Apa ingin menjadi cantik itu salah?
"Maaaa, lihat deh, kak Mutia pake lipstik kesekolah!"
Suara khas anak kecil milik seorang bocah perempuan, memecah keheningan rumah bertingkat dua yang berada dipinggir jalan sebuah kompleks perumahan.
Tidak lama kemudian pintu-pintu dirumah berwarna biru itu membuka dan langkah-langkah kaki mulai terdengar
Diluar sana mentari akan naik pelan namun pasti cahaya nya pun menerobos masuk ke salah satu jendela rumah yang sudah dibuka lebar, dibalik jendela itu tampak seorang remaja berparas manis sedang sibuk mematut dirinya didepan cermin.
Garis merah jambu yang tadi sempat mewarnai bibirnya, sekarang menyisahkan warna merah pucat yang tidak bersemangat ia adalah Mutia gadis yang berusia 16 tahun.
"Enggak kok ma, Kansa apaan sih, orang nggak ngapa-ngapain juga" ucap Mutia saat adiknya yang super menyebalkan itu menangkap basah dirinya sedang memakai lipstik, sesegera mungkin dia langsung menghapus warna itu dari bibirnya, dia tidak ingin ada yang tau setidaknya orang dirumah ini lebih-lebih mamanya
"Bohong itu apaan merah-merah iiih, genit yaaa" ucap Kansa masih bertahan dipintu kamar sambil menatap kakanya itu dengan aneh "ihh jelek banget tau ga sih" ucap Kansa
"Apaan si Kansa pergi sana ganggu aja deh masih pagi ini" ucap mutia yang mulai kesal
"Aku bilangin mama kalo kakak pake lisptik kesekolah"
"Bilang aja ga takut"
Pliss semua teman sekolah ku sudah melakukan ini loh, mereka bahkan memakai pensil alis kesekolah jadi apa salahnya, apa menjadi cantik itu salah? bahkan Adila sama Bunga saja melakukan hal yang sama.
Dua nama tadi adalah teman dekat barunya Di SMA Amal bakti
"Bener nih loh ya, aku bilangin sama mama" ucap Kansa yang terus mengganggu kakanya
Kemudian mutia bisa mendengar dengan jelas suara langkah Kansa yang berisik menuruni anak tangga ntah apa yang ia kata kan kepada mama nya
"Ma, ma kak Mutia pake lisptik tu"
Mendengar itu Mutia pun menggerutu, "dasar Kansa kek gitu aja pake dibilangin"
"Masaa iya" ucap mama nya yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kansa
"Iya ma, kemarin juga Kakak memakai nya"
Mutia mengabaikan pembicaraan itu dan lebih memilih bersiap-siap untuk kesekolah Karena seseorang pasti sudah menunggu diluar sana
"Mana sih kata nya pake lisptik ga ada gini kok, Kansa bohong nihhh" ucap Mutia
Mutia pun memundurkan kepala nya sewaktu agy kakak laki-lakinya yang langsung mengamati wajahnya.
"Udah dihapus lah bang takut di marah mama hahahaha" ucap Kansa yang tidak mau kalah, sementara Mutia mencibir dibelakang nya
"Bener kamu pake lisptik kesekolah sejak kapan?" tanya Amira sambil menuangkan air dari dalam ceret
"Enggak kok ma, bukan lisptik cuma kaya pelembab bibir gitu" jawab Mutia berusaha terlihat meyakinkan
"Mama ga mau ya kamu pake begituan kesekolah, biasa-biasa saja seperti anak sekolah pada umumnya" seru mama nya tegas dan jelas.
Mutia pun meraih segelas air diatas meja dan meminumnya "iya ma"
"Biarin kali ma namanya juga anak kekinian"
Mendengar celetuk agy, amira menggeleng dan berkata "mau kekinian atau enggak tetap saja pelajar sekolah enggak diperbolehkan pakai begituan"
"Iya Bu guru ampun ga gitu lagi" ucap agy sengaja menyinggungn profesi mama nya yang berusia 45 tahun
"Oh iya ma, nanti Mutia pulang telat ya mungkin agak sorean soalnya mau ada praktek masak disekolah" ucap Mutia
Setelah Amira duduk dikursi dan meminum teh manisnya tidak ada yang menyadari berbicara demikian, karna suara sedikit bergetar dan bahasa tubuh nya seperti agak salah tingkah lalu Mutia mengulangi perkataan nya.
"Oh Yaudah nanti pulang nya dijemput Abang" ucap agy
Namun rupanya Mutia tidak setuju dia langsung mengatakan kalau dia akan dijemput Miko nanti, Miko adalah tetangga seberang rumah yang juga satu sekolah dengannya.
"Bilang aja mau pacaran" ucap agy bercanda
"Apaan si orang kami cuma berteman"
"Temen apa temen dari dulu bilangnya gitu friendzone ya hahaha kasian" ucap agy meledek adiknya
"Ih ga percaya banget sih, Mutia sama Miko itu cuma temen".
Pada kenyataannya Miko lebih dari sekedar teman bagi Mutia, jika tida ada sebuah persahabatan diantara mereka, hubungan itu sudah berubah sejak setahun yang lalu dan rahasia itu hanya mereka dan semesta saja yang tau.
Beberapa saat kemudian mutia pun berpamitan pada mamanya dan juga papanya yang baru keluar dari kamar.
Setelah Mutia sudah pergi dan sesudah papa nya duduk di sebelah agy, tiba-tiba Kansa berceletuk
"Ma, ma tadi malam Kansa liat bang Miko mencium pipi kak Mutia loh"
Agy mendadak terbatuk Sementara Amira dan Doni yang papa nya tersebut menatap Kansa dengan raut wajah terkejut
"Kansa kamu cepat makannya nanti kamu terlambat" ucap mama nya yang sengaja mengalihkan pembicaraan, kalau perkataan Kansa direspon maka ntah apa lagi yang akan dikatakan nya.
