NovelToon NovelToon

Istri Pelunas Hutang

Bab 1

"Mas, ini tempat apa? kenapa kita ke sini? katanya mau ke undangan teman kamu yang nikahan, kenapa malah ke sini?" tanya Diana yang kebingungan kenapa suaminya malah membawanya ke sebuah klub malam.

Rafli, 30 tahun suami Diana, masih menggandeng tangan istrinya itu dan tak melepaskan tangan Diana.

Tapi Diana yang memang tidak pernah datang ke tempat seperti itu memutuskan untuk pergi saja dari sana. Diana, 25 tahun. Seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan Rafli selama 2 tahun berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rafli. Tapi sepertinya hal itu sangatlah sulit.

"Mas, aku mau pergi saja!" kata Diana dengan tatapan mata memelas pada sanga suami.

Tapi Rafli yang sama sekali tak menjawab sepatah kata pun pertanyaan Diana itu malah terus menggenggam tangan Diana dan berusaha untuk membawanya ke dalam klub malam tersebut.

"Mas, lepasin. Aku gak mau masuk!" kata Diana yang berusaha keras untuk memberontak.

"Mas!"

"Mas Rafli!"

Tapi pria berkemeja biru tua lengan panjang tersebut tak bergeming sama sekali. Tatapannya lurus ke depan, ke sebuah ruangan yang tertulis ruangan VIP. Dia terus berusaha menarik Diana untuk masuk ke sana.

Diana sudah hampir menangis, ketika dia melihat ke sekelilingnya dan orang-orang itu melihat apa yang di lakukan Rafli, tapi tidak ada yang perduli sama sekali pada Diana.

"Mas, kenapa kamu seperti ini. Untuk apa kita kemari?"

Diana terus bertanya tapi Rafli tetap diam sambil terus menarik Diana ke ruangan yang jaraknya sudah tak jauh lagi dari mereka.

Di depan ruangan itu terdapat dua orang pria berbadan besar.

"Katakan pada bos Andre, aku sudah datang. Membawa apa yang dia mau!" kata Rafli tanpa menoleh ke arah belakang sama sekali dimana Diana berada.

Mata Diana yang berkaca-kaca melotot, mendengar apa yang suaminya katakan barusan. Suaminya mengatakan, kalau dia sudah datang membawa apa yang pria bernama Andre itu mau. Tapi kan yang di genggamnya saat ini tangan Diana.

Diana mencoba menggelengkan kepalanya dengan cepat. Mengusir semua pikiran barusan yang singgah di kepalanya. Suaminya tidak mungkin melakukan itu, suaminya adalah pria baik. Entah apa yang membawa Rafli ke tempat ini. Tapi Diana percaya kalau Rafli pasti punya urusan, setelah urusannya selesai Rafli pasti akan membawa Diana pergi dari tempat ini dan benar-benar pergi ke undangan temannya seperti yang dia katakan saat di rumah mereka tadi.

Kedua pria berbadan besar itu saling lihat lalu membuka pintu.

"Masuklah!"

Kata salah satu dari mereka. Dan Rafli melangkah maju, tapi Diana tidak mau ikut.

"Mas, jika kamu punya urusan di dalam. Maka masuklah, tapi aku akan menunggu di luar saja!" kata Diana yang merasa sangat takut.

Entah kenapa meski dirinya sudah mendokrin pikirannya agar percaya penuh pada Rafli. Dan percaya kalau suaminya adalah orang yang baik. Hatinya tetap merasa tidak tenang. Diana pikir lebih baik dia di luar saja.

Tapi tanpa menoleh, Rafli malah menarik tangan Diana semakin kuat. Membuat Diana menabrak lengan Rafli.

"Mas!" seru Diana terkejut.

Masalahnya selama ini Rafli sama sekali tidak pernah kasar pada Diana. Selama pernikahan mereka yang sudah berjalan dua tahun, sikap Rafli pada Diana sangat sopan dan baik.

Tanpa menjawab semua tanda tanya yang ada di dalam hati Diana. Rafli tetap menarik tangan istrinya itu hingga masuk ke dalam ruangan tersebut.

Begitu mereka sudah berada di dalam, para penjaga yang berjaga di luar tadi langsung menutup pintu ruangan tersebut.

