NovelToon NovelToon

Tawanan Cinta Ketua Gangster

BAB 1 Pertemuan Kembali (revisi)

Surya yang tenggelam, udara dingin menusuk bahkan jalanan licin tidak membuat anak-anak muda berdiam diri di rumah bergulung dengan selimut. Beberapa kelompok geng motor memenuhi arena sirkuit, mendukung perwakilannya yang siap di garis start.

Ethan Adrian Armend ketua gangster yang disegani dua tahun ini, dan selama itu juga dia menjadi panutan bagi anggotanya.

Selepas balapan di sirkuit, Ethan juga mengisi waktu luangnya menerima drag race dari mobil yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Bagi Ethan pantang pulang sebelum pagi. Pemuda ini tidak peduli hidupnya rusak, lagipula memang tidak ada masa depan untuknya.

Minuman beralkohol sudah menjadi bagian dari hidup, ia pun meneguk habis satu botol, karena tingkat toleransinya tinggi. Ethan tidak goyah sedikitpun, ketika mulai memakai helm, tiba-tiba terjadi penyerangan dari geng lainnya. Hingga suasana panik dan mendebarkan, beberapa penonton terluka.

Kemenangan Ethan di drag race tidak disukai kelompok lain, mereka memukuli semua orang.

“Berhenti! Jangan jadi pecundang. Beraninya sama yang lemah, lawan gue kalau berani, maju lo.” Ethan menantang lima orang pria yang seumuran dengannya.

Tawuran pun tidak bisa dihindarkan, dan sebagian dari lawannya telah kalah, sebab Ethan ahli bela diri dan meraih kejuaraan internasional.

Namun karena banyaknya pemuda yang datang, serta seorang pria bertopeng membawa senjata tajam melangkah lebar menuju Ethan.

Mereka berusaha melukai ketua gangster, tapi belum berhasil sebab Ethan segera menghindar. Dia berlari keluar arena balap liar, menuju jalan raya.

Beberapa orang menjerit ketakutan, bayangkan saja puluhan pemuda mengincar nyawa Ethan.

“Gila, gue yakin, dia bukan warga sini. Berani banget bawa senjata.” Ucap Ethan di sela napas terengah-engah.

Ethan melompati pagar dan pembatas jalan, bersamaan dengan itu sebuah kendaraan roda empat terhenti, nyaris menabrak pemuda yang mendarat tepat di tengah jalan.

Pintu mobil terbuka, sepasang kaki jenjang keluar, sepatu kets yang sangat dikenali.

“Ethan? Kamu kenapa di tengah jalan?” suara merdu gadis cantik yang lebih dari tiga tahu tidak didengarnya.

“Valerie? Ini kamu?” seakan tersihir, Ethan mendekat, tidak percaya sosok bidadari yang sangat dirindukan ada di depan matanya.

“Kamu belum jawab pertanyaan aku ya.” Valerie bertolak pinggang, menatap tajam kepada sahabat kecilnya.

Namun, para pemuda yang mengejar Ethan berhasil menjebol pagar dan mengacungkan senjata. Melihat kekacauan mulai mendekat, Valerie menarik tangan Ethan masuk ke dalam mobil.

“Ini gila. Kamu dikejar mereka? Yang benar aja Ethan, sekarang kamu jadi berandalan? Tante Ayu dan Uncle Bobby tahu?” Valerie sangat penasaran kenapa teman kecilnya berubah drastis. Dia mengendus tubuh Ethan, langsung menutup hidung dan mulut.

“Kamu mabuk? Ethan kamu nakal! Alkohol itu engga baik untuk kesehatan, tahu kan?” suara nyaring Valerie, bahkan mengguncang badan temannya.

“LEPAS! Kamu engga berhak apapun tentang aku ya,ingat Vale. Berhenti mobilnya di depan, makasih atas bantuannya. Lain waktu aku bayar.” Tegas Ethan menepuk bahu sopir.

“WHAT? Kamu gila. Kalau mereka nekat gemana? Kamu ikut aku pulang!” sengit Valerie tidak ingin mengalah sedikitpun, lagipula ini demi kebaikan keduanya.

