NovelToon NovelToon

Trap My Stepmother

BAB 1 Satu Bulan Pernikahan

Suara Alarm mengusik tidur wanita cantik yang masih lelap di atas ranjang empuk. Tidak bisakah dia bangun lebih siang, ya setidaknya menunda selama lima belas menit lagi, boleh? Jawabannya tidak.

Alana Pattinson, berusia 24 tahun, memiliki fisik indah dan jangan lupa wajah menawan, idaman setiap bujangan, duda bahkan pria beristri, pimpinan perusahaan. Otaknya juga cerdas, dia lulusan strata dua terbaik dari Oxford University. Sayang para bujangan berlimpah materi itu harus patah hati, sebab Alana mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan, karir dan keluarga.

Tapi catatan takdir berkata lain, Alana harus rela dipinang dan menjadi istri dari salah satu duda terkenal seantero Asia bahkan Eropa. Siapa lagi kalau bukan James Jansen, pemilik gurita bisnis yang memiliki akar kuat.

Bukan sembarang duda, jangan bayangkan tubuh gagah dan tonjolan otot seperti aktor Hollywood, tapi James adalah pria tua kesepian, 95% rambutnya putih, tubuhnya ringkih, untuk berpindah tempat pun mengandalkan kursi roda.

Well, Alana sangat tulus menyayangi James. Bahkan setelah menikah mereka di juluki sebagai pasangan romantis, idaman dan menjadi contoh kalangan muda. Tentu mengambil sisi baiknya, dan buang bagian buruknya.

Tepat hari ini Alana dan James satu bulan menjalani biduk rumah tangga, wanita itu mulai bisa mengatur jadwal kegiatan, tidak lagi kehabisan waktu dalam menghadapi kegiatan pada setiap harinya.

Usai menekan tombol ‘off’ pada alarm, kaki jenjang Alana turun dan melangkah masuk kamar mandi. Mengguyur diri dengan shower. Gegas dia bersiap, menggunakan pakaian kerja dan merias diri. Selanjutnya membantu James bangun, dan merawat suaminya.

“Tuan James, bangun. Hari sudah terang, aku bantu siapkan air hangat.” Tutur Alana, suaranya merdu merasuk pada gendang telinga James Jansen. Pria sepuh itu langsung membuka kelopak mata, meneguk satu gelas air putih hangat yang setiap pagi Alana siapkan.

“Terima kasih sayangku Alana.” Suara serak James, khas bangun tidur pria.

“Sama-sama. Apa Tuan merasakan sesuatu pagi ini? Kalau tidak enak badan, aku bisa panggil dokter.” Tanya Alana, tidak ingin suaminya sakit lagi.

“Aku baik-baik saja Alana. Bantu aku ke kamar mandi.” Pinta James mengulurkan tangan keriput.

Tanpa jijik atau malu, Alana membantu suaminya berdiri kemudian membuka pakaian, kecuali bagian tertentu, hanya James yang membukanya.

Alana pun keluar, menyiapkan semua kebutuhan suami, mulai dari pakaian dalam sampai outfit harian. Tidak hanya itu, semua obat ia pisahkan, mana yang sebelum makan dan setelah makan. Benar-benar istri yang baik.

Dalam kamar ini tidak ada satu orang pun yang berhak masuk kecuali kepala pelayan, itu pun hanya untuk membersihkan ruangan dari debu dan sampah. James tidak ingin sesuatu yang disembunyikan diketahui orang lain, dan hanya Alana satu-satunya yang James percaya.

Bagi Alana, James adalah suami menyebalkan dan banyak aturan, ya namanya juga suami sudah pasti berjejer aturan apalagi memiliki istri muda idaman para pria.

Usai merawat James, dan memastikan minum obat sebelum makan, dia pun mendorong kursi roda suaminya untuk menikmati sarapan bersama keluarga. Yah keluarga baru yang menguras tenaga.

“Pengantin baru, akhirnya keluar kamar. Kalian tidak tahu, kami lama menunggu. Sengaja membuat aku dan putriku kelaparan, iya?” sinis Debby. Saudara tiri James Jansen, anak dari ibu tiri James, dia mengaku satu ayah. Tapi James yakin, ayahnya tidak memiliki anak dari wanita lain.

“Wanita penjilat, ku pikir hanya ada dalam cerita novel dan film. Tapi ini kenyataan, hidup selucu itu.” Sarkas Debby. “Sayang, kamu jangan sampai menikahi pria tua, apalagi sampai menginginkan hartanya. Jaga harga diri kamu sayang.” Lanjut Debby, kata-kata itu ditujukan kepada Patricia.