Kansa tidak mungkin berbohong karena usianya masih terlalu polos untuk itu.
"Anak jaman sekarang" komentar papa nya singkat Namun menjelaskan kalau dia tidak suka dengan apa yang baru saja didengar nya.
"Nanti biar mama bilangin sama Mutia" ucap mama nya sambil tersenyum tipis, didalam hati nya sambil menerka nerka beberapa banyak kebohongan yang sudah dibuat Mutia kepada mereka, lalu mereka pun melanjutkan makannya setelah itu pun kansa pergi kesekolah.
Matahari sudah terbit sepenuhnya ketika Mutia keluar dari pekarangan rumah, senyum nya selebar bulan sabit dan pipinya bersemu merah apel terlebih lagi sewaktu dia melihat seorang cowok bertubuh jangkung di seberang jalan sana berdiri disebuah motor besar berwarna merah, senyumnya pun semakin melebar dan matanya tampak begitu bersemangat.
Cowok itu adalah Miko dia adalah satu dari banyak alasan yang membuat Mutia bahagia setiap menyambut pagi setidaknya dalam beberapa Minggu ini.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Miko saat Mutia berhenti didepannya ia lalu mengacak rambut Mutia yang sengaja dibiarkan tergerai
Mutia suka setiap kali Miko mengacak rambut nya seperti ini
"Emmm kenapa?, Ga boleh?" Sahut Mutia dan semakin tersenyum lebar
Melihat senyum diwajah Mutia, Miko pun ikut tersenyum "kangen ya" ucap Miko
"Kangen ga ya" ucap Mutia berlagak mikir dan bahasa tubuhnya memberi kesan yang manja
Miko mencubit pelan hidung Mutia karna gemas sambil berkata
"Sayangggggg!"
Dipanggil seperti itu oleh Miko rasanya membuat Mutia malu juga, panggilan itu masih baru dan dia belum terbiasa, alih-alih membalas justru Mutia memalingkan wajahnya ke arah lain dan tersenyum.
"Aku tinggal ya" Miko tiba-tiba menghidupkan mesin motor nya dan melaju begitu saja dihadapan mutia
Mutia tau Miko cuma bercanda karena jaraknya kurang dari tujuh meter cowok berambut cokelat madu itu mengerem motornya sambil tertawa terbahak-bahak karena merasa lucu.
"Nyebelin banget sih kamu" ucap mutia sambil mengacak-acak rambut Miko hingga berantakan
Tidak lama kemudian motor besar itu pun melaju Pelan diiringi derai tawa Mutia dan Miko. Jarak duduk mereka sangat dekat tidak seperti dulu sehingga membuat seseorang dibalik tirai jendela mengamati keduanya dengan pandangan aneh penuh tanya serta rasa curiga, dan suara hati nya pun berkata "anakku sudah beranjak dewasa dan aku tidak percaya waktu sudah berjalan begitu cepat"
Seseorang itu adalah Mama nya mutia dan kedua sosok remaja itu menghilang dari kejauhan rasa penasaran nya juga tak hilang dari hatinya bahkan kian menjadi, Yang diri nya tau Miko dan Mutia adalah sahabat mereka sudah bersama sejak kecil dan banyak menghabiskan waktu bersama selama bertahun-tahun, mereka sering pergi bersama baik itu nonton bioskop, ke mall, bahkan traveling keluar kota.
Tetapi pagi ini ketika dia melihat kedua anak itu saling bicara dan saling menatap dia mengetahui hal yang baru dan merasa ada sesuatu diantara mereka yang Mutia tidak pernah ceritakan padanya.
Setibanya di sekolah, Miko dan Mutia langsung berjalan menuju kelas sambil bergandengan tangan, pemandangan itu sudah biasa karena mereka yang di sekolah sudah tau seberapa dekat hubungan mereka.
Couple goals begitu lah julukan yang diberikan satu sekolah untuk mereka.
Sosok Miko yang populer selalu menjadi topik hangat para siswi perempuan, karakternya cukup membuat banyak wanita di sekolah penasaran, dia sedikit bicara dan tersenyum hanya jika dia mau.
Namun tidak dengan Mutia, setahun yang lalu Mutia hanyalah murid biasa, teman-teman nya juga termasuk dalam kategori yang enggak banget aneh, kuper, kudet dan semacamnya, kerjaan mereka di sekolah cuma sibuk didapur sekolah entah itu ber eksperimen menciptakan sebuah masakan baru, mencoba berbagi resep atau pun debat rasa masakan.
Yaaa dulu Mutia tidak seperti sekarang kehidupan nya biasa-biasa saja tidak menarik dan hanya diseputar situ-situ saja tidak seperti Miko, lantas kapan dia berubah? Ya tepatnya enam bulan lalu saat Miko mengajak nya ke pesta ulang tahun Adila, teman cewe nya yang juga populer disekolah, tidak sulit bagi Mutia berinteraksi dengan teman-temannya Miko karena Mutia termasuk orang yang mudah nyambung saat di ajak ngobrol yang terpenting sih dia menarik dan cantik sehingga membuat Adila tertarik untuk menjadikan nya teman.
"Lo mau gabung sama kita gak? Tanya Adila waktu itu yang kemudian membuat Mutia terkejut bukan maen.
Gimna ga kaget tiba-tiba mutia diajak menjadi bagian satu-satunya kelompok populer disekolah dan menjadi kesempatan Mutia, maksudnya Mutia punya lebih banyak teman punya pergaulan diluar sekolah dan yang pasti Mutia bisa dikenal oleh semua orang di SMA Amal bakti sebagai anggota baru kelompok itu.
Oleh sebab itu tanpa berpikir panjang Mutia langsung menjawab iyaa dan tanpa disadari dia mulai jarang berkumpul dengan para sahabatnya dan dia mulai gemar mempercantik diri, dan sibuk dengan semua media sosial miliknya yang dulu sering terabaikan, teman-temannya bertambah dan satu persatu anak laki-laki disekolah mulai mendekatinya, namun sayang Miko sudah lebih dulu menjadikan nya pacar.
