangkan.

"Tapi ayah, mereka itu siapa dan mau apa? Kenapa mereka kepung mobil kita kayak gitu? Ayah kenal sama mereka?" tanya Kanaya kebingungan.

Joshua menggeleng cepat, "Enggak sayang, ayah juga gak tahu siapa mereka dan mau apa mereka kepung kita. Tapi, apapun itu kita harus waspada. Kamu pegangan yang kuat ya sayang, ayah mau tambah kecepatan nih!" ucapnya.

"Iya ayah," Kanaya mengangguk menurut dan berpegangan pada kursi mobil.

Lalu, Joshua pun memacu mobilnya lebih cepat untuk bisa menghindari kejaran gangster tersebut. Tentunya Joshua tak ingin gangster itu melukai putrinya tersayang, apapun akan ia lakukan demi melindungi Kanaya. Dan juga Joshua tidak ingin kejadian yang terjadi pada Tiffany dulu, terjadi pula pada Kanaya saat ini.

Ngeeengg... ngeeengg...

Tin Tin Tin...

Suara motor disertai klakson tersebut terus beriringan dan membuat Joshua makin panik, apalagi rombongan gangster itu juga dengan sengaja menabrakkan motor mereka ke mobil Joshua seolah bermaksud meminta Joshua untuk berhenti saat itu juga. Namun, tentunya Joshua tak mau menuruti kemauan mereka dan memilih memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Ayah, Kanaya takut! Aku gak mau terus kayak gini, aku takut banget ayah!" rengek Kanaya.

"I-i-iya Kanaya, kamu sabar ya sayang! Ayah pasti akan jagain kamu kok!" ucap Joshua.

Joshua terus berusaha menghindari para gangster tersebut demi melindungi putrinya, tapi naas tiba-tiba saja remnya blong dan sulit baginya untuk mengendalikan mobil itu dengan kecepatan tinggi. Tentu saja Joshua amat panik, apalagi kondisi jalan raya saat ini cukup ramai dan tidak mungkin ia memaksa melewati semuanya.

"Duh gawat! Kenapa remnya tiba-tiba blong sih? Apa yang terjadi sebenarnya? Lalu, kenapa gangster itu berhenti mengejar kami?" gumam Joshua dalam hati.

"Ayah, mereka udah gak ada yah. Pelanin mobilnya dong, Kanaya takut!" pinta Kanaya.

"Hah? Eee i-i-iya sayang, ayah coba dulu ya?" ujar Joshua berusaha tetap tenang di tengah kepanikan nya.

Akan tetapi, tetap saja sangat sulit baginya mengendalikan semua itu. Akibatnya, Joshua nyaris saja menabrak mobil di depannya karena kecepatan yang terlalu tinggi. Joshua pun memilih membanting setir ke kanan karena di sebelah kirinya tepat ada sebuah mobil pula, tapi naas mobil yang dikendarainya itu hilang kendali dan malah menabrak bahu jalan.

"Aaaaa..." Joshua dan Kanaya reflek berteriak panik saat mobil mereka hilang kendali.

Braakk

Mobil itu akhirnya menabrak pinggiran trotoar dengan sangat keras sampai hampir rusak, mengakibatkan Kanaya serta Joshua terdorong ke depan dan membentur dashboard mobil. Saat itu juga Kanaya pingsan dengan luka di dahinya, sedangkan Joshua masih sadarkan diri meski ia baru saja mengalami luka benturan.

"Akh sshh," pria itu merintih pelan sembari menoleh ke samping untuk mengecek kondisi Kanaya, ia begitu panik saat melihat Kanaya tak sadarkan diri.

"Hah Kanaya?" dengan panik, Joshua mendekat ke arah Kanaya dan coba memastikan kondisi gadis kecilnya itu.

"Kanaya, bangun Kanaya! Kamu harus bangun dan gak boleh kenapa-napa! Ayah sudah janji sama ibu kamu untuk menjaga kamu, ayah gak mungkin biarin kamu terluka sayang!" ujar Joshua cemas.

Disaat Joshua tengah mencemaskan kondisi Kanaya, tanpa diduga terdengar sebuah klakson panjang dari arah depannya. Sontak Joshua menoleh karena heran, dan betapa paniknya ia ketika melihat truk bermuatan besar tengah melaju kencang ke arahnya. Joshua pun berusaha menggerakkan mobilnya ke pinggir, tetapi terlambat dan tidak berhasil.

Tiiiinnnn...

Braakk

Ya tabrakan keras pun terjadi, truk besar itu membuat mobil yang ditumpangi Joshua dan Kanaya terpental dan terguling hebat di sepanjang aspal. Kejadian itu membuat semua orang panik, mereka sontak keluar dari rumah masing-masing untuk melihat apa yang terjadi. Bahkan para pengendara disana juga ikut berhenti karena tak percaya dengan kecelakaan maut tersebut.

Akhirnya mobil itu berhenti dalam posisi terbalik, Joshua masih setengah sadar dengan luka yang amat parah di sekujur tubuhnya. Joshua menyempatkan diri mengusap wajah Kanaya yang juga mengalami luka berat itu, setelahnya Joshua pun menangis deras dan menyesali dirinya yang telah gagal menjaga Kanaya.