Demi apapun, setiap pagi inilah yang diterima Alana. Hinaan karena menikahi pria yang lebih cocok menjadi ayahnya, bahkan usia James lebih tua dari papanya.

Di awal pernikahan, Alana begitu syok dan stress menghadapi ipar serta keponakannya, dia selalu menangis setiap hari. Namun James, memberi Alana semangat, mengingatkan tujuannya menerima pernikahan ini.

James pun memberi Alana kasih sayang yang tulus, hingga tepat di minggu kedua, Nyonya James Jansen itu menunjukkan taringnya.

Inilah alasan James memilih wanita muda sebagai istri, karena harus tangguh menghadapi segala masalah dalam keluarganya.

“Debby, ini meja makan bukan untuk berdebat. Jaga mulutmu, kau harus sadar diri, posisi Alana sebagai istriku.” Hardik James, membela istri tersayang.

Menyentuh lembut pipi mulus Alana, dan membelainya. Pemandangan menjijikan bagi Debby Jansen, ia pun beranjak dari tempat meninggalkan sepasang suami istri.

“Terima kasih, s-sayang. Aku berangkat dulu. Hari ini ada meeting dengan investor dari Dubai.” Alana pamit, mengecup kening keriput James.

Dia berjalan anggun dan elegan menuju salah satu mobil yang telah siap mengantarnya menuju perusahaan JSN Group.

.

.

Tiba di JSN Group Alana disambut seluruh pegawai yang menyayangi bahkan menghormatinya, catat hanya di depan. Mereka semua menggunakan topeng tebal menutupi jati diri.

Perdebatan di rumah memang berakhir, namun Alana dan Debby kembali unjuk kekuatan di kantor. Di ruang rapat ini keduanya beradu argumen, bahkan fisik.

PLAK

Tamparan keras Debby Jansen, pada kakak iparnya.

Tidak diam saja, Alana membalas bahkan mengunci tubuh Debby.

“Lepaskan aku Alana. Kau ini perempuan rendahan, tidak tahu diri. Menikahi kakakku hanya ingin mengeruk hartanya dasar ular betina.” Suara Debby menggema dalam ruangan, untung kedap suara.

“Aku tidak akan marah tanpa sebab, Nyonya. Silahkan baca sendiri, kau pintar kan? Tidak mungkin bisa menjabat Direktur Operasional tanpa adanya otak licik ah salah cerdas.” Alana memberi tumpukan laporan tepat di depan wajah Debby.

Ya, Debby Jansen menjabat sebagai Direktur Operasional, mudah membuatnya mengatur kegiatan dan memanipulasi semua. Alana mendapat laporan dari Direktur Keuangan, bahwa dalam beberapa bulan ini Debby Jansen menggunakan anggaran berlebihan untuk kegiatan tertentu.

“Ck, laporan ini palsu.” Debby melempar kertas itu hingga berhamburan, tidak terima dituduh oleh ipar mudanya. “Kau itu anak ingusan, baru memimpin perusahaan satu bulan sudah sombong.”

Alana menghempaskan diri ke atas kursi, kalau saja ia tidak ingat akan kebaikan suaminya. Pasti Alana menyerah menghadapi adik ipar yang seusia ibunya sendiri.

“Kau harus sabar Alana.” Monolog wanita cantik, Presiden Direktur JSN Group.

Waktu terus berjalan cepat, tepat pukul lima sore, Alana segera kembali ke rumah. James menghubungi istrinya untuk tidak lembur, sebab ada hal penting yang ingin disampaikan. Jantung Alana berdegup cepat, penasaran ada masalah apalagi dalam keluarga suaminya ini.

Benar saja, tiba di rumah mewah bergaya Eropa ini. Alana disambut dengan suara renyah James yang tertawa, tapi dipaksakan.

Semakin masuk ke dalam, mata coklat Alana menyipit menatap punggung lebar pria yang duduk bersama suaminya. Dari bagian belakang saja sosok itu sangat kharismatik dan menggoda apalagi dari depan, pikir Alana. Tidak tahu siapa sebenarnya pria yang berhasil membuat James banyak bicara.