Begitulah Mutia sudah berubah sehingga keempat sahabat nya sejak di SMP pelan-pelan menjauhkan diri dari Mutia yang baru.
"Putri!" Panggil Mutia pada seseorang cewe berambut ikal yang berjalan pandangannya terlihat enggan dan juga merasa tidak nyaman
"Lo kenapa sih, setiap gua panggil ga pernah mau nyahut?" tanya Mutia malas berbasa-basi
Putri melihat Mutia dari ujung sepatu sampai ujung rambut dengan tatapan menilai kemudian mendengus "ada apa?"
"Kalian lagi marah sama gue? enggak elo, engk Lista, Fanny, cia setiap gua samperin bilangnya begitu" ucap Mutia sambil menyebut nama-nama sahabat nya dengan agak sedikit jengkel
"Gini ya mutia, kamu udah ga kaya dulu lagi kita udah ga cocok lagian gini ya kamu kan udah punya teman baru tuh yang anak gaul abiss, jadi kenapa sih masih dekatin kami" Ucap putri yang tidak juga mau basa-basi
"Kok Lo Ngomong nya gitu sih put, kan gue udah minta maaf soal itu"
"Ya terus mau kamu itu apa"
Mutia meringis heran harusnya yang bertanya seperti itu kan dia, soalnya Mutia sudah minta maaf karena jarang bisa berkumpul seperti dulu lagi sama mereka, tapi kenapa sikap keempat sahabat nya ini masih cuek bebek ga adil.
"Kalian marah karena gue enggk ngumpul sama kalian lagi?" ucap Mutia sambil melangkah lebih dekat berusaha bicara dari hati ke hati
Namun putri mundur sedikit seakan tidak memberikan Mutia kesempatan itu.
"Putrii!"
Suara lain membuat kedua remaja itu menoleh secara bersamaan, begitu tau siapa pemilik suara itu putri langsung tersenyum dan menghampiri tiga orang cewek yang tidak lain para sahabatnya.
"Kok Kalian lama sih?" tanya putri
"Iya tadi ke kantin sebentar" cewek yang berambut ikal menjawab, Lista Ariana begitu huruf yang tercetak di seragam sekolah nya
"Yaudah yuk" putri hendak beranjak begitu juga dengan sahabatnya tapi tiba-tiba gerakan Meraka berhenti oleh perkataan Mutia.
"Kalian norak tau gak"
"Apa dia bilang?" tanya yang bertubuh kurus
"Masa kamu ga denger sih, dia bilang kita norak" jawab putri lalu tertawa kecil
"Ya ampun masa kita dibilang norak sih"
Mutia menatap wajah-wajah polos khas anak baik-baik dihadapan mereka itu dengan kesal
"Kalian ga tau caranya bersenang-senang" ucap Mutia
"Bersenang-senang versi kamu Sama versi kami ya jelas bedalah, disini kamu datang untuk belajar enggk seperti kamu sama teman-teman populer kamu itu enggk jelas mau ngapain" ucapan putri itu membuat mimik wajah Mutia berubah masam.
"Udeh deh put, mending kita pergi aja"
"Yukk"
"Lucu ya cuma gara-gara masalah sepele aja kita jadi berantem" ucap Mutia bersuara lagi
"Gini ya Mutia ketika kita butuh kamu, kamu nya ga pernah ada jadi Yaudah deh mendingan kita gini aja bubar, selesai" ucap Lista mencoba membuat Mutia paham bahwa hubungan mereka tidak sama seperti dulu lagi
"Kalian iri sama gue" ucap Mutia
"Bahkan kamu saja lupa caranya ngomong ke kita itu bagaimana".
Mutia terdiam karna sudah terbiasa dengan gaya bahasa Adila dan Bunga, ia lupa kalau seharusnya dia ber aku,kamu dengan sahabatnya itu
"Lagian kita bukannya iri cuma kecewa saja karena kamu lebih memilih bareng mereka disaat ibu nya Fani meninggal waktu itu"
Perkataan cia Barusan menjelaskan bahwa itu lah alasan sebenarnya mengapa ada jarak yang rentang di antara mereka dan Mutia
Mutia lalu menatap Fani yang langsung membuang muka dan kemudian membalikan badan.
"Udahlah yuk pergi saja" ucap Fani yang malas terhadap Mutia
"Bentar fan" putri maju selangkah berdiri lebih dekat dihadapan mutia sebelum bicara putri kembali menatap Mutia dengan pandangan manilai.
"Sebenarnya tujuan kamu masuk ke sekolah sini apa sih Mutia, mau belajar masak apa cuma mau ikut-ikutan Miko doang, kamu tu ga punya bakat sama sekali tau gak! kamu masuk kesini cuma ngabisin waktu Sama duit orang tua kamu saja" ucap putri
Lista, Fani dan cia saling berpandangan begitu mendengar perkataan putri yang menyakitkan itu dan ketiganya tidak menyangka kalau putri akhirnya berani mengatakan hal itu.
"Apa!?" tanya Mutia sepenuhnya merasa tersinggung dadanya pun sesak seakan dipenuhi udara ketika mendengar ucapan putri tadi.
"Pergi yuk enggak penting" ucap putri berbalik arah dan mulai melangkah tapi Mutia menghentikannya lagi.
Bersambung...
"Apa!?" tanya Mutia sepenuhnya merasa tersinggung dadanya pun sesak seakan dipenuhi udara ketika mendengar ucapan putri tadi.
"Pergi yuk enggak penting" ucap putri berbalik arah dan mulai melangkah tapi Mutia menghentikannya lagi.
"Gue mau kita kompetisi masak" ucap Mutia tanpa ragu
"Apa?", sebenarnya putri mendengar perkataan Mutia dengan jelas, hanya saja dia perlu mendengarnya sekali lagi, dia ingin melihat Mutia mengatakan ajakan itu dengan sungguh-sungguh.