Wanita berambut panjang ini bahkan memegang kuat tangan Ethan agar tidak kabur. Valerie sudah tahu kebiasaan teman kecilnya. Dia pernah melihat Ethan berguling di atas aspal sebab dipaksa pergi ke sekolah.

“Kenapa kamu pulang? Aku pikir betah tinggal di sana, banyak laki-laki bulenya.” Sindir Ethan, tidak nyaman tangannya berada dalam kuasa Valerie.

“Eh kamu lupa Daddy dan Mommy aku tinggal di sini? Kamu amnesia ya? tapi kayanya engga tuh.” Valerie memukul kepala pria yang duduk di sampingnya, sikapnya masih sama tidak mencerminkan sosok perempuan yang lembut. Berani membantah segala ucapan Ethan.

Demi apapun sikap Valerie sangat manis di mata Ethan, padahal gadis cantik itu sudah melukainya. Lihat hati Ethan bolong kan?

Semua karena ulah Valerie memilih pria lain yang jauh lebih dewasa, mapan dan ya tampan tentunya.

Sakit sekali hati Ethan mendapati kenyataan pahit. Diibaratkan jantungnya tersayat belati tajam. Dirinya kalah dari lelaki asing yang datang merebut calon istri masa depannya.

BRUK

Ethan menghempaskan tangan Valerie hingga membentur jok depan, “Aw sakit tahu. Kamu kenapa sih kasar banget? Ah ya aku lupa kamu selalu begini sama aku, huh. Bukannya terima kasih sudah ditolong.” Gerutu Valerie sekaligus merasa sakit pada punggung tangannya.

“Kalau aku kasar memang kenapa? Bukan masalah kan? Dan satu hal lagi, aku engga pernah minta bantuan kamu. Sekarang juga hentikan mobilnya di sini!” nada suara Ethan naik beberapa oktaf.

Baginya, lebih baik lari atau babak belur melawan musuh daripada kembali bertemu Valerie, karena luka yang terasa tidak terlihat dan mengeluarkan darah.

“Engga mau, sebentar lagi kita sampai. Kamu diam jangan berisik! Aku kasihan sama Tante Ayu punya anak kaya kamu gini. Kamu pikir juga dong gemana perasaan Mama kamu, Ethan.” Kata-kata Valerie ini menambah amarah yang tak pernah padam dalam rongga dada Ethan.

“Jaga mulut kamu Vale. Jangan asal ngomong kalau engga tahu akar masalahnya! Kalau kamu masih bawel, aku tendang keluar dari mobil, paham?” Ethan mulai mendekat, bahkan bersiap menekan ikon kunci di pintu.

“Ish, kamu nyebelin banget sih. Ini mobil aku, kamu yang ngatur.” Akhirnya Valerie bungkam daripada Ethan nekat melakukan sesuatu.

Dia tidak habis pikir kenapa temannya menjadi anak nakal? Ya memang dari dulu Ethan gemar main game sampai lupa hari tapi sekarang lebih parah lagi.

Mobil yang ditumpangi keduanya tiba di kediaman Bradley. Tidak basa basi, Valerie menarik lengan Ethan keluar ari mobil, menyeretnya masuk ke rumah.

Valerie gadis kuat yang seimbang dengan Ethan, sama-sama memiliki kemampuan bela diri, keduanya berada di tingkat sabuk hitam.

Membawa paksa Ethan ke dalam rumah bukan hal sulit baginya.

Orangtua Valeri segera menghubungi sahabatnya yang tak lain kedua orangtua Ethan.

Ethan dijemput Daddy Bobby dan Mama Ayu. Dia muak melihat kedua orangtuanya yang selalu sibuk dengan urusan dunia. Segala pehatian dan kasih sayang tidak lagi Ethan terima sejak lulus sekolah tingkat pertama.

Menyeret malas kakinya, masuk ke rumah. Mengabaikan panggilan Daddy Boby.

“Ethan? Ethan? Kupingmu di mana? Hargai orangtua.” Seru Daddy Bobby, wajahnya sudah malu, tercoreng berkali-kali. Pagi ini terpaksa bangun lebih awal menjemput putra tunggal ke rumah sahabatnya.