TBC

**

selamat datang dan semoga suka alur ceritanya

ditunggu dukungannya kakak semua🙏

terima kasih

BAB 2 Sosok Arogan

“Alana, kamu sudah pulang. Cepat ke sini sayang.” Panggil James, suaranya lemah lembut, membuka kedua tangan, mengharapkan pelukan dari istrinya, dan ya Alana lakukan.

“Alana, perkenalkan ini Lewis Jansen, putra tunggalku. Dan Lewis, ini Alana ibu tirimu.” Lanjut James sangat bahagia menyambut putranya yang lama pergi tanpa kabar kini kembali pulang.

Tatapan Lewis dan Alana terkunci satu sama lain, Alana tahu bahwa suaminya memiliki seorang putra tapi wujud di hadapannya ini benar-benar pahatan indah dan sempurna sebagai pria.

Dia tidak munafik, bahwa putra sambungnya memang tampan, tapi Alana bisa memposisikan diri sebagai istri dari James Jansen.

Alana mengulurkan tangan seraya tersenyum, ia harus menjalin hubungan baik dengan pria tampan ini, karena hidupnya akan habis bersama Lewis dan James.

“Hi Lewis, aku Alana. Kamu bisa panggil aku Al, atau mom, tergantung kenyamanan mu saja.” Alana menatap bola mata biru putranya.

Apa tanggapan Lewis?

Pria dewasa berusia 28 tahun ini malah menepis tangan ibu tirinya cukup kuat, bahkan meninggalkan bekas merah.

“Lewis, hormati Alana. Dia istriku, itu artinya ibu tirimu!” tegas James, tidak menyukai sikap putranya yang sangat arogan.

“Hormati? Tidak salah dengar? Siapa dia, ibu tiri? Bahkan lebih pantas menjadi pelayanku.” Sindir Lewis memindai tubuh Alana dari atas ke bawah.

“Lewis? Kau masih tidak berubah. Aku pikir sikapmu menjadi lebih baik, dengar baik-baik, jangan sakiti Alana.” James menjentikkan jari pertanda muak akan sikap putra tunggalnya. Dia pun kembali ke kamar diantar oleh perawat pria yang khusus tinggal di rumah.

“Tidak berubah? Aku putramu, dalam tubuhku mengalir darah Tuan James Jansen, itu artinya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jangan salahkah aku bila bersikap seperti ...” Telak Lewis, melirik Alana sangat tajam seakan menguliti, segera meninggalkan ayah dan ibu tirinya yang sangat menjijikan.

Lewis terkejut mendapat kabar bahwa ayahnya menikahi seorang gadis muda yang usianya saja lebih muda dari dirinya.

Benar-benar seorang penjahat, semula pria tampan dengan pahatan bagai dewa Yunani itu tetap santai enggan menanggapi semua kabar menyesakkan dada. Namun James, memberikan posisi presiden direktur pada Alana.

Hal ini yang membuatnya naik pitam, hingga memutuskan pulang, seharusnya yang menjabat sebagai presiden direktur, Lewis Jansen bukan Alana Pattinson.

Mendengar pernyataan putranya, James hanya diam saja. Dia akui memang kesalahan di masa lalu tidak bisa dihapuskan tapi untuk kali ini berbeda. James bukan lagi pria jahat seperti masa muda.

Tak mendapat tanggapan apapun dari ayahnya, Lewis bergegas menuju mini bar, kerongkongannya haus.

Sementara Alana mendapat tugas tambahan dari suami, untuk mendekati Lewis dan melunakkan sikap kasarnya.

Alana menghampiri Lewis, masih bersikap lembut dan sangat baik selayaknya seorang ibu kendati usia Lewis jauh di atasnya.

Ehem

“Lewis, aku mohon jangan bersikap seperti itu kepada Daddy-mu, dia sangat merindukan putranya. Aku … jika kamu keberatan menganggap aku sebagai ibu tiri, kita berteman saja, bagaimana?” tukas Alana, terus berusaha melakukan perintah suaminya.

“Berteman? Dengar, kau itu tidak lebih dari wanita murahan yang menghisap harta pria tua kaya seperti Daddy-ku, benarkan? Setelah mendapatkan semua, kau pergi dengan kekasih rendahan-mu itu. Wanita licik.” Sinis Lewis, beranjak dari kursi, dan menyenggol keras bahu Alana hingga wanita itu tersungkur ke atas marmer.