"Kanaya, maafin ayah ya sayang! Ayah gak bisa lindungi kamu, ayah sudah gagal menjaga kamu!" lirih Joshua sembari menahan rasa sakitnya.

Tak lama kemudian, Joshua yang sudah tak sanggup pun hilang kesadaran. Orang-orang di sekitar kini mulai mendekat dan coba membantu mengevakuasi mereka dengan hati-hati, apalagi setelah tahu bahwa di dalam mobil itu terdapat seorang anak kecil berusia 7 tahun yang malang.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Bab 3. Kanaya remaja

10 tahun kemudian...

Sepuluh tahun pasca kecelakaan yang menimpa mobil Joshua dan Kanaya, kini tampak gadis yang kala itu mengalami luka parah di dalam mobil tengah mengunjungi makam kedua orangtuanya. Ya tentu saja itu adalah makam dari Tiffany dan juga Joshua yang harus tewas karena kenakalan para gangster jalanan, mereka berdua telah tidak bisa lagi menjaga dan melindungi Kanaya saat ini.

Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-tujuh belas, Kanaya memang memilih mendatangi makam mereka untuk memberi doanya. Sambil menangis gadis itu terus memanjatkan doa dan memohon pada Tuhan untuk memberi kebahagiaan pada kedua orangtuanya itu, meski sulit tapi Kanaya juga akan mencoba bertahan hidup di tengah segala cobaan yang menimpanya.

Ya sejak kepergian Joshua beberapa tahun lalu, Kanaya kini tinggal dan diasuh oleh nenek serta kakeknya, yang merupakan orang tua dari Joshua tentunya. Namun, Kanaya tak pernah mendapatkan kasih sayang dari mereka. Justru malah cacian serta hinaan lah yang ia dapatkan, sebab nenek dan kakeknya itu merasa bahwa Kanaya adalah penyebab dari kematian putra mereka, yakni Joshua.

Beruntung Kanaya masih bertemu dengan orang baik di rumah itu, ya dialah Kinara alias adik dari Joshua yang bisa dibilang merupakan tantenya. Kinara adalah sosok yang baik dan selalu membela Kanaya disaat gadis itu mendapat perlakuan buruk dari kakek neneknya, Kinara juga tak segan melawan orangtuanya sendiri demi bisa membela Kanaya karena tampaknya Kinara amat menyayangi Kanaya sesuai amanat yang diminta oleh kakaknya dahulu.

Setelah selesai mendoakan kedua orangtuanya, Kanaya pun pamit dan mencium papan nisan Tiffany serta Joshua secara bergantian. Lalu, ia bangkit dan melambaikan tangan sambil tersenyum seolah menandakan perpisahan yang panjang. Barulah ia mulai melangkah ke tempat parkir yang mana disana sudah terdapat Kinara, ya Kinara memang sejak tadi menunggu Kanaya disana sampai gadis itu selesai mendoakan orangtuanya.

"Eh Kanaya, udah selesai doanya? Langsung mau ke Jakarta sekarang?" tanya Kinara saat melihat Kanaya yang berjalan keluar dari pemakaman itu.

Kanaya manggut-manggut lesu, "Iya tante, aku tadi juga udah ucapin selamat tinggal ke ibu sama ayah. Aku sebenarnya gak mau pindah keluar kota, karena aku jadi jauh sama mereka. Tapi, ini semua demi cita-cita aku," jawabnya.

"Iya itu bagus sayang, kamu harus gapai cita-cita kamu dan bikin bangga ibu sama ayah kamu di atas sana! Tante yakin, kamu pasti bisa sayang!" ucap Kinara menyemangati ponakannya.

"Makasih tante, selama ini tante selalu sayang sama aku!" ucap Kanaya sambil tersenyum.

"Sama-sama Kanaya, itu sudah jadi tugas tante karena kamu kan amanah dari kak Joshua yang harus tante jaga baik-baik," ucap Kinara.

Tanpa diduga, Kanaya maju dan memeluk erat tubuh tantenya itu. Ia membenamkan wajahnya dalam-dalam dan menikmati hangatnya pelukan itu, tentunya Kinara tak merasa risih dan malah senang saat Kanaya memeluknya seperti itu. Kinara seolah merasakan ada hadirnya Joshua di sekitar mereka, yang membuatnya makin menyayangi Kanaya.

"Aku sayang banget sama tante, aku gak akan pernah lupain jasa tante buat aku selama ini! Makasih ya tante!" ucap Kanaya.

"Iya Kanaya, tante juga sayang banget sama kamu!" balas Kinara.

Setelah puas saling memeluk satu sama lain dan memberi kasih sayang, Kanaya serta Kinara pun memilih masuk ke dalam mobil agar bisa segera pergi menuju Jakarta. Kanaya memang sudah menyiapkan semuanya, sehingga mereka tidak perlu kembali ke rumah kakek serta neneknya yang galak dan tak perduli padanya itu.