Bobby dinilai buruk mendidik anak, apalagi usia Ethan terbilang rentan.

Padahal lelaki berusia 20 tahun itu tidak lagi menerima sepeserpun uang jajan. Ya Daddy Bobby menarik fasilitas keuangan serta kendaraan setelah mengetahui putranya sering bolos kuliah, mabuk dan balapan.

Menurut Ethan tertutup pintu satu masih ada jalan lain. Hasil kejuaraan e-sport mampu menghidupi dirinya. Dengan bermain game dan balapan bisa menambah uang saku.

“Kau memang anak yang tidak berguna Ethan. Kerjaannya Cuma balapan, mabuk, mau jadi apa kamu hah?” Daddy Bobby sangat marah, putranya tidak lagi bisa dikendalikan.

“Tidak berguna?” Ethan mendelik tajam, sebagai anak laki-laki yang menjadikan ayah sebagai figur, jujur sakit sekali hatinya dihina seperti itu.

“Kalian berdua juga orangtua yang tidak berguna.” Balas Ethan, dia kesal tidak ada satupun orang yang bisa mengerti. Rumah asri dengan pepohonan ini pun bagai neraka.

“ETHAN ADRIAN ARMEND” teriak Daddy Bobby, mendekati putranya, melayangkan tangan.

“Bobby berhenti, Ethan itu anak kita, jangan kasar!” Mama Ayu memeluk Ethan, menghalangi dari tamparan Daddy Bobby.

“Anak kita? Ya terima kasih atas peringatannya. Kalau saja engga ada darah kamu di dalam tubuhnya, aku tidak sudi punya anak berandalan, anak ga tahu diri.” Kata-kata Daddy Bobby ini menghujam langsung ke jantung Ethan.

Tbc

***

Salam kenal dan selamat datang🤗 semoga suka dengan kisah generasi ketiga keluarga Bradley 🙏

Tak kenal maka tak sayang

Beberapa Castnya ya

Mohon dukungannya kakak semua.🙏🤗

BAB 2 Satu Kampus (revisi)

Pemuda berparas tampan ini mematung, terkejut. Tidak bisakah Daddy-nya mengerti posisi Ethan? Ini semua terjadi juga karena kedua orangtua yang selalu sibuk, lebih mementingkan pekerjaan.

“Ethan, sayang jangan ambil hati apa yang Daddy bilang ya. Maafkan Daddy sayang.” Mama Ayu menangis, hampir setiap hari anak dan suaminya bertengkar.

“Hu’um, aku masuk kamar dulu. Mama susul Daddy, dia lebih membutuhkan Mama.” Ethan membanting pintu kamar. Meninju samsak yang tergantung di balkon kamar sampai keringat bercucuran, meluapkan emosi.

Puas melepaskan amarah, Ethan mandi mengganti baju, hari ini harus masuk kelas, karena dosen killer mengancam, tidak akan meluluskan Ethan di mata kuliah manajemen bisnis.

“Kurang ajar tuh orang, berani banget ngadu segala. Gue cuti aja lah, untuk apa sih kuliah? Jadi penerus bisnis keluarga? Engga minat gue.” Ethan mengikat tali sepatu, menggendong tas ransel yang setia menemani.

Dia melirik sekilas ke meja makan. “Sepi. Iyalah dua manusia itu lebih milih cari duit daripada anaknya sendiri.” Ethan berangkat menggunakan jasa ojol, motornya tertinggal di arena drag race.

Tiba di kampus, semua mata para gadis tidak berkedip sedikitpun, mereka rindu menikmati ketampanan idola kampus. Ketua BEM juga kalah, bagai langit dan bumi. Dulu Ethan dicalonkan mengikuti pemilihan ketua BLM tapi ditolak dengan alasan bukan sosok yang baik.

“Bro. ngampus juga lo. Gue pikir lupa sama ancaman Pak Danu. Hahaha.” David salah satu teman setianya tertawa puas, lelaki ini juga wakil ketua gangster yang dipimpin Ethan.