Mata Diana hanya melihat ke arah tangan Rafli yang begitu kuat menggenggam tangannya. Mata Diana sudah berkaca-kaca, jika dia berkedip maka akan jatuhlah air mata yang menggenang di pelupuk matanya itu.

"Bos, aku datang membawa istriku!"

Deg

Jantung Diana serasa lompat dari posisinya di dalam tubuh. Matanya yang tadi berusaha keras hanya berkaca-kaca kini air mata sudah menetes di pipinya.

"Mas!" lirih Diana dari belakang.

Diana tahu kalau Rafli pasti bisa mendengar suaranya itu meskipun sangat pelan.

Tangan Diana juga sudah tidak berusaha untuk di lepaskan, atau berontak seperti tadi.

Hati Diana terasa sakit, tapi meskipun begitu. Diana masih berharap kalau apa yang dia pikirkan salah. Suaminya tidak mungkin menjerumuskan dirinya. Itu tidak mungkin.

"Bagus!"

Diana menoleh ke arah suara, karena merasa sangat familiar dengan suara tersebut.

'Andre!' batin Diana yang mengenal pria di depannya itu.

Pria berjas yang tadi di panggil bos oleh Rafli, Diana tidak menyangka kalau itu adalah Andre yang sama dengan pria yang di kenalnya.

"Sekarang kamu bisa pergi, ambil semua surat hutang mu di meja kasir dan tinggalkan istrimu di sini!" kata pria tersebut.

Kali ini Rafli berusaha melepaskan tangannya dari Diana. Tapi kali ini juga, Diana yang tidak ingin melepaskan tangan Rafli.

"Mas.. tidak. Kamu tidak akan pergi meninggalkan aku kan? aku istrimu mas!" kata Diana dengan deraian air mata membasahi wajahnya.

Rafli sama sekali tidak mau memandang ke arah Diana. Rafli memalingkan pandangannya ke arah lain, dan terus berusaha untuk melepaskan tangan Diana.

Diana sampai menggunakan kedua tangannya untuk tetap menggenggam tangan Rafli.

"Mas, jangan lakukan ini. Aku mohon jangan tinggalkan aku di sini!"

Diana memohon pada suami yang sudah dia anggap pelindung dan pria paling baik di dunia itu. Tapi Rafli tetap berusaha melepaskan tangannya.

"Katakan pada istrimu, kamu menjadikan dia jaminan saat berjudi. Kamu kalah 500 juta, dan kamu menjadikan tubuh istrimu sebagai pelunasnya!"

Kata pria bernama Andre itu terdengar begitu senang mengatakan hal memalukan seperti itu.

Diana tak bisa berkata-kata lagi, dia terus menatap suaminya.

"Lihat aku mas, lihat aku dan katakan apa yang di katakan pria itu tidak benar, semua yang dia bilang tidak benar. Kamu tidak pernah berjudi kan mas, kamu tidak akan menjadikan aku pelunas hutang-hutang mu kan mas? katakan mas!" kata Diana yang tak mau di perlakukan seperti ini oleh suaminya sendiri.

Tapi Rafli malah terus berusaha melepaskan genggaman tangan Diana di tangannya.

"Mas, katakan semuanya tidak benar, kamu tidak akan pernah meninggalkan aku, aku tahu kamu sangat mencintai aku kan? kamu tidak mungkin melakukan semua itu!"

"Lepaskan aku Diana!"

Pekik Rafli yang membuat Diana menarik tangannya dari tangan Rafli sangking terkejutnya.

"Semua yang kamu dengar dari bos Andre itu benar. Aku menjadikanmu pelunas semua hutangku, aku memang berjudi di sini. Sudah satu tahun ini, tanpa sepengetahuan mu. Aku juga tidur dengan banyak wanita di tempat ini,. jadi kamu diam lah. Dan layani bos Andre dengan baik. Setidaknya balas kebaikan ku padamu dan keluargamu selama dua tahun ini!" kata Rafli yang lantas pergi dengan terburu-buru dari ruangan tersebut meninggalkan Diana yang hanya bisa mematung mencerna semua ucapan suaminya yang begitu membuatnya shock.

***

Bersambung...

Bab 2

Pria yang bernama bos Andre itu pun meminta semua yang ada di dalam ruangan tersebut untuk segera keluar.