Waktu demi waktu berlalu, tibalah saatnya bagi Kanaya pergi sekolah untuk pertama kalinya di Jakarta setelah pindah dari Bandung. Kanaya pun diantar Kinara alias tantenya yang memang masih berada disana menemani Kanaya selama beberapa hari, sebab Kinara khawatir kalau Kanaya akan sulit beradaptasi jika sendirian di Jakarta tanpa ada yang menemani dirinya.

Gadis itu langsung turun dari mobil dan tampak begitu terpukau dengan megahnya sekolah yang akan ia tempati, sungguh Kanaya tak menyangka dirinya akan bisa bersekolah di tempat yang begitu megah dan indah. Kanaya pun tak henti-hentinya mengagumi keindahan bangunan tersebut, yang baru pertama kali ia lihat dan datangi.

"Wah tante, sekolahnya bagus banget! Ini sih jauh beda sama sekolah aku di Bandung, kayaknya aku bakal betah deh sekolah disini lama-lama," ucap Kanaya pada tantenya.

Kinara tersenyum lalu mendekati ponakannya itu, "Baguslah kalau kamu suka sayang, tante sengaja pilihkan sekolah ini untuk kamu karena tante rasa disini kamu akan banyak belajar dan bisa menggapai cita-cita kamu," ucapnya.

"Makasih ya tante? Tapi, apa biayanya gak mahal? Sekolahnya aja kayak begini, pasti bayaran buat bisa masuknya mahal banget kan?" ujar Kanaya.

"Udah, kamu gausah mikirin soal biaya! Yang penting kamu sekolah aja yang rajin, karena semuanya udah diurus sama tante. Pokoknya kamu harus bikin tante bangga, okay?!" ucap Kinara.

"Siap tante! Aku gak akan kecewakan tante, aku bakal belajar dengan giat!" ucap Kanaya lantang.

"Nah itu baru ponakan tante yang cantik," ucap Kinara seraya mengusap wajah Kanaya.

"Hehe, makasih tante. Kalo gitu aku masuk ke dalam dulu ya tante?" ucap Kanaya.

"Iya sayang, selamat belajar ya cantik! Tante harus pergi, nanti kamu pulangnya bisa sendiri kan? Soalnya mungkin tante gak bisa jemput kamu," ucap Kinara.

"Gapapa tante, aku udah hafal jalan ke tempat kost kok. Lagian aku juga gak mau ngerepotin tante terus," ucap Kanaya.

Kinara tersenyum dan kemudian berbalik menuju mobilnya, sedangkan Kanaya terlihat melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah tantenya seolah memberi tanda perpisahan. Barulah Kanaya melanjutkan langkahnya memasuki area sekolah dengan perlahan-lahan, tampaknya Kanaya ingin menikmati sejenak pemandangan di sekitarnya.

"Waw emang keren banget sekolah ini! Gak salah tante Kinara milih gue buat sekolah disini," gumam Kanaya lirih.

Gadis berusia tujuh belas tahun itu pun telah berada di lorong sekolahnya, ia langsung disambut dengan pemandangan para murid yang berlalu lalang disana dan cukup ramai. Ia berdiam diri selama beberapa saat sembari memandangi mereka satu persatu, Kanaya cukup senang dan tidak sabar ingin segera bisa mengenal mereka semua.

Namun, tanpa diduga secara tiba-tiba tubuhnya disenggol oleh seseorang dari arah belakang yang membuat Kanaya nyaris terjatuh jika tidak bisa menahan dirinya. Sontak Kanaya merintih sembari memegangi bahunya, ia menoleh ke samping dan menemukan sosok lelaki yang tadi menabraknya dengan tatapan jengah.

"Eh sorry sorry, gue gak sengaja! Lu gapapa kan?" ujar lelaki itu merasa bersalah.

Kanaya yang kesal pun tak semudah itu memaafkan pria tersebut, "Gapapa gapapa, lihat nih gue hampir jatuh gara-gara lu! Pundak gue sakit tau, lu kalo jalan tuh lihat-lihat dong!" ucapnya tegas.

"Iya iya, kan gue dah bilang kalo gue gak sengaja. Gue juga udah minta maaf sama lu," ucap pria itu.

"Haish, yaudah sana pergi!" ketus Kanaya.

"Eh tunggu deh, gue perasaan baru kali ini ngeliat lu disini. Lu anak baru ya?" ucap pria itu.

"Kalau iya kenapa?" ucap Kanaya dengan dingin.

Pria itu mengembangkan senyumnya, "Gapapa, kenalin nama gue Wahyu dan gue idola di sekolah ini!" ucapnya seraya mengulurkan tangan ke arah Kanaya.

Kanaya masa bodo dengan tindakan lelaki itu, menurutnya laki-laki sama sekali tidak menarik dan Kanaya akan tetap teguh pada prinsipnya yakni menjaga jarak dari para lelaki buaya. Meskipun Kanaya baru pertama kali melihat pria bernama Wahyu itu, tetapi Kanaya yakin kalau lelaki itu adalah sosok yang suka mempermainkan hati wanita.

"Gue Kanaya," singkat gadis itu memperkenalkan diri tanpa menggubris tangan Wahyu yang terus mengarah ke tubuhnya.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!