Mutia mengangkat dagu kemudian berujar dengan penuh keyakinan "guee mau kita batlle masak, karena masak itu ga perlu bakat." ucap Mutia tegas
"Oke, jam istirahat didapur sekolah" ucap putri tanpa pikir panjang lalu angkat kaki,
Mutia ikut beranjak dari koridor disertai jantung yang berdegup kencang, rasa takut mendadak datang menguasainya, pliss yang diajaknya lomba itu putri Adisti seseorang yang masakan nya paling memiliki banyak pujian dari para juru masak disekolah Ini.
Putri memang tidak terkenal seperti halnya Mutia dan teman-temannya, namun nama Putri juga tidak asing di telinga semua orang, masakan nya dikenal paling lezat setelah jeriko murid kelas sebelah yang juga teman sepermainan dengan Mutia.
Itu sebabnya Mutia merasa takut dan barulah sekarang Mutia menyesali apa yang dikatakan nya tadi tidak seharusnya dia menantang putri karena dia tau seperti apa kemampuan masak putri.
"Gue pasti bisa masak! ga perlu bakat semua orang bisa masak" ucap Mutia menepis semua pikiran negatifnya sekaligus memantapkan diri kalau dia juga bisa memasak
Lagian Mutia sudah satu tahun sekolah disini dan tak terhitung berapa kali dia praktik memasak didapur sekolah, ya walaupun nilainya tidak pernah sempurna tapi Mutia yakin bisa bisa memasak karena dia percaya memasak adalah bagian dari diri setiap perempuan.
"Kamu ngajakin putri kompetesi masak?" Tanya Miko yang tau-tau sudah berada didekatnya.
"Iya, dia bilang aku masuk kesini enggk punya tujuan dan cuma ikut-ikut kamu doang, dan aku ga terima" jawab Mutia
Miko menghembuskan nafas panjang seakan ada emosi yang sedang di coba tahan.
"Apa pun hasilnya jangan cengeng" ucap Miko sambil mengacak rambut Mutia dengan penuh perhatian.
"Aku tau aku pasti kalah, karena masakan putri terkenal enak" ucap Mutia tersenyum kecil sambil menatap keluar jendela yang menghadap ke halaman kelas "tapi aku bakal buktiin sama meraka kalau aku tuh juga bisa masak."
Sementara itu diruang kelas yang lain, Fani sedang berusaha membujuk putri untuk membatalkan battle antar dirinya dan Mutia nanti, maksudnya sih baik supaya nanti Mutia tidak berkecil hati, biar bagaimanapun juga mereka sebenarnya masih peduli dengan Mutia.
"Kita semua tau masakan Mutia itu ga enak" ucap Fani yang enggan mengatakan nya tapi dia tetap menambahi "kasian dia nantinya"
Lista mengangguk "iya sih, selama ini kan kita liat sendiri Mutia itu enggk pernah keliatan suka masak, kaya gak niat gitu"
Putri paham maksud sahabat-sahabatnya itu namun dia tetap bertekad untuk menerima tantangan Mutia tadi, biar Mutia tau kalau dia sudah salah memilih jurusan.
"Kita liat aja nanti gimna hasilnya semoga saja dia sadar kalau fashionnya itu bukan untuk memasak." ucap putri
Setiap detik yang Mutia lewati terasa begitu cepat, dua jam sudah berlalu dan bel tanda istirahat pun sudah terdengar, lalu Mutia mendengus dan menggunakan bahu dengan mantap sebelum akhirnya beranjak menuju dapur sekolah.
"Hei! Mutia mau kemana?, kantin yuk" ucap seorang cowok berperawakan sedang berlari kecil menghampiri Mutia
"Sorry, lain kali aja ya" ucap Mutia tak enak hati
"Oh oke" cowok itu berhenti dan melambaikan tangan singkat .
Setiba nya ditempat tujuan Mutia langsung menghampiri putri yang sepertinya sudah menunggu nya dari tadi.
"Kamu yang menentukan menu apa yang harus kita masak" ucap Putri
"Jeriko" putri menunjuk seorang cowok berkacamata yang baru saja memasuki dapur
Mutia agak terkejut, memang sih dia dan jeriko saling mengenal dan cukup dekat, tetapi itu hanya sebatas obrolan enggk penting dan apa yang dibahas biasanya tidak jauh dari topik masak-masak, jadi biarpun mereka itu dalam satu kelompok yang sama belum tentu juga jeriko akan memihak nya kecuali kalau jeriko......
"Jeriko disini sebagai juri dan dia harus menilai jujur" ucap Lista barusan langsung menghancurkan harapan mutia untuk menang
"Okee" ucap Mutia sedikit jengkel
Selagi Mutia dan putri mulai memakai perlengkapan memasak seperti tutup kepala dan celemek, diluar penonton mulai berdatangan, kabar tentang mutia yang akan melakukan battle ternyata sudah tersebar keseluruh penjuru sekolah sehingga membuat mereka beramai-ramai mendatangi dapur sekolah.
Apalagi sosok Mutia yang akhir-akhir ini menjadi populer menciptakan rasa ingin tau mereka akan kemampuan masak Mutia.
Menu yang akan dijadikan battle adalah menu sehari-hari Mutia di rumahnya, yaitu capcay seafood, Mutia memilih nya bukan tanpa alasan, mamanya suka sekali memasak makanan itu untuknya, dan Mutia juga pernah membuat nya dan semua orang dirumah bilang masakannya itu enak dan sempurna. dan alasan lainnya adalah bahannya simpel dan membuatnya gak butuh waktu lama itulah kenapa Mutia percaya diri untuk memasaknya sekarang.
Namun ada yang membuat Mutia kesal sewaktu dia bilang menu batlle mereka adalah capcay, yaitu epkpresi putri terlihat seperti orang yang sedang menahan tawa maksudnya apa coba...
