NovelToon NovelToon

Bukan Cinta Biasa

Cast Pemain

Hallo kalian para penggemar Grrycia Pak Andreas.

Rindu Mona, Nasya, Rea, Arvand, dan Angga?

Atau Rindu dua biang rusuh, Tama dengan Bima?

Siap berkenalan dengan bintang Ghalapagos nex generation?

Cuss

ZEINN AGYAN GEOFATA WIJAYA

Tajir. Tampan.Tumbuh dalam kasih sayang orang tua yang saling mencintai. Pemilik kehidupan maha sempurna. Dia tampan seperti ayahnya, namun ia memiliki sisi humor yang sedikit berbeda dari sang ayah. Yah, dia tidak seangkuh Pak Andreas, melainkan sedikit terwarisi selera humor dari kedua nenek dan kakeknya.

Setelah kisah percintaan kedua orang tuanya sempat melegenda. Akankah ia juga bernasib sama dalam menemukan pasangan hidup? Menemukan cinta sejatinya?

Sudah jatuh cinta? Jika iya, lebih baik mundur. Saingan kalian berat.

👇

ADZANA FREYA MAHESWARI

Gadis cantik. Seorang broken home yang sudah terbiasa hidup dengan aturannya sendiri. Model sampul majalah remaja, pemilik popularitas tinggi, tapi kepopulerannya tak berarti apa-apa baginya.

Karena setelah kedua orang tuanya berpisah, tak ada yang berarti lagi dalam hidupnya.

Beruntung, ia memiliki seorang pacar yang siap menghiburnya, menerima semua keluh kesahnya. Tapi ..., semua berbeda ketika sang pacar, sibuk dengan dunia kerjanya. Dan Freya, tetap merasa sendiri.

ARJUN SAGARA

Pengusaha muda tampan yang berkecimpung dalam dunia bisnis. Ia mencintai, sang pacar. Tapi, tugas dari sang ayah, tentu harus ia nomor satukan.

Bagaimana sejauh ini?

Ingin berkenalan dengan para pembuat ulah?

Baiklah!

👇

MARK DEVINA ADELIA

Putri pertama pasangan Mark Angga Saputra dan Nasya Adelia, tolong jangan mengingatkannya pada kasus belasan tahun silam yang menghebohkan jagat Ghalapagos.

Jangan salah, dia masih duduk di bangku kelas dua belas, satu angkatan dengan Agyan. Untuk beberapa alasan, ia memang sempat menunda sekolahnya.

MARK VANESH ADELIA

Tebak dia siapa!

Benar! Adik dari Devina, putri kedua Angga dengan Nasya. Selisih usia dengan kakaknya hanya dua tahun. Tapi sedikitpun dia tidak memiliki kemiripan dengan Devina, eittss jangan berasumsi macam-macam! Dia bukan anak angkat!

Imut banget kan? Itu karena sang bunda yang mengidam barbie pada saat mengandungnya. Gak percaya? Udah! Percaya aja, mau ribut emang? Sama gue?

BRAGA MALLHOTRA

Cowok tampan yang super cuek, dia jago futsal. Tidak mengikuti jejak sang papah, Arvand, yang menggilai dunia basket.

Terlalu kalem. Bahkan ia jauh lebih kalem dari sang mama. Rea Kencana.

MORGAN FAHRIAN

Tebak dia siapa! Iya, dia ini putra tunggal Mona Agnesia dan Bima Fahrian. Pasangan fenomenal se-SMA Ghalapagos.

Jago basket, juga penggila motor sport.

Banyak yang mengira jika dirinya bukanlah putra dari Mona dan Bima. Karena wajah tampannya yang beda dari siapapun anggota keluarga.

Dan

-

Perkenalkan

-

Ini

BRANDON ADITYA

Kelakuan sang dady yang sedikit gesrek rupanya menular pada putra tampan mereka yang berwajah kalem. Di kelas, dia inilah pencetus pencurian bolpoin paling sadis.

Tampan dan kalem, tapi percayalah jika selera humor dia amat receh.

Dan ini adalah saudara kembarnya.

JEN CERRY ADITYA

Benar, mereka kembar pengantin saat lahir. Jika sang kakak memilih untuk mengikuti jejak sang dady menjadi dokter di masa depan. Maka, gadis imut ini lebih tertarik pada dunia modelling.

Karena memiliki kakak yang tampan dan sedikit gesrek, kadang ia menolak sang kakak menjadi kembarannya. Ia merasa popularitasnya sebagai selebgram sedikit ternodai karena tingkah sang kakak.