"Kalian semua keluar, pastikan tidak ada yang mengganggu ku!" kata bos Andre memberikan perintah pada semua anak buahnya.

Semua anak buahnya lantas keluar dari ruangan itu. Dan saat itu Diana baru sadar kalau dia sedang berada dalam masalah besar. Diana segera tersadar dari shock akibat perbuatan suaminya dan lantas berbalik lalu berusaha untuk berlari ke arah pintu.

Namun belum juga sampai dia ke arah pintu, sebuah tangan sudah menarik pergelangan tangannya dan pintu itu pun tertutup.

"Buka, pintunya!" teriak Diana ketakutan.

Ini bukan hanya masalah dia akan di jadikan pelumas hutang suaminya. Ini masalah kehormatannya sebagai seorang wanita, sebagai seorang istri. Bagaimana mungkin dia yang sudah bersuami melayani pria lain. Lalu bagaimana dia akan menjelaskan ini pada orang tuanya, pada keluarganya.

Diana yang tahu kalau pintu di hadapannya itu tidak akan terbuka tanpa perintah dari pria bernama Andre itu lantas berbalik. Dengan air mata berderai, Diana meminta pada Andre untuk melepaskannya.

"Mas Andre, tolong! aku tahu kamu orang baik. Bukankah dulu kita pernah menjadi teman. Tolong lepaskan aku. Tolong minta pada anak buahmu untuk membuka pintunya. Tolong mas!" kata Diana memohon pada Andre.

Tapi pria yang masih menggenggam erat pergelangan tangan Diana itu malah menunjukkan raut wajah sedih. Namun itu hanya sekilas, tak sampai satu detik kemudian. Dia terlihat menunjukkan wajah dingin dan tegasnya lagi.

"Suamimu sudah mengambil semua nota hutangnya. Aku tidak mungkin melepaskan mu. Aku akan rugi!" kata Andre datar.

Diana berpikir, dia memang tidak punya uang sebanyak itu. Tapi dia pikir dia bisa membesar dengan menyicilnya. Diana bekerja di sebuah toko pakaian. Meski gajinya tidak banyak dan hanya bisa memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Tapi kalau menyimpan semua gajinya sebulan, dan memaksakan hidup hemat. Beberapa tahun hutangnya pasti akan lunas.

"Mas, aku akan bayar hutang suamiku. Beri aku waktu mas. Aku akan menyicilnya!" kata Diana.

Tapi mendengar apa yang dikatakan oleh Diana, Andre malah terkekeh. Tatapannya begitu meremehkan saat dia mendengar Diana akan menyicil hutang suaminya itu.

"Kamu dan suamimu hanya pekerja dengan gaji tidak lebih dari 6 juta satu bulan. Bukankah kalian masih harus menyicil angsuran rumah kalian. Sampai kapan aku menunggu jalan melunasi hutang sebanyak itu?" tanya Andre.

"Sudahlah, jangan bercanda denganku. Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan! ikut aku!" kata Andre yang lantas menarik tangan Diana.

Tapi Diana tak bergeming dari tempatnya.

"Mas, jangan lakukan ini!" kata Diana yang sama sekali tidak mau sampai melayani pria lain karena statusnya masihlah istri Rafli.

Andre lantas berbalik dan menatap dengan tajam ke arah Diana.

"Aku bahkan tahu sudah berapa lama suamimu tak menyentuh mu Diana!"

Mata Diana melebar mendengar apa yang di katakan oleh Andre. Bagaimana bisa dia sampai mengetahui hal itu.

"Sudah beberapa bulan ini, suamimu bilang dia kerja lembur bukan. Tapi apa kamu tidak pernah bertanya kenapa dia lembur, tapi gajinya tidak bertambah? suamimu itu menghabiskan uangnya dengan perempuan-perempuan yang bekerja di sini. Dia menghamburkan uangnya di tempat ini. Meniduri wanita-wanita yang bekerja di sini, mengerti?" tanya Andre.