BRUK

“Akh … sakit. Kau keterlaluan, Lewis minta maaf sekarang juga.” Teriak Alana tidak terima diperlakukan kasar, seumur hidup pertama kali bertemu dengan pria menyebalkan seperti putra tirinya. Dengan pinggul sakit, Alana berusaha berdiri dibantu beberapa pelayan.

“Minta maaf sekarang juga!” lantang Alana masih menunggu pria kejam itu mengucap kata maaf.

Lewis merotasi tubuh, melangkah cepat menuju Alana, dan bukan minta maaf tapi menyentil kening ibu sambungnya sangat keras. “Maaf hanya untuk mereka yang bersalah.” Tegas Lewis, menolak mengucapkan kata-kata itu.

“Akh … kau, benar-benar menyebalkan Lewis.” Alana mengusap dahi yang merah akibat ulah anak nakal James Jansen, tidak basa basi lagi ia meraih satu gelas jus dan menyiram wajah Lewis Jansen.

Semua pelayan menatap tidak percaya pada dua orang yang bertengkar, Nyonya Besar Jansen dan Tuan Muda Jansen.

Lewis menyeringai, kemudian menerima tissue dari pelayan. Melempar benda putih itu ke sembarang arah, lalu tanpa di duga oleh siapapun. Memanggul ibu tiri layaknya karung, melangkah lebar menuju taman samping rumah.

“Lepaskan aku , Lewis. Mau apa kau?” Alana terus memukul punggung putra sambungnya.

BYUR

Pria dengan tatapan tajam ini, menghempaskan tubuh Alana ke dalam kolam berenang, hingga air meluap keluar. Tidak sampai disini, Lewis melepas pakaian atasnya menampakkan dada bidang yang menggoda pandangan mata.

“M-mau apa kau? Cepat pakai bajumu Lewis.” Alana khawatir jika Lewis berbuat nekat dan melakukan sesuatu yang tidak terpuji.

Namun Lewis melempar baju basahnya ke wajah Alana, bersamaan dengan turunnya hujan cukup deras. Bukannya membantu, dia meninggalkan wanita itu di bawah guyuran hujan.

.

.

Alana yang flu berat terpaksa mengikuti makan malam keluarga, dan harus menjalani dua peran sekaligus. Istri dan ibu bagi suami serta putra sambungnya, tidak mudah memang. Tapi terlampau masuk ke dalam keluarga ini, maka ia harus bisa menempatkan diri dengan sangat baik.

“Lewis, kamu mau makan apa? Aku bantu ambil ya.” suara manja dan merayu seorang Patricia.

“Aku masih punya tangan, lagi pula semua itu  tugas pelayan.” Balas Lewis begitu dingin tak terjamah.

Nyonya Besar Jansen terkikik geli melihat sikap keponakannya itu, bahkan Patricia tidak tahu malu, tetap mendekati dan meraih simpati Lewis.

“Patricia ini meja makan, bukan sarana mencari jodoh.” Sindir Alana menutup sedikit mulutnya yang menyunggingkan senyum tipis atas tingkah laku putri adik iparnya.

Sementara Lewis tidak menanggapi kata-kata yang ditujukan pada sepupunya, memang benar ini meja makan, dia juga kesal dan gerah akan sikap Patricia berusaha menggoda sejak dirinya tiba di rumah.

Usai makan malam, semua anggota keluarga kembali pada aktifitas mereka, rumah besar ini sepi tidak ada suara canda tawa sama sekali.

Merasa tidak terima akan kedudukan Alana di kantor, Lewis putuskan masuk ke kamar James. Ia perlu merebut posisinya dan mendepak sejauh mungkin wanita pecinta harta itu.

Tanpa mengetuk lebih dulu, pria ini membuka pintu dan masuk ke dalam, seketika bola matanya memandang rendah sepasang suami istri yang duduk berjauhan, sungguh pemandangan berbeda yang dilihatnya.

Padahal di meja makan, keduanya sangat mesra tapi sekarang lihatlah? Dinding penghalang terbentang diantara James dan Alana.

“Le-Lewis?” Alana terpekik, sungguh ia tidak menyangka putranya nekat masuk di waktu larut seperti ini.

“Waw, kalian berdua bertengkar? Sudah aku katakan Daddy, wanita muda itu hanya menyusahkan.” Diiringi tepuk tangan, Lewis tertawa dingin mencemooh pasangan suami istri di depannya.