“Yoi. Mungkin Bapak satu itu kangen sama gue. Awas tangan lo, mau ke kantin gue, lapar.” Ethan sedikit berlari, perutnya keroncongan, kawanan rentenir di perut menagih jatahnya.

“Miss bubur ayam satu lengkap sama sate usus dua.” Teriak Ethan dari bangku kosong. Lagi-lagi kehadirannya mengundang atensi.

‘Duh suami gue’

‘Kira-kira tipe idamannya kaya gemana ya?’

“Gue colok mata lo semua, Ethan milik gue, jangan kecentilan. Tampang sama harta minus aja belagu mau jadi calon istri, ngaca dong!” sergah Rebecca, salah satu gadis cantik. Menurut kabar burung yang beredar, dia akan terpilih sebagai ratu kampus.

Rebecca menyambar bubur ayam dari tangan penjual, dia membawanya ke meja. “Hi sayang, aku boleh ikut gabung kan? Ini bubur ayam pesanan kamu.” Rebecca mengedip sebelah mata, apapun dia lakukan demi meraih simpati Ethan.

“Thank’s. Oh iya mending lo pergi deh, ganggu selera makan gue!” nada peda sekaligus dingin seorang Ethan yang alergi terhdap perempuan. Serius alergi, semenjak kepergian Valerie ke luar negeri, Ethan tidak pernah dekat dengan kaum hawa manapun.

“Haha. Calon ratu diusir sama raja. Parah emang temen gue. Nah kalau gue pasti boleh duduk di sini, iya kan sob?” Josh mendaratkan bokong di kursi, menyantap sandwich dalam kotak bekalnya, tidak peduli tatapan benci Rebecca yang berjalan menjauh. “Sob, motor lo aman di rumah gue, nanti balik bareng aja.”

Riuh para lelaki terdengar membuyarkan fokus. Bahkan banyak dari mereka sengaja mengakhiri kegiatannya di kantin demi melihat gadis cantik. Perempuan itu baru saja turun dari supercar berwarna orange.

“Wah, datang juga. Ethan, ga penasaran lo sama junior baru kita? ya beda fakultas sih. Tapi cantik banget serius, Rebecca aja kalah.” Provokasi Josh yang merupakan salah satu playboy kampus.

“Ga penting. Lo kejar aja dia, siapa tahu bisa diajak tidur.” Jawab Ethan enteng, untuk apa ambil pusing? Mau itu mahasiswi baru masih muda atau tua, sama sekali tidak menarik.

“Haha, jangan nyesel ya sob. Wah dia ke kantin tuh. Cantik banget. Titip sandwich, jangan ada lalat masuk, nanti gue bisa sakit perut.” Kelakar Josh mendekati sosok cantik yang berdiri memesan minum.

Ethan sedikit penasaran, menoleh ke arah kerumunan laki-laki, dia tertawa bahkan mencemooh mereka semua. Tiba-tiba kedua mata Ethan melotot.

“Valerie? Dia?” terkejut luar biasa. Pasalnya gadis itu kuliah di Inggris, kenapa sekarang ada di kampusnya. Tidak masuk akal.

Gegas Ethan menghampiri Valerie yang kebingungan sekaligus risih menjadi pusat pehatian.

“MInggir semua, gue mau lewat!” kilat amarah di mata Ethan sungguh mengerikan.

GREP

“Kamu ngapain di sini? Pulang sekarang juga!” Ethan menarik tangan Valerie sangat kasar membuat gadis itu limbung dan kehilangan keseimbangan.

BRUK

Menyadari Valerie jatuh, sigap Ethan menangkap tubub gadis pujaan hatinya. Kedua mata mereka saling bertatap dalam.

“Aku kuliah di sini Ethan. Kamu kenapa sih galak banget? Ini kenapa peluk-peluk? Lepas!” Valerie mendorong dada temannya cukup keras, hingga Ethan terpelanting ke lantai.

Valerie pergi meninggalkan Ethan, dia jengah selalu menerima sikap kasar dan jahil temannya itu. Dari kecil selalu menjadi sasaran tingkah abnormal sahabatnya.

“Dia kuliah di sini? Terus LDR sama pacarnya? Atau putus?” gumam Ethan, berasumsi seorang diri.