"Waktunya lima belas menit dari sekarang" ucap Fani setelah Mutia dan putri berdiri didepan meja berisi alat masak dan bahannya, yang sebelumnya sudah tersedia di lemari pendingin didekat sana.
Lomba dimulai, diluar sana suasana tampak heboh banyak yang memberi dukungan pada Mutia, mereka bersorak sambil bertepuk tangan.
Meraka tidak tahu kalau saat ini Mutia sedang gemetar, marah sekaligus merasa takut apalagi begitu dilihatnya putri sedang memotong setiap sayuran, teknik memotong putri jauh lebih baik dibandingkan dirinya putri cepat dan teliti bahkan disaat seperti ini dia masih bisa-bisanya tersenyum
Perasaan jengkel Mutia semakin menjadi sewaktu melihat putri sudah mulai menumis bumbu.
Putri! Putri! Putri!
Nama Putri yang mulai mendominasi tak ayal membuat Mutia mulia merasa takut ketinggalan.
"Aku bisa masak, enggk perlu bakat semua orang bisa masak." Mutia melap keringat yang bercucuran dari dahinya sebenarnya suhu didalam ruangan tersebut cukup sejuk, mungkin hal itu dikarenakan suasana hati nya yang sedang panas mendengar orang-orang lebih banyak menyebut putri ketimbang dirinya
Dan tidak terasa dia melihat dinding didapur tersebut gerakannya melambat karna dimenit ke dua belas dia mendengar putri bersuara
"Aku udah selasai!"
Jantung mutia seakan mencelus selama beberapa saat Mutia terpaku pada tumisannya yang belum selesai.
"Ayo mutia sedikit lagi" ucap Miko yang mendadak muncul ditengah-tengah kerumunan orang yang menonton dari muka pintu tersebut
"Cieeee" sorak suara semua teman-teman Meraka terdengar, yang ditanggapi Miko dengan senyum tipis
"Udah Mutia santai aja yang dinilai kan bukan siapa yang paling cepat, tapi siapa yang masakannya yang paling enak" ucap bunga dari balik punggung Miko.
Mutia seperti mendapat suntikan semangat dengan segera dia menyiapkan masakanya.
Putri yang melihat kesungguhan dari mata Mutia mau tak mau merasa khawatir juga, bagaimana kalau Mutia bisa mengalahkan nya? siapa tau hari ini adalah hari ke beruntungan Mutia, tapi tidak mungkin juga Mutia bisa menang melawannya, dia tau betul seperti apa kemampuan Mutia.
Mutia tidak pernah memasak dengan hatinya.
"Gue udah selesai!" ucap Mutia tak lama kemudian ditaruhnya piring berisi masakannya yang sudah ditata sedemikian rupa ke meja kayu dihadapan jeriko.
Putri melihatnya sekilas lalu menyunggingkan senyum penuh arti.
"Buruan jer kasih nilai nya" ucap bunga
Jeriko mengangguk dan melihat piring putri dan Mutia, dan mulai menilai
Putri mengepalkan tangan sewaktu jeriko mencicipi capcay buatan Mutia, rasa takut tiba-tiba menyerang nya bagaimana kalau nilai Mutia sempurna?
"Satu dari sepuluh makanan ini gue kasih nilai delapan!" ucap jeriko
Reflek bahu putri terangkat naik, begitu mendengar hasil yang cukup tinggi dari masakan Mutia.
"Yeee! Mutia keren!" teriak Adila sehingga mereka yang mendengarnya memberi apresiasi yang meriah
"Aku gak yakin nilainya segitu" komentar Fani
"Hemmm, jeriko kan temannya cukup tau saja"
Jeriko menarik pelan piring milik putri lalu mencicipi capcay seafood buatannya
"Cantik" ucap jeriko
"Thanks" putri menjawab singkat, tiba-tiba dia jadi tidak percaya diri
Seharusnya dia tidak meminta jeriko untuk menjadi juri dalam batlle ini, ya jelaslah Mutia bakal menang, jeriko pasti ga biarin Mutia malu
"Hmmm oke" jeriko melipat tangan didada bergantian menatap putri dan Mutia yang memasang ekspresi tegang.
"Nilai putri adalah......"
Plisssss! Mutia merapal doa didalam hatinya
"Sepuluh!"
Putri mengepalkan tangan kanannya sambil berkata YESS dengan semangat
Sedangkan Mutia hanya terpaku ditempatnya cukup lama sehingga dia bisa mendengar suara kecewa dari teman-teman kelompok populernya.
"Yaa! masa kalah si"
"Malu maluin aja deh"
Mutia membuang nafas panjang sebelum mendengar yang lain lagi, cepat-cepat dia beranjak dari sana.
"Mutiaaa!"
Mutia berhenti berjalan begitu tau ada yang memanggilnya, dengan cepat ia menoleh dan menatap pandangan orang itu dengan kesal
Jeriko tersenyum "sorry, Lo marah sama gue?"
Mutia tidak langsung menjawab dia justru kembali melangkah dan berhenti lagi dikursi panjang didepan kelasnya
"Mutiaa?" Ucap jeriko
Lalu Mutia langsung bertanya kepada jeriko, "Gue mau Lo jujur, sebenarnya masakan gue tadi enak apa Enggak?"
Jeriko kembali menunjukkan seulas senyum, "enak, mangkanya gua kasih nilai delapan"
"Bohong! jujur sama gue, sebenernya nilai gue berapa, gue tau kalo tadi Lo sengaja kasih gua nilai delapan supaya gue gak malu."
Jeriko tetap tersenyum "menurut gue, sebaiknya Lo pindah jurusan aja ikut adila sama bunga ditata rias"
Mutia terbengong mendengar pernyataan jeriko tersebut, ternyata bukan cuma putri yang berpikiran kalau dia enggk bisa masak tenyata jeriko juga
"Sorry Mutia." ucap jeriko dan menepuk pundak Mutia dengan pelan sebelum akhirnya pergi meninggalkan Mutia yang tak lama kemudian mulai menangis.