Tapi yang pasti ia menyayangi saudara kembarnya itu.

RAYN AFGARA ZEINN

Nah, si tampan, cucu pertama keluarga Zeinn yang sekarang menjabat sebagai general manager di perusahaan yang dikembangkan sang papah dengan omnya. Dewasa dan memiliki pemikiran yang luas mungkin adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Rayn.

Tapi nyatanya, dalam mencari pendamping hidup, ia merasa tidak semudah menyelesaikan tugas yang diberikan sang papa.

Singkat saja. Dia ini, adalah jomblo kelas senior.

GAVIN TRIPRAJA

Pemilik sirkuit mobil, putra tunggal dari Danu Praja.

**

Sekian guys. Gimana? Silahkan mengakrabkan diri dengan mereka. Berteman baiklah, oke?

Oya, ini aku taroh cast dulu. Silahkan like kasih komen, rate bintang lima dan masukin favorit. Aku akan up setelah My Eternal Enemy atau My Best Match tamat. Agar ideku gak stuck buat nanti lanjutin cerita😂

Terimakasih😍

Jangan lupa masukin favorit dan kasih komen😘

Aku akan up pada waktunya.

Prolog

"Agyan, bangun dong. Itu Papi udah nunggu tuh,"

"Gyan."

"Kamu kalau gak bangun nggak Mami masakin nanti, Gyan. Mau?" Grrycia berdiri didepan pintu kamar putranya. Begitulah Agyan jika dihari libur, dia akan sulit sekali di bangunkan. Seperti sekarang misalnya.

"Iya Mi. Iya, astaga!"

Grrycia tersenyum saat mendengar seruan dari dalam, tak lama putranya keluar dengan tampang yang masih mengantuk, rambutnya acak acakan seperti sudah tidak mendapat jatah shampo satu minggu, tapi garis ketampanan pada wajahnya. Percayalah, dia sama seperti Papi nya. Dia tampan sekali.

17 Tahun setelah acara reuni di Ghalapagos dahulu, kini Agyan tumbuh dengan cepat. Rasanya Grrycia tidak percaya jika jagoannya yang selalu membuat dirinya dengan Pak Andreas harus bergadang karena Gyan yang terus merengek. Anak itu sekarang sudah tumbuh besar, menjadi remaja tampan.

Grrycia yakin, jika Agyan menjadi incaran para wanita di Ghalapagos. Karena, saat Agyan duduk di bangku SMP-pun, banyak anak gadis yang datang ke rumahnya mendatangi Agyan dengan dalih kerja kelompok.

Yah, dia seperti Papinya. Bedanya, meski Agyan tidak terlalu humoris, tetapi setidaknya dia tidaklah seangkuh dan cuek seperti Andreas.

"Mi, Gyan nya mana ini. Nanti keburu panas."

"Iya Mas. Ini Gyannya udah bangun," Grrycia menyahut setengah berteriak pada Andreas dibawah sana.

"Tuh. Papi udah manggil. Cepetan! Cuci muka, ganti baju. Nanti Papi kamu marah loh,"

"Iya Mami, sayang. Iya," pasrahnya yang kemudian kembali ke kamar

Sementara Grrycia berjalan kelantai bawah, menyusul suaminya yang sedang menikmati secangkir coffee buatannya. Minuman hitam berkafein itu masihlah menjadi selera faforit seorang Zeinn Andreas. Dan Grrycia yang cantik itu. Tetaplah manjadi istri tercintanya.

20 Tahun berumah tangga, nyatanya mereka masihlah sama. Percayalah, ini dunia nyata, tidak ada yang di lebih lebihkan disini kecuali memang begitulah yang terjadi. Karena pernikahan mereka, didasari dengan cinta dan rasa percaya.

Mereka menjaga cintanya sampai Agyan dewasa, dan kelak, sampai mereka tua.

**

ADZANNA FREYA MAHESWARI

"Habis darimana kamu?"

Seorang gadis yang tengah berjalan pelan menuju lantai atas kamarnya lantas menghentikan langkah. Menyandarkan punggungnya pada pegangan tangga dan menatap pria yang tengah menatap penuh selidik padanya.

Disampingnya berdiri seorang wanita yang membuatnya amat tidak suka.

"Papi tanya kamu, Freya!" ucapnya lagi saat gadis yang bernama Freya itu tak menyahut.