Ethan melihat Josh dan David mengekor Valerie, seketika dia ingat mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya kepada Josh. “Argh, mulut gue. Awas aja kalau Josh nekat, gue bikin babak belur hidupnya.” Kata Ethan sangat menyesal.

Bagian belakang badannya sakit, bisa saja memar. Valerie memandang keterlaluan dan menyebalkan.

“Cantik banget, sumpah gue gak rela Rebecca jadi Ratu Kampus, calon istri gue yang lebih cocok.” Gumam Josh sambil melangkah mengikuti Valerie.

“Calon istri? Ngaca lo! Dia itu perempuan baik-baik. Mana mungkin mau sama sampah kampus modelan lo. Minggir! Ratu kampus, cocoknya sama Pak Ketum. Hahaha.” Sudut bibir David bekedut, di naik pesona wajah tersimpan rahasia yang dalam.

“Buset, gue dikata sampah kampus. Lo lupa Universitas ini punya keluarga gue, bro.” Josh terbakar amarah, dia bukan sampah melainkan idola jutaan gadis.

Mendengar suara dua lelaki membahana di belakangnya, seketika Valerie berhenti melangkah. Membalik badan. “Kalian ada perlu apa?  Fakultas Ilmu Sosial juga?” merdunya suara putri Dariel Bradley ini menghipnotis siapa saja.

“Duh, lembut banget. Duhai calon istri, aku rela melakukan apapun demi kamu.” Josh menelan air liur, jiwa casanova-nya meronta-ronta, sangat ingin memiliki Valerie.

Ketiganya tidak tahu kalau seorang lelaki sedang terbakar api cemburu mendekati mereka, tangannya terkepal. Seandainya Josh dan David bukan temannya, pasti Ethan remukkan tulangnya sekarang juga.

“Valerie? Ikut aku sekarang juga! Atau suka cara kekerasan?” suara Ethan menggema di tengah ruang terbuka hijau mahasiswa.

“Sepuluh ...”

“Engga ya. Aku mau masuk kelas. Kamu pergi sana!” kasarnya Valerie mengusir Ethan tepat di hadapan dua temannya.

Harga diri sebagai ketua gangster dipertaruhkan, selama ini Ethan selalu menolak isi hati   gadis manapun. Tapi lihatlah sekarang? Dia ditolak seorang mahasiswi baru di kampus ini.

“Delapan …”

“Lima ...”

“Ethan, kamu …” geram Valerie, seandainya tidak menggunakan rok pasti kakinya sudah mendarat di perut teman kecilnya itu.

“Satu. Ok, jangan salahkan aku, Vale.” Kata Ethan, dua kakinya menghapus jarak yang ada, memanggul gadisnya bagai karung, menjauhi para lelaki penggoda. Sekalipun marah, mana bisa membiarkan Valerie digoda atau dilecehkan.

Well, Ethan tahu kalau perempuan ini bisa menumbangkan petinju profesional. Tapi lubuk hatinya ingin melindungi Valerie.

TBC

**

mohon tandai ya kalau ada typo, ngeditnya merem melek 😅

Valerie datang ke kampus

Penampilan Ethan

 

ditunggu jempolnya kak

subscribe juga ya 🤗🙏

 

 

BAB 3 Selamanya Teman? (revisi)

KLEK

Di kelas kosong, Ethan mengunci ruangan ini. Hanya berdua bersama Valerie.

“Apa? Kamu masih marah karena aku ngadu ke Tante Ayu dan Uncle Bobby? Kamu memang nakal tahu engga? Mabuk-mabukan, aku engga suka ya.” celoteh Valerie, kedua tangannya menyilang di depan dada.

“Ck, engga suka? Memang apa yang kamu suka dari aku? Jawab Vale!” demi cinta, bibir Ethan nekat sekali bertanya, dia tidak menyiapkan mental jika tanggapan Valerie tidak sesuai. “Lemah lo Ethan, goyah lagi. Mana janji lo untuk lupain Valerie?” perang batin Ethan.