"Mutiaaa!" ucap Adila yang tau-tau sudah berada didekat nya
"Udahhh, enggk usah sedih gitu dong! lagian kenapa sih mesti dipikirkan"
Mutia pun tersenyum terpaksa sambil mengusap ujung matanya yang basah, "Enggk kok biasa aja."
"Hehehe, gitu dong! eh entar sore jadi kan?"
Mutia mengangguk "jadi."
"Yeeeiii!" ucap Adila.
***
Sore ini ada semacam pesta kecil diruang bunga kata nya sih untuk merayakan hari jadinya dengan pacarnya setahun yang lalu, itu sebabnya bunga mengundang hampir semua kelompok populer Meraka untuk datang kerumahnya, tempatnya ada dihalaman belakang rumah bunga didekat kolam renang yang cukup besar, halaman itu sudah dihiasi sedemikian rupa dan sudah dipenuhi oleh banyak orang.
Setelah setengah jam berlalu, acara tersebut pun berakhir dan Mutia memilih duduk dipinggir kolam bersama Adila sambil bercakap-cakap, sementara itu didalam kolam sudah ada banyak orang yang berenang termasuk Miko yang mendadak jadi topik obrolan Adila.
"Miko manis ya, Mutia" ucap Adila
Mutia ikut melihat Miko yang tengah berenang lantas tersenyum, "Gak boleh naksir ya." ucap Mutia bercanda
"Hahaha ya enggak lah, emmm tapi Lo udah pernah dicium Miko belum"
Whaaat!
Mutia tidak bisa menyembunyikan rasa kaget nya, "pertanyaan macam apa itu." ucap Mutia
"Hahaha ketauan sih belum ya?ih ga asik banget sih."
"Pernah kok." jawab mutia malu
"Dimana? dipipi apa dijidat lu?" Tanya Adila penasaran
"Masa gue harus cerita sih." ucap Mutia sedikit melotot sambil tersenyum sedangkan Adila cekikian melihat nya
"Gue berani taruhan, Lo sama Miko belum pernah ciuman kan hhahah"
Asatagaaa Adila ini frontal banget sih
Mutia tau apa maksudnya, dia dan Miko memang tidak pernah melakukannya, tapi apa salahnya? lagian tidak pantes banget sih ngomongin hal begituan.
"Apasih, Lo bisa bahas yang lain kali Dil."
"Yeeee! belum pernah sih Lo, asal Lo tau ya dulu sitiara sama si Miko abis Begitu" ucap Adila dan Tiara adalah mantan pacar Miko yang juga Mutia kenal
"Abiss gimana?" tanya Mutia penasaran
Demi tuhan Adila ngomong apa sih
"Tapi ini rahasia ya Lo jangan bahas ini sama Miko."
Dengan jantung berdegup kencang Mutia menganggukkan kepalanya
"Dulu waktu Meraka pacaran meraka sering banget berduaan, bunga pernah ga sengaja ngeliat mereka lagi... ya begitulah, terus Tiara juga cerita kalau dia itu udah ngasih semuanya sama Miko.. gitu deh pokoknya."
Hati mutia seperti terbakar api cemburu rasa cemburu perlahan menguasainya, masa sih Miko begitu?
"Gosip kali, gua udah kenal Miko dari kecil dan setau gua Miko ga pernah nakal, sama gue juga dia ga pernah gitu kok."
"Tau kenapa?, Ya mungkin karena selama ini Miko tuh anggap Lo cuma temannya mungkin bukan pacar nya."
Perkataan Adila benar-benar menyentil hati mutia Walau menyakitkan entah mengapa Mutia merasa hal itu benar rasa marah, muak dan cemburu membuat wajah Mutia berubah seketika.
"Heii" ucap Miko yang tau-tau muncul dari bawah kaki Mutia yang terendam air, cowok itu memasang senyum manis yang tidak mendapatkan tanggapan baik dari Mutia
Adila yang menyadari perubahan pada raut wajah Mutia, tersenyum jahil dan mendorong tubuh mutia hingga tercebur kedalam kolam
"Hahaha gak usah dipikirin kali Mut, orang gue cuma becanda kok haha" ucap Adilla ntah itu sungguh atau tidak
Mutia mengusap wajahnya yang basah kemudian berseru kesal, "adilaaa gue gak bawa baju ganti tauuuu!"
"Hhaha sorry, udah ya gua ke sana dulu hihihi" ucap adila sambil berlari kecil ke arah bunga yang sedang mengobrol bersama empat orang temannya
Mutia tidak tau apa Perkataaan Adila tadi benar atau tidak, jadi dari pada penasaran ia pun akhirnya bertanya langsung kepada Miko
"Kamuu...sama Tiara.... pernah?"
Miko menaikan satu alisnya, "Pernah apa?"
"Ya gitu deh." ucap Mutia jadi salah tingkah
"Woii! pacaran aja lo berdua ini, pulang sana." ucap seseorang yang tidak begitu Mutia kenal tiba-tiba muncul dan mendorong Miko kearah nya, sehingga tanpa bisa dihindari ia dan Miko berada dalam jarak yang sangat dekat.
Sangat dekat sampai Miko bisa merasakan ada sesuatu yang menekan dada nya ia tau itu apa, Miko lantas mengalihkan pandangannya dari Mutia, yang juga melakukan hal yang sama.
"Naikk." perintah Miko terdengar gugup
Pliss Miko sudah beranjak dewasa dan yang tadi hampir saja membuatnya khilaf.
Lalu Mutia masuk kedalam kamar kecil yang ada dipinggir kolam sambil membawa dua potong pakaian milik bunga, sebenarnya ia tidak mau merepotkan bunga, tapi mau gimana lagi mamanya pasti bakal curiga kalau melihat pakaiannya yang basah, dan Mutia tidak mau kalau mamanya tau soal pesta ini.
Setelah mengunci pintu barulah Mutia menyadari kalau didalam bilik itu ada orang lain.