TBC

***

semoga suka dengan alurnya kaka

ditunggu dukungannya

terima kasih banyak 🤗

BAB 3 Tidak Menerima Perubahan

Pagi ini di kediaman megah ala Eropa, Lewis Jansen masih terlelap dalam suasana sejuk serta semilir angin dari pintu balkon yang terbuka. Pria itu baru bisa memejamkan matanya pukul tiga pagi, rasa benci mendalam sekaligus sayang pada ayahnya membuat hidupnya susah dan sakit.

Ya, Lewis tidak menyukai sikap James, karena ayahnya itu ibu kandung Lewis meninggal dunia akibat terlalu sering disakiti dan memendam rasa kecewa pada suaminya.

Kenangan buruk yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidup, apalagi rumah ini banyak menyimpan luka. Di kamar Lewis mendiang Nyonya Besar Jansen selalu menangis menatap putranya tidur.

James Jansen membangunkan putranya, dia ingin Lewis berubah menjadi lebih rajin, semua demi masa depan. Mengingat usia James tidak lagi muda ditambah kondisi tubuh semakin lemah.

“Lew bangun. Jangan terlambat masuk kantor, ini hari pertama. Kau sudah dewasa tetapi sikapmu sangat kekanakan.” James merebut selimut coklat dari dekapan putranya, seketika pria sepuh ini tercenung mendapati foto mendiang istri di peluk erat oleh Lewis.

“Maafkan aku.” Gumam James, kemudian kembali mengguncang tubuh putranya.

Respon Lewis sangat dingin dan tidak senang mendapat perhatian dari sang ayah. “Ada apa?” tanyanya menyimpan pigura ke atas nakas, sembari memperhatikan arah tatapan James.

“Ck jangan lihat Mom, di hatimu sudah ada wanita lain.” Sinis Lewis berlalu ke kemar mandi.

Pria ringkih itu masih setia menunggu di kamar, ada hal penting yang harus disampaikan.

Beruntungnya Lewis tidak lama keluar kamar mandi, masih tetap dingin memandang ayahnya padahal dalam lubuk hati begitu menyayangi sosok James.

“Katakan saja Dad, jangan mengusik dengan cara seperti itu.” Tegas Lewis menghampiri ayahnya, sedikit merendahkan posisi tubuh, hingga wajah mereka sejajar.

“Lewis, aku mohon bersikap baik pada Alana, mulai sekarang kau harus patuh padanya, semua peraturan yang Alana buat di rumah dan perusahaan. Hari ini juga kalian berangkat bersama.” Titah James tak ingin mendengar bantahan sama sekali.

“Apa aku tidak salah dengar? Dia punya kaki dan mobil sendiri kenapa harus bersama ku. Aku itu bukan pengasuh ibu tiri. Daddy tahu kan aku sangat membencinya?" sangar Lewis, bisa-bisa dia tertekan di rumahnya sendiri.

Mematuhi Alana? Dengan peraturan sebagai ibu sambung adalah hal yang tak akan pernah dilakukan sampai kapanpun.

“Jangan membantah, ingat posisinya. Di rumah, Alana ibumu. Di kantor, Alana bosmu.” Telak James, segera keluar dari kamar putra tunggal yang sangat keras kepala.

“Sihir apa yang digunakan wanita itu sampai membuat seorang James tunduk? Tidak untukku Alana Pattinson.” Sudut bibir pria gagah ini berkedut tipis, bola mata birunya pun menyorot tajam ke arah pintu.

Setelah bersiap ia tak buang waktu, enggan mengikuti sarapan bersama keluarga uniknya. Lewis menunggu Alana di depan rumah.

Satu menit

Lima menit

Tak kunjung datang, ia putuskan segera pergi meninggalkan ibu tiri yang sangat lamban. Tepat kendaraan roda empat mencapai pagar, teriak nyaring seorang wanita melengking tajam, menusuk gendang telinga para pelayan dan pengawal.

“LEWIS JANSEN BERANINYA KAU.”

**

Lewis lebih dulu tiba di JSN Group menahan kesal, tidak ada satupun pegawai yang menunduk hormat kepadanya. Bahkan seorang cleaning service malah menatap aneh.

Sebab semua pegawai tidak tahu siapa itu Lewis Jansen, dan tak seorang pun yang pernah melihatnya datang ke kantor sebagai pewaris JSN Group.

Mungkin hanya segelintir orang, ingat akan rupa putra tunggal James Jansen yang menghilang selama sepuluh tahun.

Lewis berdecih sebal menatap seisi gedung ini, beberapa kenangan buruk berputar dalam ingatannya.