Air mata Diana kembali lolos, rupanya itu yang terjadi. Diana juga sempat mendengarnya sendiri dari Rafli tadi sebelum pergi. Rupanya gaji suaminya habis di tempat ini, padahal dia bilang dia di rampok, lalu bulan berikutnya dia bilang temannya masuk rumah sakit dan harus operasi, dan bulan terakhir, Rafli bilang ibunya butuh uang. Maka gaji Rafli tidak pernah lagi di berikan pada Diana selama beberapa bulan ini. Ternyata suaminya menghabiskan semua uangnya di tempat ini. Dan Diana harus susah payah memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Diana terisak sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak menyangka suaminya bisa seperti ini.

"Ck... sudahlah Diana. Kenapa menangis untuk pria seperti itu. Cepat ikut aku!" kata Andre menarik tangan Diana.

Diana tak bisa menolak lagi, dia di tarik dengan sangat kuat. Diana yang sedang sangat sedih hanya bisa tergopoh-gopoh mengikuti langkah Andre yang sangat cepat dan langkahnya sangat lebar.

Hingga ke sebuah ruangan lain yang ada di dalam ruangan itu. Andre membuka pintunya dan melemparkan Diana ke atas tempat tidur yang ada di ruangan itu dan mengunci pintunya dengan cepat.

"Mas, untuk apa kamu melakukan ini? kamu kaya raya mas, kamu bisa dapatkan wanita manapun... Empptt!"

Belum selesai Diana bicara, Andre sudah membungkamnya dengan ciuman yang begitu kasar dan bernaafsu. Tangan Andre juga sudah menjalankan tugasnya dengan baik hingga gaun yang di pakai oleh Diana juga sudah terjatuh ke lantai dengan sempurna.

Air mata Diana tak berhenti mengalir, tapi Andre seolah tak perduli. Pria itu mengungkung Diana di bawah kendalinya, Andre melihat pemandangan yang memang sudah lama ingin dia lihat, sudah sejak lama. Tanpa menunggu lagi, Andre menyatukan dirinya dengan Diana dengan paksa.

Diana yang sejak tadi terus betusaha memberontak, tak bisa berbuat apa-apa lagi ketika bahkan tubuhnya tak bisa menolak penyatuan itu. Diana hanya bisa menutup matanya dan menangis. Dia sungguh malu, dia sungguh merasa sangat tidak baik, sangat menjijikkan.

Andre tersenyum menyeringai ketika merasa kalau tubuh Diana bahkan sangat menyambut dirinya. Pria itu sudah berpeluh sangat banyak, ketika dia merasakan kepuaasan yang selama ini dia dambakan.

Tubuh Andre ambruk di samping tubuh Diana, dengan nafas tersengal-sengal dia melihat ke arah Diana yang lantas merubah posisinya tubuhnya membelakangi Andre lalu meringkuk gemetaran.

"Jika kamu ingin bercerai dengan suami mu itu. Aku akan membantumu!" kata Andre.

Diana tak mengatakan apapun, dia hanya memejamkan matanya dan terus menangisi apa yang terjadi padanya. Tentang nasib malangnya, suami yang begitu dia cintai, dia anggap seperti dewa. Dia sayangi sepenuh hati, pria yang membuatnya selalu merasa aman dan tidak takut. Pria itu sudah melemparnya pada pria lain untuk memuaaskan pria itu. Sakit pada tubuh Diana saat ini benar-benar tak sebanding dengan sakit di dalam hatinya.

Andre lantas bangkit dari tempat tidur, dia meraih pakaian yang ada di dalam lemari dan meletakkan di tepi tempat tidur.

"Mandi, dan gantilah bajumu. Anak buahku akan mengantarmu pulang! aku ada urusan. Tapi kalau kamu mau menginap di sini, silahkan. Kamu bisa pulang besok!"' kata Andre lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Saat mendengar suara pintu tertutup, Diana lantas bangun. Dia memakai pakaian yang tadi dia pakai saat datang, dan tak menyentuh sama sekali pakaian dari Andre. Diana berjalan ke arah pintu dan mengetuknya perlahan.

Begitu pintu terbuka, seorang anak buah Andre mengarahkan Diana ke pintu keluar. Tapi saat anak buahnya itu membukakan pintu mobil untuk Diana. Diana tidak masuk, dan malah berjalan melewati mobil tersebut.

"Nona, aku akan mengantar mu!" kata anak buah Andre itu.