"Tumben nanyain Frey, biasanya juga gak pernah perdulikan?" sinis Freya. Ia muak melihat semuanya, terutama melihat wanita yang berdiri disamping sang Papi.

"Jaga bicara kamu, Freya." Nada bicara pria itu tetaplah santai, tetapi penuh penekanan.

"Kamu hanya perlu menjawab pertanyaan Papi!"

"Freya habis dari rumah Sesil," jawabnya dengan pasrah.

"Sesore ini?"

"Tadi tuh Freya pulang Pih. Tau tau ada Mak lampir, yaudah mending Freya pergi lagi!" Sahutnya dengan polos dan acuh tak acuh. Membuat wanita tak asing yang sebenarnya asing itu menggeleng kebingungan dengan mulut setengah terbuka.

"Apa maksud kamu Freya?" Papi nya mulai geram.

Freya mendesah.

"Percuma Freya bilang. Papi nggak bakalan ngerti!" sahutnya yang tanpa permisi berlalu begitu saja meninggalkan sang Papi, berlari menaiki tangga ke arah kamarnya.

Freya benci situasi seperti ini, Freya muak dengan semuanya. Ia menjadi korban atas perceraian orang tuanya karena sang Papi yang kerap kali berselingkuh. Dan kali ini, selingkuhannya adalah ibu dari musuh bebuyutannya.

Freya benci dirinya sendiri.

Freya benci dengan dunianya.

Freya ingin enyah.

"Arjun... Aku butuh kamu,"

"Mi. Freya butuh Mami."

Gadis itu mendesah tanpa tau hal apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi hari esok.

**

Bagaimana jika dua orang yang berbeda cerita kehidupan itu di pertemukan? Penasaran? Pantengin terus BUKAN CINTA BIASA.

**

*

Aku tidak suka di atur!

Apalagi di paksa.

_Adzana Freya_

*Mengulang waktu, atau menghentikannya.

Aku akan tetap pada satu waktu, asalkan kita bersama-sama

_Zeinn Agyan_

**

Sebuah Kehidupan

Brak!

Meja diruangan itu di gebrak dengan keras oleh seorang wanita berseragam hitam putih, wajahnya nampak begitu kesal. Sementara gadis dihadapannya yang memakai seragam abu putih nampak biasa saja. Ia terlihat cuek dengan wajah cantiknya.

"Freya. Saya tidak habis fikir sama kamu. Memangnya kamu tidak bosan, masuk ke ruangan ini?" sahut Ibu Reni dengan berapi api. Hari ini, Freya kembali membuat ulah dengan memakai seragam sekolah yang super ketat. Tentu saja itu melanggar peraturan sekolah, dan Ibu Reni, selaku guru BP adalah yang paling kewalahan menangani sikap Freya ini. Terlebih guru yang lain sudah banyak yang menyerah.

"Freya. Apa kamu mendengar ibu?" bentak Bu Reni dengan kesal.

Freya melipat kedua tangannya di dada. Kemudian memutar bola matanya, jengah.

"Saya dengar!" sahutnya dengan pelan.

"Lalu kenapa kamu tidak mau patuh?"

"Memangnya harus? Aturan ada juga buat dilanggar kok!"

Ibu Reni hampir saja tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Seorang Freya, yang tiba-tiba saja banyak berbicara? Kerasukan setan apa, dia?

"Saya semakin tidak mengerti dengan kamu. Seharusnya kedua orang tua kamu bisa membimbing dan mengarahkan kamu, tidak hanya sibuk berbisnis saja dan mengabaikan kamu seperti ini,"

Kali ini Freya tersenyum. Menumpukan tangannya diatas meja, memasang tampang jenaka yang justru menambah aura tidak terbaca dari wajahnya.

"Ibu lupa, kalau kedua orang tua saya sudah bercerai?"

Bu Reni terdiam. Ia tidak bisa mengontrol emosinya, sehingga salah berbicara pada Freya.

"Ibu tidak berhak mencampuri urusan pribadi saya!

Bu Reni hanya terdiam.

"Saya sudah boleh keluar?" tanyanya kemudian dengan seenaknya. Ekspresi datar yang kerap kali ditunjukannya pada semua orang selalu terpampang dihadapan siapapun.

Bu Reni nampak menghela nafas, kemudian mengibaskan tangannya, tanda menyuruh Freya untuk keluar dari ruangannya. Freya berdiri, membungkukan badannya dan kemudian berlalu keluar. Bu Reni menghela nafas saat siswi cantik itu sudah tidak ada. Ia lelah menghadapi sikap anak didiknya yang satu itu.