“Engga ada. Puas? Awas! Aku engga mau terlambat masuk kuliah pertama.” Tukas Valerie merapikan penampilan yang sedikit berantakan.

“Lalu apa arti kebersamaan kita selama belasan tahun?” Ethan merasa perlu mendapat jawaban pasti. Kenapa gadisnya pergi begitu saja dan menerima pria lain?

“Kita teman dan selamanya akan tetap begini.” Bukan jawaban yang ingin didengar, kata-kata itu menghujam kuat ke dalam jantung Ethan Adrian Armend.

“Teman? Dia bilang teman? Mungkin memang benar, kalau gue gak ada artinya sama sekali. Takdir lo jelek banget, Ethan. Tapi satu hal yang harus dia tahu, gue Ethan Adrian engga akan melepaskan semudah itu. Gue bersumpah bikin lo bertekuk lutut.” Dada Ethan bergemuruh. Bertekad menaklukan gadisnya.

“Ok, fine. Teman … gue engga mau jadi teman lo, Vale! Tunggu aja, sebentar lagi lo pasti jadi milik gue.” Lanjutnya dalam hati, obsesi? Ya gila memang, tapi itulah Ethan teramat sangat menginginkan sahabat kecilnya menjadi kekasih hati, bahkan istri di masa depan.

“Ya teman.” Sengit Valerie sengaja menabrak bahu sahabatnya, cukup keras dan sekuat tenaga.

Tubuh Ethan mundur dua langkah. Perih? Iyalah. Tidak bisakah Valerie sekali saja menatapnya? Dia juga bingung kenapa hatinya tetap mengharapkan gadis itu. Jujur saja, benci akan rasa cintanya yang terlalu besar terhadap Valerie.

Ethan mengikuti dari jauh, dia menjadi lelaki bayangan yang menjaga pujaan hatinya. Bahkan melupakan tujuan utama hari ini mengikuti perkuliahan. Masa bodoh, kalau harus mengulang mata kuliah karena terlambat masuk kelas.

Setelah memastikan Valerie aman, dia berlari menuju gedung lain. Dengan santai Ethan mengetuk pintu, tidak peduli tatapan tajam dosen seakan menguliti.

“Izin terlambat, dari toilet, sakit perut Pak.” Alasan Ethan diterima. Otaknya memang cerdas, terbukti bisa menyelesaikan kuis sangat mudah dan cepat, lagi-lagi menambah pesonanya di mata gadis teman satu kelas.

Jam pelajaran telah selesai, sangat membosankan, lebih baik bermain game menggunakan laptop atau handphone, pikir Ethan. Namun apa yang membawanya bertahan hingga akhir? Jawabannya hanya satu, keberadaan Valerie. Iya ketua geng ini menunggu di area parkir, menyandarkan punggung di badan mobil.

‘Ethan, jangan lupa nanti malam, One Vision siap di arena. Jangan terlambat ya.’

Salah satu anggota gengnya mengingatkan kalau hari ini jadwal penting D’Dragon mengalahkan kelompok lain yang berusaha merebut daerah kekuasaan.

“Oh santai bro.” Jawab Ethan santai, balapan sudah menjadi olahraga malam apalagi diselingi pertengkaran, membuat adrenalin terpacu.

Bosan menunggu, Ethan mengeluarkan ponsel memeriksa jadwal e-sport berikutnya, karena uang jajan sudah menipis.

Dia tidak pernah mengemis kepda kedua orangtua, hanya uang saku, harus bisa mencari sendiri. Terkadang bekerja paruh waktu di bengkel, sembari mengisi waktu luang.

“Pasti kamu mau numpang, iya kan?” tanya Valerie, tiba-tiba muncul seperti mahkluk tak kasar mata.

“Ga boleh? Tujuan kita satu arah. Aku bayar ongkosnya.” Sahut Ethan, merebut kunci mobil, dengan lancang duduk di belakang kemudi, menyalakan mesin. Mulai berjalan perlahan.

“Eh mobil aku. Kamu mau kabur, hah?” kesal Valerie. Membuka pintu mobil tapi sayang tidak bisa, terkunci dari dalam.