Tapi Diana tak mendengarkannya, dia terus berjalan sampai ke jalan raya. Tak perduli anak buah Andre itu berkata apa, Diana menulikan telinganya. Dia sudah tidak perduli lagi pada apa yang dikatakan orang padanya. Karena dia merasa hidupnya sudah sangat hancur. Bagaimana dia bisa menjadi wanita yang menjijikan seperti ini. Diana bahkan benci menyentuh tubuhnya sendiri.

***

Bersambung...

Bab 3

Diana masih terus berjalan di tepi jalanan yang ramai itu. Air matanya sudah kering, dia hanya terus melangkah tanpa tahu kemana arah dan tujuannya. Rasanya dia tidak ingin kembali ke rumah karena tak ingin lagi melihat suaminya yang begitu kejam padanya itu.

Sementara itu anak buah Andre yang di tugaskan untuk mengantar Diana, pergi melapor kepada Andre karena Diana sama sekali tidak mau masuk ke dalam mobil Andre. Dan di antarkan pulang.

Andre yang terkejut saat keluar dari dalam kamar mandi, namun sudah tak mendapati Diana di kamar itu juga langsung keluar.

Saat Andre keluar dari ruangannya, anak buah Andre berpapasan dengannya.

"Bos, nona itu tidak mau masuk ke dalam mobil. Dia terus berjalan ke arah jalanan ramai!" laporan anak buah Andre padanya.

"Kenapa tidak di ikuti, bodohh!" pekik Andre.

"Maaf bos!" sahut anak buah Andre itu sambil menundukkan kepalanya.

Andre lantas tergesa-gesa keluar dari klub malam sekaligus kasino miliknya itu dan bergegas mencari keberadaan Diana. Dia tahu wanita yang pernah menjadi tetangganya saat mereka masih SMA itu sedang tidak baik-baik saja.

Benar saja, Diana sudah berada di dekat jalur perlintasan kereta api saat ini. Langkahnya yang membawanya ke tempat itu. Tatapan mata yang kosong itu membuat langkahnya perlahan tapi pasti semakin mendekat ke arah perlintasan kereta api. Diana sempat terjatuh, karena sepatu hak tinggi yang di pakainya tersangkut di bebatuan di pinggir rel kereta api. Tapi Diana tidak lagi memperdulikan hal itu, dia malah melepaskan kedua sepatunya dan berjalan tanpa alas kaki.

Langkahnya bahkan sudah sampai di tengah rel. Dia terus berjalan di tengah rel yang gelap dan sangat sepi. Hingga ada sebuah cahaya yang begitu terang menyilaukan dari arah depan. Suara klakson kereta api juga terdengar berbunyi sangat nyaring.

Diana tak bergeming, langkahnya terus maju semakin membuatnya silau dengan cahaya yang semakin besar mendekat ke arahnya itu. Suara klakson terus berbunyi, masinis di dalam kereta juga melihat keberadaan Diana di depan jalur kereta yang sedang dia kemudikan. Masinis juga berusaha untuk menarik tuas rem, namun ini kereta api, bukan mobil. Menarik tuasnya tak semudah menginjak pedal rem di dalam mobil. Klakson terus di bunyikan. Masinis dan asisten nya terkuat panik karena tuas rem tak kunjung sampai di batas bawah.

"Ya Tuhan, kenapa wanita itu terus berjalan, apa dia tuli. Apa dia buta juga?" tanya asisten masinis yang sudah panik.

Jarak antara kereta dan Diana sudah semakin dekat, Diana memejamkan matanya dan menghentikan langkahnya. Penyesalan di hatinya hanyalah, karena begitu percaya pada suaminya yang ternyata adalah seorang pria yang kejam.

'Ayah, ibu maafkan Diana. Diana belum bisa membalas kebaikan ayah dan ibu. Tapi jika Diana hidup, Diana juga hanya akan membuat malu ayah dan ibu. Maafkan Diana!' lirih Diana dalam hatinya.

Rummmmmbb

Brakkk

Diana merasakan tubuhnya sangat sakit, dia pikir dirinya sudah adu banteng dengan kereta api yang melintas di depannya.

"Bodohh! apa yang kamu lakukan?"

Sebuah suara seorang pria yang terdengar sangat kesal dan marah pada Diana membuat Diana lantas membuka matanya.