Adzana Freya Maheswari mos wanted SMA Starlight. Cantik, pendiam, dan sering masuk ruang BK karena tingkahnya yang seenaknya. Freya memang terkenal siswi paling nakal se-SMA Starlight, sejujurnya dia adalah siswi yang cerdas, tapi dia terkenal bad girl, meski begitu, ia tetaplah menjadi pujaan hati para cowok. Selain itu, wajah cantiknya juga pernah beberapa kali menghiasi sampul majalah remaja. Bakat model yang dimilikinya menurun dari sang mami yang berkecimpung di dunia permodelan. Kepribadiannya memang cukup mengherankan, tapi begitulah seorang Adzana Freya.

Tentunya, Freya memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya bersikap seperti itu. Atau memang itu adalah dirinya, watak seorang Adzana Freya yang sesungguhnya.

Freya berdiri di pelataran parkiran, menimang ponselnya dan bingung ingin menghubungi siapa. Disini, Freya sama sekali tidak memiliki teman. Sesil, temannya bersekolah disekolahan yang berbeda dengannya. Entahlah kenapa dulu Freya malah memilih bersekolah disini dan berpisah dengan Sesil. Yang pasti, ada alasan kuat yang melatarbelakangi keputusannya

**

"KAMI BERJANJI TIDAK AKAN MENCURI BOLPOIN DI DALAM KOLONG MEJA LAGI!"

"KAMI BERJANJI TIDAK AKAN MENCURI BOLPOIN DI DALAM KOLONG MEJA LAGI!"

"Yang bener, Brandon!" Pak Harun berteriak sambil menodongkan sapu injuk pada Brandon.

"Dah bener ini, Pak. Astaga, salah mulu saya!" cowok tampan itu menggerutu dengan suara pelan, tapi masih dapat didengar oleh Pak Harun maupun dua kawannya.

"Nyaut aja kamu!"

Brandon diam setelah Morgan menyenggolnya.

"Berapa bolpoin yang sudah kamu curi?" tanya Pak Harun dengan tampang serius. Berlaga seolah dia adalah seorang polisi yang mengintrogasi tahanannya.

Ia mengerutkan alis saat Brandon tak menyahut dan malah berlaga tidak perduli.

"INI PERTANYAAN. JAWAB!"

"Yaampun serba salah amat jadi gua!" cicitnya yang mendapat sikutan dari Morgan dan Braga.

"Kenapa tuh?" tanya Vina pada Agyan yang bersandar di pilar depan kelasnya sambil menertawakan 3 anak muda yang tengah berdiri dilapangan, menjalankan hukuman dari Pak Harun karena mencuri bolpoin dikelas.

"Tau tuh. Orang kaya gak punya kerjaan." Agyan menyahut kalem. Vina hanya tertawa saja. Menertawakan musibah seorang kawan itu menyenangkan, asal jangan lupa untuk menanyakan duduk permasalahan. Jika sekiranya dapat membantu, maka bantu. Dan nampaknya, kasus Brandon tidak dapat dibantu, keculi cowok itu mau berhenti dengan aksi candunya.

"Vanesh dimana?" kemudian Agyan justru malah menanyakan Vanesh.

"Gak usah gangguin adek gue terus, Gyan. Kasian dia baper sama loe,"

Agyan tertawa. Sejak dulu, ia memang dekat dengan Vanesh. Putri kedua dari Angga dan Nasya. Selisih usia mereka hanya satu tahun. Sementara Vina sendiri, yang berusia 2 tahun lebih tua dari Agyan masih duduk dikelas yang sama dengannya. Karena pada saat akan masuk bangku SMP, ia memilih untuk tinggal di Semarang dengan nenek Wina tanpa mau melanjutkan sekolahnya. Setelah pulang dari Semarang, ia masuk bangku SMP, satu angkatan dengan Agyan, Morgan, Brandon dan Cerry.

"Nah kan loe, malah ketawa. Dasar, gak tanggung jawab!"

Sekali lagi Agyan justru malah tertawa.

"Adek loe tuh lucu, Vin. Gue suka,"

"Suka loe udah ke tahap sayang?"

Agyan diam untuk berfikir.

"Gak usah kayaknya. Kasian sama loe,"

"Apaan gue? Gak usah macem macem. Gue gak suka sama loe," sanggah Vina dengan ekspresi jijik.

"Waktu kecil loe sering nginep di rumah gue, apaan namanya kalo gak naksir sama pemilik rumah?"