Ketika dia melangkah mendekati lift khusus petinggi perusahaan, petugas keamanan dan resepsionis melarangnya. Tapi sikap keras kepala dan angkuh Lewis membuat nyali siapapun menciut termasuk petugas keamanan. Hingga asisten pribadi Presiden Direktur keluar dari lift dan menyambut Lewis.

Keduanya tidak terlihat akrab, ketara sekali bos dan anak buah.

“Aku ingin ke ruangan-ku.” Titah Lewis, dia tidak mengikuti langkah kaki Alvaro yang keluar di lantai 10.

"Ayolah Alvaro, jangan kau pikir aku pikun tidak tahu di mana ruangan-ku.” Lewis menutup pintu, seorang diri di dalam lift. Sementara Alvaro masih bergeming di tempat, seketika menyadari kesalahannya. Pasti ruangan yang di maksud Lewis, milik Alana.

Lewis Jansen tersenyum menang, ia melihat pintu dengan ukiran khusus, ya mendiang Nyonya Jansen sengaja memesan dan mengganti pintu ruang kerja suaminya. Semua masih tampak sama sampai Lewis membuka kenop pintu dan tercengang, sesuatu yang lain di dalamnya.

“Tuan … huh huh huh Tuan Muda Jansen, anda tidak diizinkan masuk ruangan ini tanpa sepengetahuan Bu Alana. Mohon kerja samanya.” Tutur Alvaro nyaris kehabisan napas, berlari secepat mungkin layaknya the flash. Dia melewati setiap anak tangga menuju lantai 15.

“Kau lupa siapa aku Alvaro?” sorot mata biru Lewis begitu tajam melebihi belati sekalipun, ia tidak terima dilarang masuk ke ruangannya sendiri.

Alhasil Lewis menghubungi salah satu rekannya untuk mendekor ulang ruangan, sesuai ciri khas mendiang Nyonya Jansen. Bahkan pria dingin dan kejam ini menyingkirkan semua benda milik Alana.

Dia tidak terima wanita lain menikmati jerih payah ibunya, bagi Lewis Alana hanya gadis kecil penghisap harta, hatinya tidak tulus menyayangi James. Lagipula mana mau dia dengan usia mudanya menjadi istri dari seorang kakek tua. Tidak masuk akal, pikir Lewis Jansen.

‘Tuan Muda, foto ini bagaimana?’ tanya dua orang petugas kebersihan, menunjuk pada gambar pernikahan Alana dan James.

“Singkirkan! Bila perlu bakar.” Perintah Lewis seketika membuat siapapun yang mendengarnya melongo. Mereka tidak berani membuang, apalagi membakar wajah pemilik perusahaan, sama saja mencari mati.

Bersamaan dengan itu, suara tegas wanita terdengar nyaring dalam ruangan.

“Apa-apaan ini? Apa yang ingin kalian bakar?” wanita berkulit sawo matang nan bersih itu mantap melangkah, pandangannya sangat tidak ramah. Alana melirik isi ruangan, wallpaper, semua benda miliknya berada dalam dus, termasuk foto pernikahannya.

“Ini semua perbuatan muu Lewis? Dengar baik-baik, di sini aku Nyonya Alana Jansen adalah bosmu sekaligus ibu tirimu, jadi patuhilah semua perintahku, ini semua kebaikan untukmu Lewis.” Kata-kata Alana begitu tajam, mendalam.

Namun sayang, Lewis mengartikan lain. Dirinya terlanjur membenci Alana Pattinson

“Wah, rupanya kau berani mengganti nama belakangmu ya?”

Prok … prok

Lewis tertawa, benar-benar lucu wanita di hadapannya, sudah jelas semalam Lewis menangkap basah sikap James dan Alana sama sekali bukan suami istri.

“Kau masih punya nyali Alana. Kau … wanita.” Hanya dengan dua jari,  Lewis mendorong bahu wanita berkacamata itu dengan cukup kuat sampai mundur beberapa langkah.

“Kau tidak lebih dari simpanan Daddy-ku, menjual tubuh demi harta.” Sindir Lewis Jansen dilengkapi seringai ciri khas. Kalimat ini melukai harga diri Alana sebagai seorang wanita.

PLAK

PLAK

Tidak lagi menguasai emosi, Alana Pattinson menampar keras dua pipi putra sambungnya.

TBC

***

jadi siapa di sini yang jahat?

jempol kaka sangat berarti bagi author 🤗🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!