Jug jes jug jes jug jes rummmmmbb

Diana melihat kereta api melaju di sampingnya. Dan dia berada di atas bebatuan keras yang membuat seluruh tubuhnya sakit. Karena seorang pria sedang berada di atasnya dengan tatapan tajam pada Diana.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya pria itu.

Diana terdiam, dia tidak mengerti kenapa dia masih selamat. Dia tidak ingin selamat. Diana lantas mencoba mendorong pria yang ada di atasnya itu. Tapi sepertinya percuma. Pria itu terus memegang kedua lengan Diana dengan erat. Seperti tak mau melepaskannya.

Dan memang benar, Andre pria yang menolong Diana di saat yang tepat sebelum kereta api dengan lokomotif yang banyak itu menabrak Diana sedang memegangnya dengan erat. Setidaknya Andre akan melakukan itu sampai semua lokomotif kereta api yang entah kenapa sangat panjang itu lewat semua, melintas semua. Agar Diana tak nekat dengan menabrakkan dirinya ke gerbong kereta.

"Lepaskan aku! apa maumu? kamu menghamburkan aku, sekarang bahkan membiarkan aku mati pun tidak mau? apa mau mu?" tanya Diana yang sangat kesal.

Kali ini dia tidak menitihkan air matanya lagi, sepertinya air matanya sudah habis di klub malam tadi. Semenjak Rafli meninggalkannya dan menjadikannya pemuaas untuk Andre.

"Apa kamu bodohh? kenapa malah mau mati?" tanya Andre geram.

"Untuk apa lagi aku hidup, aku sudah tidak muka lagi. Kalian berdua menghancurkan hidupku!" pekik Diana.

"Dasar bodohh, aku sedang membantumu. Suamimu itu bahkan akan menjualmu pada gerrmo. Apa kamu tahu? suamimu itu sudah jatuh hati pada salah seorang pekerja malam di klub malam ku, anak buahku mendengar itu. Bagus anak buah ku menunjukkan fotomu yang dia dapat dari gerrmo itu. Kalau tidak kamu sudah berakhir di ranjang para hidung belang!"

Perkataan Andre seperti menaburkan garam di hati Diana yang sudah teriris dan tersayat-sayat oleh Rafli, suaminya sendiri.

"Apa katamu?" lirih Diana tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.

"Wanita itu mungkin sekarang berada di rumahmu, sementara kamu melunasi hutang suamimu. Suamimu itu bersenang-senang dengan wanita itu. Kamu bodohh kalau malah ingin mati di sini. Harusnya kamu pulang, dan bongkar kebusukan suamimu itu!" kata Andre membuat Diana berhenti memberontak.

Setelah semua gerbong melintas dan kereta itu sudah menjauh, Andre pun bangun dan melepaskan Diana. Setidaknya tidak akan ada selama dua jam ke depan. Jadi Andre melepaskan Diana.

Diana pun bangun dan memposisikan dirinya duduk. Tubuhnya terasa sangat sakit. Kakinya juga. Dia bahkan lupa, tasnya jatuh entah dimana di jalan tadi.

"Aku antar kamu ke rumah mu kalau kamu tidak percaya!" kata Andre.

Diana yang ingin memastikan perkataan Andre pun lantas berdiri dan mengikuti Andre. Sepanjang perjalanan, Diana hanya diam. Dia sudah tak bisa memikirkan apapun lagi, dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan kalau perkataan Andre itu benar.

Beberapa lama kemudian, Diana sampai di depan rumahnya. Rumah yang begitu sederhana, hanya ada dua kamar di rumah itu, karena memang perumahan sederhana.

Tapi saat Diana akan membuka pintu rumahnya. Dia mendengar suara dari jendela kamar yang bersebelahan dengan pintu utama.

"Agkhhh mas, kamu nakal ya. Jangan main-main di situ terus, cepat masukkan saja! nanti keburu istrimu di antar pulang bos Andre!"

Deg

Jegerr

Jantung Diana seperti berhenti berdetak, dan telinganya seperti mendengar suara petir yang begitu keras membuat matanya berkunang-kunang sekilas.

Suara seorang wanita di dalam kamarnya. Di dalam kamar yang selama ini menjadi tempat paling istimewa dan privasi Diana dan Rafli, bagaimana bisa suaminya melakukan semua ini padanya.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!