"Pemilik rumah kan om Andre sama tante Grryc. Waktu kecil sama udah gede kaya gini tuh juga beda, Geofata!"

"Apanya yang gede?" cowok itu justru malah salah fokus.

Vina mengerutkan kening.

"Loe fikir apanya?"

Kening Agyan berkerut, menilik gadis itu dan tangannya menggantung ke udara. Hendak menunjuk sesuatu. Sampai Vina menginjak kaki kanan cowok tampan itu, Agyan meringis kesakitan. Dia hanya akting, kenyataannya tidak terlalu sakit.

"Awww, jahat loe ah. Gak suka gue,"

"Kagak perduli!"

"Kak Gyan kenapa?" seorang gadis dengan tampang imutnya muncul dan memperhatikan kaki Agyan.

"Kakak loe, Van." tuduhnya dengan wajah teraniaya.

"Kak Vina apain?" gadis bernama Vanesh itu bertanya pada sang kakak.

"Cuma di injek Van, gak usah khawatir. Paling jarinya copot satu,"

"Hah?"

"Bercanda yaampun. Polos banget punya adek, wajar kalau di phpin mulu."

"Ihh Kak Vina," gadis itu menggerutu. Sementara Agyan malah tertawa. Vina berlalu, memilih untuk pindah ke salah satu pilar yang dekat dengan lapangan dan menghadap ke arah orang orang yang sedang mendapat hukuman.

"Kaki kak Agyan nggak papa?"

"Enggak, tadi cuma akting aja kok."

"Dasar!"

Agyan hanya tersenyum.

"Kak Agyan udah ke kantin?"

"Belum."

"Ke kantin bareng yu,"

"Boleh!"

Keduanya berjalan ke arah kantin. Melewati Vina yang sedang meledek 3 cowok yang tengah dipanaskan di lapangan untuk menu makan siang. Haha.

"Pak, udah!p Panas banget ini,"

"Yang bilang hujan siapa Brandon?"

"Ya kagak ada sih, tapi ini. Panas Pak yaampun,"

"Bapak kamu kan dokter, kalau sakit di periksa gak perlu bayar."

"Elah, malah bawa bawa profesi. Padahal gue kan gak pengen pamer." lirihnya. Braga yang stay cool hanya diam dengan mata menyipit karena silau oleh caya matahari yang sedang panas-panasnya.

"Tiga, dua, satu." ucap Pak Harun tiba tiba saja.

"Lari, pak?" Morgan dan Brandon bertanya berbarengan.

"Memangnya kamu sedang berlomba."

"Jadi?"

"Hukuman kalian sudah selesai!"

Kedua cowok itu bersorak ria, sementara Braga biasa saja. Pak Harun hanya menggeleng sambil melenggang dari sana.

"Brand, pokoknya gue kapok loe ajak begituan ya, kagak asik ketangkep basah gini. Gue yakin ada yang laporan nih. Gile, anak fisika ember semua!" Morgan menggerutu tidak terima. Sedangkan Braga yang sesungguhnya tidak terlibat malah kena getahnya karena terus saja berada di kelas, ia menyesal. Menyesal tidak pergi saja.

"Kagak usah nyalahin anak kelas kita, emang kitanya aja yang lagi sial!"

"Termasuk temenan sama loe. Sial!"

Braga memilih berlalu meninggalkan dua cowok yang sedang berdebat tidak jelas itu.

Sementara dirinya berjalan ke arah kantin dengan Vina yang sudah menunggunya.

"Gyan mana?"

"Udah sama Vanesh duluan,"

Braga mengangguk. Terus berjalan dengan Vina ke arah kantin. Menyusul Agyan dengan Vanesh yang sudah duluan ke tempat paling diminati para siswa itu.

Bangunan Ghalapagos. Melihat bangunan yang berdiri kokoh setelah tiga tahun yang lalu kembali di renovasi itu, rasanya begitu melekat dengan kenangan antara seorang guru tampan dan murid cantiknya.

Atau persahabatan antara tujuh umat manusia. Atau banyak lagi seluruh kenangan yang tercipta.

Namun, kisah antara Pak Andreas dengan Grrycia tentu saja adalah yang paling mendominasi. Dan kini, putra tunggal mereka juga bersekolah di Ghalapagos. Mengikuti jejak orang tuanya atau tidak dalam menemukan cinta, kita tidak tau.

Karena kisah Zeinn Agyan Geofata, baru saja akan dimulai.

TBC

Dukung dengan cara like dan vote.

Terimakasih^_^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!