“Ethan buka. Ini mobil aku, kamu turun sekarang juga!” sisi manis nan menggemaskan Valerie hilang seketika dirinya berdiri di depan mobil, merentangkan kedua tangan. Enak saja sahabat bastard-nya berniat melarikan diri.

Mata hazel Valerie menyorot tajam, supercar kesayangannya dijajah. “Kamu, keluar sekarang juga!” tunjuknya kepada Ethan yang tengah tertawa puas.

Deru mesin mobil semakin menjadi, Ethan sengaja menginjak pedal gas. Menikmati kemarahan gadisnya.

Darah Valerie mendidih, kalau bukan mobil kesayangan pasti kacanya sudah pecah. Gadis cantik ini tidak menggeser sedikitpun, memperjuangkan miliknya yang diambil paksa.

Tiba-tiba fokus dua insan ini terganggu dengan hadirnya satu kendaraan lain diikuti banyaknya pengawal. Mata Ethan terbelalak, pria berpakaian kasual turun dari dalam mobil.

Lancang sekali memeluk Valerie tepat di depan matanya. Rahang Ethan mengeras, giginya tertutup rapat. Kedua tangan pun siap melayangkan pukulan.

“Kurang ajar banget dia berani masuk wilayah kekuasaan gue.” Seketika bara api membakar tubuhnya, detik itu juga keluar dari mobil. Menunjukkan diri, menantang pria di hadapannya.

“Lama gak ketemu ya Tuan Muda Torres? Apa kabar?” tanya Ethan mencoba santai walaupun petir menyambar rongga dada.

Dia tidak ingin menimbulkan keributan, apalagi sampai membuat Valerie menjauh lalu membencinya, karena Ethan tahu sosok pria tampan di depannya ini adalah kekasih sahabat kecilnya.

Eberardo Mikhael Torres melepas pelukannya, menatap Ethan, tersenyum miring, mencemooh. “Bocah ingusan kaya gini mau jadi saingan gue. Gak akan bisa.” Walaupun wajah tersenyum tapi hatinya begitu membenci Ethan Adrian Armend.

Ya, dari segi usia, Eberardo jauh lebih dewasa, mapan dan salah satu pewaris keluarga Torres yang memiliki kerajaan bisnis kuat terkenal seantero Spanyol bahkan Eropa.

Sepadan dengan Valerie, gadisnya itu juga pewaris keluarga Bradley, seluruh daratan Britania Raya, Eropa, Asia bahkan sebagian Amerika mengenalnya.

Dibanding dengan Ethan, butiran debu di depan Eberardo. Mungkin hanya dari segi kekayaan dan kekuasaan tidak sebanding.

Dua lelaki ini sejak kanak-kanak memperebutkan satu gadis yang sama. Ethan masih bisa bersikap santai, cangkangnya membentuk pertahanan, sekuat tenaga menahan amarah.

“Ya baik. Tuan Muda Armend bagaimana kabarnya? Kau lebih tinggi dari sebelumnya.” Eberardo mencoba bergurau, tapi sorot mata tajamnya tidak bisa bohong. Pria dewasa ini tahu bahwa Ethan begitu menyukai mantan kekasihnya.

Eberardo pun sempat merasa bersalah beberapa tahun silam karena merebut Valerie, tapi rasa cinta menutupi semua itu, hingga ia ingin menguasai gadisnya. Tak ada yang boleh memiliki Valerie, kecuali Eberardo Mikhael Torres.

Menyadari ada kesempatan kabur, Valerie bergerak pelan berusaha menjauh dari dua lelaki yang saling menatap tajam.

“Kesempatan emas.” Berusaha memasuki supercar, dan sayang sekali, terkunci. Card yang menjadi kunci berada dalam saku celana Ethan. “Ish, ini semua gara-gara Ethan!” lirihnya ingin melayangkan tinju.

“Permisi, Tuan Muda Armend.” Eberardo menghampiri mantan kekasihnya di balik badan mobil. “Baby … ayo kita pulang, aku antar.” Sikap Eberardo ini tidak disukai Valerie. Memaksa tanpa mau mendengar jawabannya lebih dulu.

TBC

***

Like dan komentarnya kaka 🙏🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!