"Kalau tadi aku lagi gak pake apa-apa gimna coba?" tanya orang itu yang ternyata Miko
"Siapa suruh ga kunci pintu, aku kan ga tau kalo kamu lagi didalam!" jawab Mutia sewot
Miko terkekeh dan membuka kaus putih yang tadi ia kenakan melihat itu rasanya Mutia malu juga.
Okee sejak kecil melihat Miko Tanpa atasan itu baginya sudah biasa tetapi hari ini yang berdiri di hadapannya bukan Miko bocah ingusan yang kurus dan dekil melainkan seseorang remaja laki-laki yang tinggi, manis dan memiliki postur tubuh yang padat berisi itu sebabnya Mutia merasa malu sekaligus jantungan.
Jangan sampai ada setan diantara mereka berdua....
"Yaudah kamu duluan aja" ucap Mutia berbalik, memutar kunci dan hendak menarik handle pintu, namun tiba-tiba Miko memanggilnya
"Mutiaa!"
Panggilan itu terlalu lembut
Mutia pun membalikkan badannya menatap bola mata Miko yang entah mengapa begitu tampak sendu
Miko kembali memutar kunci dan tersenyum, ia menundukkan kepalanya sebentar melihat seragam sekolah Mutia yang basah, sesuatu dibalik kemeja itu sudah berhasil membuat Miko gelisah dan penasaran.
Miko tidak ingat kapan tepatnya Mutia menjadi gadis yang menarik, yang jelas setahun belakangan ini Miko begitu tertarik kepadanya, rambutnya, matanya senyumannya dan semuanya.
Miko sudah mencoba menahan diri untuk tidak menyentuhnya, akan tetapi hari ini ia mendapatkan kesempatan itu rasanya sudah cukup lama ia bersabar.
"Sebentar saja" ucap Miko tersenyum tulus
Mutia tidak bisa mundur lagi karena ada pintu dibelakangnya, "apa?"
Miko menyentuh bibir mungil Mutia dengan jarinya yang sedikit gemetar
"Aku sayang kamu" ucap Miko
Mutia menutup mata begitu wajah Miko kian dekat dengannya, lalu sesuatu yang hangat menyapu bibirnya dengan penuh perasaan
Mutia yang tidak sadar pun membalasnya lalu Meraka menikmatinya
Dan baru pertama kali Miko melakukan itu kepada Mutia.
Sekitar jam tujuh malam, Mutia tiba dirumahnya, Adila dan Bunga juga ikut bersamanya. Ketika pintu rumahnya dibuka dari dalam, tatapan penuh tanya langsung dilemparkan sang ibu kepadanya,hal itu tentu saja membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Kok baru pulang?" tanya mamanya
Mutia tersenyum, berusaha mengenyahkan rasa gugupnya, "iya ma tadi kerumah bunga sebentar."
"Ngapain?"
"Main doang Tante" Sahut Bunga sambil menatap ponselnya
Amira menatapnya sejenak, seperti sedang menilai, kemudian menoleh pada Mutia, "kalau mau maen itu bilang dulu sama mama, mama udah nelfon kamu tadi, tapi ga aktif-aktif, kemana hp kamu?"
"Itu mah, tadi hp Mutia habis baterei jadi ga bisa ngabarin."
Mutia langsung meminta maaf dalam hatinya, sesungguhnya beterai ponselnya masih tersisa lebih 50%.
Namun Mutia sengaja menonaktifkan hp nya agar mamanya tidak bisa menghubunginya dan memintanya untuk lekas pulang, Lantaran saat itu ia masih ingin bersama Miko dan teman-temannya. Jarang-jarang Mutia bisa berkumpul seperti tadi, boro-boro mau nongkrong diluar jam sekolah, ke minimarket aja kadang harus bareng mamanya.
Amira mengembuskan napas pendek, "kan kamu bisa pinjam hp temen-temen kamu buat ngabarin mama."
"Mutia enggk inget nomornya ma."
"Kita gak kemana-mana kok Tante, habis pulang sekolah kami dirumah saja." ucap adila meskipun tak sepenuhnya jujur
Amira melirik kedua remaja berpakaian minim di hadapannya, kemudian mata nya melirik Mutia sesaat.
Namun Mutia tau apa arti pandangan itu dan ia langsung menarik kedua temannya itu berjalan menuju kamarnya.
Samar-samar Amira bisa mendengar pembicaraan mereka setelah masuk kedalam kamar
"Mutia nyokap Lo over protektif banget ya sama Lo?" tanya bunga dia tidak tau jika saat itu ibunya Mutia sedang mendengarnya dari balik pintu kamar yang terbuka sedikit.
"Iya, mama emang suka begitu"
"Terus Lo ga risih gitu, nyokap gue aja ga pernah tuh nanya-nanya gue kaya tadi, kita kan udah gede mut lucu aja gitu kalo apa-apa harus dikabarin dulu."
"Ya wajarlah bunga, kan mutia itu emang anak rumahan, enggak kayak kita yang sukanya kesana kemari." ucap Adila lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur, "sesekali nya Mutia keluyuran ya jelas ditanyain lah." sambungnya
"Enggak asik hidup Lo mut, masa remaja itu ya harus dinikmati lah kapan lagi coba, kan enggk bakalan terulang kedua kalinya, emang enak apa hidup dikekang gitu, kalo nyokap gue sih bebas-bebas aja gue mau ngapain."
Mutia mengerjapkan matanya, "Dikekang dan dilindungi itu sama ga sih?"
Bunga mengangkat bahunya tak acuh, "kita kan udah gede bisa membedakan mana yang baik dan buruk, lagian heran deh masa Lo kemana mana tuh kaya gak dibolehin gitu, inget gak pas gua ngajakin Lo nonton, Lo gak ikut gara-gara gak dikasih ijin kan sama nyokap Lo."
"Iya sih, parah banget nyokap Lo masa nonton doang ga dikasih ijin." ucap Adila
Amira menarik nafas panjang menghembuskannya perlahan lalu membalikan badannya beranjak dari muka pintu, cukup sudah ia mengenali karakter ke dua remaja tersebut, ia akan memastikan pada Mutia kalau hari ini adalah hari pertama dan terakhir ia mengajak teman-temannya itu kerumah, Amira tidak suka dan ia tidak mau mutia menjadi seperti mereka.
"Itu temen-temen baru kamu?" tanya Amira selang beberapa saat setelah Adila dan Bunga pulang
Malam itu pukul sepuluh lewat dua puluh menit.
"Iyaa ma."
"Baru pulang jam segini? emang ga dicariin orang tua nya." Amira melirik jam dinding sekali lagi.
"Enggak, udah biasa sih katanya."
Amira mengangguk paham, "mama ga suka deh lihatnya, kamu kok bisa sih berteman sama mereka?"
Mutia enggak mungkin cerita secara detail, jadi dia hanya bercerita secukupnya saja menurut nya sih pertanyaan itu gak penting-penting amat, maklum saja mama nya kan emang gitu, apa-apa selalu ditanyain hal kecil saja bisa jadi besar kalau ia mau.
"Meraka baik kok ma."
"Itu pakaiannya terbuka gitu, emangnya ga dibilangin orang tua nya apa."
Tuh kan segala pakaian aja diurusin
"Itu namanya style ma, mama gimna sih kaya enggak pernah muda saja."
"Justru masa mudanya mama itu enggak ada yang kaya gitu, kamu lihat saja pahanya diumbar umbar gitu, nanti kalau ada orang jahat gimna? kalau dilecehkan gimna? baju nya juga pada gitu seksi-seksi banget teman kamu itu."
Nah ini nih yang Mutia ga suka, khotbah panjang mamanya yang gak tau berakhir kapan.
"Kan biar kelihatan cantik ma."
"Eh kamu jangan coba-coba ikutin gaya mereka ya, mama enggak suka, cantik itu ga harus berpakaiannya seksi, terus ga ada sopannya lagi, masuk rumah orang gak ngucap salam, pulangnya juga nyelonong aja."
Mutia tak berkomentar terlalu malas berdebat.
"Mama udah lama enggak lihat putri sama yang lain kamu masih berteman kan sama meraka?"
"Masih." Mutia rasa itu jawaban yang tepat untuk situasi ini
"Terus kok enggak pernah main kesini lagi mereka"
Amira ingat sekali dengan keempat teman mutia, putri, cia, Fani dan Lista. dahulu saat masih duduk dibangku SMP, setiap kerumah mereka selalu datang bersama-sama sambil membawa buku mata pelajaran dan beberapa cemilan kering yang akan mereka makan sambil berlajar dikamar mutia, lalu Amira akan mendengar mereka tertawa-tawa entah membicarakan apa.
Jadwal pertemuan Meraka biasanya hari Sabtu sore hingga menjelang malam sekitar jam delapan.
Putri Fani dan cia akan menumpang sholat ketika Waktunya tiba, sementara Lista yang beda keyakinan akan menunggu dikamar sambil merapikan beberapa barang dikamar mutia yang berantakan, kadang kala Meraka akan makan malam bersama dan bersenda gurau di meja makan.
Amira suka dengan tutur kata Meraka penuh sopan dan santun, dan cara mereka berpakaian dan cara Meraka masuk dan keluar rumah mereka semua anak baik-baik
Akan tetapi belakangan ini tepatnya beberapa bulan ini, ia tidak pernah lagi melihat ke empat anak itu datang kerumah dan entah mengapa Mutia sepertinya juga enggan membicarakannya.
"Enggak tau."
"Loh gimna sih katanya temen tapi kok gak tau kamu lagi berantem sama meraka"
Mutia mengedikkan bahu tak acuh, "Udah ah ma, Mutia lagi enggak mau bahas mereka."
"Kok gitu memangnya ada masalah apa kamu sama meraka? udah beberapa bulan ini mama enggak pernah lihat kamu main bareng Meraka lagi."
Mutia memejamkan matanya sejenak berusaha menahan gejolak dalam dadanya dia lagi kesel banget sama putri dan yang lainnya.
"Enggak apa-apa kok, Mutia kekamar ya ma mau bobo." pamitnya lantas beranjak meninggalkan mamanya yang menatapnya dengan penuh tanya.
"Lagi ngapain?" suara Miko langsung terdengar saat mutia mengangkat panggilan yang masuk keponselnya.
Rupanya Miko sudah berkali-kali mencoba menelpon, namun tidak diangkat lantaran tadi Mutia harus disidang dulu oleh mamanya.
"Ini mau bobo, kalo kamu lagi ngapain?" tanya Mutia balik
"Lagi dibalkon." jawab Miko
"Aku kan nanya lagi ngapain bukan lagi dimana."
"Biar kamu keluar, kangen."
Mutia tersenyum lantas turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju balkon kamarnya, diseberang sana tampak Miko sedang melambaikan tangan singkat kearah nya
Darah Mutia berdesir ketika tiba-tiba mengingat momen tadi sore didalam kamar kecil, dirumah adila momen Miko menciumnya.
"Kangen gak?" ucap Miko lagi
"Kangen gak ya."
"Yaudah kalo enggk."
"Kangen tau."
"Besok nonton gimana?"
"Okey, mau banget hehehe."
"Yaudah kalo gitu bobo gih, besok kita sambung lagi."
"Iya, kamu juga bobo terus jangan lupa mimpiin aku ya hihihi."
"Iya sayang."
Mutia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak lompat kegirangan saat ia dikasur.
Mutia tidak tau seperti apa persisnya, yang dirinya tau saat ini jatuh cinta itu berjuta rasanya meskipun berpacaran dengan Miko hubungan mereka terasa canggung, tapi Mutia yakin kedepannya akan menjadi biasa-biasa saja.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!